• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEJADIAN PENYAKIT PADA KARANG KERAS DI PERAIRAN KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEJADIAN PENYAKIT PADA KARANG KERAS DI PERAIRAN KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEJADIAN PENYAKIT PADA KARANG KERAS DI PERAIRAN KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG

KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU

ANALYSIS OF THE DISEASE INCIDENCE ON HARD CORALS IN THE WATERS OF KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU

Ester Restiana Endang G1, Arief Pratomo, ST, M.Si2, Andi Zulfikar, S.Pi, MP2 Mahasiswa1, Dosen Pembimbing2

Jurusan Ilmu Kelautan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji e-mail : Eztr1324@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit karang merupakan salah satu masalah di perairan yang cukup menyita perhatian, dimana jika terjadinya kerusakan secara masal bukan hanya fungsi ekologis terumbu karang saja yang hilang namun tingkat perekonomian bahkan area yang tadinya pelindung pantai pun akan hilang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, menghitung prevalensi dan frekuensi serta melihat area yang mungkin menjadi sebuah hotspot atau dikatakan mengelompok. Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan. Untuk melihat penyakit karang digunakan kuadran 1x1m2 dengan cara sampling swapt area seluas 2.400.000m2. Hasil yang di peroleh di Perairan Kampung Teluk Dalam berupa 20 kejadian penyakit dengan tingkat prevalensi tertinggi 0,00010% pada penyakit Atramentous Necrosis. Dan hasil analisis pengelompokan menunjukan adanya tiga area hotspot yang menunjukan tingkat kepercayaan 90% hingga 99% dan yang dianggap sebagai area hotspot dengan seringnya kejadian muncul penyakit diambil kawasan yang menunjukan tingkata kepercayaan 99%.

Kata kunci : Penyakit Karang, Hotspot Analysis, Prevalensi, Kampung Teluk Dalam ABSTRACT

Coral disease is one of the problems in the waters which are quite seize attention, where if the occurrence of the damage en masse not only the ecological functioning of coral reefs are gone but the level of the economy even areas that had been the protector of the beach would be lost. This research was conducted with the aim of identifying, calculating prevalence and frequency as well as see areas that may become a hotspot or are said to be clumped. The method used is the method of field survey. To see the coral disease used 1x1m2 quadrant by way of sampling swapt 2.400.000m2 area. The results obtained in the waters of Kampung Teluk Dalam 20 events in the form of the disease with the highest prevalence rate of 0.00010% in atramentous Necrosis disease. And the results of the analysis showed the grouping of three hotspot that indicates the level of confidence of 90%

(2)

to 99% and is considered a hotspot with the frequent occurrence of emerging diseases that show the region captured 99% of the tiers confidence.

Key Word : Coral Disease, Hotspot Analysis, Prevalence, Kampung Teluk Dalam

PENDAHULUAN Terumbu karang menurut Tuwo

(2011) merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Penyakit karang umumnya terjadi sebagai respon terhadap tekanan biologis, seperti bakteri, jamur dan virus, dan tekanan non-biological, seperti peningkatan suhu permukaan laut, radiasi ultraviolet dan polusi. Salah satu jenis stres dapat memperburuk yang lain (NMFS, 2001 dalam NOAA, 2008).

Menurut masyarakat Kampung Teluk Dalam, terumbu karang di kawasan perairan ini masih baik namun ada beberapa karang yang mengalami pemutihan, hal ini biasanya sering kita sebut bleaching, hal ini juga termasuk salah satu bentuk penyakit pada terumbu karang yang umumnya disebabkan oleh kenaikan suhu dan fator lainnya.

Hal ini menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk mengkaji lebih jauh mengenai penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di Perairan Kampung Teluk Dalam dan juga kemungkinan adanya areal hotspot penyakit karang.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi dan menginventarisasi jenis penyakit pada terumbu karang berdasarkan bentik life form.Mengetahui frekuensi kejadian penyakit karang. Menganalisis pengelompokkan area kejadian penyakit yang mungkin terjadi.

Manfaat dari penelitian ini yaitu Memberi informasi awal mengenai bentuk – bentuk dan jenis penyakit pada

terumbu karang di Kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat dan Perairan KEPRI umumnya. Penelitian ini juga diharapkan informasi ini dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pemerintah untuk melakukan pengelolaan berkelanjutan di periran Desa Malang Rapat. Selain itu penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai penyakit karang.

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2015, dan tempat penelitian yaitu pada kampung Teluk Dalam, Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan pada sembilan titik sampling yang di tunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Sumber: Peta Base Map Bintan, Lab SIG

(3)

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang diguunakan antara lain : GPS, kuadrat 1x1 m2, snorkle, scuba, lux meter, current drag, secchi disk, lembar identifikasi, multi tester, alat tulis dan underwater kamera. Bahan yang digunakan yaitu : sampel terumbu karang.

C. Prosedur Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data a. Pengamatan Penyakit Karang

Pengamatan penyakit karang dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan diseluruh area kajian (swept area). Bila ditemukan karang yang berpenyakit, maka pada lokasi tersebut tersebut akan dilakukan :

1) Pencacatan titik koordinat.

2) Peletakkan kuadrat ukuran 1 x 1 m2 berskala, kemudian direkam menggunakan underwater camera dan video, untuk keperluan pengamatan, identifikasi, jumlah dan jenis penyakit di komputer. 3) Dihitung parameter kualitas air

yang meliputi : kedalaman, suhu, intensitas cahaya permukaan, arus dan kecerahan.

Identifikasi jenis penyakit dan bentuk gangguan kesehatan karang lainnya menggunakan Coral Disease Handbook, yaitu Guidelines for Assessment, Monitoring & Management (Raymundo, et al., 2008), Underwater Cards for Assessing Coral Health on Indo-Pacific Reefs (Beeden et al., 2008), dan Underwater Cards for Assessing Coral Health on Caribbean Reef (Weil and Hooten,

2008), serta dikonfirmasikan dengan hasil foto dan video kamera bawah air

D. Analisis Data

1. Pengolahan Data Penyakit Karang

Data jenis dan jumlah penyakit yang ditemukan akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk melihat komposisi dan proporsi jenis penyakit yang ditemukan pada wilayah kajian.

a. Uji Prevalensi

Pengamatan prevalensi dilakukan dengan menghitung jumlah koloni yang terinfeksi dan jumlah seluruh koloni yang terdapat dalam kuadrat (Raymundo et al., 2008) Prevalensi dihitung sebagai berikut (Raymundo et al., 2008).

Jumlah Total Koloni = Total Koloni/m2 x

Luas Area Penelitian (m2)

Total Koloni/m2 = 718 Koloni : 90 m2

= 7,98 koloni/m2

Jumlah Total Koloni = 7,98 koloni/m2 x 2.400.000 m2 = 19.146.667 koloni

b. Uji Pengelompokan (Hotspot

Analysis)

Uji pengelompokkan dilakukan untuk melihat apakah terjadi fenomena pengelompokkan penyakit pada area kajian atau apakah terdapat area yang menjadi lokasi terkonsentrasinya kejadian penyakit (hotspot) secara spasial (keruangan) pada area kajian. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak arcgis. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Membagi area kajian dengan membuat grid (luasan grid 100 m2)

Jumlah koloni yang terinfeksi penyakit Jumlah total koloni

x 100%

(4)

2) Menghitung jumlah kejadian penyakit yang berpotongan (intersect) pada area grid

3) Melakukan hotspot analisis menggunakan Getis and Ord Gi* toolbox arcgis

4) Interpretasi nilai peta tematik hasil analisis hotspot menggunakan acuan skor nilai z dengan ketentuan adanya pengelompokkan/hotspot area dengan tingkat kepercayaan : a) 90% significant: >= 1.645 b) 95% significant: >= 1.960 c) 99% significant: >= 2.576 d) 99.9% significant: >= 3.291

HASIL PEMBAHASAN

A. Identifikasi Penyakit Karang

No. Nama Penyakit* 1 AtN 2 B 3 BBD 4 BrB 5 CCA 6 CO 7 CHC 8 CWBS 9 FB 10 GA 11 PR 12 RFA 13 SD 14 UBP 15 UWS 16 WBD 17 WP 18 WPD 19 WS 20 YBD

Sumber: Data Primer

Ket :

- AtN : Atramentoua Necrosis - B : Bleaching

- BBD : Black Band Disease - BrB : Brown Band Disease

- CCA : Crustose Coralline Algae - CHC : Compromised Health In

Hard Coral

- CWBS : Coralline White Band Syndromes

- FB : Focal Bleaching - GA : Growth Anomalies - PR : Predation

- RFA : Red Filamentous Algae - SD : Sediment Damage

- UBP : Unusual Bleaching Patterns

- UWS : Ulcerative White Spots - WBD : White Band Disease - WP : White Plague

- WPD : White Patch Disease - WS : White Syndromes

- YBD : Yellow Band Disease - P : Prevalensi

- n : Penyakit Karang

Di Perairan Kampung Teluk Dalam ditemukan 20 jenis penyakit yang tersebar secara acak. Dengan jenis Atramentous Necrosis yang paling banyak di jumpai sejumlah 19 titik dari 73 titik keseluuruhan areal sampling.

Menurut Jones et al., (2004) dalam Anthony et al., (2008) perkembangan Atramentous Necrosis cenderung meningkat seriring dengan kenaikan suhu, yang artinya pertumbuhan penyakit dipengaruhi oleh perubahan suhu.

Penyakit karang juga dapat terjadi akibat akumulasi sedimen yang menumpuk pada daerah ekosistem karang yang menyebabkan tertutupnya polip karang yang akhirnya mengakibatkan tidak dapat berkembangnya jaringan karang yang akhirnya terjadi kematian

(5)

pada seluruh koloni. Sedangkan menurut Raymundo et al., (2008) selain karena gangguan biotis, penyakit karang juga bisa disebabkan oleh gangguan abiotis yang disebabkan oleh tekanan lingkungan berupa suhu, sedimen, toksit dan berupa radiasi ultra violet.

Penyakit Black Band Disease bisa berkurang atau terhenti penyebarannya dengan bantuan bulu babi. Dimana balu babi akan memangsa bagian karang yang terkena penyakit sehingga akan menurunkan potensi kompetisi alga dengan karang, dengan demikian menurunkan kemungkinan luka yang akan mendorong invasi patogen, dengan langsung meninggalkan substrat di mana filament Cyanobacteria membutuhkan untuk penempelan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, 2010). Hal ini juga diperkuat dengan rendahnya nilai frekuensi dan plevalensi penyakit Black Band Disease (BBD)

B. Frekuensi dan Prevalensi Penyakit Karang

Grafik 1. Frekuensi Kejadian Penyakit Karang Sumber: Data Primer

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa penyakit AtN atau Atramentous Necrosis memiliki frekuensi kejadian tertinggi dari penyakit lainnya., begitu pula dengan nilai prevalensinya. Rata –

rata prevalensi penyakit karang menunjukan nilai 0,00003% dengan jumlah prevalensi tertinggi AtN (0,00010%), CHC (0,00009%), B (0,00007%), Serta SD (0,00007%). Ke empat penyakit tersebut merupakan kejadian penyakit yang paling sering di jumpai di Perairan Teluk Dalam. Hasil perhitungan prevalensi dapat dilihat pada table di bawah.

No. Nama Penyakit P(%)

1 AtN 0,00010 2 B 0,00007 3 BBD 0,00001 4 BrB 0,00001 5 CCA 0,00001 6 CO 0,00002 7 CHC 0,00009 8 CWBS 0,00003 9 FB 0,00001 10 GA 0,00001 11 PR 0,00003 12 RFA 0,00001 13 SD 0,00007 14 UBP 0,00002 15 UWS 0,00004 16 WBD 0,00003 17 WP 0,00002 18 WPD 0,00003 19 WS 0,00005 20 YBD 0,00003 Total 0,00065

Sumber: Data Primer C. Hotspot Analysis

Menurut kenampakan peta di bawah terdapat sebanyak 73 titik pengamatan yang tersebar diantara Area Of Interest (AOI) yang diambil dengan cara membuat sebuah polygon pada peta Citra Landsat 2014. Area pengamatan berada di Zona Reef flat dengan luasan 0,00 0,20 0,40 AtN B WS PR YBD WBD UB P BB D CC A GA Jenis Penyakit

Frekuensi (F)

F

(6)

wilayah penelitian 240 Ha atau sama dengan 2.400.000 m2 yang selanjutnya akan di interpretasikan menjadi peta sebaran penyakit yang ada di kawasan Prairan Kampung Teluk Dalam.

Gambar 2. Peta Kondisi Wilayah penelitian

1. Peta Sebaran Penyakit Karang, Peta Z Score dan P Value

Gambar 3. Peta sebaran penyakit

Gambar 4. Peta Z score

Gambar 5. Peta P value

Peta Hotspot akan dianggap benar jika nilai P lebih kecil dari nilai Z Scoren. Pada Z Score yang tertinggi terdapat pada nilai Z yang menunjukan angka kisaran 13 – 20 dengan kenampakan warna pada legenda yaitu berwarna merah. Dan nilai P yang terendah dengan kenampakan warna hijau tua, hal ini bukan hanya dilihat dari bobot skornya saja namun area yang terbentuk juga. Pada area yang menunjukan Z Score (nilai yang dinormalisasi) tertinggi berada pada daerah paling terakhir area penelitian dan begitu pula sebaliknya pada peta Probabilitasnya (P).

2. Peta Hotspot

Dari peta dapat terlihat tiga titik hotspot dengan masing-masing nilai kepercayaan 95 hingga 99%. Dalam hal ini memang terdapat tiga area

(7)

pengelompokan namun yang dapat kita jadikan sebagai area hotspot adalah area kejadian penyakit yang menunjukan angka 99%, hal ini juga didukung oleh kenampakan peta sebaran penyakit yang sebelumnya menunjukan area yang berwarna biru terang. Serat pengelompokan yang bersipat berpusat pada satu area grid.

Area yang ditetapkan sebagai hotspot ini merupakan kawasan tambat kelong nelayan serta pada beberapa titik ekosistem terumbu karang terdapat beberapa bubu (alat tangkap) yang sengaja dipasang oleh nelayan untuk menangkap ikan. Di pinggiran pantai juga ada beberapa pemukiman serta kawasan perairan digunakan sebagai alur penangkapan nelayan. Kondisi kawasan ini dijadikan sebagai area Hotspot bisa juga dikarenakan aktifitas yang tinggi di areal pantai yang memungkinkan terjadinya proses pemindahan sedimen daratan yang akhirnya terakumulasi di area ekosistem terumbu karang.

PENUTUP A. Kesimpulan

Pada penelitian ini ditemukan 20 jenis penyakit yang menyebab di Perairan Kampung Teluk Dalam, penyakit yang dijumpai mulai dari yang umum berupa patahan akibat gigitan predasi, Bleaching, penyakit Atramentous Necrosis (AtN), Black Band Disease (BBD), Brown Band Disease (BrB), White Syndromes (WS) hingga penyakit pigmentasi lainya.

Pada kejadian penyakit karang ini AtN merupakan kejadian penyakit yang paling sering muncul dengan tingkat Prevalensi tertinggi 0,00010% dan frekuensi tertinggi pula. Pada penyakit yang terjadi di Perairan Kampung Teluk Dalam Dalam Beberapa dapat

dikategorikan sebagai penyakit yang memiliki pola musiman karena beberapa penyakit akan lebih sering muncul jika suhu perairan cenderung tinggi. Namun pada penykit BBD, CCA, FB, GA, RFA hanya ditemukan satu kejadian.

Sedangkan sebaran penyakit karang memiliki tiga titik hotspot yang berbeda dengan persentase 90%, 95% pada area pengamatan yang berada dibagian tengah kawasan peraran dan 99% diarea paling ujung pengamatan. Area yang diambil dan dijadikan sebagai area hotspot tersebut memiliki kriteria penyebaran penyakit yang berbeda.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanju mengenai hubungan Kelimpahan Bulu Babi dengan tingkat prevalensi Black Band Disease (BBD), Pengujian DNA secara menyeluruh pada penyakit karang yang ada di Perairan Kampung Teluk Dalam, Laju pertumbuhan pada setiap penyakit karang berbeda yang ada di Perairan Kampung Teluk Dalam serta perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan korelasi antara kualitas perairan dengan kejadian penyakit karang dan perlu dilakukan percobaan untuk menanggulangi penyakit yang sudah terjadi maupun yang mungkin akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Muhammad., Bachtiar, Imam., dan Budiyanto, Agus, 2012. Struktur Komunitas Dan Penyakit Pada Karang (Scleractinia) Di Perairan Lembata, Nusa Tenggara Timur. P20-LIPI, Jakarta

Anthony et al., 2008. Newly Characterized Distinct Phases Of

(8)

The Coral Disease ‘Atramentous Necrosis’ On The Great Barrier Reef. Australia

Barus, T.A., 2004, Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press, Medan.

Beeden, R., L.W. Bette, J.R. Laurie, A.P. Cathie, & W.Ernesto. 2008. Underwater cards for assessing coral health on Indo-Pacific Reefs. CRTR,Melbourne Australia. 26 pp

Bengen, D.G., 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Lautan. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Dona, A. R. et al., 2008. Coral Yellow Band Disease: Status In The Caribbean And Links To New Indo-Pacific Out Breaks. Florida, USA.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Guntur., 2011. Ekologi Karang Pada Terumbu Karang Buatan. Ghalia Indonesia, Bogor.

Guntur., Prasetyo, D., dan Wawan, 2012. Pemetaan Terumbu Karang : Teori, Metode, dan Praktik. Ghalia Indonesia, Bogor.

Hamdani, B. 2014. Laju Infeksi, Prevalensi Dan Insiden Penyakit Karang Black Band Disease Pada Karang Keras (Scleractinia) Di Perairan Pulau Barang Lompo. (Skripsi), Jurusan Ilmu Kelautan.

Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hoegh-Guldberg, O. 1999. Climate Change, Coral Bleaching and the Future of the World’s Coral Reef. Marine and Freshwater Research 50(8): 839-866.

ICRI/UNEP-WCMC, 2010. Disease in Trofical Coral Reef Ecosystems. 11 hal. www.coraldisease.org.pdf

Imron, Mohamad Ali, 2012, Pemetaan Daerah Potensial Wisata Snorkling Di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. (Skripsi), Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, UMRAH, Kepulauan Riau.

Jelani, Irwan., 2014. Bakteri Asosiasi Pada Karang Pachyseris sp. Yang Terinfeksi Penyakit BBD (Black Band Disease) Di Perairan Pulau Barrang Lompo. (Skripsi), Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Johan et al., 2012. Newly Characterized Distinct Phases Of The Coral Disease ‘Atramentous Necrosis’ On The Great Barrier Reef. Australia.

Johan, Ofri., 2010. Penyebab, Dampak dan Manajemen Penyakit Karang Di Ekosistem Terumbu Karang.

Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Perikanan

(9)

Kodri, K.M.G.H., 2010. Ekosistem Terumbu Karang. Rineka Cipta, Jakarta

Kodri, K.M.G.H., dan Tancung, A.B, 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.

Lobban et al., 2011. Propostoma guamensis n. sp., A Philasterin scuticociliate Associated With BBD Of Corals. University Of Liverpool, UK.

Massinai et al, 2011. Prevalensi Penyakit Dan Gangguan Lain Kesehatan Karang Keras (Scleractinia) Di Pulau Barrang Lompo Sulawesi Selatan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita, Jakarta.

NOAA, 2008. Coral Disease. USA. http://oceanservice.noaa.gov

Diakses Tanggal 01 Februari 2015.

Nontji, A., 2007. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.

Nybakken, J.A., 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa: H.M. Eidman dkk. PT Gramedia, Jakarta.

Pilly et al., 2013. Pengaruh Alga Koralline Lithophyllum sp Terhadap Metamorfosis Dan Penempelan Planula Acrophora sp. Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.

Rahmi et al., 2013. Identifikasi Penyakit Pada Karang Keras (Scleractinia) Di Pulau Barrang Lompo. Makassar.

Raymundo, L.J., Couch, C.S. and Harvell, C.D. 2008. Coral Disease Handbook

: Guidelines for Assessment, Monitoring & Management. Coral

Reef Targeted Research and Capacity Building for Management Program. The University of Queensland. Australia.

Sabdono et al., 2006. Karakterisasi Molekuler Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Penyakit BBD (Black Band Disease) Pada Karang Acrophora sp. Di Perairan Karimunjawa. Universitas Diponegoro. Vol 11(3) : 158 – 162. Sari, U. W., 2015. Bakteri Asosiasi Karang

Yang Terinfeksi Penyakit Brown Band (BrB) Di Perairan Pulau Barrang Lompo Kota Makassar. (Skripsi), Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Siringoringo, R.K., 2007. Pemutihan Karang Dan Beberapa Penyakit Karang. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Hal : 29-37.

Supriharyono., 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu karang. Penerbit Djambatan, Jakarta.

Tuwo. A., 2011, Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut : Pendekatan Ekologi, Sosial - Ekonomi, Kelembagaan, Dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional, Surabaya.

(10)

Wardhana, W.A., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Penerbit Andi, Yogyakarta.

Weil, Ernesto., 2001. Caribbean Coral Reef Diseases, Status And Research Needs. Dept. Marine Sciences, U. of Puerto Rico.

Weil, E., and Hooten, A.J. 2008.

Underwater Cards for Assessing CoralHealth on Caribbean Reef.

CRTR Program Project Executing Agency, Center for Marine Studies. The University of Queensland. Australia.

Wibisono, M.S., 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Grasindo, Jakarta

Widodo, J., Suadi, 2006, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

www.terangi.or.id (Identifikasi Penyakit Dan Gangguan Kesehatan Pada Karang)

Gambar

Grafik 1. Frekuensi Kejadian  Penyakit Karang
Gambar 2. Peta  Kondisi Wilayah  penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Shade guide Sesuai kebutuhan Warna resin komposit sesuai warna asli gigi 11  Aplikasi bahan etsa hanya pada permukaan yang dipreparasi atau dibevel (kira-kira 15- 20 detik

1) hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat;.. 2) hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana.

Evaluasi Kerentanan Bangunan Gedung Terhadap Gempa Bumi dengan Rapid Visual Screening (RVS) Berdasarkan FEMA 154 (Kurniawandy dkk, 2016) 2015 Penelitian Lapangan

Perangkat Lunak Bahasa (Language Program), yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar

2 Melakukan monitoring, evaluasi dan pengukuran secara berkala terhadap pegawai yang telah menetapkan target kinerja individu dan mengaitkannya dengan

Pemberian ekstrak patikan kebo dosis 10 mg/mencit/hari dan dosis 20 mg/mencit/hari dapat menurunkan secara bermakna derajat inflamasi bronkus pada mencit Balb/C model

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT karena atas kehadirat rahmat dan hidayahNYA telah memberikan kemudahan, semangat, tidak putus asa dan kelancaran dalam

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Azmeilia tahun 2010 pada mahasiswi Fakultas Psikologi USU yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif