• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMISASI POLA RATOON DAN TEBU BARU TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PT. MADUBARU PG. MADUKISMO, YOGYAKARTA YETTI ARIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMISASI POLA RATOON DAN TEBU BARU TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PT. MADUBARU PG. MADUKISMO, YOGYAKARTA YETTI ARIANI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMISASI POLA RATOON DAN TEBU BARU

TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI PT. MADUBARU PG. MADUKISMO, YOGYAKARTA

YETTI ARIANI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimisasi Pola Ratoon dan Tebu Baru Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PT. Madubaru PG. Madukismo, Yogyakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014 Yetti Ariani NIM F14090099

(4)

ABSTRAK

YETTI ARIANI. Optimisasi Pola Ratoon dan Tebu Baru Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PT. Madubaru PG. Madukismo, Yogyakarta. Dibimbing oleh SETYO PERTIWI.

Gula merupakan salah satu komoditi perdagangan utama yang digunakan untuk mengubah cita rasa makanan atau minuman menjadi manis. Konsumsi gula di Indonesia terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pertumbuhan jumlah industri yang memerlukan gula sebagai bahan bakunya. Namun peningkatan konsumsi gula belum bisa diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Tujuan penelitian ini adalah melakukan optimisasi pada pola ratoon tanaman tebu di perkebunan tebu, dengan fungsi tujuan meminimalisasi biaya dan atau memaksimalkan hasil. Data yang diambil adalah data sekunder pada lahan tebu PG. Madukismo di kabupaten Sleman dan Bantul dalam kurun waktu lima tahun terhitung mulai tahun 2008 sampai tahun 2012. Kebun yang digunakan sebagai penelitian berjumlah enam kebun, tiga dari Sleman dan tiga dari Bantul. Masing-masing dihitung jumlah produksi tebu dan gulanya, kemudian dihitung biaya produksi yang dikeluarkan secara keseluruhan, sehingga didapatkan hasil akhir laba dari perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, jumlah keprasan yang sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang terus meningkat adalah sebanyak tiga kali keprasan.

Kata kunci: biaya produksi, keprasan, tebu

ABSTRACT

YETTI ARIANI. Optimization of Sugar Cane (Saccharum officinarum L.) Ratoon Cropping Pattern and Plant Cane at PT. Madubaru PG. Madukismo, Yogyakarta. Supervised by SETYO PERTIWI.

Sugar is one of the important trade commodities which is used for sweetening the taste of food or drink. Sugar consumption in Indonesia is continuously increasing inline with the increase of population, the increase in standard of living, and the growing number of industries that need sugar as its raw material. However, the increase of sugar consumption has not been offset by domestic sugar production. The purpose of this study was to perform optimization on sugar cane ratoon crop patterns on the sugar cane plantations, with the goal of minimizing cost function and or maximizing the results. The secondary data is taken from PG. Maduk ismo in Sleman and Bantul. It covered five years data, spanning from the year 2008 to 2012. Six plantations were used for research, three of them were from Sleman and the other three were from Bantul. From each plantation, the amount of cane and sugar production, and the production costs incurred were calculated, so that it obtained the company's profit. Based on the research conducted, the number of ratoon that should be done to get increasing profits is as much as three times ratoon.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

YETTI ARIANI

OPTIMISASI POLA RATOON DAN TEBU BARU

TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI PT. MADUBARU PG. MADUKISMO, YOGYAKARTA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Optimisasi Pola Ratoon dan Tebu Baru Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PT. Madubaru PG. Madukismo, Yogyakarta Nama : Yetti Ariani

NIM : F14090099

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr Pembimbing

Dr Ir Desrial, M. Eng

Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

(7)

Judul Skripsi: Optimisasi Pola Ratoon dan Tebu Baru Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.) di PT. Madubaru PG. Madukismo, Yogyakarta

Nama : Yetti Ariani NIM : F14090099

Disetujui oleh

Dr. Jr. Set 0 Pertiwi M.A r

Pembimbing

Desrial, M. Eng

Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 ini ialah pengoptimisasian, dengan judul Optimisasi Pola Ratoon dan Tebu Baru Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PT. Madubaru PG. Madukismo, Yogyakarta

Selama kegiatan penelitian dan penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak. penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mamah, Papah, Mbak Early, Mas Wisnu, Rasheesa dan seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materil.

2. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan baik dan sabar, memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku dosen penguji pada sidang sarjana yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Muhammad Syaiful Anam, Bapak Nugroho, Bapak Kelik, Alteco, dan karyawan pabrikasi yang telah membantu dan mendukung selama penelitian di PG. Maduk ismo.

5. Sahabatku tercinta KEMOCENG, Gina Annisa, Gina Lupita, Eti Supriati, Awanis, Nur Rahma, Kristen Natashia, Ni Made Citta, Tiara Etika, Ni Putu Dian, Monalhysa, Stevy Susetyaning, Raisa Oktaviani, Selviana Br Bangun, Sueritah Henny, Rizqy Maydia, Vina Rondang M, Hairunnisa, atas doa, dukungan, dan semangat dari kalian, serta Nurul Choerunissa atas dukungan moril selama ini.

6. Sahabatku ORION 46 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah menjadi semangat selama kuliah di departemen.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2014 Yetti Ariani

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Tanaman Tebu 2 Tanaman Pertama 3 Tanaman Keprasan 4 Analisis Biaya 5 METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Metode Pelaksanaan 7

Prosedur Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Keadaan Umum Perusahaan 8

Hasil Tebu dan Gula 8

Biaya Produksi dan Penerimaan Bersih Pabrik 13

Pendapatan Petani 19

Pola Keprasan Optimum 20

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 25

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rincian Petak Kebun yang Diamati 5

2 Rencana Jadwal Pelaksanaan Plant Cane dan Ratoon Cane 6 3 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu Keprasan pada Lahan Tebu Petak 1 9 4 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu Keprasan pada Lahan Tebu Petak 2 9 5 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu Keprasan pada Lahan Tebu Petak 3 10 6 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu Keprasan pada Lahan Tebu Petak 4 10 7 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu Keprasan pada Lahan Tebu Petak 5 11 8 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu Keprasan pada Lahan Tebu Petak 6 11 9 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi Tebu Keprasan pada Petak 1 13 10 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi Tebu Keprasan pada Petak 2 14 11 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi Tebu Keprasan pada Petak 3 14 12 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi Tebu Keprasan pada Petak 4 14 13 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi Tebu Keprasan pada Petak 5 14 14 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi Tebu Keprasan pada Petak 6 15 15 Keuntungan Kumulatif Pabrik Sebelum dan Sesudah Penyusutan 18

16 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 1 19

17 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 2 19

18 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 3 19

19 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 4 20

20 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 5 20

21 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 6 20

22 Hasil Rata-rata Panen Tebu 21

23 Keuntungan Kumulatif yang Didapat Petani Tebu 21

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman Tebu 2

2 Tanaman Tebu Lahan Sawah 3

3 Tanaman Tebu Lahan Kering 3

4 Hasil Produktivitas Tebu di Tiap Lahan Petani 12 5 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 1 15 6 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 2 16 7 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 3 16 8 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 4 17 9 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 5 17 10 Penerimaan Bersih dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 6 18 11 Keuntungan Kumulatif Pabrik Sebelum dan Sesudah Penyusutan 18 12 Hasil Rata-rata Tanaman Tebu pada Beberapa Tingkat Keprasan 22 13 Keuntungan Kumulatif Rata-rata Petani Tebu pada Beberapa Tingkat

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram Pengambilan Keputusan Kelayakan Keprasan untuk Produksi

di Pabrik Gula 25

2 Data Kebun 26

3 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 1 29 4 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 2 30 5 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 3 31 6 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 4 32 7 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 5 33 8 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 6 34

9 Perincian Biaya PG. Maduk ismo 35

10 Klasifikasi Biaya dan Pendapatan PG. Madukismo 36

11 Rekapitulasi Data Produksi PG. Madukismo 38

12 Peta Rayon Sleman 39

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gula merupakan salah satu komoditi perdagangan utama yang digunakan untuk mengubah cita rasa makanan atau minuman menjadi manis. Konsumsi gula di Indonesia terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, peningkatan taraf hidup dan pertumbuhan jumlah industri yang memerlukan gula sebagai bahan bakunya. Namun peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri.

Produksi gula nasional belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan produktivitas tebu di Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya produktivitas merupakan konsekuensi logis merosotnya kualitas teknis budidaya yang ada di petani. Sementara itu, peningkatan produktivitas dapat dilaksanakan dengan peningkatan tebu/ha dan rendemen. Teknik budidaya yang berpengaruh pada produktivitas tebu salah satunya adalah penggunaan sistem keprasan dengan frekuensi terlalu banyak (P3GI 2008).

Menurut Panudju (2013) berawal dari kondisi pergulaan Indonesia yang kurang menggembirakan pada awal reformasi tahun 1998 sampai tahun 2001 serta potensi pengembangan dan pangsa pasar dalam negeri yang masih sangat luas akibat produksi belum dapat sepenuhnya menutupi kebutuhan gula secara keseluruhan, maka pemerintah bersama stakeholders pergulaan nasional sepakat untuk meningkatkan produktivitas dan produksi gula nasional.

Produktivitas tebu di kebun dipengaruhi oleh banyaknya ratoon yang dilakukan oleh pabrik gula. Di PG. Tjoekir, tanaman tebu keprasan yang dilakukan lebih dari tujuh kali dan besarnya mencapai 70% dari luas keseluruhan. PG. Gunung Madu Plantations melakukan keprasan tiga sampai empat kali. Di sebagian kebun PG. Maduk ismo, ratoon dilakukan berulang kali, bahkan ada yang bisa mencapai belasan kali. Hasil yang didapatkan pun sangat bervariasi, sehingga ada hasil tebu yang sangat kecil ukuran maupun bobotnya. Pada umumnya tanaman tebu dapat dikepras sampai tiga kali, namun banyak petani yang memelihara tebu lebih dari keprasan ketiga dan bahkan di beberapa tempat terdapat pengeprasan tebu hingga lebih dari sepuluh kali (Naruputro 2009).

Semakin banyak ratoon maka akan semakin menurun produktivitasnya. Tanaman tebu yang dikepras berkali-kali produktivitasnya menurun, hal ini disebabkan rumpun tanaman semakin dangkal sehingga terjadi kemunduran pada sistem perakaran, dimana daerah perakaran akan menjadi lebih sempit (Anonim 1989). Produktivitas tebu yang menurun juga akan mempengaruhi jumlah gula yang akan diproduksi nantinya. Namun, tidak menutup kemungkinan semakin banyak ratoon bisa menyebabkan meningkatnya jumlah rendemen gula di pabrik gula. Di sisi lain, penanaman tebu dengan ratoon (keprasan) lebih hemat biaya dibanding penanaman tebu baru.

Perbedaan plant cane dan ratoon cane terletak di pengolahan tanah dan kebutuhan bibit, plant cane melakukan pengolahan tanah dan pengadaan bibit, sedangkan ratoon cane tidak. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan biaya, dimana untuk plant cane akan lebih mahal daripada ratoon cane. Oleh karena itu

(13)

2

perlu adanya pola atau jadwal ratoon cane yang optimal agar produktivitas tebu dapat maksimal.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis biaya produksi dan produktivitas tebu baru dan ratoon tanaman tebu.

2. Melakukan optimisasi pada pola ratoon tanaman tebu untuk memaksimumkan hasil.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Tebu

Bagian utama tanaman tebu adalah akar, batang, daun, dan bunga. Tanaman tebu berakar serabut yang memiliki fungsi melekatkan tanaman, menyerap air dan garam mineral serta sebagai organ penyimpan (Hidayat 1995). Gambar tanaman tebu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Tanaman Tebu

Dalam proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam melakukan penanamannya. Pertama adalah dengan cara PC (Plant Cane) dan kedua adalah dengan cara keprasan atau RC (Ratoon Cane). Tanaman PC adalah tanaman tebu baru yang ditanam di lahan tebu yang dibongkar setelah panen. Lahan tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum ditanami. Tanaman keprasan adalah tanaman tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah tebu ditebang dan dikepras.

Terdapat dua jenis pengusahaan tanaman tebu di Indonesia, yaitu tebu sawah dan tebu lahan kering. Tebu lahan kering memungkinkan untuk dilakukannya pengeprasan sebab tidak dipengaruhi oleh adanya rotasi tanaman. Tanaman tebu lahan sawah dan lahan kering berturut-turut disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(14)

3

Gambar 2 Tanaman Tebu Lahan Sawah

Gambar 3 Tanaman Tebu Lahan Kering Tanaman Pertama

Tanaman tebu pertama adalah tanaman dari bibit tebu pilihan yang ditanam dengan membongkar tanah dan meletakkan bibit tersebut sesuai kebutuhan penanaman. Teknik budidaya tanaman pertama (plant cane) di lahan kering antara lain dengan penetapan masa tanam, pembukaan lahan, penanaman, pemupukan, pembumbunan, dan klentek (PT Perkebunan Nusantara XI 2010). Pemilihan varietas yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman tebu. Setelah ditentukan jenis varietas yang baik, maka hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengadaan bibit (P3GI 2008).

Bibit yang digunakan untuk penanaman tebu ada beberapa jenis, yaitu di antaranya:

a. Bibit Bagal

Bibit yang berasal dari kebun bibit yang terdiri atas bagal mata dua dan bagal mata tiga khusus untuk lahan kurang air.

b. Bibit Dederan

Bibit yang berasal dari hasil persemaian (jawa = dederan) stek-stek batang yang dibuat dengan maksud antara lain:

1. Memperbesar penangkaran

2. Untuk tempat pertumbuhan peralihan bahan bibit yang telah cukup umur sambil menunggu penyiapan lahan untuk tanam.

3. Memperkecil resiko penyulaman karana pada umumnya bibit yang berasal dari bibit dederan langsung dapat tumbuh.

(15)

4

c. Bibit Rayungan

Bibit yang berasal dari kebun bibit, terbagi atas rayungan bermata satu dan rayungan bermata dua, digunakan untuk tanaman di lahan basah dengan pengairan cukup. Namun demikian bibit rayungan sekarang sudah jarang digunakan dikarenakan jarak antara kebun bibit dan kebun tebu giling yang jauh menyebabkan tingkat kerusakan tinggi serta ketersediaan air yang kurang.

d. Bibit Ceblokan

Sepintas bibit ini sama dengan bibit rayungan. Perbedaannya bibit ceblokan berasal dari stek batang dengan beberapa mata yang ditanam tegak lurus pada papan tanam yang cara penyiapannya sama dengan bibit dederan namun dibuat lebih tebal. Dengan demikian akar stek batang yang ditanam cepat tumbuh dan berkembang sehingga mempercepat bertunasnya mata di buku-buku ruas batang tersebut.

Kondisi kebun bibit harus dijaga agar tetap lembab. Untuk memacu pertumbuhan, dapat dipupuk secukupnya. Selanjutnya perawatan seperti bibit rayungan.

e. Bibit Pucukan

Bibit yang diambil dari pucuk tanaman tebu giling pada saat tebang. Bibit dipotong dari pucuk sepanjang 30-40 cm (3-4 mata). Kebun yang diambil pucuknya murni dan sehat. Bibit jenis ini digunakan jika kekurangan bibit dari KBD.

Tanaman Keprasan

Seiring berkembanganya budidaya tebu khususnya di lahan kering dan makin sempitnya pemilikan lahan dari petani tebu, maka ditempuh cara pengolahan lahan keprasan untuk menanam ulang menjadi tanaman pertama. Di samping kelestarian tanah pertanian dapat dipertahankan dengan berkurangnya pengolahan tanah pada tanaman keprasan, juga harapan agar didapat suatu tingkat biaya produksi setiap satuan hasil menjadi lebih rendah (Djojosoewardho 1978).

Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang telah dipanen sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman baru pada musim tanam selanjutnya (Setyamidjaja dan Azharni 1992). Pengusahaan tebu dengan cara keprasan memberikan beberapa keuntungan, di antaranya adalah: menghemat biaya untuk membuat lubang tanaman dan penyediaan bahan tanam (bibit), waktu relatif lebih singkat dari tebu pertamanya, lebih tahan terhadap kekeringan dan keadaan drainase yang kurang baik. Widodo (1999) menyatakan keuntungan dari penggunaan tanaman keprasan antara lain: tebu dapat tumbuh baik karena perakaran telah beradaptasi dengan keadaan tanah, selain untuk menghemat pemakaian bibit, penggunaan tanaman keprasan juga menjaga kelestarian tanah, lebih tahan terhadap kekeringan, serta lebih menghemat waktu dibandingkan tebu pertmanya.

Produksi keprasan sangat beragam dan biasanya lebih rendah dari tanaman pertama. Pengalaman budidaya yang masih baru dan belumlengkapnya ditemukan paket budidaya pada keprasan diduga mempunyai andil penyebab rendahnya produksi keprasan (Koswara 1989).

(16)

5 Analisis Biaya

Total biaya produksi merupakan penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan mulai dari kegiatan pengadaan bahan baku yang meliputi pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan pengangkutan ke pabrik serta kegiatan pengolahan di dalam pabrik. Biaya penjualan tidak termasuk dalam perhitungan biaya total. Keseluruhan biaya tersebut dipisahkan lagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan sifat atau ketentuan yang dibuat oleh perusahaan (Rahmad 1990).

a. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya pemeliharaan pabrik dan biaya penyusustan. Biaya umum dan administrasi meliputi biaya gaji dan tunjangan administrasi, staf dan pegawai, pemeliharaan kantor dan peralatan, asuransi, perlengkapan dan peralatan kantor, pajak bumi dan bangunan, biaya penerangan kantor dan rumah dinas, serta biaya lain-lain.

Biaya pemeliharaan meliputi biaya pemeliharaan mesin-mesin industri, bangunan pabrik, kendaraan, dan lain-lain, sedangkan biaya penyusustan meliput i mein-mesin industri, bangunan pabrik, kendaraan bermotor dan alat-alat perbengkelan. Data didapatkan dari arsip perusahaan.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya upah, biaya pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman, biaya pengangkutan dan biaya sumber tenaga. Data didapatkan dari arsip perusahaan.

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 April - 23 Mei 2013 di PT. Madubaru PG. Madukismo Yogyakarta. Kebun yang dijadikan obyek penelitian ada di dua kabupaten, yaitu Sleman dan Bantul, seluruhnya berjumlah enam kebun, yaitu: Sragan, Donokitri, Samberembe, Wetan Pundang, Jayan, Kranom dengan rincian seperti pada Tabel 1. Sementara itu Tabel 2 memberikan gambaran rencana jadwal pelaksanaan Plant Cane dan Ratoon Cane.

Tabel 1 Rincian Petak Kebun yang Diamati

No. Petak Lokasi (Desa) Luasan (ha)

1 2 3 4 5 6 Sragan Donokitri Samberembe Wetan Pundang Jayan Kranom 1.26 2.89 1.77 4.17 3.18 1.38

(17)

6

Tabel 2 Rencana Jadwal Pelaksanaan Plant Cane dan Ratoon Cane No Urutan Pekerjaan Umur

Plant Cane Ratoon Cane

1 Penyulaman 2 minggu 10-25 hari

2 Pemupukan - Pupuk I - Pupuk II 7-10 hari 30-35 hari 0-10 hari 40-45 hari

3 Penyiangan Sebelum tanam

dan bersamaan dengan bumbun I,II,III 4 Pembumbunan - Bumbun I - Bumbun II - Bumbun III 1-1.5 bulan 2-3 bulan 3-3.5 bulan 1-1.5 bulan 2-3 bulan 5 Penyiraman - Sebelum dan sesudah pupuk I - Sebelum dan sesudah pupuk II - Menjelang bumbun III 7-10 hari 2 bulan 3-3.5 bulan 2-3 minggu

6 Klentek 6 bulan 6 bulan

7 Kuras got

- Kuras got I - Kuras got II - Kuras got III

Setelah tanam 5 bulan

Menjelang tebu akan ditebang

8 Pengendalian hama penyakit Segera bila terdapat

tanda-tanda atau gejala serangan hama dan penyakit

Segera bila terdapat tanda-tanda atau gejala serangan

9 Pemotongan akar Bersamaan

dengan pelaksanaan keprasan 10 Kepras 1 minggu setelah tebang 11 Pembongkaran tanaman keprasan Menurut kehendak petani sendiri

(18)

7 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan penelitian adalah metode tidak langsung dengan melakukan pengambilan data sekunder, mengamati serta melakukan pencatatan data primer secara langsung pada proses pemeliharaan di kebun tebu PT. Madubaru PG. Madukismo. Data sekunder meliputi data kebun, data analisa usaha tani, data administrasi dan akuntansi perusahaan, data tebu giling, dan data hasil produksi gula, sedangkan data primer meliputi hasil wawancara terhadap petani tebu, hasil wawancara terhadap staf dan karyawan PG. Madukismo, meliputi wawancara tentang jenis lahan tebu, proses budidaya tebu dan pemeliharaannya, hasil produksi gula, hasil produksi tebu, penyakit dan hama.Data tersebut selanjutnya digunakan untuk analisis biaya produksi, hasil, dan optimisasi pola ratoon tanaman tebu untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Prosedur Analisis Data

Analisis biaya dilakukan dari tiap-tiap periode tanam yang mencakup tanaman pertama, keprasan pertama, keprasan kedua, keprasan ketiga, dan seterusnya, dengan menghitung selisih antara biaya produksi dengan penerimaan yang didapat dari penjualan hasil produksi gula. Untuk perhitungan biaya produksi secara umum digunakan perhitungan dengan persamaan-persamaan yang bersumber dari penelitian Arief pada tahun 1990 berikut :

𝑮𝑮𝑮𝑮 = 𝑩𝑩 − 𝑪𝑪...(1) dimana:

GP = Produksi Gula Bagian Perusahaan (ton) B = Produksi Gula Total (ton)

C = Produksi Gula Bagian Petani (ton)

𝑩𝑩𝑮𝑮 = (𝑩𝑩𝑮𝑮𝑮𝑮 + 𝑩𝑩𝑩𝑩 + 𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩 + 𝑮𝑮𝑮𝑮)………(2) dimana:

BP = Biaya Produksi Total Perusahaan (Rp) BPP = Biaya Pokok Penjualan (Rp)

BU = Biaya Usaha (Rp)

BLU = Biaya di Luar Usaha (Rp) PP = Pajak Penghasilan (Rp)

Untuk perhitungan biaya produksi tebu keprasan digunakan persamaan di bawah ini:

𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩 = 𝑩𝑩𝑮𝑮 𝒙𝒙 𝑱𝑱𝑩𝑩𝑩𝑩𝑮𝑮𝑱𝑱𝑩𝑩𝑩𝑩𝑮𝑮……….(3) dimana:

BTK = Biaya Produksi Tebu Keprasan (Rp) JTTG = Bobot Total Tebu Giling (ton) JTKG = Bobot Tebu Kepras Giling (ton)

(19)

8

Perhitungan nilai penerimaan bersih pabrik gula digunakan persamaan ;

𝑮𝑮𝑩𝑩 = {(𝑯𝑯𝑮𝑮𝒙𝒙𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯) − 𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩} x 0.34………..(4) dimana:

HP = Hasil Produksi Gula (ton)

BTK = Biaya Total Produksi Keprasan (Rp)

Nilai penerimaan bersih pabrik setelah dikurangi biaya penyusutan :

𝑩𝑩𝑩𝑩 = 𝑮𝑮𝑩𝑩 − 𝑴𝑴𝒙𝒙𝑴𝑴𝑫𝑫 ……….(5) dimana:

LB = Penerimaan Bersih Setelah Penyusutan (Rp) PB = Penerimaan Bersih Sebelum Penyusutan (Rp) M = Biaya Penyusutan (Rp)

A = Bobot Total Tebu Kepras Giling (ton) D = Bobot Total Tebu Giling (ton)

Kemudian, setelah perhitungan tersebut maka jumlah ratoon yang optimal ditentukan dengan melihat pada ratoon yang ke berapa keuntungan atau penerimaan bersih yang diterima oleh perusahaan mencapai nilai tertinggi (maksimal).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Perusahaan

PG. Maduki smo terletak di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DI. Yogyakarta. Wilayah pengelolaan PG. Madukismo adalah di Provinsi DIY meliputi Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulon Progo, sedangkan untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Temanggung.

PG. Madukismo sebagai pabrik gula yang berlokasi di pulau Jawa dengan lahan tebu sebagian besar milik petani menetapkan sistem bagi hasil dengan pembagian 66% untuk petani dan 34% untuk perusahaan. Nilai usaha tani atau perincian hasil dan biaya dari usaha tani tebu rakyat untung masing-masing kebun disajikan pada Lampiran 3 sampai Lampiran 8.

Hasil Tebu dan Gula

Hasil gula pada petak 1 dengan luas lahan 1.26 hektar yang terletak di Sragan, Sleman, pada tanaman pertama (PC) 4.73 ton kemudian tanaman keprasan pertama sampai keprasan keempat penanaman tebu (R1, R2, R3, R4), berturut-turut adalah 5.04 ton, 5.61 ton, 6.11 ton, dan 6.90 ton. Dari hasil tersebut hasil untuk petani berturut-turut adalah 3.12 ton, 3.33 ton, 3.70 ton, 4.04 ton, 4.55 ton.

(20)

9 Kemudian bagian untuk perusahaan berturut-turut 1.61 ton, 1.72 ton, 1.91 ton, 2.08 ton, 2.35 ton. Tingkat kenaikan hasil tebu keprasan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu dan Gula Tanaman Baru dan Keprasan pada Lahan Tebu Petak 1 (1.26 ha)

Jenis Kebun (Tahun) Hasil Tebu (ton) Hasil Gula (ton) Tingkat Kenaikan (%) Rendemen (%) PC (2008) 55.6 4.73 8.5 R1 (2009) 77.6 5.04 39.57 6.5 R2 (2010) 90.4 5.61 62.59 6.2 R3 (2011) 89.9 6.11 61.69 6.8 R4 (2012) 78.4 6.90 41.00 8.8

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tanaman tebu keprasan pertama mengalami kenaikan hasil tebu sebesar 39.57% dari hasil tanaman pertamanya. Hasil tebu untuk keprasan kedua, sampai keempat juga mengalami kenaikan yaitu berturut-turut sebesar 62.59%, 61.69%, dan 41.00% dari hasil tanaman pertamanya.

Hasil gula pada lahan tebu petak 2 dengan luas lahan 2.89 hektar yang terletak di Donokitri, Sleman, pada tanaman pertama (PC) 27.55 ton kemudian tanaman keprasan pertama sampai keprasan keempat penanaman tebu (R1, R2, R3, R4), berturut-turut adalah 23.77 ton, 22.07 ton, 21.78 ton, dan 23.35ton. Dari hasil tersebut hasil untuk petani berturut-turut adalah 18.19 ton, 15.69 ton, 14.56 ton, 14.37 ton, 15.41 ton. Kemudian bagian untuk perusahaan berturut-turut 9.37 ton, 8.08 ton, 7.50 ton, 7.40 ton, 7.94 ton. Tingkat kenaikan hasil tebu keprasan terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu dan Gula Tanaman Baru dan Keprasan pada Lahan Tebu Petak 2 (2.89 ha)

Jenis Kebun (Tahun) Hasil Tebu (ton) Hasil Gula (ton) Tingkat Kenaikan (%) Rendemen (%) PC (2008) 313.1 27.55 8.8 R1 (2009) 365.7 23.77 16.80 6.5 R2 (2010) 344.8 22.07 10.12 6.4 R3 (2011) 256.2 21.78 18.17 8.5 R4 (2012) 256.6 23.35 18.04 9.1

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tanaman tebu keprasan pertama mengalami kenaikan hasil tebu sebesar 16.80% dari tanaman pertamanya, begitu juga pada keprasan kedua mengalami kenaikan sebesar 10.12%. Akan tetapi pada keprasan ketiga dan keempat mengalami penurunan sebesar 18.17% dan 18.045% dari tanaman pertamanya.

Hasil gula pada lahan tebu petak 3 dengan luas lahan 1.77 hektar yang terletak di Samberembe, Sleman, pada tanaman pertama (PC) 5.34 ton kemudian keprasan pertama sampai keprasan keempat penanaman tebu (R1, R2, R3, R4) berturut-turut adalah 7.26 ton, 6.20 ton, 4.83 ton, dan 5.46 ton. Dari hasil tersebut

(21)

10

hasil untuk petani berturut-turut adalah 3.52 ton, 4.79 ton, 4.09 ton, 3.19 ton, 3.60 ton. Kemudian bagian untuk perusahaan berturut-turut 1.82 ton, 2.47 ton, 2.11 ton, 1.64 ton, 1.86 ton. Tingkat kenaikan hasil tebu keprasan terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu dan Gula Tanaman Baru dan Keprasan pada Lahan Tebu Petak 3 (1.77 ha)

Jenis Kebun (Tahun) Hasil Tebu (ton) Hasil Gula (ton) Tingkat Kenaikan (%) Rendemen (%) PC (2008) 62.8 5.34 8.5 R1 (2009) 108.3 7.26 72.45 6.7 R2 (2010) 98.4 6.20 56.69 6.3 R3 (2011) 71.0 4.83 13.06 6.8 R4 (2012) 69.1 5.46 10.03 7.9

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tanaman tebu keprasan pertama mengalami kenaikan hasil tebu sebesar 72.45%, kemudian pada keprasan kedua sampai keempat juga mengalami kenaikan sebesar 56.69%, 13.06%, dan 10.03% dari tanaman pertamanya walaupun mengalami penurunan hasil dari keprasan pertama.

Hasil gula pada lahan tebu petak 4 dengan luas lahan 4.17 hektar yang terletak di Wetan Pundang, Bantul, pada tanaman pertama (PC) 23.21 ton kemudian keprasan pertama sampai keprasan keempat penanaman tebu (R1, R2, R3, R4) berturut-turut adalah 37.64 ton, 24.57 ton, 14.93 ton, dan 12.44 ton. Dari hasil tersebut hasil untuk petani berturut-turut adalah 15.32 ton, 24.84 ton, 16.22 ton, 9.85 ton, 8.21 ton. Kemudian bagian untuk perusahaan berturut-turut 7.89 ton, 12.80 ton, 8.36 ton, 5.08 ton, 4.23 ton. Tingkat kenaikan hasil tebu keprasan terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu dan Gula Tanaman Baru dan Keprasan pada Lahan Tebu Petak 4 (4.17 ha)

Jenis Kebun (Tahun) Hasil Tebu (ton) Hasil Gula (ton) Tingkat Kenaikan (%) Rendemen (%) PC (2008) 286.5 23.21 8.1 R1 (2009) 432.6 37.64 50.99 8.7 R2 (2010) 336.6 24.57 17.49 7.3 R3 (2011) 171.6 14.93 (-) 40.10 8.7 R4 (2012) 144.7 12.44 (-) 49.49 8.6

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada tanaman tebu keprasan pertama mengalami kenaikan hasil tebu sebesar 50.99%, kemudian pada tanaman tebu keprasan kedua juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 17.49%. Akan tetapi pada keprasan ketiga dan keempat megalami penurunan sebesar 40.10% dan 49.49% dari tanaman pertamanya.

Hasil gula pada lahan tebu petak 5 dengan luas lahan 3.18 hektar yang terletak di Jayan, Bantul, pada tanaman pertama (PC) 20.31 ton kemudian

(22)

11 keprasan pertama sampai keprasan keempat penanaman tebu (R1, R2, R3, R4) berturut-turut adalah 22.41 ton, 31.29 ton, 11.37 ton, dan 12.16 ton. Dari hasil tersebut hasil untuk petani berturut-turut adalah 13.40 ton, 14.79 ton, 20.65 ton, 7.51 ton, 8.02 ton. Kemudian bagian untuk perusahaan berturut-turut 6.90 ton, 7.62 ton, 10.64 ton, 3.87 ton, 4.14 ton. Tingkat kenaikan hasil tebu keprasan terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu dan Gula Tanaman Baru dan Keprasan pada Lahan Tebu Petak 5 (3.18 ha)

Jenis Kebun (Tahun) Hasil Tebu (ton) Hasil Gula (ton) Tingkat Kenaikan (%) Rendemen (%) PC (2008) 250.7 20.31 8.1 R1 (2009) 311.3 22.41 24.17 7.2 R2 (2010) 411.7 31.29 64.22 7.6 R3 (2011) 133.8 11.37 (-) 46.63 8.5 R4 (2012) 143.1 12.16 (-) 42.92 8.5

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada tanaman tebu keprasan pertama mengalami kenaikan hasil tebu sebesar 24.17%, kemudian pada tanaman tebu keprasan kedua juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 64.22%. Akan tetapi pada keprasan ketiga dan keempat megalami penurunan sebesar 46.63% dan 42.92% dari tanaman pertamanya.

Hasil gula pada lahan tebu petak 6 dengan luas lahan 1.38 hektar yang terletak di Kranom, Bantul, pada tahun pertama (PC) sampai tahun kelima penanaman tebu (R1, R2, R3, R4) berturut-turut adalah 15.30 ton, 10.37 ton, 10.46 ton, 6.41 ton, dan 7.08 ton. Dari hasil tersebut hasil untuk petani berturut-turut adalah 10.10 ton, 6.84 ton, 6.90 ton, 4.23 ton, 4.67 ton. Kemudian bagian untuk perusahaan berturut-turut 5.20 ton, 3.52 ton, 3.56 ton, 2.18 ton, 2.41 ton. Tingkat kenaikan hasil tebu keprasan terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu dan Gula Tanaman Baru dan Keprasan pada Lahan Tebu Petak 6 (1.38 ha)

Jenis Kebun (Tahun) Hasil Tebu (ton) Hasil Gula (ton) Tingkat Kenaikan (%) Rendemen (%) PC (2008) 193.7 15.30 7.9 R1 (2009) 167.2 10.37 (-) 13.68 6.2 R2 (2010) 177.3 10.46 (-) 8.47 5.9 R3 (2011) 101.8 6.41 (-) 47.44 6.3 R4 (2012) 107.2 7.08 (-) 44.66 6.6

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada tanaman keprasan pertama sampai keprasan keempat mengalami penurunan dari tanaman pertamanya yaitu sebesar 13.68%, 8.47%, 47.44%, 44.66%. Namun, pada tanaman keprasan ketiga penurunan terjadi sangat signifikan dari tanaman keprasan kedua.

Hasil-hasil tersebut di atas menunjukkan nilai tingkat kenaikan hasil panen yang bervariasi. Pada keenam lahan, hasil tebu pada kepasan pertama selalu

(23)

12

mengalami kenaikan dibanding tanaman pertama, sementara hasil tebu pada keprasan kedua, tiga lahan mengalami kenaikan, tiga lahan yang lain mengalami penurunan. Hasil tanaman keprasan ketiga, dan keempat, tiga lahan mengalami penurunan, dua lahan mengalami kenaikan dibanding tanaman keprasan pertama dan kedua. Pada lahan petak 6 hasil panen mengalami penurunan dibanding tanaman keprasan pertama. Fluktuasi hasil tebu (produktivitas) di setiap lahan petani dari mulai tanaman pertama sampai tanaman keprasan keempat dapat dilihat pada Gambar 4.

Keterangan:

Petak 1 : Kebun Sragan, Sleman Petak 4 : Kebun Wetan Pundang, Bantul Petak 2 : Kebun Donokitri, Sleman Petak 5 : Kebun Jayan, Bantul

Petak 3 : Kebun Samberembe, Sleman Petak 6 : Kebun Kranom, Bantul Gambar 4 Hasil Produktivitas Tebu di Tiap Lahan Petani

Varietas yang digunakan pada petak 1 dan petak 4 adalah varietas PS-851 dengan potensi hasil 28-73.9 ton/ha, hasil produktivitas dari kebun petak 1 dan petak 4 adalah 34.70-103.74 ton/ha. Varietas yang digunakan petak 2 dan petak 5 adalah varietas PS-862 dengan potensi hasil 17.5-88.3 ton/ha, hasil produktivitas dari petak 2 dan petak 5 adalah 42.08-129.47 ton/ha. Varietas yang digunakan pada petak 3 dan petak 6 adalah varietas BL dengan potensi hasil 94.3 ton/ha, hasil produktivitas dari kebun petak 3 dan petak 6 adalah 35.48-140.36 ton/ha. Hal ini menunjukkan produktivitas di keenam kebun masih sangat baik.

Hasil di atas menujukkan besarnya hasil panen tebu keprasan dan rendemen mempengaruhi hasil gula yang diperoleh. Rendemen yang dihasilkan tidak merata, kadang mengalami kenaikan atau penurunan. Pada masing-masing daerah tentu saja berbeda faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai rendemen pada tanaman keprasan (Pramudya dan Pertiwi 1998), antara lain:

a. Iklim regional dan produksi tebu musim tanam sebelumnya. Iklim regional mencakup curah hujan, suhu, radiasi matahari, dan kecepatan angin rata-rata bulanan.

b. Jadwal penanaman dan pemanenan. 0 50 100 150 2008 2009 2010 2011 2012 H as il T ebu (t on /ha) Tahun

Petak 1 Petak 2 Petak 3

(24)

13 c. Kebiasaan operasi lapangan di daerah, termasuk proporsi tanaman tebu dan

ratoon, periode pelaksanaan kegiatan, menggunakan mesin atau manual. d. Kendala sistem termasuk kapasitas penggilingan pabrik, ketersediaan mesin

dan tenaga kerja manusia, serta luasan tanam.

Dari keenam petak kebun yang diamati, lima di antaranya mengalami kenaikan rendemen di R4, hal ini disebabkan oleh banyak faktor dan kemungkinan. Pertama, kemungkinan saat itu di kebun masa tebangnya tidak cocok. Kedua, pada saat tebang kotoran (trash) yang ikut sedikit, sehingga berpotensi menaikkan rendemen. Ketiga, ada tidaknya serangan hama dan penyakit. Keempat, pada saat tebang langsung digiling sehingga kesegaran tebu masih terjaga. Pada awal PC rendemen bagus, namun pada tiga tahun berikutnya mengalami anomali iklim sehingga sangat berpengaruh pada rendemen.

Biaya Produksi dan Penerimaan Bersih Pabrik

Pabrik memiliki bagian sendiri dalam komponen dan porsi yang menjadi tanggungan maupun menjadi pendapatan pabrik. Komponen yang menjadi tanggungan pabrik meliputi biaya pokok penjualan, biaya usaha, biaya di luar usaha, pajak penghasilan, dan biaya masing-masing kebun. Komponen yang menjadi pendapatan pabrik meliputi laba bersih yang didapat dari perhitungan tanam baru dan keprasan, dan penghasilan di luar usaha (tidak berhubungan dengan laba perhitungan dalam pengambilan keputusan yang optimal). Porsi yang didapatkan oleh pabrik adalah 34% bagian dari total keseluruhan yang didapatkan, kemudian sisanya adalah bagian petani.

Penentuan biaya produksi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan tanaman tebu keprasan di PG. Madukismo. Perincian biaya PG. Madukismo selama periode produksi tahun 2008 sampai 2012 disajikan pada Lampiran 9.

Kriteria biaya produksi meliputi biaya pokok penjualan, biaya usaha, biaya di luar usaha, pajak penghasilan. Biaya yang digunakan untuk memproduksi tebu keprasan diperoleh dari perkalian hasil panen tebu keprasan dengan hasil pembagian antara biaya produksi dengan jumlah total tebu yang digiling, sedangkan penerimaan bersih pabrik dari hasil pengolahan tebu keprasan diperoleh dari pengurangan hasil penjualan gula dengan biaya produksinya.

Hasil penerimaan bersih yang diperoleh pabrik sebelum dan sesudah penyusutan untuk lahan petak 1 sampai petak 6 terdapat pada Tabel 9 sampai dengan Tabel 14.

Tabel 9 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 1

Jenis Kebun Tahun Biaya Produksi (Rp) Hasil Gula (ton) Penerimaan Kotor (Rp) Penerimaan Bersih (Rp) Sebelum Sesudah PC 2008 10,496,228 4.73 25,803,629 5,204,516 4,738,126 R1 2009 17,476,467 5.04 34,547,617 5,804,191 5,058,435 R2 2010 17,391,881 5.61 48,684,862 10,639,614 9,807,284 R3 2011 31,425,829 6.11 51,239,838 6,736,763 5,476,454 R4 2012 23,508,876 6.90 68,643,049 15,345,619 14,476,115

(25)

14

Tabel 10 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 2

Jenis Kebun Tahun Biaya Produksi (Rp) Hasil Gula (ton) Penerimaan Kotor (Rp) Penerimaan Bersih (Rp) Sebelum Sesudah PC 2008 59,107,356 27.55 150,437,451 31,052,232 28,425,853 R1 2009 82,360,101 23.77 162,813,522 27,354,163 23,839,692 R2 2010 66,335,406 22.07 191,673,300 42,614,884 39,447,252 R3 2011 89,558,369 21.78 182,537,209 31,612,806 28,021,136 R4 2012 76,943,592 23.35 232,335,678 52,833,309 49,987,456

Tabel 11 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 3

Jenis Kebun Tahun Biaya Produksi (Rp) Hasil Gula (ton) Penerimaan Kotor (Rp) Penerimaan Bersih (Rp) Sebelum Sesudah PC 2008 11,855,452 5.34 29,145,106 5,878,482 5,351,696 R1 2009 24,390,481 7.26 49,698,158 8,604,610 7,563,819 R2 2010 18,930,985 6.20 53,844,328 11,870,536 10,966,548 R3 2011 24,819,064 4.83 40,468,827 5,320,919 4,325,569 R4 2012 20,720,196 5.46 54,315,467 11,422,392 10,656,030

Tabel 12 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 4

Jenis Kebun Tahun Biaya Produksi (Rp) Hasil Gula (ton) Penerimaan Kotor (Rp) Penerimaan Bersih (Rp) Sebelum Sesudah PC 2008 58,085,779 23.21 126,703,135.58 24,689,901 22,911,415 R1 2009 97,426,798 37.64 257,778,373.00 54,519,536 50,362,139 R2 2010 64,757,824 24.57 213,431,654.84 50,549,103 47,456,804 R3 2011 59,985,231 14.93 125,136,520.19 22,151,438 19,745,776 R4 2012 43,389,469 12.44 123,814,191.24 27,344,406 25,739,593

Tabel 13 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 5

Jenis Kebun Tahun Biaya Produksi (Rp) Hasil Gula (ton) Penerimaan Kotor (Rp) Penerimaan Bersih (Rp) Sebelum Sesudah PC 2008 47,327,416 20.31 110,874,798.51 21,606,110 19,503,162 R1 2009 70,108,558 22.41 153,519,089.50 28,359,581 25,367,908 R2 2010 79,206,168 31.29 271,775,315.33 65,473,510 61,691,277 R3 2011 46,771,701 11.37 95,329,737.03 16,509,732 14,633,989 R4 2012 42,909,696 12.16 121,028,272.44 24,180,316 22,593,249

(26)

15 Tabel 14 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru

dan Keprasan pada Petak 6 Jenis Kebun Tahun Biaya Produksi (Rp) Hasil Gula (ton) Penerimaan Kotor (Rp) Penerimaan Bersih (Rp) Sebelum Sesudah PC 2008 36,556,895 15.30 83,547,848.86 15,973,524 15,811,043 R1 2009 37,655,480 10.37 70,999,325.50 11,336,908 9,730,073 R2 2010 34,110,404 10.46 90,863,932.17 19,296,199 17,667,368 R3 2011 35,585,644 6.41 53,754,471.43 6,177,401 4,750,266 R4 2012 32,144,790 7.08 70,394,198.25 13,004,799 11,815,885

Hubungan antara penerimaan bersih dari tiap-tiap periode produksi serta biaya produksinya ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 5 sampai Gambar 10.

Gambar 5 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 1

0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 P en eri m aan B ers ih ( R p ) Tahun Petak 1

Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan

(27)

16

Gambar 6 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 2

Gambar 7 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 3

0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 P en eri m aan B ers ih ( R p ) Tahun Petak 2

Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan

Biaya Produksi Penerimaan Kotor

0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 P en eri m aan B ers ih ( R p ) Tahun Petak 3

Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan

(28)

17

Gambar 8 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 4

Gambar 9 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 5

0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 P en eri m aan B ers ih ( R p ) Tahun Petak 4

Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan

Biaya Produksi Penerimaan Kotor

0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 P en eri m aan B ers ih ( R p ) Tahun Petak 5

Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan

(29)

18

Gambar 10 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 6

Tabel 15 Keuntungan Kumulatif Pabrik Sebelum dan Sesudah Penyusutan Jenis Kebun Keuntungan Sebelum Penyusutan (Rp/ha) Keuntungan Sesudah Penyusutan (Rp/ha) PC 7,126,605 6,603,501 R1 9,281,842 8,322,325 R2 13,682,174 12,077,709 R3 6,041,574 5,252,777 R4 9,838,286 9,233,333

Gambar 11 Keuntungan Kumulatif Pabrik Sebelum dan Sesudah Penyusutan 0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 P en eri m aan B ers ih ( R p ) Tahun Petak 6

Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan

Biaya Produksi Penerimaan Kotor

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 PC R1 R2 R3 R4 K eunt u ng an ( R p /ha ) Jenis Kebun

(30)

19 Pendapatan Petani

Besarnya keuntungan petani sebagai pemilik tanaman tebu diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan besarnya biaya yang harus dibayarkan kepada perusahaan.

Penerimaan petani diperhitungkan dari hasil penjualan gula dan hasil penjualan tetes. Biaya yang dibayar oleh petani diperhitumgkan dari biaya bibit, biaya pemeliharaan, biaya pengolahan tanah, biaya luar kebun, bunga bank, dan biaya tebang angkut. Hasil penjualan gula, hasil penjualan tetes yang diterima oleh petani dan biaya yang dibayar petani pada masing-masing kebun disajikan pada Lampiran 3 sampai Lampiran 8.

Dilihat dari nilai sewa lahan yang diberikan oleh petani, maka didapatkan keuntungan bersih bagi petani dari hasil menanam tebunya. Keuntungan petani terdapat pada Tabel 16 sampai Tabel 21.

Tabel 16 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 1 Jenis Kebun Penerimaan Petani (Rp) Biaya (Rp) Sewa Lahan/ha (Rp) Keuntungan (Rp) PC 18,028,551 2,080,376 6,400,000 7,884,175 R1 25,834,392 1,757,752 6,600,000 15,760,640 R2 34,018,187 1,878,104 6,700,000 23,698,083 R3 35,561,041 1,875,779 6,800,000 25,117,262 R4 47,059,212 1,773,673 7,000,000 36,465,539

Tabel 17 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 2 Jenis Kebun Penerimaan Petani (Rp) Biaya (Rp) Sewa Lahan/ha (Rp) Keuntungan (Rp) PC 103,953,049 2,670,257 6,400,000 82,786,792 R1 122,653,362 2,383,902 6,600,000 101,195,460 R2 132,140,980 2,308,338 6,700,000 110,469,642 R3 124,814,007 2,025,859 6,800,000 103,136,148 R4 159,064,060 2,034,319 7,000,000 136,799,741

Tabel 18 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 3 Jenis Kebun Penerimaan Petani (Rp) Biaya (Rp) Sewa Lahan/ha (Rp) Keuntungan (Rp) PC 20,257,329 1,898,151 6,400,000 7,031,178 R1 37,147,623 1,706,144 6,600,000 23,567,479 R2 37,379,308 1,649,638 6,700,000 23,870,670 R3 28,037,721 1,501,341 6,800,000 14,500,380 R4 37,602,545 1,494,345 7,000,000 23,718,200

(31)

20

Tabel 19 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 4 Jenis Kebun Penerimaan Petani (Rp) Biaya (Rp) Sewa Lahan/ha (Rp) Keuntungan (Rp) PC 88,286,327 2,287,286 10,500,000 42,213,841 R1 187,496,097 2,238,490 11,000,000 139,387,607 R2 147,160,988 1,966,881 11,200,000 98,490,107 R3 85,801,569 1,557,920 11,400,000 36,705,649 R4 85,393,753 1,487,487 11,800,000 34,700,266

Tabel 20 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 5 Jenis Kebun Penerimaan Petani (Rp) Biaya (Rp) Sewa Lahan/ha (Rp) Keuntungan (Rp) PC 77,254,388 3,873,632 10,500,000 39,990,756 R1 113,814,144 4,001,911 11,000,000 74,832,233 R2 187,075,097 4,918,307 11,200,000 146,540,790 R3 65,420,808 2,361,287 11,400,000 26,807,521 R4 83,509,813 2,449,506 11,800,000 43,536,307

Tabel 21 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 6 Jenis Kebun Penerimaan Petani (Rp) Biaya (Rp) Sewa Lahan/ha (Rp) Keuntungan (Rp) PC 58,297,233 3,350,547 10,500,000 40,456,686 R1 53,586,988 2,679,673 11,000,000 35,727,315 R2 63,286,135 2,766,790 11,200,000 45,063,345 R3 37,378,277 2,067,400 11,400,000 19,578,877 R4 49,184,137 2,119,983 11,800,000 30,780,154

Pola Keprasan Optimum

Pola keprasan optimum tidak dapat ditentukan jika hanya berpatokan pada hasil dari satu petakan masing-masing daerah. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan secara kumulatif dari enam petak kebun untuk mengambil sebuah keputusan yang optimal.

Besarnya biaya usaha tani dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan antara tanaman pertama dan tanaman keprasan, dimana perbedaan terbesar adalah biaya bibit dan pengolahan tanah. Pada tanaman keprasan tidak ada biaya bibit dan biaya pengolahan tanahnya digunakan untuk perbaikan juringan dari tanaman sebelumnya. Nilai rata-rata keuntungan kumulatif petani dari keenam petak yang terdapat pada Tabel 23, menunjukkan bahwa keuntungan terbesar terdapat pada keprasan kedua, akan tetapi pada keprasan ketiga dan keempat walaupun mengalami penurunan keuntungan dari keprasan kedua tetap masih di atas keuntungan yang didapatkan dari tanam baru.

(32)

21

Tabel 22 Hasil Rata-rata Panen Tebu

Jenis Kebun Hasil (ton/ha) Rendemen (%)

PC 79.31 8.3

R1 95.35 7

R2 97.55 6.6

R3 59.52 7.6

R4 57.91 8.3

Tabel 23 Keuntungan Kumulatif yang Didapat Pabrik dan Petani Tebu Jenis

Kebun

Keuntungan Kumulatif Petani (Rp/ha)

Keuntungan Kumulatif Pabrik (Rp/ha) PC 15,148,503 6,603,501 R1 23,947,821 8,322,325 R2 28,812,398 12,077,709 R3 15,872,305 5,252,777 R4 22,332,183 923,333

Berbeda halnya dengan hasil rata-rata panen tebu yang disajikan pada Tabel 22, bahwa produktivitas tebu terbesar didapat pada tanaman keprasan kedua. Tanaman keprasan ketiga dan keempat mengalami penurunan dan berada di bawah jumlah produktivitas pada tanaman pertama. Rendemen yang dihasilkan pun berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh proses yang terjadi di kebun, seperti jumlah pengairan untuk lahan, umur panen yang tidak tepat, kurang bersihnya saat kletek sehingga saat tebang angkut masih ada daun-daun kering yang ikut terangkut dan ditimbang tetapi tidak bisa menghasilkan gula. Namun apabila rendemen tetap naik walaupun hasil produksi menurun tetap akan dilakukan pengeprasan, karena walaupun keuntungan menurun tetapi perusahaan dan petani tidak mengalami kerugian, sehingga daripada mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk tanaman pertama dalam pengolahan tanah dan pembelian bibit, maka perusahaan tetap melakukan tanaman keprasan kembali berulang-ulang.

Hubungan antara tingkat keprasan dengan hasil panen tebu dan keuntungan kumulatif rata-rata yang diperoleh pabrik dan petani terdapat pada Gambar 12 dan Gambar 13.

(33)

22

Gambar 12 Hasil Rata-rata Tanaman Tebu Tanam Baru dan Beberapa Keprasan

Gambar 13 Keuntungan Kumulatif Rata-rata Petani dan Pabrik Tanam Tebu Baru dan Beberapa Tingkat Keprasan

Pola ratoon (keprasan) yang optimal dapat dicari dengan melihat keuntungan yang maksimal. Hasil rata-rata tanaman tebu tanam baru dan keprasan dapat dilihat dari Gambar 12, kemudian keuntungan yang didapat perusahaan dan petani dapat dilihat dari Gambar 13. Berdasarkan gambar tersebut keuntungan yang paling maksimal atau yang paling besar diperoleh pada pola ratoon yang kedua, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pola ratoon yang optimal adalah pola ratoon yang kedua atau tanaman tebu tahun ketiga.

0 200 400 600 800 1000 1200 PC R1 R2 R3 R4 H as il R at a -r a ta P a ne n t eb u (t on /ha ) Jenis Kebun Hasil 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 PC R1 R2 R3 R4 K eunt u ng an ku m u lat if (R p /ha ) Jenis Kebun

(34)

23

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Biaya produksi tanam baru tanaman tebu di PG.Madukismo meliputi biaya pokok penjualan, biaya usaha, biaya di luar usaha, dan pajak penghasilan, kemudian digunakan untuk menghitung biaya produksi tanam baru dengan menggunakan jumlah total tebu giling dan kepras giling. Biaya produksi tanam baru per hektar berkisar antara Rp 6,697,995 – Rp 26,490,504. Hasil tanam baru selalu digunakan sebagai pembanding tanaman berikutnya.

2. Biaya produksi tanaman keprasan di PG. Madukismo sama dengan tanam baru, hanya saja pada biaya tanaman keprasan di kebun untuk petani tidak lagi membayar biaya biaya bibit dan biaya pengolahan tanah. Dengan demikian biaya produksi tanaman keprasan diperhitungkan berkisar antara Rp 10,405,148 – Rp 30,989,055.

3. Rata-rata keuntungan PG. Madukismo dari hasil tanaman tebu pada petak-petak menunjukkan bahwa hasil tanaman keprasan kedua yang memiliki keuntungan paling besar, baik sebelum penyusutan maupun setelah penyusutan, sehingga pada keprasan ketiga sudah dapat ditanam baru karena pada keprasan ketiga mengalami penurunan keuntungan. Hasil tanaman tebu pada beberapa tanaman keprasan paling besar pada tanaman keprasan kedua dan mengalami penurunan produktivitas pada tanaman keprasan ketiga dan keempat.

Saran

Nilai rendemen sangat berpengaruh pada hasil gula nantinya, sehingga perlu diperhatikan mutu serta kualitas dari tanaman tebu. Kualitas dan mutu pada tanaman tebu dimulai sejak penanaman sampai dengan tebang angkut, sehingga perlu diperhatikan dalam melakukan proses budidaya tanaman tebu sampai di angkut ke pabrik untuk diolah menjadi gula. Sistem keprasan yang paling memaksimalkan keuntungan adalah pada keprasan kedua dan mengalami penurunan pada tanaman keprasan ketiga, namun hasil tersebut masih menguntungkan sehingga tidak ada salahnya untuk tetap melakukan keprasan sampai batas titik impas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Beberapa Pengalaman dan Penerapan Teknik Budidaya Tebu Lahan Kering di PTP XV-XVI. Di dalam Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering, 1989 November 23-25, Pasuruan, Indonesia. Pasuruan (ID): P3GI.

---. 1989. Beberapa Pengalaman Budidaya tebu Lahan Kering di Sepanjang Pantai Selatan Kabupaten Purworejo Wilayah Kerja PG. Madukismo. Di

(35)

24

dalam Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering, 1989 November 23-25. Pasuruan, Indonesia. Pasuruan (ID): P3GI.

Djojosoewardho. 1988. Sumbangan Pikiran Mendukung Kebijakan Pemerintah dalam Upaya Khusus Meningkatkan Produksi Gula. Pusat Penelitian Gula Indonesia. Pasuruan.

Hidayat EB. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung (ID): ITB. Bandung. Hlm 275.

Koswara E. 1989. Pengaruh Kedalaman Kepras terhadap Pertunasan Tebu. Di dalam Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering, 1989 November 23-25. Pasuruan, Indonesia. Pasuruan (ID): P3GI.

Naruputro A. 2009. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG. Krebet Baru, PT. PG. Rajawali I, Malang, Jawa Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[P3GI] Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 2008. Konsep Peningkatan Rendemen.. Pasuruan.[Internet]. [Watu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Pasuruan (ID). Hlm 26 [diunduh 2013 Agustus 20]. Tersedia pada: http:// sugarresearch.org.

Panudju T I. 2013. Pedoman Teknis Perluasan Areal Perkebunan Tebu. Jakarta (ID). hlm 8-14.

Pramudya B, Pertiwi S. 1998. Sugar-cane cropping and Operation Scheduler for Selective Mechanized Plantation. Bogor (ID). Hlm 79-79.

[PTPN XI] PT. Perkebunan Nusantara XI. 2010. Panduan Teknik Budidaya Tebu. PT Perkebunan Nusantara XI. Surabaya(ID): PTPN XI.

Rahmad A. 1990. Analisis Keprasan Optimal Per Tanaman Tebu untuk Produksi gula Studi Kasus di PG Kremboong-Sidoarjo. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setyamidjaja D, Azharni H. 1992. Tebu Bercocok Tanam dan Pascapanen.. Jakarta (ID): CV. Yasaguna. Hlm 152.

Widodo. 1999. Pengusahaan TRI di Wilayah Kerja PG. Tasik Madu PTP XV – XVI, Surakarta, Jawa Tengah. Bogor (ID): IPB Pr.

(36)

25 Lampiran 1 Diagram Pengambilan Keputusan Kelayakan Keprasan untuk

Produksi di Pabrik Gula

Input primer :

Sistem Penanaman Tebu: - tanaman baru - keprasan pertama

- keprasan kedua - keprasan ketiga - keprasan keempat

Input Sekunder: output:

- biaya produksi - hasil di lahan

- kondisi lahan - hasil produksi

- kondisi perusahaan -penerimaan bersih

Kelayakan Keprasan Analisis Biaya

(37)

Kebun Wetan Pundang, Bantul, 4.17 hektar N A B C GP D E H M 2008 2865 232.06 153.16 78.9 4,585,734 85,326,787,795 545,993 3,846,654,119 2009 4326 376.36 248.39 127.97 4,780,076 105,977,683,460 684,925 4,593,775,717 2010 3366 245.72 162.17 83.55 5,234,132 98,511,489,805 868,597 4,808,527,526 2011 1716 149.29 98.53 50.76 4,152,391 142,091,528,679 838,211 5,821,240,391 2012 1447 124.44 82.13 42.31 5,164,420 151,903,583,710 994,971 5,727,660,282 Kebun Jayan, Bantul, 3.18 hektar

N A B C GP D E H M 2008 2507 203.07 134.03 69.04 4,585,734 85,326,787,795 545,993 3,846,654,119 2009 3113 224.14 147.93 76.21 4,780,076 105,977,683,460 684,925 4,593,775,717 2010 4117 312.89 206.51 106.38 5,234,132 98,511,489,805 868,597 4,808,527,526 2011 1338 113.73 75.06 38.67 4,152,391 142,091,528,679 838,211 5,821,240,391 2012 1431 121.64 80.23 41.41 5,164,420 151,903,583,710 994,971 5,727,660,282 Kebun Kranom, Bantul, 1.38 hektar

N A B C GP D E H M 2008 1937 153.02 100.99 52.03 4,585,734 85,326,787,795 545,993 3,846,654,119 2009 1672 103.66 68.42 35.24 4,780,076 105,977,683,460 684,925 4,593,775,717 2010 1773 104.61 69.04 35.57 5,234,132 98,511,489,805 868,597 4,808,527,526 2011 1018 64.13 42.33 21.8 4,152,391 142,091,528,679 838,211 5,821,240,391 2012 1072 70.75 46.69 24.06 5,164,420 151,903,583,710 994,971 5,727,660,282

(38)

28

Keterangan : N = Tahun A = JTKG (Kw)

B = Gula Produksi (Kw)

C = Gula Produksi Bagian Petani (Kw) D = JTTG (Kw)

E = BP (Rp)

H = Harga Gula (Rp) M = Penyusutan (Rp)

(39)

29 Lampiran 3 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 1

Uraian T A H U N 2008 - 2012 Tanaman Baru Keprasan 1 Keprasan 2 Keprasan 3 Keprasan 4 Luas Ha 1.26 1.26 1.26 1.26 1.26 Produksi Tebu Ku 556 776 904 899 784 Prod./Ha ku/ha 441 616 717 713 622 Rendemen % 8.5 6.5 6.2 6.8 8.8 Hablur Ku 47.52 50.26 56.39 61.24 68.63 Hablur/ha ku/ha 37.71 39.89 44.75 48.60 54.47 SHS Petani Ku 31.36 33.17 37.22 40.42 45.30 Tetes Petani Ku 13.90 19.40 22.60 22.48 19.60 A. Pendapatan Hasil Penjualan Gula Rp 17,124,088 22,720,058 32,326,922 33,879,147 45,068,007 Hasil Penjualan Tetes Rp 904,437 3,114,308 1,691,238 1,681,884 1,991,194 Penerimaan Petani Rp 18,028,525 25,834,367 34,018,160 35,561,031 47,059,201 B. Pengeluaran 1. Bibit Rp 390,000 - - - - 2. Biaya Pemeliharaan Rp 561,000 525,000 525,000 525,000 525,000 3. Pengolahan Tanah Rp 368,500 325,000 325,000 325,000 325,000 4. Biaya Luar Kebun Rp 62,500 62,500 62,500 62,500 62,500 1,382,000 912,500 912,500 912,500 912,500 5. Bunga Bank (12%) Rp 165,840 109,500 109,500 109,500 109,500 Total Pemeliharaan 1,547,840 1,022,000 1,022,000 1,022,000 1,022,000 6. Biaya penebangan Rp 304,632 425,170 495,302 492,562 429,554 7. Biaya pengangkutan Rp 227,904 310,581 360,802 361,217 322,119 Jumlah Pengeluaran Rp 2,080,376 1,757,752 1,878,104 1,875,779 1,773,673 Laba Kebun Rp 15,948,149 24,076,615 32,140,056 33,685,252 45,285,529

(40)

30

Lampiran 4 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 2

Uraian

T A H U N 2008 - 2012 Tanaman

Baru Keprasan 1 Keprasan 2 Keprasan 3 Keprasan 4

Luas ha 2.89 2.89 2.89 2.89 2.89 Produksi Tebu ku 3,131 3,657 3,448 2,562 2,566 Prod./Ha ku/ha 1,083 1,265 1,193 887 888 Rendemen % 8.8 6.5 6.4 8.5 9.1 Hablur ku 274.34 238.86 219.25 216.95 232.3 Hablur/ha ku/ha 94.93 82.65 75.87 75.07 80.38 SHS Petani ku 181.06 157.65 144.71 143.19 153.32 Tetes Petani ku 78.28 91.43 86.20 64.05 64.15 A. Pendapatan Hasil Penjualan Gula Rp 98,859,895 107,976,782 125,690,329 120,020,918 152,546,964 Hasil Penjualan Tetes Rp 5,093,154 14,676,580 6,450,651 4,793,088 6,517,097 Penerimaan Petani Rp 103,953,049 122,653,362 132,140,980 124,814,007 159,064,060 B. Pengeluaran 1. Bibit Rp 390,000 - - - - 2. Biaya Pemeliharaan Rp 561,000 561,000 561,000 561,000 561,000 3. Pengolahan Tanah Rp 368,050 368,050 368,050 368,050 368,050 4. Biaya Luar Kebun Rp 62,500 62,500 62,500 62,500 62,500 5. Bunga Bank (12%) Rp 165,786 118,986 118,986 118,986 118,986 Total Pemeliharaan 1,547,336 1,110,536 1,110,536 1,110,536 1,110,536 6. Biaya penebangan Rp 593,590 693,312 653,688 485,716 486,475 7.Biaya pengangkutan Rp 529,331 580,055 544,113 429,607 437,308 Jumlah Pengeluaran Rp 2,670,257 2,383,902 2,308,338 2,025,859 2,034,319 Laba Kebun Rp 101,282,792 120,269,460 129,832,642 122,788,148 157,029,742

(41)

31 Lampiran 5 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 3

Uraian T A H U N 2008 - 2012 Tanaman Baru Keprasan 1 Keprasan 2 Keprasan 3 Keprasan 4 Luas ha 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 Produksi Tebu ku 628 1,083 984 710 691 Prod./Ha ku/h a 355 612 556 401 390 Rendemen % 8.5 6.7 6.3 6.8 7.9 Hablur ku 53.38 72.561 61.992 48.28 54.589 Hablur/ha ku/h a 30.16 40.99 35.02 27.28 30.84 SHS Petani ku 35.23 47.89 40.91 31.86 36.03 Tetes Petani ku 15.70 27.08 24.60 17.75 17.28 A. Pendapatan Hasil Penjualan Gula Rp 19,235,770 32,801,236 35,538,403 26,709,426 35,847,551 Hasil Penjualan Tetes Rp 1,021,559 4,346,387 1,840,905 1,328,295 1,754,994 Penerimaan Petani Rp 20,257,329 37,147,623 37,379,308 28,037,721 37,602,545 B. Pengeluaran 1. Bibit Rp 390,000 - - - - 2. Biaya Pemeliharaan Rp 561,000 561,000 561,000 561,000 561,000 3. Pengolahan Tanah Rp 368,050 368,050 368,050 368,050 368,050 4. Biaya Luar Kebun Rp 62,500 62,500 62,500 62,500 62,500 5. Bunga Bank (12%) Rp 165,786 118,986 118,986 118,986 118,986 Total Pemeliharaan Rp 1,547,336 1,110,536 1,110,536 1,110,536 1,110,536 6. Biaya penebangan Rp 194,396 335,241 304,595 219,779 213,898 7. Biaya pengangkutan Rp 156,419 260,367 234,507 171,026 169,911 Jumlah Pengeluaran Rp 1,898,151 1,706,144 1,649,638 1,501,341 1,494,345 Laba Kebun Rp 18,359,178 35,441,479 35,729,670 26,536,380 36,108,200

(42)

32

Lampiran 6 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 4

Uraian

T A H U N 2008 - 2012

Tanaman Baru Keprasan 1 Keprasan 2 Keprasan 3 Keprasan 4

Luas ha 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 Produksi Tebu ku 2,865 4,326 3,366 1,716 1,447 Prod./Ha ku/ha 687 1,037 807 412 347 Rendemen % 8.1 8.7 7.3 8.7 8.6 Hablur ku 232.065 376.362 245.718 149.292 124.442 Hablur/ha ku/ha 55.65 90.25 58.93 35.80 29.84 SHS Petani ku 153.16 248.40 162.17 98.53 82.13 Tetes Petani ku 71.63 108.15 84.15 42.90 36.18 A. Pendapatan

Hasil Penjualan Gula Rp 83,625,871 170,134,630 140,863,746 82,591,210 81,718,680

Hasil Penjualan Tetes Rp 4,660,455 17,361,467 6,297,242 3,210,359 3,675,074

Penerimaan Petani Rp 88,286,327 187,496,097 147,160,988 85,801,569 85,393,753

B. Pengeluaran

1. Bibit Rp 390,000 - - - -

2. Biaya Pemeliharaan Rp 561,000 561,000 561,000 561,000 561,000

3. Pengolahan Tanah Rp 368,050 368,050 368,050 368,050 368,050

4. Biaya Luar Kebun Rp 62,500 62,500 62,500 62,500 62,500

5. Bunga Bank (12%) Rp 165,786 118,986 118,986 118,986 118,986 Total Pemeliharaan 1,547,336 1,110,536 1,110,536 1,110,536 1,110,536 6. Biaya penebangan Rp 376,435 568,397 442,262 225,467 190,123 7. Biaya pengangkutan Rp 363,515 559,557 414,084 221,917 186,828 Jumlah Pengeluaran Rp 2,287,286 2,238,490 1,966,881 1,557,920 1,487,487 Laba Kebun Rp 85,999,041 185,257,607 145,194,107 84,243,648 83,906,266

(43)

33 Lampiran 7 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 5

Uraian

T A H U N 2008 - 2012 Tanaman

Baru Keprasan 1 Keprasan 2

Keprasan 3 Keprasan 4 Luas ha 3.18 3.18 3.18 3.18 3.18 Produksi Tebu ku 2,507 3,113 4,117 1,338 1,431 Prod./Ha ku/h a 787.62 978.01 1,293.43 420.36 449.58 Rendemen % 8.1 7.2 7.6 8.5 8.5 Hablur ku 203.07 224.14 312.89 113.73 121.64 Hablur/ha ku/h a 63.80 70.42 98.30 35.73 38.21 SHS Petani ku 134.02 147.93 206.51 75.06 80.28 Tetes Petani ku 62.68 77.83 102.93 33.45 35.78 A. Pendapatan Hasil Penjualan Gula Rp 73,176,286 101,320,791 179,372,855 62,917,626 79,875,376 Hasil Penjualan Tetes Rp 4,078,102 12,493,353 7,702,242 2,503,182 3,634,437 Penerimaan Petani Rp 77,254,388 113,814,144 187,075,097 65,420,808 83,509,813 B. Pengeluaran 1. Bibit Rp 390,000 - - - - 2. Biaya Pemeliharaan Rp 561,000 561,000 561,000 561,000 561,000 3. Pengolahan Tanah Rp 368,050 368,050 368,050 368,050 368,050 4. Biaya Luar Kebun Rp 62,500 62,500 62,500 62,500 62,500 5. Bunga Bank (12%) Rp 165,786 118,986 118,986 118,986 118,986 Total Pemeliharaan 1,547,336 1,110,536 1,110,536 1,110,536 1,110,536 6. Biaya penebangan Rp 1,373,585 1,705,613 2,255,704 733,090 784,045 7. Biaya pengangkutan Rp 952,711 1,185,762 1,552,066 517,659 554,925 Jumlah Pengeluaran Rp 3,873,632 4,001,911 4,918,307 2,361,285 2,449,506 Laba kebun Rp 73,380,756 109,812,233 182,156,790 63,059,524 81,060,308

(44)

34

Lampiran 8 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 6

Uraian

T A H U N 2008 - 2012 Tanaman

Baru Keprasan 1 Keprasan 2 Keprasan 3 Keprasan 4

Luas ha 1.38 1.38 1.38 1.38 1.38 Produksi Tebu ku 1,937 1,672 1,773 1,018 1,072 Prod./Ha ku/ ha 1,400 1,208 1,281 735 775 Rendemen % 7.9 6.2 5.9 6.3 6.6 Hablur ku 153.03 103.69 104.61 64.12 70.75 Hablur/ha ku/ ha 110.57 74.92 75.58 46.33 51.12 SHS Petani Ku 101.00 68.44 69.04 42.32 46.70 Tetes Petani ku 48.43 41.81 44.33 25.45 26.80 A. Pendapatan Hasil Penjualan Gula Rp 55,146,144 46,874,846 59,969,104 35,474,089 46,461,484 Hasil Penjualan Tetes Rp 3,151,090 6,712,142 3,317,031 1,904,188 2,722,653 Penerimaan Petani Rp 58,297,233 53,586,988 63,286,135 37,378,277 49,184,137 B. Pengeluaran 1. Bibit Rp 390,000 - - - - 2. Biaya Pemeliharaan Rp 561,000 561,000 561,000 561,000 561,000 3. Pengolahan Tanah Rp 368,050 368,050 368,050 368,050 368,050 4. Biaya Luar Kebun Rp 62,500 62,500 62,500 62,500 62,500 5. Bunga Bank (12%) Rp 165,786 118,986 118,986 118,986 118,986 Total Pemeliharaan 1,547,336 1,110,536 1,110,536 1,110,536 1,110,536 6. Biaya penebangan Rp 1,061,349 916,352 971,437 557,667 587,349 7. Biaya pengangkutan Rp 741,862 652,785 684,817 399,197 422,098 Jumlah Pengeluaran Rp 3,350,547 2,679,673 2,766,790 2,067,400 2,119,983 Laba Kebun Rp 54,946,686 50,907,315 60,519,345 35,310,877 47,064,154

(45)

35

Lampiran 9 Perincian Biaya PG. Madukismo

Perincian Biaya PG. Madukismo per 31 Desember 2008 Biaya Produksi

1. Biaya Pokok Penjualan Rp 71,821,344,572 2. Biaya Usaha Rp 8,184,184,270 3. Beban di Luar Usaha Rp 408,254,955 4. Pajak Penghasilan Rp 6,156,197,036 Rp 86,569,980,833 Perincian Biaya PG. Madukismo per 31 Desember 2009 Biaya Produksi

1. Biaya Pokok Penjualan Rp 95,461,895,047 2. Biaya Usaha Rp 6,333,862,331 3. Beban di Luar Usaha Rp 409,491,247 4. Pajak Penghasilan Rp 5,447,894,480 Rp 107,653,143,105 Perincian Biaya PG. Madukismo per 31 Desember 2010 Biaya Produksi

1. Biaya Pokok Penjualan Rp 84,719,374,164 2. Biaya Usaha Rp 5,557,868,181 3. Beban di Luar Usaha Rp 4,044,833,323 4. Pajak Penghasilan Rp 6,376,378,708 Rp 100,698,454,376 Perincian Biaya PG. Madukismo per 31 Desember 2011 Biaya Produksi

1. Biaya Pokok Penjualan Rp 136,025,278,196 2. Biaya Usaha Rp 5,596,729,738 3. Beban di Luar Usaha Rp 672,011,682 4. Pajak Penghasilan Rp 2,858,738,583 Rp 145,152,758,199 Perincian Biaya PG. Madukismo per 31 Desember 2012 Biaya Produksi

1. Biaya Pokok Penjualan Rp 137,602,136,563 2. Biaya Usaha Rp 5,879,924,046 3. Beban di Luar Usaha Rp 824,037,523 4. Pajak Penghasilan Rp 10,553,227,024

Gambar

Gambar tanaman tebu dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 2 Tanaman Tebu  Lahan Sawah
Tabel 2 Rencana Jadwal Pelaksanaan Plant Cane dan Ratoon Cane
Tabel 3 Tingkat Kenaikan Hasil Tebu dan Gula Tanaman Baru dan  Keprasan pada Lahan Tebu Petak 1 (1.26 ha)
+7

Referensi

Dokumen terkait

'Dllg berkualiu berbanding d ngan perisian Jain.. umpama menggunakan satu perisian m ngedit teks biasa sahaja. Pembangun juga boleh untuk menguji dan mengubahsuai

1) Pada kegiatan awal yaitu menyiapkan kondisi kelas sudah tercapai, dan pada kegiatan yang lain ada beberapa deskriptor yang belum tercapai. 2) Pada kegiatan inti

Untuk menguji pengaruh Fungsi Sikap terhadap keputusan konsumen dalam. melakukan pembelian produk mie instant

Konflik yang terdapat dalam Kumpulan Cerita Fiksi Anak (Cerpen) pada Blog Kelas Merah Jambu Karya Novia Erwida 1) cerpen “Mobil Antik” konflik internal dialami tokoh istri.

Skop kajian ini menumpukan kepada tiga aspek iaitu tahap pengetahuan pentadbir dan ahli jawatankuasa terhadap pengurusan masjid dalam Islam, bentuk pengurusan yang dijalankan dan

Merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak

Kelompok tikus yang diberi ekstrak binahong menunjukkan regenerasi sel epitel tubulus ginjal Simpulan: Pemberian gentamisin injeksi dosis toksik yaitu 0,3 ml setiap

Kesimpulan : Terdapat perbedaan pada jumlah eosinofil sputum maupun VEP 1 % yang bermakna, dan neutrofil sputum yang tidak bermakna sebelum dan sesudah pemberian