• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

GAMBARAN LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI

LUHUR

KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh :

ERNIK VIDIASTUTI 2212110

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ii

HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE DIBALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI

LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ERNIK VIDIASTUTI 2212110

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Tanggal: 29 Agustus 2016

Mengetahui:

Penguji, Pembimbing I, Pembimbing II,

Rosa Delima E.SKp.,M.Kes Anastasia Suci S,MNg Miftafu D.M.Kep., Sp.Kep.MB NIP: 1967701011988122001 NIDN: 05-2002-8202 NIDN: 05-1907-8405

Mengesahkan,

a.n Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)

Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.MB NIDN : 05-2310-8302

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Ernik Vidiastuti dengan disaksikan oleh tim penguji skripsi, dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat lain yang pernah ditulis atau diterbitkan

Yogyakarta, Agustus 2016

Yang Menyatakan

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Ga bara La sia De ga I ko ti e sia Uri e Di Balai Pelaya a “osial Tres a Werdha Unit Budi Luhur Kaso ga Ba tul Yogyakarta .

Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M. Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Tetra Saktika Adinugraha, M. Kep., Sp., Kep. MB. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyusun Skripsi ini.

3. Anastasia Suci Sukmawati, MNg. pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyusunan Skripsi ini.

4. Miftafu Darusalam, SP. Kep. MB. Selaku Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyusunan Skripsi ini. 5. Rosa Delima Ekwantini,S. Kp.,M.Kes. Selaku penguji yang telah memberikan

masukan, dan bimbingan.

6. Lansia di BPSTW Unit Budi Luhur yang telah bersedia menjadi responden. 7. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan masih jauh dari sempurna. Sehingga masih perlu perbaikan dan saran dari para pembaca.

Penulis

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 3 E. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia ... 6

1. Pengertian lansia ... 6

2. Batasan lansia ... 6

3. Proses menua ... 7

4. Perubahan dan penurunan pada lansia ... 8

B. Inkontinensia Urine ... 11

1. Pengertian inkontinensia urine ... 11

2. Penyebab inkontinensia urine ... 11

3. Klasifikasi inkontinensia urine ... 11

4. Etiologi inkontinensia urine ... 13

5. Penanganan inkontinensia urine ... 15

C. Kerangka Teori ... 18

D. Pertanyaan Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 20

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

C. Populasi dan Sampel ... 20

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Definisi Operasional ... 21

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 22

G. Validitas dan Reliabilitas ... 23

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 24

I. Etika Penelitian ... 26

J. Pelaksanaan Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 29

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

2. Karakteristik Responden ... 30

3. Jenis Inkontinensia Urine ... 30

B. Pembahasan ... 32

1. Gambaran Karakterisrik Lansia Dengan Inkontinensia Urine ... 32

2. Gambaran Inkontinensia Urine Pada Lansia ... 33

C. Keterbatasan Penelitian ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Bagan 1 Kerangka Teori ... 18

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 1 Definisi Operasional... 30

Table 2 Karakteristik Responden... 30

Table 3 Jenis Inkontinensia Urine Pada Lansia... 31

Table 4 Tabulasi Berdasarkan Usia... 31

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 6. Surat Izin Pendahuluan Penelitian Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada masa lanjut usia secara bertahap seseorang mengalami berbagai kemunduran, baik kemunduran fisik, mental, dan sosial (Azizah, 2011). Perubahan fisik yang terjadi pada setiap lanjut usia terjadi dalam berbagai sistem yaitu sistem integumen, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem reproduksi, sistem muskuloskeletal, sistem neurologis, dan sistem urologi. Semua perubahan fisiologis ini bukan merupakan proses patologis, tetapi perubahan fisiologis umum yang perlu diantisipasi (Potter & Perry, 2009). Pada lanjut usia sering terjadi masalah empat besar yang memerlukan perawatan segera, yaitu : imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia. Masalah inkontinensia tidak disebabkan langsung oleh proses penuaan, pemicu terjadinya inkontinensia pada lanjut usia adalah kondisi yang sering terjadi pada lanjut usia yang dikombinasikan dengan perubahan terkait usia dalam sistem urinaria (Stanley & Beare, 2007).

Menurut World Health Organization (WHO) (2011) terdapat 200 juta penduduk di dunia yang mengalami inkontinensia urine. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar dari pada laki-laki yaitu 10,77 juta lansia perempuan dan 9,47 juta lansia laki-laki (Susenas, 2014). Jika dilihat dari sebaran penduduk lansia menurut provinsi, presentasi penduduk lansia diatas 10% ada diprovinsi DIY (14,02%), Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,92%) dan Bali (10,79%) (BPS RI-Susenas, 2014). Berdasarkan data BPS jumlah lansia pada tahun 2013 sebesar 454.200 jiwa, atau 13,2% dari total penduduk. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia sebesar 459.200 jiwa atau 13,3% dari total populasi penduduk. Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan akan terjadi peningkatan juga, yaitu jumlah lansia menjadi 578.000 jiwa atau 15,6% (BPS Yogyakarta, 2013).

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

Prevalensi inkontinensia urine di Indonesia sulit ditentukan dengan pasti karena hasil penelitian epidemiologi yang beragam dalam subyek penelitian, metode kuesioner, dan definisi inkontinensia urin yang digunakan. Prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan umur. Perempuan lebih sering mengalami inkontinensia urin dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 1,5 : 1 (Setiati & pramantara, 2007). Survey inkotinensia urine yang dilakukan dipoli klinik Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (2003) terdapat 179 pasien Geriatri didapat angka kejadian inkontinensia urine stress pada laki-laki sebesar 20,5% dan perempuan sebesar 32,5%. Penelitian poliklinik Geriatri RS Dr. Sardjito Yogyakarta mendapatkan angka prevalensi inkontinensia urine 14,74% (Setiati cit Aru. 2006).

Inkontinensia urine dapat menyebabkan masalah sosial dan mempunyai komplikasi yang cukup serius seperti infeksi saluran kemih, kelainan kulit, gangguan tidur, problem psikososial seperti depresi, mudah marah dan terisolasi (Setiati & pramantara, 2007). Inkontinensia urin merupakan masalah yang belum terselesaikan pada lanjut usia. Inkontinensia urin pada lanjut usia dapat menimbulkan masalah baru bagi lanjut usia, oleh karena itu inkontinensia memerlukan penatalaksanaan tersendiri untuk dapat diatasi (Purnomo, 2008). Masih adanya anggapan bahwa inkontinensia urine merupakan hal yang memalukan untuk diceritakan, menyebabkan pasien ataupun keluarga pasien tidak melaporkan kejadian inkontinensia urine kepada petugas kesehatan. Padahal sesungguhnya inkontinensia urine merupakan masalah kesehatan pada usia lanjut yang dapat diselesaikan (Setiati & Pramantara, 2007).

Hasil wawancara dengan pegawai Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur pada bulan Januari 2016 terdapat 78 lansia. Setelah dilakukan studi pendahuluan dengan cara tanya jawab dari 10 lansia didapatkan 8 lansia mengalami inkontinensia urine. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran penanganan lansia dengan inkontinensia urin di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur Yogyakarta.

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah Gambaran Lansia dengan Inkontinensia Urine di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran lansia dengan inkontinensia urine di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui jumlah inkontinensia urine stress. b. Diketahui jumlah inkontinensia urine urgensi.

c. Diketahui jumlah inkontinensia urine karena penyebab lain. d. Diketahui jumlah inkontinensia urine campuran.

e. Diketahui jenis kelamin lansia dengan inkontinensia urine. f. Diketahui umur lansia dengan inkontinensia urine.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan perawatan lansia dengan inkontinensia urine pada lanjut usia.

2. Bagi Perawat dan Petugas Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur

Sebagai pertimbangan perawat dan petugas Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur mengenai pentingnya perawatan lansia untuk mengatasi masalah inkontinensia urine pada lanjut usia.

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

3. Bagi Lanjut Usia

Meningkatkan pengetahuan lanjut usia dalam mengatasi inkontinensai urine dan komplikasi inkontinensia urine.

E. Keaslian Penelitian

1. Collein (2012) dalam penelitian ini berjudul “Pengalaman Lansia Dalam Penanganan Inkontinensia Urine Di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologi dengan desain deskriptif eksploratif dan data diolah dengan menggunakan Teknik Collaizi (1978) yang terdiri dari 7 (tujuh) langkah dengan jumlah partisipan yang ikut serta dalam penelitian ini adalah 2 orang dengan usia >90 tahun. Hasil penelitian didapatkan 3 (tiga) tema yaitu buang air kecil dimana saja, tidak ada pencegahan khusus untuk mengatasi ngompol, petugas kesehatan tidak pernah member tahu tentang perawatan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti penanganan inkontinensia urine pada lansia. Perbedaan pada penelitian ini adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan jumlah responden.

2. Mustofa (2009) “ Pengaruh Latihan Kagel Terhadap Frekuensi Inkontinensia Urine Pada Lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan “Time Series Design” yang dilakukan pada 24 orang responden, untuk mengetahui pengaruh latihan kagel terhadap frekuensi inkontinensia urine pada lansia. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dilakukan latihan kagel terjadi penurunan frekuensi inkontinensia urine sebesar 21,6% dari 10,043 kali menjadi 7,871 kali. Dari hasil uji T-dependent test didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga ada pengaruh latihan kagel terhadap frekuensi inkontinensia urine pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti inkontinensia urine pada lansia. Perbedaan pada penelitian ini adalah desain penelitian

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

menggunakan Quasi Eksperimental tempat penelitian, waktu penelitian, dan judul penelitian.

3. Matiningsih (2014) “ Pengaruh Latihan Kagel Terhadap Inkontinensia Urine Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wherda Meci Angi Bima”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperiment dengan menggunakan pendekatan non-randomized one-group pretest posttest design. Hasil penelitian menunjukan frekuensi berkemih lansia sebelum dilakukan latihan kagel terdapat 32,5% yang mengalami inkontinensia urine sedang dengan frekuensi berkemih 6-10 kali sehari, serta terdapat 5% lansia yang mengalami inkontinensia urine berat dengan frekuensi berkemih lebih dari 10 kali sehari. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti inkontinensia urine pada lansia. Perbedaan pada penelitian ini adalah rancangan penelitian menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan desain deskriptif eksploratif.

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

29

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur terletak di Kasongan Bantul Yogyakarta merupakan panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat baik yang berada didalam panti maupun yang berada diluar panti.

Pada saat ini BPSTW Yogyakarta mempunyai 2 (dua) Unit yaitu BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso di Pakem Kab. Sleman dan BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan Bantul.

BPSTW Unit Budi Luhur memiliki beberapa program pelayanan baik dalam panti maupun luar panti, diantaranya program rutin (regular), pelayanan khusus, day care service, home care service, truma service, dan tetirah (tinggal sementara). Responden pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal didalam panti yaitu yang mendapat program rutin dan program pelayanan khusus. Program rutin (regular) adalah program yang ditunjukan untuk lansia terlantar baik secara sosial maupun ekonomi, yang terdiri dari 6 wisma biasa dan 1 ruang dengan total lansia sebanyak 78 orang. Program pelayanan khusus adalah program yang ditunjukan pada lansia yang mengalami permasalahan sosial tetapi tidak secara ekonomi, yang terdiri dari 2 wisma dengan jumlah lansia 13 orang. Di setiap wisma terdapat satu kamar mandi, satu ruang makan, satu ruang tamu, satu ruang untuk berkumpul, satu tempat mencuci dan menjemur pakaian, tempat mencuci piring, dan terdapat taman kecil disetiap wisma. Selain terdapat wisma di BPSTW

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

30

Budi Luhur terdapat poliklinik, aula, tempat keterampilan, masjid, kantor pengurus BPSTW, ruangan untuk melakukan ibadah, dapur. 2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat ditabel 2 dibawah ini.

a. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Jenis Kelamin (N=78)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia 45-59 tahun 60-74 tahun 75-90 tahun 4 42 32 5,1 53,8 41,0 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 27 24 10 13 4 28 50 34,6 30,8 12,8 16,7 5,1 35,9 64,1 Total 78 100,0

Berdasarkan tabel 2 diketahui mayoritas responden berada dalam kategori lanjut usia (60-74 tahun) sebanyak 42 lansia (53,8%), tidak sekolah sebanyak 27 lansia (34,6%), dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 lansia (64,1%).

3. Jenis Inkontinensia Urine Pada Lansia a. Gambaran Inkontinensia Urine

Gambaran inkontinensia urine pada lansia dapat dilihat pada table 3.

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

31

Tabel 3 Gambaran Inkontinensia Urine Pada Lansia (N=78)

Jenis Inkontinensia Urine Frekuensi (n) Presentase (%)

Tidak Inkontinensia Urine Inkontinensia Urine Stres Inkontinensia Urine Urgensi Inkontinensia Urine Penyebab Lain Inkontinensia Urine Campuran 24 4 27 8 15 30,8 5,1 34,6 10,3 19,2 Total 78 100,0

Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa mayoritas responden berada pada kategori inkontinensia urine urgensi sebanyak 27 lansia (34,6%). Data yang ditunjukan tabel 3 adalah 24 lansia (30,8%) tidak mengalami inkontinensia urine.

b. Gambaran Inkontinensia Urine Berdasarkan Karakteristik Responden

Gambaran Inkontinensia Urine Berdasarkan Karakteristik Responden dapat dilihat pada tabel 4.

1) Tabel 4 Tabulasi Jenis Inkontinensia Urine Berdasarkan Karakteristik Responden Usia

Karakteristik

Jenis Inkontinensia Urine Inkontinen sia Urine Stress Inkontinen sia Urine Urgensi Inkontinen sia Penyebab Lain Inkontinen sia Urine Campuran N % N % N % N % Usia 45-59 tahun 60-74 tahun 75-90 tahun 0 1 3 0 1,3 3,8 0 6 21 0 7,7 26,9 0 4 4 0 5,1 5,1 0 11 4 0 14,1 5,1 Total 4 5,1 27 34,6 8 10,3 15 19,2

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

32

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa jumlah karakteristik responden pada kategori inkontinensia urine mayoritas usia lanjut (75-90 tahun) sebanyak 21 lansia (26,9%).

2) Tabel 5 tabulasi jenis inkontinensia urine berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin

Karakteristik

Jenis Inkontinensia Urine Inkontinen sia Urine Stress Inkontinen sia Urine Urgensi Inkontinen sia Penyebab Lain Inkontinen sia Urine Campuran N % N % N % N % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3 1 3,8 1,3 7 20 9,0 25,6 3 5 3,8 6,4 4 11 5,1 14,1 Total 4 5,1 27 34,6 8 10,3 15 19,2

Bedasarkan tabel 5 diketahui bahwa jumlah karakteristik responden pada kategori inkontinensia urine mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 lansia (25,6%) mengalami inkontinensia urine urgensi.

B. Pembahasan

1. Gambaran karakteristik lansia dengan inkontinensia urine

Hasil penelitian terhadap responden diketahui usia responden mayoritas dari besar sampel 78 berusia 60-74 tahun sebanyak 42 lansia (47,7%), karena usia yang lebih tua membuat otot-otot kandung kemih melemah sehingga menyebabkan frekuensi berkemih meningkat dibandingkat dengan usia yang lebih muda (Maryam et al.,2008). Maka dari itu pada lansia secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada system urogenital bagian bawah merupakan faktor terjadinya inkontinensia urine (Setiati & Pramantara, 2007).

Berdasarkan karakteristik responden yang dilihat dari jenis kelamin mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 57 lansia (64,8%). Menurut Smeltzer & Bare (2006) inkontinensia urine lebih

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

33

sering dijumpai pada lanjut usia khususnya perempuan. Inkontinensia urine terjadi pada perempuan karena kehilangan tonus otot dasar panggul karena dihubungkan dengan melahirkan anak, rolaps pelvis seperti sistokel, uretra lebih pendek secara anatomis dan kelemahan sfingter Stanley & Beare (2007). Hal ini sesuai dengan pendapat (Darmojo & Martono, 2006) mengatakan bahwa pada perempuan berkurangnya kadar estrogen dan melemahnya otot-otot panggul karena proses melahirkan atau persalinan sehingga perempuan berpotensi lebih besar mengalami inkontinensia urine.

2. Gambaran inkontinensia urine pada lansia

Berdasarkan jenis inkontinensia urine pada lansia bahwa responden berada pada kategori inkontinensia urine urgensi sebanyak 32 lansia (34,6%), tidak inkontinensia urine sebanyak 25 (32,1%). Pada saat penelitian responden banyak yang mengatakan jika mau buang air kecil kamar mandinya terlalu jauh untuk dijangkau akibatnya sebelum sampai kekamar mandi pipisnya sudah keluar. Pada lansia dengan kategori inkontinensia urine urgensi tersebut, lansia kebanyakan tidak bisa menahan pipisnya untuk sampai kekamar mandi. Beberapa problem neurologis yang dikaitkan dengan inkontinensia urine urgensi yang terjadi pada jenis inkontinensia urine ini mengeluh tidak cukupnya waktu untuk sampai kekamar mandi namun urine sudah keluar terlebih dulu dan prosesnya sangat cepat antara keinginan berkemih dan proses keluarnya urine sebelum berada dikamar mandi (Ackley, 2008). Inkontinensia urine urgensi disebabkan karena saraf yang rusak mengirimkan sinyal ke kandung kemih untuk berkontraksi yang menyebabkan desakan untuk buang air kecil yang sering, biasanya lebih dari 8 kali selama 24 jam dan pada malam hari sering kebangun untuk buang air kecil (Potter & Perry, 2009). Output urine yang berlebihan bisa disebabkan karena intake cairan yang banyak, minuman berkafein, dan adanya masalah endokrin (Doughty, 2006).

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

34

Berdasarkan hasil penelitian jumlah inkontinensia urine campuran sebanyak 15 lansia (19,2%), kebanyakan dari lansia tersebut mengatakan sering merasa ingin buang air kecil pada saat aktivitas fisik seperti saat senam dan kegiatan lainnya tapi tidak bisa menahan sampai kekamar mandi. Untuk inkontinensia urine campuran merupakan kombinasi dari setiap jenis inkontinensia urine dan kombinasi yang paling umum adalah inkontinensia urine tipe stress dan tipe urgensi (Ackley, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian jumlah inkontinensia urine penyebab lain sebanyak 8 lansia (10,3%), kebanyakan dari lansia tersebut mengatakan tanpa adanya aktivitas fisik atau rasa desakan bahwa ingin buang air kecil. Dari 8 lansia yang mengalami gangguan kognitif sedang sebanyak 6 orang dilakukan dengan cara mengajari lansia untuk berkemih pada waktu tertentu dan diingatkan oleh petugas atau pengasuh. Pada inkontinensia urine penyebab lain itu dikarenakan kelainan neurologic seperti : stroke dan demensia (Darmojo & Martono, 2007). Inkontinensia urine penyebab lain disebabkan oleh keterbatasan mobilitas karena kondisi nyeri arthritis, deformitas panggul, deconditioning fisik, stenosis spinal, penglihatan yang buruk, hipotensi postural atau post prandial, claudication, perasaan takut jatuh, masalah kaki atau ketidakseimbangan karena penggunaan obat-obatan (Doughty, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian jumlah inkontinensia urine stress sebanyak 3 lansia (3,8%), kebanyakan dari lansia tersebut mengatakan ingin buang air kecil pada saat batuk, bersin, tertawa dan mengangkat beban berat atau gerakan yang menimbulkan tekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan stress yang kemudian membuat kebocoran urine. Untuk inkontinensia urine stress yaitu terjadinya kebocoran atau kehilangan urine karena meningkatnya tekanan didalam abdomen sehingga tidak terdapat aktivitas kandung kemih (Ackley, 2008).

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

35

C. Keterbatasan Penelitian

a. Terdapat hambatan pada saat proses penelitian yaitu : kondisi didalam ruangan yang kurang kondusif (banyaknya penghuni wisma yang keluar masuk ruangan, dan banyaknya mahasiswa praktikan). Sehingga proses penelitian kurang maksimal.

b. Diagnosis inkontinensia urine hanya berdasarkan kuisioner dan tidak didasarkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Lansia yang tidak mengalami inkontinensia urine sebanyak 25 lansia (32,1%).

2. Lansia yang mengalami inkontinensia urine stress sebanyak 3 lansia (3,8%).

3. Lansia yang mengalami inkontinensia urine urgensi sebanyak 27 lansia (34,6%).

4. Lansia yang mengalami inkontinensia urine penyebab lain sebanyak 8 (10,3%).

5. Lansia yang mengalami inkontinensia urine campuran sebanyak 15 (19,2%).

6. Jenis kelamin lansia dengan inkontinensia urine laki-laki sebanyak 17 lansia (21,8%), dan perempuan sebanyak 37 lansia (47,4%).

7. Umur lansia yang mengalami inkontinensia urine mayoritas berumur 75-90 tahun sebanyak 21 lansia (26,9%).

B. Saran

1. Bagi Pengasuh BPSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta

Mendampingi dan memotivasi lansia untuk melakukan senam kagel. 2. Bagi Institusi Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Dapat digunakan sebagai informasi dalam memberikan gambaran tentang prevalensi inkontinensia urine di BPSTW.

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

37

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Wawancara dengan lansia agar penyebab inkontinensia urine tergali.

b. Melakukan penelitian antara korelasi inkontinensia urine dengan faktor yang lain.

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

38

DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B.J. & Ladwig, G. B. (2008). Nursing Diagnosis Handbook And Evidence-Besade Guide To Plaining Care (Eigth Edition), Mosbi Elserver. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azizah (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta : Graha ilmu.

Aru W, S., Setiyohadi. B., Alwi I., Simadibrata K.M. & Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 111 Edisi IV, FKUI, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (2013). Jumlah Lansia Di Indonesia, BPS. Yogyakarta. Brown JS, Bradley CS, Subak LL, et al. (2006) The sensitivity and specificity of a

simple test tobdistinguish between urge and stress urinary incontinence. Ann Intern Med;144:715-723. www.ncbi.nlm.gov/pubmed/16702587 Collein (2012), Pengalaman Lansia Dalam Penanganan Inkontinensia Urin di

Wilayah Kerja Puskesmas Kamoji. Volume 7, No.3.

http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/artide/download/403/230

Darmojo & Martono. (2006). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI. (2010). Pedoman Pengelolaan Kesehatan dikelompok Lanjut Usia. Jakarta: Depkes RI.

Doughty, D. B. & Burns, P. A. (2006). Urinary & Fecal Incontinence Current Management Concepts. Mosby Elsevier, St. Lovis. USA. P. 77-89.

Effendi, F. & Makfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kuntjoro. (2012). Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. Diakses tanggal 18 April 2015. http://www.e-pisikologi.co.id.

Martiningsih. (2014). Pengaruh Latihan Kagel Terhadap Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Panti sosial Tresna wherda Meci Angi Bima. Volume 8, No.2.

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

39

http://poltekkes-mataram.ac.id/cp/wp-content/uploads/2015/08/3.-Dahlan-1292-1297.

Maryam, R. S., Eka S., Mira F., Rosidawati., Jubaedi, & Batubara, I. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2013). Konsep dan Metode Penelitian ilmu Keperawatan Pedoman skripsi, Tesis dan instrument Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, A. & Perry, AG. (2009). Fundamental keperawatan Buku 1 Ed.7. Jakarta : Salemba Medika.

Pranaka K. (2009). Buku Ajar Geriatri Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. . (2011). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 (Edisi 3). Jakarta: FKUI.

Purnomo, B. B. (2008). Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. CV Sagung Seto, Jakarta.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Edisi ke-2. Penerbit: Nuha Medika, Yogyakarta.

Setiati, S. & Pramantara, 1. D. P. (2007). Inkontinensia urin dan kandung kemih Hiperaktif. Dalam : Aru w. Sudoyo, Bambang s., Idrus Alwi, Marcellus s.k., Siti Setiati. Ilmu penyakit Dalam FKUI. Edisi 4. Jakarta : FK UI.PP : 1392.

Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Smeltzer & Bare (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta,cv.

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

40

Susenas. (2014). Badan Pusat Statistik dan Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

Stanley M., & Beare G. P. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi ke-2 (Nety Juniarti & Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Widyaningsih (2009). Pengaruh Latihan Kagel Terhadap Frekuensi Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Volume 2, No.2. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4798&val=434 Wilkison M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

World Health Organization. (2011). Prevalence Urinary Incontinence. Diakses

tanggal 10 Januari 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah atau raja harus mempunyai sikap yang dapat memahami tiga golongannya: yang rendah, sedang, tinggi. Lalu memahami sabda sang prabu, sang rama. Sang resi,

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh P-Value interaksi metode dan aktivitas belajar = 0,590 > 0.05, maka

Serta dapat mengirimkan SMS mengenai jumlah paket data berdasarkan protocol dan juga dapat memberikan perintah untuk mematikan atau me- restart server.Kesimpulan yang

Sedangkan metode perancangan terdiri dari perancangan sistem yaitu dengan menggunakan metode waterfall yang merupakan salah satu tahapan dari Software Development Life Cycle

personal selling , publisitas, dan promosi penjualan terhadap keputusan pengambilan kredit pada Bank Danamon Indonesia Cabang

Manfaat dari tesis ini adalah hasil evaluasi yang telah dilakukan melalui pengujian secara eksperimen maupun parameter model dapat memberikan informasi apakah kapal perang

Implementasi ke dalam bahasa pemrograman C dari kedua macam algoritma diatas, menunjukkan bahwa waktu komputasi algoritma midpoint lebih cepat sebesar 8 kali pada pembuatan garis

Ruang lingkup pekerjaan meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan data terbaru yang akan dijadikan materi dalam Dokumen Standar Satuan Harga Barang dan Jasa Kota Banjarmasin