• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLASIFIKASI TANAH PADA TOPOSEKUEN DI KECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2014 SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KLASIFIKASI TANAH PADA TOPOSEKUEN DI KECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2014 SKRIPSI."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KLASIFIKASI TANAH PADA TOPOSEKUEN DI KECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN

TAKSONOMI TANAH 2014

SKRIPSI

Oleh:

HENGKI PERNANDO SINAGA 130301087

AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

KLASIFIKASI TANAH PADA TOPOSEKUEN DI KECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN

TAKSONOMI TANAH 2014

SKRIPSI

Oleh:

HENGKI PERNANDO SINAGA 130301087

AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(3)
(4)

ABSTRACT

Hengki Pernando Sinaga, research “Soil Classification in Toposekuen Subdistric Jorlang Hataran of Distric Simalungun based on Keys To Soil Taxonomy 2014.” It was aims to classify the soil starting from the level of orders to sub group. It was located at Subdistric Jorlang Hataran, Distric of Simalungun from June Until September 2019. Morphological properties were identified by describing the soil profiles while physical and chemical properties were identified by laboratory analysis. Soil samples were taken at each horizon and analyzed for soil texture, bulk density, pH H2O, P-ready, organic carbon, exchangeable cations (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), and CEC.

The results shows that the classification of soil based on Soil Taxonomy 2014 in Subdistric Jorlang Hataran, Distric of Simalungun on 1st Profile to Profile 5 th that is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Humic Psammentric Dystrudepts.

Key Words :Soil Classification, Soil Taxonomy 2014

(5)

ABSTRAK

Hengki Pernando Sinaga, meneliti “Klasifikasi Tanah pada Toposekuen di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014”. Penelitian bertujuan untuk mengelompokkan tanah mulai dari tingkat ordo sampai sub group. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun pada bulan Juni sampai dengan September 2019. Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil dari setiap horison pada masing-masing profil dan dianalisis di laboratorium berupa tekstur tanah, kerapatan isi, pH H2O, P tersedia, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), serta kapasitas tukar kation (KTK).

Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 Di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun pada profil 1sampai profil 5 sama yaitu : adalah Inceptisol, Udept, Humudept, dan Humik Psammentik Dystrudept.

Kata Kunci : Klasifikasi Tanah, Taksonomi Tanah 2014

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Hutaurung, Kabupaten Simalungun pada tanggal 27 Mei 1995 dari Ayah Oskar Sinaga dan Enike Sari Siallagan. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pada tahun 2007 penulis lulus dari SD Negeri 195188 Hutaurung. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMP Negeri 4 Pematangsiantar. Pada tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jurusan Agroekoteknologi dengan memilih minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus bidang

Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Himagrotek) tahun 2015-2016, menjadi anggota di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

(GMNI) Komisariat Fakultas Petanian USU tahun 2014-2016. Selain itu penulis juga bergabung dalam Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian USU tahun 2016-2019.

Pada Tahun 2016 penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.

Tri Bakti Sarimas, Pekanbaru, Riau.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul.

“Klasifikasi Tanah pada Toposekuen di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Berdasarkan Taksonomi Tanah 2014”.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ir. Purba Marpaung, SU., selaku ketua komisi pembimbing dan Dr.Ir. Posma M.P Marbun, MP., selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada Ayahanda Oskar Sinaga dan Ibunda Enike Sari Siallagan yang telah memberikan Penulis dukungan finansial dan spritual. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta sahabat dan teman di lingkungan Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat tani setempat serta bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2019

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanah ... 4

Taksonomi Tanah ... 6

Taksonomi Tanah 2014 ... 9

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metode Penelitian ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... ... 19

Tahapan Persiapan ... ... 19

Kegiatan Dilapangan ... ... 19

Analisis Contoh Tanah ... ... 21

Identifikasi Klasifikasi Tanah ... …22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23

Pengumpulan Data Iklim ... 23

Deskripsi Profil Tanah ... 24

Analisis Tanah di Laboratorium ... 32

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 60

(9)

Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Rata–rata curah hujan dan suhu udara daerah penelitian tahun 2008-2017... 22

2. Deskripsi Kelima Profil Tanah ... 26

3. Deskripsi Profil I... 27

4. Deskripsi Profil II ... 28

5. Deskripsi Profil III ... 29

6. Deskripsi Profil IV... 30

7. Deskripsi Profil V... 31

8. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Pada Kelima Profil ... 32

9. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Pada Kelima Profil ... 33

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Penampang Profil I ... 27

2. Penampang Profil II ... 28

3. Penampang Profil III ... 29

4. Penampang Profil IV ... 30

5. Penampang Profil V ... 31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data Curah Hujan ... 24

2. Data Suhu Udara ... 24

3. Peta Kemiringan Lereng... 62

4. Peta Atministrasi ... 63

5. Peta Pengambilan Titik Sampel Tanah ... 64

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk lapisan berpartikel halus atau yang disebut regolit. Pada prinsipnya masing-masing jenis tanah mempunyai morfologi yang khas sebagai konsekuensi keterpaduan pengaruh spesifik dari iklim, jasad hidup, bahan induk, topografi dan umur tanah (Hanafiah, 2005).

Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut : horison- horison, lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai suatu hasil dari proses penambahan, kehilangan, pemindahan, dan transportasi energi dan materai, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar didalam suatu lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1998).

Di permukaan bumi terdapat aneka macam tanah, mulai dari yang paling gersang sampai yang paling subur, berwarna putih, merah, coklat, kelabu, hitam dengan berbagai ragam sifatnya. Untuk mempermudah mengenal masing-masing jenis tanah serta kemampuannya dalam usaha menpelajari dan menggunakan tanah, perlu masing-masing jenis tanah diberi nama.

Tanah mempunyai banyak sifat-sifat temporer yang berfluktuasi dalam ukuran jam, harian dan musiman. Tanah dapat berselang-seling menjadi dingin dan hangat, atau menjadi kering dan lembab. Kegiata biologis diperlambat atau berhenti, apabila tanah berubah menjadi terlampau dingin atau terlampau kering.

(14)

Tanah menerima tambahan bahan segar, bahan organic belum terurai ketika daun- daun jatuh, atau apabila rumput-rumputan mati. Tanah tidak bersifat statis. Status pH, garam-garam terlarut, kandungan bahan organik dan rasio karbon-nitrogen, jumlah jasad mikroba, fauna tanah, suhu, dan kelembaban semua berubah dengan perubahan musim dan bertambahnya waktu (Soil Survey Staff, 2014).

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah-tanah yang memiliki sifat-sifat yang sama dapat dimasukkan kedalam satu kelas yang sama, dan demikian juga sebaliknya. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang berbeda (Hardjowigeno, 2003).

Klasifikasi tanah dilakukan sebagai usaha untuk mengelompokkan tanah ke dalam berbagi kelas berdasarkan sifat-sifatnya sehingga dapat memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisika, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan juga dapat digunakan sebagai dasar pengelompokkan ,bagi berbagai pengunaan tanah (Hardjowigeno, 1993).

Ada banyak sistem klasifikasi yang berkembang di dunia namun sistem klasifikasi tanah yang berlaku saat ini adalah sistem klasifikasi Soil Taxonomy atau taksonomi tanah yang dikembangkan oleh USDA. Sistem klasifikasi tanah ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal penamaan atau tata nama, definisi horizon penciri, dan beberapa sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis tanah.

(15)

Kecamatan Jorlang Hataran terletak pada ketinggian 400-1200 meter di atas permukaan, secara administratif Kecamatan Jorlang Hataran memiliki luas areal 109,25 km2. Kecamatan Jorlang Hataran adalah satu dari 30 kecamatan, plus 9 kecamatan hasil pemekaran, serta 17 kelurahan dan 294 desa. Komoditas yang paling banyak dibudidayakan oleh petani di daerah tersebut adalah kelapa sawit.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa sektor pertanian Kecamatan Jorlang Hataran berpotensi besar untuk dikembangkan. Untuk pengembangan daerah tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai klasifikasi tanah di daerah tersebut yang sampai saat ini belum pernah diklasifikasikan dengan taksonomi tanah 2014. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk melakukan pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi tanah di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun berdasarkan Taksonomi Tanah 2014.

Kegunaan Penulisan

Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan atau yang memerlukan dalam pengelolaan lahan di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun, berguna untuk juga melengkapi data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta diharapkan berguna sebagai informasi.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah pemilahan yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkannya dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberi gambaran dasar terhadap sifat-sifat fisik, kimia, dan mineral tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi pengguna tanah (Hardjowigeno, 1986).

Klasifikasi tanah disusun untuk tujuan-tujuan tertentu dan menggunakan faktor atau karakteristik tanah yang kadang-kadang bukan sifat-sifat dari tanah itu sendiri sebagai pembeda. Pada tahun 1853, Thaer menggunakan tekstur tanah sebagai pembeda untuk kategori tinggi dan produktifitas tanah untuk pembeda kategori rendah (Hardjowigeno, 1993).

Pada tahun 1883, Dokuchaev mengklasifikasikan tanah yang didasarkan pada faktor-faktor pembentuk tanah, proses-prosesnya dan horison-horison pencirinya. Pengklasifikasian tanahnya lebih didekatkan kepada genesis tanah.

Pada tahun 1912, Coffey membuat sistem klasifikasi yang pertama di Amerika Serikat berdasarkan prinsip genesis tanah. Dari sinilah awal berkembangnya ilmu klasisfikasi tanah (Grunwald, 2013).

Dalam sistem Taxonomy Tanah USDA (1975) dikenal enam kategori yaitu Ordo, Sub Ordo, Great Group, Group, Famili dan Seri. Empat kategori pertama digolongan sebagai kategori tinggi yang lainnya adalah kategori rendah.

Ciri tanah sebagai dasar utama dalam sistem klasifikasi ini adalah ada tidaknya

(17)

horison peneliti yang sangat membantu penempatan tanah dalam klasifikasi (Soil Survey Staff, 1998).

Dalam mengklasifikasikan tanah kedalam kategori ordo, mula-mula sifat tanah dibandingkan dengan ordo yang pertama yaitu Histosol. Bila tidak dapat diklasifikasikan sebagai Histosol maka dilanjutkan ke ordo yang ke dua yaitu Andisol bila tidak dapat juga diklasifikasikan ke dalam ordo Andisol maka dilanjutkan ke ordo ketiga yaitu Spodosol dan seterusnya sampai ditentukan ordo yang sesuai. Apabila klasifikasi ke dalam ordo telah ditemukan maka selanjutnya yanah diklasifikasikan dalam sub ordo dan great group dengan cara seperti tersebut diatas (Hardjowigeno, 2003).

Di negara-negara yang telah maju pertaniannya, klasifikasi tanah merupakan bahan penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan pertanian sebagai pedoman penggunaan lahan.Tujuan umum klasifikasi tanah adalah menyediakan suatu susunan yang teratur (sistematik) bagi pengetahuan mengenai tanah dan hubungannya dengan tanaman, baik mengenai produksi maupun perlindungan kesuburan tanah. Tujuan ini meliputi berbagai segi, antara lain peramalan pertanian di masa yang akan datang. Pada lahan yang telah rusak akibat proses erosi atau longsor, klasifikasi tanah disertai dengan petanya digunakan sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan kesuburan tanah (Darmawijaya, 1997).

Prinsip umum klasifikasi tanah adalah :

1. Sistem penggolongan yang menyatakan hubungan secara universal

2. Susuanan harus berdasarkan pada karakteristik tanah yang diklasifikasikan

(18)

3. Tidak menggunakan sifat tanah secara keseluruhan tetapi menggunakan bahan tanah yang dianggap penting (Grunwald, 2013).

Tujuan klasifikasi tanah adalah :

1. Mengorganisasi (menata) pengetahuan kita tentang tanah.

2. Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama lain.

3. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah.

4. Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih yang lebih praktis dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik, menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian.

5. Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru (Buol dkk, 1980).

Taksonomi Tanah

Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain yang dugunakan untuk menentu skan jenis tanah. Dari kategori tertinggi (ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail (Rayes, 2007).

Taksonomi tanah membedakan antara tanah mineral dan tanah organik.

Untuk melakukan hal ini, pertama kali perlu membedakan bahan tanah mineral dari bahan tanah organic. Yang kedua, adalah perlu untuk mendefinisikan bagian minimal dari suatu tanah yan harus merupakan bahan tanah mineral, apabila suatu

(19)

tanah diklasifikasikan sebagai suatu tanah mineral, dan bagian minimal yang harus merupakan bahan tanah organic apabila suatu tanah diklasifikasi sebagai bahan organik (Soil Survey Staff, 2014).

Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokkan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.

Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989).

Taksonomi tanah bertujuan untuk membedakan tanah mineral dengan tanah organik. Untuk melakukan hal ini, pertama kali adalah perlu membedakan bahan tanah mineral dari bahan organik. Yang kedua adalah perlu untuk mendefinisikan bagian minimal dari suatu tanah yang harus merupakan bahan mineral, apabila suatu tanah diklasifikasikan sebagai suatu tanah mineral dan bagian minimal yang harus merupakan bahan tanah organik apabila suatu tanah diklasifikasikan sebagai tanah organik (Soil Survey Staff, 1998).

Prinsip taksonomi tanah adalah :

1. Pengklasifikasikan tanah didasarkan kepada sifat-sifat tanah 2. Sifat-sifat tanah mudah diobvervasi

3. Sifat-sifat tanah mempengaruhi proses pembentukan tanah (Rayes, 2007).

(20)

Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy.Sistem ini dibangun oleh para pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horizon dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif (Karmini, 2009).

Sifat umum dari taksonomi tanah adalah :

1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.

2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuan- penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.

3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu lansekap dimanapun ditemukan.

4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah.

Kemampuan penggunaan taksonomi tanah untuk survei tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah (Hardjowigeno, 1993).

Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :

1. Ordo

Terdiri atas 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.

2. Sub Ordo

(21)

Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik).

3. Great Group

Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plintit, fragipan dan duripan.

4. Sub Group

Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa.Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (sub group typic), sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah faktor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi (Hardjowigeno, 1993).

Kunci Taksonomi Tanah 2014

Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014) terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.

A. Epipedon Mollik

(22)

Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat,terletak di atas permukaan, mempunyai value warna 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering), dan kroma warna 3 atau kurang (lembab), kejenuhan basa (ekstrak NH4OAc) sebesar 50% atau lebih, kandungan C-organik 0,6% atau lebih, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

B. Epipedon Antropik

Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 < 250 ppm.

C. Epipedon Umbrik

Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik >

0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

D. Epipedon Folistik

Epipedon folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif dan tahun- tahun normal (dan tidak ada didrainase).Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik.

E. Epipedon Histik

Epipedon histik merupakan suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (dan telah drainase).

Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.

F. Epipedon Okrik

(23)

Epipedon okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison- horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik.

G. Epipedon Plagen

Epipedon plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang)

secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon plagen mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh kedalamannya.

Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014), terdapat 20 horison bawah penciri yaitu : horison Agrik, Albik, Anhydritik, Argilik, Kalsik, Kambik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kandik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik, dan Spodik.

A. Horison Agrik

Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata.

B. Horison Albik

Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi mungkin juga berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini merupakan horison elluvial dengan tebal 1.0 cm dan mempunyai 85% atau lebih bahan-bahan andik.

C. Horison Anhydritik

(24)

Horison anhydritik merupakan horison tanpa air dengan akumulasi neoformasi atau transformasi menjadi lapisan sendiri.

D. Horison Argilik

Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala eluviasi liat, KTK tinggi (> 6 cmol/kg).

E. Horison Kalsik

Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.

F. Horison Kambik

Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.

G. Horison Duripan

Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau HCl.

H. Horison Fragipan

Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis di dalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah.

I. Horison Glosik

Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah dipindahkan.

J. Horison Gipsik

(25)

Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm.

K. Horison Kandik

Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan KTK rendah (< 6 cmol/kg).

L. Horison Natrik

Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium, memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh natrium.

M. Horison Orstein

Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan 25 cm atau lebih.

N. Horison Oksik

Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg)

O. Horison Petrokalsik

Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

P. Horison Petrogipsik

(26)

Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10 cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

Q. Horison Placik

Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.

R. Horison Salik

Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak mengandung garam mudah larut.

S. Horison Sombrik

Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti epipedon umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan Al atau yang terdispersi dengan natrium.

T. Horison Spodik

Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari bahan spodik.

Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014) membagi ordo tanah menjadi 12 ordo, yaitu :

A. Gelisol

Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.

B. Histosol

Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm.

(27)

C. Spodosol

Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari setiap pedon, dan regim suhu cryik.

D. Andisol

Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya.

E. Oksisol

Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.

F. Vertisol

Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30% atau lebih.

G. Aridisol

Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.

H. Ultisol

Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.

I. Mollisol

(28)

Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50%

atau lebih pada keseluruhan horison.

J. Alfisol

Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian.

K. Inceptisol

Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik, mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

L. Entisol

Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada horison penciri lain.

Toposekuen

Secara umum kemiringan lereng menurut Hardjowigeno (1993) berpengaruh terhadap ketebalan solum tanah, ketebalan bahan organik pada horizon A, kandungan air tanah, warna tanah, tingkat perkembangan horizon itu sendiri, reaksi tanah, serta sifat dari bahan induk.

Bentuk lereng merupakan wujud visual lereng pada suatu sekuen lereng.

Lereng biasanya terdiri dari bagian puncak (crest), cembung (convex), cekung (voncave), dan kaki lereng (lower slope). Daerah puncak (crest) merupakan daerah gerusan erosi yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah dibawahnya, demikian pula lereng tengah yang kadang cembung atau cekung mendapat

(29)

gerusan aliran permukaan relatif lebih besar dari puncaknya sendiri, sedangkan kaki lereng merupakan daerah endapan (Hardjowigeno, 2007).

Topografi memodifikasi perkembangan profil tanah dalam tiga cara: (1) dengan mempengaruhi banyaknya presipitasi yang terserap dan yang dipertahankan dalam tanah, jadi mempengaruhi perkembangan tanah; (2) dengan mempengaruhi laju pembuangan tanah oleh erosi; (3) dengan mengarahkan gerakan bahan dalam suspensi atau larutan atau dari satu daerah ke daerah lainnya (Foth, 1994).

Topografi (bentuk wilayah atau relief) suatu daerah dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim . di daerah yang datar atau mencekung di mana air tidak mudah menghilag dari tanah atau mengenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah warna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat genangan air tersebut (Hardjowigeno, 2007).

Daerah yang memiliki curah hujan tinggi, menyebabkan pergerakan air pada suatu lereng menjadi tinggi pula sehingga dapat menghanyutkan partikel partikel tanah. Proses penghancuran dan transportasi oleh air akan mengangkut berbagai partikel-partikel tanah, bahan organik, unsur hara, dan bahan tanah lainnya. Keadaan tersebut disebabkan oleh energi tumbuk butir-butir hujan, intensitas hujan, dan penggerusan oleh aliran air pada permukaan tanah yang memberikan pengaruh dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah (Arsyad, 2000).

(30)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium PT. Socfindo yang dilaksanakan pada bulan Juni 2019. Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun, berjarak 90 km dari kota Medan, memiliki luas wilayah sekitar 109,25 km2 dengan komoditi utamanya adalah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan ketinggian tempat antara 400-1200 meter di atas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 profil tanah pewakil, formulir isian profil, sampel tanah dari profil tanah yang diambil tiap lapisan, serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis dilaboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Satuan Lahan Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun, sebagai peta acuan penentuan titik koordinat, clinometer untuk menentukan kemiringan lereng dan pembuatan profil pewakil, GPS (Global Positioning System), meteran untuk mengukur profil tanah, pisau pandu untuk menentukan batas horizon, Munsell Soil Color Chart untuk menentukan warna tanah, Buku Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Keys to Soil Taxonomy 2014), Cangkul untuk menggali profil, bor tanah untuk pengambilan sampel tanah, ring sampel untuk mengambil sampel tanah, kantong plastik 1 kg sebagai wadah tanah, kertas label untuk penanda sampel, buku panduan pengamatan tanah dilapang, kamera untuk mendokumentasikan

(31)

profil tanah yang diteliti, alat-alat tulis serta alat-alat yang digunakan untuk analisis sampel tanah dilaboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun. Penetapan sampel berupa 5 profil tanah pewakil pada 5 kemiringan , mendeskripsikan profil tanah, mengacu pada peta satuan lahan Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun serta menginterpretasikannya untuk pemberian nama tanah menurut Keys to Soil Taxonomy 2014.

Pelaksanaan Penelitian

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahapan Persiapan

Sebelum penelitian di lapangan dilakukan, terlebih dahulu diadakan rencana penelitian seperti konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengumpulan data primer berupa peta satuan lahan Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun pengadaan survey pendahuluan dilapangan, persiapan alat dan bahan yang digunakan di lapangan.

2. Kegiatan di lapangan

a) Pemilihan daerah penelitian

Penentuan titik koordinat dan lokasi pembuatan profil pewakil dengan mengacu pada peta Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun.

Kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah dari profil pada masing- masing kemiringan lereng yang mewakili daerah penelitian.

(32)

1. Profil I kemiringan 3% pada titik profil 20 51’ 37,9” LU dan 990 02’ 59,7” BT

2. Profil II kemiringan 12% pada titik profil 20 50’ 55,4” LU dan 990 00’ 24,8” BT

3. Profil III kemiringan 20% pada titik profil 20 47’ 06,7” LU dan 980 57’ 05,0” BT

4. Profil IV kemiringan 30% pada titik profil 20 49’ 35,3” LU dan 990 00’ 23,2” BT

5. Profil V kemiringan 45% pada titik profil 20 48’ 50,3” LU dan 980 59’ 28,7” BT

b) Pembuatan profil tanah

Profil tanah dibuat dengan menggali sampai kedalaman maksimal (solum tanah) dengan ukuran 1 m x 1 m x 1,5 m dan digambarkan menurut lapisan atau horizon tanahnya. Pada tiap daerah penelitian dilakukan penggalian profil yang mewakili tiap daerah penelitian untuk karakterisasi tanah yang menunjukkan sifat dan ciri morfologi tanah yang akan diamati.

c) Pengamatan morfologi tanah

Pengamatan morfologi tanah ini meliputi horizon tanah, kedalaman horizon, warna tanah, struktur tanah, konsistensi, batas topografi dan batas horizon.

d) Pengambilan contoh tanah

Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis di laboratorium sedangkan pengambilan contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring sampel. Pada saat pengambilan

(33)

sampel tanah dicatat juga data-data dari daerah penelitian yang meliputi vegetasi,fisiografi, drainase, ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan lahan. Contoh tanah yang telah diambil langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda sesuai dengan horizon dan profil tanahnya.

3. Analisis Contoh Tanah

a) Analisis contoh tanah dilakukan di laboratorium PT. Socfindo Adapun analisis yg dilakukan meliputi :

1. Tekstur tanah dengan metode hydrometer 2. Bulk density dengan metode ring sampel 3. C-organik dengan metode Walkey and Black 4. Kejenuhan basa dengan metode NH4OAc pH 7

5. Kation basa-basa tukar (K, Ca, Mg, dan Na) tanah, dengan ekstraksi NH4OAc pH 7

6. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah dengan ekstraksi NH4OAc pH 7 7. pH H2O dengan menggunakan metode Elektrometri

8. P-tersedia dengan ekstrak HCL

b) Tahap analisis data-data dari hasil penelitian di lapangan dan laboratorium digunakan untuk proses pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014. Proses pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 sebagai berikut :

1. Penentuan simbol horison utama dan sub horison.

2. Penentuan horizon atas penciri.

3. Penentuan horizon bawah penciri.

(34)

4. Penentuan penciri lain : dilihat dari rezim suhu tanah, rezim lengas tanah dan sifat tanah andik.

5. Penentuan ordo tanah : dengan melakukan pengecekan pada seluruh

“Kunci Ordo Tanah” guna menetapkan nama dari ordo pertama, berdasarkan kriteria / sifat tanah sesuai dengan tanah yang diklasifikasi.

6. Penentuan sub ordo : dengan mencari halaman yang telah ditentukan untuk memperoleh “Kunci Sub Ordo” dari ordo yang bersangkutan kemudian dicocokkan seluruh kunci untuk mengidentifikasi sub ordo dari tanah yang diklasifikasi, mulai dari yang pertama dijumpai dalam daftar dan semua kriteria yang diperlukan dipenuhi oleh tanah yang diklasifikasi.

7. Penentuan great group : dengan mencari halaman sesuai kriteria subordo yang telah diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Great group” dengan melihat kesamaan jenis tanah, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim kelembapan dan suhu.

8. Penentuan sub group : dengan mencari halaman sesuai kriteria great group yang telah diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Sub group”

dengan melihat sifat inti dari great group (subgroup typic), peralihan sifat - sifat tanah ke great group lain.

4. Identifikasi Klasifikasi Tanah

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari analisis tanah di laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Keys Soil Taxonomy 2014). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan

(35)

horizon atas penciri (epipedon), horizon bawah penciri (endopedon). Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Iklim

Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun pengamatan dari tahun 2008 – 2017 yang tertera pada Lampiran 1. Data curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sampali, Medan. Menurut Schmidt dan Ferguson bulan basah terjadi jika curah hujan > 100 mm, bulan lembab terjadi jika curah hujan 60 – 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan

< 60 mm dengan harga Q yang diperoleh dari perbandingan antara bulan kering dan bulan basah dapat dituliskan dengan rumus :

Rata-rata bulan kering

Q = x 100 %

Rata-rata bulan basah

Suhu tanah dapat dihitung dari suhu udara sebagaimana dikemukakan oleh Newhall (1972 dalam Wambecke,1981). Cara ini dikembangkan untuk daerah tropik yang dirumuskan sebagai berikut : suhu tanah = (2,5 + suhu udara rata rata tahunan) 0C. Variasi suhu tanah musim dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah adalah : 0,33 x selisih suhu udara rata-rata musim panas dan musim dingin.Memiliki regim kelembapan udik karena tanah tidak pernah kering dalam 90 hari (kumulatif) yaitu lebih dari 90 hari atau dari data curah hujan rata rata bulan basah berkisar 7 – 10 bulan tiap tahun atau 210 hari hingga 300 hari (kumulatif). Memiliki regim suhu tanah termik karena suhu tanah rata-rata tahunan lebih besar dari 22 0C yaitu 23,47 0C.

(37)

Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu udara Daerah Penelitian Tahun 2008 -2017

Bulan Curah Hujan ( mm ) Suhu udara (0C)

Januari 219,71 20,85

Februari 163,86 20,76

Maret 153,86 20,79

April 251,29 20,75

Mei 201,00 21,03

Juni 139,86 21,19

Juli 123,57 20,94

Agustus 221,71 21,21

September 194,57 21,36

Oktober 233,00 21,01

November 397,86 21,04

Desember 288,86 20,80

Stasiun : Klimatologi Sampali Medan, 2018.

2. Deskripsi Profil Tanah di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun.

Profil tanah diamati di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 400-1200 m dari permukaan laut (dpl) untuk Profil I, 492 m dpl untuk Profil II, 632 m dpl untuk profil III, 1092 m dpl untuk profil IV, 694 m dpl dan untuk profil V, 823 m dpl serta berada pada masing-masing kemiringan dan titik koordinat yang mewakili daerah penelitian berikut. Profil I kemiringan 3% pada titik profil 20 51’ 37,9” LU

(38)

dan 990 02’ 59,7” BT, Profil II kemiringan 12% pada titik profil 20 50’ 55,” LU dan 990 00’ 24,8” BT, Profil III kemiringan 20% pada titik profil 20 47’ 06,7” LU dan 980 57’ 05,0” BT Profil IV kemiringan 30% pada titik profil 20 49’ 35,3” LU dan 990 00’ 23,2” BT, Profil V kemiringan 45% pada titik profil 20 48’ 50,0” LU dan 980 59’ 28,2” BT,

Pendeskripsian terhadap profil tanah dapat dijadikan sebagai penggambaran dari tubuh tanah dan pada hakikatnya merupakan pengkajian secara teliti terhadap horizon tanah. Penentuan horizon tanah didasarkan pada jumlah sifat yang dijadikan sebagai faktor pembeda seperti warna, tekstur, struktur, konsistensi, dan batas horizon. Adapun deskripsi dari kelima profil tanah disajikan pada Tabel 2.

(39)

Tabel 2. Deskripsi Kelima profil di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun.

Deskripsi/Profil I II III IV V

Koordinat 30 26’ 42,037” LU 980 19’ 38,734” BT

30 26’ 43,484” LU 980 19’41,119” BT

30 26’ 38,662” LU 980 19’ 45,294” BT

30 26’ 43,642” LU 980 19’41,805” BT

30 26’ 44,638” LU 980 19’ 38,872” BT

Kemiringan Lereng 3% 12% 20% 30% 45%

Relief Datar Berombak Bergelombang Berbukit Bergunung

Elevasi 492 mdpl 632 mdpl 1092 mdpl 694 mdpl 823 mdpl

Tempat di Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Cuaca S= Cerah, K= Cerah S= Cerah, K= Cerah S= Cerah, K= Cerah S= Cerah, K= Cerah S= Cerah, K= Cerah

Drainase Baik Baik Baik Baik Baik

Genangan/Banjir Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang

Gley - - - - -

Air Tanah - - - - -

Penghanyutan/Erosi Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan

Vegetasi Jagung Pinang Kelapa

Kelapa Sawit Kacangan Pakis

Kelapa Sawit Paku Pakuan Pakis

Kelapa Sawit Paku Pakuan Pakis

Kelapa Sawit Paku Pakuan Pakis Bahan Induk Tuff Toba Tuff Toba Tuff Toba Tuff Toba Tuff Toba

Kedalaman Efektif 150 cm 150 cm 150 cm 150 cm 150 cm

Tanggal Deskripsi 09 Juli 2019 09 Juli 2019 10 Juli 2019 11 Juli 2017 12 Juli 2019

(40)

Tabel 3. Deskripsi Penampang Profil I (Di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun)

Profil I Horison Kedalaman

(cm) Keterangan

Ap1 0 – 15/19 Warna hitam kecoklatan sangat gelap (10YR 2/2); Tekstur lempung liat berpasir; Struktur lemah, sedang, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran halus dan sedang;

Batas nyata dan berombak.

Ap2 15/19 – 48/53 Warna coklat kekuningan (10YR 5/4); Tekstur lempung liat berpasir; Struktur lemah, sedang, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedang; Batas nyata dan berombak.

Ap3 48/53 – 59/71 Warna coklat kekuningan (10YR 5/6); Tekstur lempung liat berpasir; Struktur lemah, sedang, granular;Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedang; Batas nyata dan berombak.

Bw1 59/71 – 83/84 Warna coklat sangat pucat (10YR 7/4); Tekstur liat berpasir; Struktur lemah, sedang, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedikit; Batas baur dan berombak.

Bw2 >84 Warna coklat sangat pucat (10YR 8/3); Tekstur lempung liat berpasir; Struktur lemah, sedang, granular, Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedikit.

(41)

Tabel 4. Deskripsi Penampang Profil II (Di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun)

Profil II Horison Kedalaman

(cm) Keterangan

Ap 0 – 20/43 Warna coklat sangat gelap (10YR 2/2); Tekstur lempung berpasir; Struktur lemah, sedang, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan banyak; Batas nyata dan berombak.

Bp 20/43 – 48/64 Warna coklat kekuningan gelap (10YR 4/4); Tekstur lempung liat berpasir; Struktur lemah, sedang, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran halus dan banyak;

Batas baur dan berombak.

Bw >64 Warna coklat kekuningan gelap (10YR 4/6); Tekstur pasir berlempung; Struktur lemah, sedang, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran halus dan sedang.

(42)

Tabel 5. Deskripsi Penampang Profil III (Di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun)

Profil III Horison Kedalaman (cm)

Keterangan

Ap1 0 – 21/27 Warna coklat tua (10YR 3/3);

Tekstur lempung berpasir;

Struktur lemah, halus, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan banyak; Batas nyata dan beromabak.

Ap2 21/27 – 54/68 Warna coklat kekuningan gelap (10YR 4/6); Tekstur pasir berlempung; Struktur lemah, halus, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran halus dan sedang;

Batas berangsur dan berombak.

Bw1 54/68 – 102/108 Warna coklat kekuningan (10YR 5/6); Tekstur pasir berlempung; Struktur lemah, halus, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedang; Batas baur dan berombak.

Bw2 >108 Warna kuning kecoklatan (10YR 6/6); Tekstur lempung berpasir; Struktur lemah, sedang, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedang.

(43)

Tabel 6. Deskripsi Penampang Profil IV (Di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun)

Profil IV Horizon Kedalaman Keterangan

Ap 0 – 19/36 Warna coklat gelap (10YR 3/3); Tekstur lempung berpasir; Struktur lemah, halus, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan banyak; Batas nyata dan berombak.

Bp 19/36 – 78/81 Warna coklat kekuningan gelap (10YR 4/6); Tekstur lempung berpasir; Struktur lemah, halus, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran halus dan sedang;

Batas baur dan berokbak.

Bw >81 Warna kuning kecoklatan

(10YR 5/6); Tekstur pasir berlempung; Struktur lemah.

Sedang, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedikit.

(44)

Tabel 7. Deskripsi Penampang Profil V (Di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun)

Profil V Horison Kedalaman

(cm) Keterangan

Ap1 0 – 8/15 Warna coklat sangat gelap (10YR 2/2); Tekstur lempung berpasir;

Struktur lemah, sedang, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran kasar dan banyak; Batas nyata dan berombak.

Ap2 8/15 – 30/37 Warna coklat kekuningan gelap (10YR 4/6); Tekstur pasir berlempung; Struktur, lemah, sedang, granular; Konsistensi gembur (lembab); Perakaran halus dan sedikit; Batas nyata dan berombak.

Ap3 30/37 – 51/59 Warna coklat kuat (7,5YR 4/4);

Tekstur lempung berpasir; Struktur lemah, sedang, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran halus dan sedikit; Batas baur dan berombak.

Bw1 51/59 – 91/93 Warna kuning kemerahan (7,5YR 6/8); Tekstur lempung berpasir;

Struktur lemah, sedang, granular;

Konsistensi gembur ( lembab);

Perakaran halus dan sedikit; Batas baur dan berombak.

Bw2 >93 Warna kuning kemerahan (7,5YR 7/8); Tekstur pasir berlempung;

Struktur lemah, halus, granular;

Konsistensi gembur (lembab);

Perakaran halus dan sedikit.

(45)

3. Analisis Tanah di Laboratorium Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir fraksi (tekstur tanah) dan bulk density (kerapatan isi) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8 : Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah pada Kelima Profil Tanah.

Profil Horizon Kedalaman (cm)

Distribusi Ukuran Partikel Tekstur BD (g/cm3)

%Pasir %Debu %Liat

I Ap1 0 – 15/19 64.66 14.13 21.21 llip 1.25

Ap2 15/19 – 48/53 54.84 17.36 27.79 llip 1.13

Ap3 48/53 – 59/71 58.22 20.88 20.89 llip 1.21

Bw2 59/71 – 83/84 51.43 31.22 17.35 lp 1.15

Bw3 >84 48.20 17.26 34.53 llip 1.10

II Ap 0 – 20/43 82.73 6.90 10.37 lp 0.89

Bp 20/43 – 48/64 54.54 24.47 20.99 llip 1.15

Bw >64 75.74 24.25 0.01 pl 1.12

III Ap1 0 – 21/27 72.40 20.70 6.91 lp 0.79

Ap2 21/27 – 54/68 72.00 27.99 0.01 pl 0.76

Bw1 54/68 – 102/108 82.68 17.31 0.01 pl 0.93

Bw2 >108 78.93 14.04 7.03 lp 1.03

IV Ap 0 – 19/36 78.41 7.19 14.40 lp 0.83

Bp 19/36 – 78/81 65.12 17.43 17.44 lp 0.69

Bw >81 86.10 10.42 3.48 pl 0.77

V Ap1 0 – 8/15 71.32 10.75 17.93 lp 0.96

Ap2 8/15 – 30/37 82.53 17.46 0.01 pl 0.95

Ap3 30/37 – 51/59 65.33 20.79 13.87 lp 0.96

Bw1 51/59 – 91/93 62.10 24.11 13.79 lp 1.23

Bw2 >93 82.66 17.33 0.01 pl 1.29

Keterangan : Li = Liat, l = Lempung , lip = Liat berpasir, lp = Lempung Berpasir, pl = Pasir Berlempung, llip = Lempung Liat Berpasir

(46)

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH (H2O), basa- basa tukar, kejenuhan basa, KTK, P-tersedia kandungan C-organik dan bahan organik dapat dilihat pada:

Tabel 9. Hasil Analisis Sifat Kimia Pada Kelima Profil Tanah Profil Horizon Kedalaman

(cm)

pH (H2O) C-org (%)

P-tersedia (ppm)

KB (%)

I Ap1 0 – 15/19 4,1 1,530

41,72

17,73

Ap2 15/19 – 48/53 4,2 0,610 30,73 6,15

Ap3 48/53 – 59/71 4,4 0,730 26,85 6,16

Bw2 59/71 – 83/84 4,6 0,540 29,10 5,90

Bw3 >84 4,3 0,290 16,64 5,44

II Ap 0 – 20/43 4,0 0,280 58,96 9,02

Bp 20/43 – 48/64 4,7 0,970 34,56 12,00

Bw >64 4,4 0,470 19,65 7,31

III Ap1 0 – 21/27 4,1 0,240 64,86 1,73

Ap2 21/27 – 54/68 4,3 1,000 32,74 1,57

Bw1 54/68 – 102/108 4,5 0,450 35,42 1,26

Bw2 >108 4,1 1,170 18,12 1,82

IV Ap 0 – 19/36 4,7 2,470 86,34 2,52

Bp 19/36 – 78/81 4,9 0,820 36,09 6,11

Bw >81 4,1 0,600 33,07 5,08

V Ap1 0 – 8/15 4,8 2,270 63,74 2,95

Ap2 8/15 – 37/30 4,2 0,910 44,87 2,72

Ap3 37/30 – 51/59 4,2 0,500 28,45 2,61

Bw1 51/59 – 91/93 4,9 0,160 21,04 2,22

Bw2 >93 4,4 0,500 17,22 3,70

(47)

Profil Horizon Kedalaman (cm)

KTK (me/100g)

K-dd (me/100g)

Ca-dd (me/100g)

Mg-dd (me/100g)

Na-dd (me/100g)

I Ap1 0 – 15/19 23,07 0,62 2,50 0,84 0,14

Ap2 15/19 – 48/53 18,16 0,22 0,54 0,22 0,13

Ap3 48/53 – 59/71 17,63 0,28 0,50 0,22 0,09

Bw2 59/71 – 83/84 18,41 0,25 0,45 0,22 0,16

Bw3 >84 20,22 0,30 0,46 0,24 0,10

II Ap 0 – 20/43 21,64 0,14 0,97 0,77 0,08

Bp 20/43 – 48/64 19,69 1,20 0,29 0,72 0,14

Bw >64 20,61 1,05 0,16 0,20 0,11

III Ap1 0 – 21/27 26,62 0,12 0,16 0,08 0,09

Ap2 21/27 – 54/68 21,51 0,06 0,09 0,05 0,13

Bw1 54/68 – 102/108 27,08 0,06 0,08 0,04 0,15

Bw2 >108 24,35 0,20 0,08 0,05 0,11

IV Ap 0 – 36/19 19,63 0,12 0,16 0,09 0,12

Bp 36/19 – 81/78 26,66 1,10 0,17 0,21 0,15

Bw >81 22,42 0,14 0,83 0,05 0,12

V Ap1 0 – 15/8 20,07 0,15 0,21 0,10 0,14

Ap2 15/8 – 30/37 16,49 0,15 0,10 0,05 0,15

Ap3 30/37 – 51/59 20,50 0,23 0,11 0,04 0,16

Bw1 51/59 – 93/91 20,02 0,14 0,14 0,04 0,13

Bw2 >93 21,27 0,48 0,11 0,05 0,15

Pembahasan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari analisis tanah di laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Keys Soil Taxonomy 2014).

(48)

Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan horizon atas penciri (epipedon), horizon bawah penciri (endopedon) serta sifat penciri lain. Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.

Penetapan Horizon Atas Penciri Profil I

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena ada horizon permukaan.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air atau tidak adanya genangan air.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air ( selama 30 hari atau lebih, kumulatif ) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 19 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 1,53 % dan tidak memiliki 4% atau lebih

C- organik pada semua lapisan

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, Kandungan C - organik lebih dari 0.6% yaitu 1.53 %, nilai kejenuhan basa kurang dari 50 % yaitu 17,73 %, dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Profil II

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena ada horizon permukaan.

(49)

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air atau tidak adanya genangan air

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air (selama 30 hari atau lebih, kumulatif ) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 20 cm, kandungan C-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 0,28 % dan tidak memiliki 4 % atau lebih C-organik pada semua lapisan.

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, Kandungan C-organik lebih dari 0.6% yaitu 0.28%,

nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 9.02 %, dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Profil III

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena ada horizon permukaan.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air atau tidak adanya genangan air

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu

dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan

Gambar

Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu udara Daerah Penelitian Tahun                            2008 -2017
Tabel 3. Deskripsi Penampang Profil I (Di Kecamatan Jorlang Hataran,     Kabupaten Simalungun)
Tabel 4. Deskripsi Penampang Profil II (Di Kecamatan Jorlang Hataran,  Kabupaten Simalungun)
Tabel      5.    Deskripsi        Penampang        Profil      III      (Di  Kecamatan  Jorlang  Hataran, Kabupaten Simalungun)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kadar abu pakan komplit (leaflet) memenuhi standar mutu pakan yaitu maksimal 15% (SNI, 2015), sedangkan pakan konsentrat kadar abu lebih tinggi, hal ini karena pakan

DONOPRASAJA 2769 - Dagang Pakaian

Cara menggiring bola yang dibenarkan adalah dengan satu tangan (kiri

berarti bahwa rata-rata hasil belajar psikomotorik peserta didik kelas eksperimen yang diajar dengan metode pembelajaran di luar kelas (Outdoor Learning) pada materi

Tingkat pengetahuan tentang ca cervix adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kuisioner tentang deteksi dini kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan pap smear

Sebelum menerapkan konsep lean pada aktivitas perawatan, terlebih dahulu adalah melakukan perhitungan performansi dengan menggunakan konsep Overall Measure of

T APM yang berjudul Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Fakir Miskin Kelompok Usaha Bersama di Kecamatan Nunukan adalah hasil karya

Selain itu dengan diterapkannya konsep kecerdasan majemuk pada pembelajaran PPKn dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan pada kondisi