• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada sub-bab kajian teori akan dibahas mengenai tiga komponen penting dalam penelitian ini, yaitu: Ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada sub-bab kajian teori akan dibahas mengenai tiga komponen penting dalam penelitian ini, yaitu: Ilmu"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

6

Pada sub-bab kajian teori akan dibahas mengenai tiga komponen penting dalam penelitian ini, yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD, metode pembelajaran inkuiri, dan hasil belajar. Peneliti akan mengkaji pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai acuan dalam menyusun penelitian. 2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

llmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan dapat memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya.

2.1.1.1 Pengertian Mata Pelajaran IPA SD

Ilmu Pengetahuan Alam atau disingkat dengan IPA merupakan sebuah disiplin ilmu yang diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD) dikelas rendah melalui pengamatan yang ada di lingkungan sekitar (nyata). IPA adalah sebuah ilmu yang terkonsep dan terorganisir melalui beberapa tahapan yang mempelajari tentang pola dan keteraturan alam sekitar. Menurut Samatowa (2011: 3), “IPA adalah ilmu tentang alam yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.”

Hal ini sejalan dengan pendapat Widi dan Sulistyowati (2015: 22), “IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya.” Pendapat di atas juga dipertegas dengan pendapat James Conant (Samatowa, 2011: 1), “mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta

(2)

berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.“ Pengertian IPA di atas juga didukung oleh Paolo dan Marten (Samatowa, 2011: 5), Ilmu Pengetahuan Alam meliputi aktivitas:

a) Mengamati apa yang terjadi.

b) Mencoba memahami apa yang diamati.

c) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

d) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Dari uraian di atas peneliti dapat mengkaji bahwa IPA adalah sebuah disiplin ilmu yang terorganisir dan terkonsep tentang fenomena alam semesta untuk kepentingan kehidupan sehari-hari melalui pengamatan serta uji coba secara nyata dengan metode ilmiah.

2.1.1.2 Hakikat IPA

Menurut Samatowa (2011: 1), “pada hakikatnya IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disususn secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.” Menurut Laksmi Prihantoro (Trianto, 2010: 137),

IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasinya. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan konsep an bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasinya, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Hal ini senada dengan pendapat menurut Carin dan Sund (Samatowa, 2011: 20),

IPA pada hakikatnya terdiri dari IPA sebagai proses, produk dan sikap. a. Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis,

merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

b. Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.

c. Sikap, isalnya mempercayai, menghargai, menanggai, menerima, dan sebagainya.

(3)

Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan sejak lahir sampai anak berumur 19 tahun. Efesiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan obyek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skema) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang hirarkhis dan integratif.

Menurut pendapat yang dikemukakan di atas, peneliti mengkaji bahwa pembelajaran IPA pada hakikatnya adalah sebuah proses, produk, dan sikap dari disiplin ilmu yang mempelajari atau mencari tahu cara mengerjakan dan melakukan eksperimen untuk membantu siswa memahami alam sekitar secara lebih nyata pada jenjang sekolah dasar yang hendaknya mengajak siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses menggali suatu pengetahuan untuk mendorong perkembangan kognitif dan sifat ilmiah anak untuk membuat suatu produk tersendiri.

2.1.1.3 Tujuan Mata Pelajaran IPA SD

IPA di SD berfungsi untuk mengenalkan lingkungan sekitar, teknologi sederhana, mengembangkan keterampilan siswa, dan untuk memperdayaan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Depdiknas (2006: 37) tertulis tujuan pembelajaran IPA di SD atau MI adalah:

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tau, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(4)

g) Memperolah bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Tujuan pembelajaran IPA menurut Samatowa (2011: 6),

a. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, karena IPA merupakan dasar teknologi.

b. Mata pelajaran IPA memiliki nilai-nilai pendidikan yang mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. c. IPA melati anak berpikir kritis dan objektif

Berdasarkan pendapat ahli dan berlandaskan secara yuridis tentang tujuan pembelajaran IPA dapat dikaji bahwa, IPA bertujuan untuk memberi bekal pengetahuan yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan daya kreatif siswa dalam menghadapi suatu masalah serta dapat menemukan jalan keluarnya, membantu siswa dalam berfikir secara sistematis dan memupuk sikap ilmiah siswa, dan untuk melatih siswa dalam mengenal secara dekat dengan lingkungan sekitar. Merujuk pada tujuan pembelajaran IPA di atas maka pembelajaran IPA sangatlah penting untuk diajarkan pada siswa Sekolah Dasar (SD) sejak dini. IPA di SD berfungsi untuk mengenalkan lingkungan sekitar, teknologi sederhana, mengembangkan keterampilan siswa, dan untuk memperdayaan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.4 SK dan KD IPA yang Diteliti

Dalam penelitian penulis mengambil Standar Kompetensi (SK) kelas 5 yaitu dengan Standar Kompetensi 6. menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/metode, dan dan Kompetensi Dasar (KD) 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dan 6.2 membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan seerhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

Tabel 2

SK dan KD yang Dipilih

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. 6.2 Membuat suatu karya/model,

misalnya periskop atau lensa dari bahan seerhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

(5)

2.1.1.5 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD

Dengan melihat karakteristik anak Sekolah Dasar yaitu mereka akan aktif apabila diikutsertakan dalam proses pembelajaran dengan melibatkan diri sendiri maka guru harus dapat menciptakan suasana belajar siswa aktif. Berikut adalah prinsip-prinsip pembelajaran IPA menurut Depdiknas (Sanoto, Herry dan Deasy S. Pulungan, 2014: 22), yang meliputi:

a) Prinsip motivasi

Dengan prinsip tersebut guru berperan sebagai motifator yaitu menumbuhkan motifasi yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Motivasi yang berasal dari dalam siswa dapat menumbuhkan kepercayaan diri, rasa ingin tau dan mencoba, serta kemandirian siswa. Motivasi atau gaya dorong siswa untuk melakukan sesuatu ini dibutuhkan siswa agar siswa tertarik dengan pelajaran. b) Prinsip Latar

Dengan prinsip latar guru bertugas untuk menggali kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa, karena pada dasarnya siswa telah memiliki pengatahuan awal dan pengetahuan inilah yang dapat menjadikan tolak ukur guru untuk memulai pembelajaran.

c) Prinsip Menemukan

Siswa diberikan waktu untuk meggali potensi yang ada di dalam diri mereka untuk menemukan suatu penemuan atau pemecahan masalah, karena pada dasarnya seorang anak memiliki rasa ingin tau yang sangat besar.

d) Prinsip Belajar Sambil Melakukan

Belajar sambil melakukan atau sering kita sebut (Learning by doing) adalah suatu prinsip yang wajib dilakukan oleh guru karen dengan melakukan sesuatu dan menemukan hasil melalui bekerja sendiri mak akan membuat siswa mudah mengingat dan tidak mudah untuk melupakan pegetahuannya.

e) Prinsip Belajar Sambil Bermain

Pada dasarnya seorang anak usia sekolah dasar masih senang dengan bermain, dengan bermain maka mereka timbul perasaan senang. Oleh sebab itu terkadang memodifikasi pelajaran dengan permainan sangatlah penting.

(6)

Dengan membagi kelompok dan memberi tugas kelompok maka akan timbul interaksi sosial antar teman. Hal ini dapat memicu hubungan sosial yang baik yaitu belajar untuk bersosialisasi dengan memahami karakteristik teman.

Dengan demikian pembelajaran IPA hendaklah mencangkup beberapa prinsip yang telah disebutkan diatas yaitu prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil bermain, prinsip belajar sambil melakukan, dan prinsip hubungan sosial. Serta guru hendaknya menerapkan prinsip-prinsip tersebut agar pembelajaran IPA menjadi lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan. 2.1.1 Metode Pembelajaran Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri adalah sebuah metode yang cocok pada mata pelajaran IPA. Metode ini menekankan pada aktivitas siswa yang mempunyai ciri bahwa siswa dituntut untuk aktif menemukan sendiri jawaban dari sebuah masalah yang dihadapi. Pada bagian sub-bab ini, akan dijelaskan secara rinci mengenai pengertian metode pembelajaran inkuiri, prinsip-prinsip metode pembelajaran inkuiri, kelemahan dan kelebihan metode pembelajaran inkuiri, sintak pembelajaran inkuiri, serta sintak pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA berdasarkan standar proses.

2.1.2.1 Pembelajaran

Menurut Aunurrahman (2009: 23), “Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangkan di dalam setiap even pembelajaran.” Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun (2003) tentang sistem Pendidikan Nasional, ”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”

Mengacu pendapat diatas pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar, pembelajaran mempunyai tujuan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik agar mempunyai pemahaman yang kompleks tentang materi pembelajaran. Selain itu pembelajaran juga berfungsi untuk mengetahui sampai mana

(7)

pemahaman peserta didik mengenai meteri dan sejauh mana peserta didik dapat mengembangkan materi yang disampaikan oleh pendidik.

Belajar dan pembelajaran memiliki sebuah keterkaitan karena pada saat melakukan proses pembelajaran disitu pula peserta didik belajar tentang materi yang disampaikan oleh pendidik, peserta didik dapat mengembangkan pola pikir dan kemampuan intelektual yang dimilikinya. Pada saat melakukan pembelajaran pendidik harus mengetahui kesulitan terhadap materi yang akan disampaikan dan memilih metode yang tepat agar tercipta suatu pembelajaran yang efektif.

2.1.2.2 Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri

Menurut Sanjaya, (2008: 196), “inquiry learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan merumuskan sendiri jawaban dari masalah yang ada. Pernyataan diatas juga didukung oleh pendapat Hanifiah dan Sujana (2010: 77), “inquiry learning adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perbahan perilaku.” Pendapat di atas juga dipertegas dengan pendapat Anam (2015: 7), metode inkuiri adalah sebuah metode yang mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Pengertian metode inkuiri menurut Feletti (Wardoyo, 2013: 65),

“inquiry based learning is an orientation towards learning that is flex inquiry based learning and open and draws upon the varied skills and reasources .... this includes an inter-disciplinary approach to learning and problem solving, critical thinking and assumpation of responsibility by students for their our learning.”

Feletti berpandangan bahwa kekritisan berpikir seseorang akan sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses inkuiri.

Mengacu pada pendapat para pakar ilmu di atas, peneliti mengkaji bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah sebuah metode pembelajaran yang lebih menekankan pada siswa untuk aktif, berfikir secara kritis dalam menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah.

(8)

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri sangatlah dianjurkan dalam proses belajar mengajar, terlebih pada mata pelajaran IPA. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran inkuiri.

a. Kelebihan metode pembelajaran inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa keunggulan. Berikut adalah kelebihan metode inkuiri menurut Bruner (Anwar, 2015: 16) yaitu,

1. Kelebihan metode inkuiri adalah siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

4. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya seniri. 5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Kelebihan metode pembelajaran inkuiri yang dikemukakan diatas senada dengan pendapat menurut Wardoyo (2013: 344),

1) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomitor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri ini dianggap lebih bermakna.

2) Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemempuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh pesrta didik yang lemah dalam belajar.

b. Kelemahan metode pembelajaran inkuiri

Dibalik kelebihan yang sudah dijlaskan di atas metode pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan. Berikut adalah kelemahan metode inkuiri menurut Wardoyo (2013: 344),

1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

2) Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran, karena terbentuk dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

(9)

3) Penerapannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.

Dari penjabaran di atas terlihat bahwa metode inkuiri memiliki kelemahan dan kelebihan. Beberapa kelebihan metode inkuiri diantaranya siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik serta mendorong siswa untuk berpikir kritis, inisiatif dan situasi belajar menjadi lebih merangsang. Adapun kelemahan metode inkuiri adalah sulit mengontrol kegiatan dan memerlukan waktu yang lebih panjang.

2.1.2.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Berikut adalah prinsip-prinsip inkuiri menurut Anam (2015: 20) adalah sebagai berikut:

a) Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

b) Prinsip Interaksi

Pembelajaran inkuiri adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi antara siswa dengan lingkungan. c) Prinsip Bertanya

Peran guru yang seharusnya dilakukan dalam menggunakan metode pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai peranannya.

d) Prinsip Belajar Untuk Berpikir

Belajar merupakan proses untuk berpikir. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunan otak secara maksimal yaitu berpikir secara kritis, logis, dan rasional.

e) Prinsip Keterbukaan

Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Guru menyediakan ruang untuk membrikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis secara terbuka.

(10)

Pendapat prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri diatas sejalan dengan pendapat menurut Hosnan (2013: 342), prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri meliputi:

a) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis pada siswa yang juga berorientasi kepada hasil serta proses belajara siswa.

b) Prinsip Interaksi

Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan baik pada peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, maupun peserta didik dengan pendidik. Dalam hal ini pendidik bukan sebagai sumber belajar melainkan sebagai pengatur lingkungan dan proses interaksi tersebut. c) Prinsip Bertanya

Kemampuan bertanya pendidik sangatlah penting dalam metode pembelajaran inkuiri karena saat peserta didik menjawab pertanyaan dari pendidik, hal tersebut sudah merupakan suatu proses berpikir anak.

d) Prinsip belajar untuk Berpikir

Belajar merupakan suatu proses berpikir (learning how to think) untuk mengembangkan potensi seluruh otak secara maksimal dan bukan hanya mengingat suatu fakta.

e) Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan hipotesis dan tugas pendidik yaitu menyediakan ruang yang dapat mengembangkan hipotesis tersebut untuk dapat dibuktikan kebenarannya.

Pada pembelajaran inkuiri mengandung beberapa prinsip seperti prinsip interaksi yaitu mengajak siswa untuk belajar bersosialisasi dengan lingkungan. Prinsip bertanya, yaitu guru harus mampu menggiring siswa untuk bertanya dengan permasalahan yang ditemukan, karena secara tidak langsung ketika anak bertanya itu membuktikan bahwa anak telah berpikir. Prinsip belajar untuk berpikir yaitu, pemanfaatan dan penggunan otak secara maksimal dengan berpikir secara kritis, logis, dan rasional, dan prinsip keterbukaan yaitu menyediakan berbagai kemungkinan hipotesis.

(11)

2.1.2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri

Menurut Sanjaya (2008:201) pembelajaran inkuiri memiliki beberapa tahapan dalam proses belajar mengajar, tahapan-tahapan ini sebagai berikut: a. Orientasi

Orientasi disini dimaksudkan bahwa guru memancing siswa untuk menciptakan keadaan kelas yang responsif. Untuk menciptakan hal tersebut guru mengajak siswa berpikir untuk memecahkan suatu masalah dengan menjelaskan topik, tujuan pembelajaran, pokok-pokok kegiatan, serta hasil belajar yang diinginkan.

b. Merumuskan Masalah

Siswa adalah peran utama untuk melakukannya perumusan masalah disini. Siswa dihadapkan oleh suatu masalah yang menantang yang mengandung teka-teki untuk dikaji dan dipecahkan. Siswa akan menemukan konsep masalah serta bagaimana pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini adalah bagian terpenting dari metode inkuiri karena siswa akan berperan aktif dalam suatu proses dalam mencari jawaban. Pengalaman ini akan menjadi sangat berharga dalam perkembangan potensial berpikir anak.

c. Mengajukan Hipotesis

Anak digiring untuk menemukan jawaban sementara setelah mencoba untuk memecahkan suatu masalah. Jawaban yang dikemukakan haruslah berlandaskan dengan argumen cara pemikiran yang kuat bersifat rasional. Jawaban ini perlu di uji kebenarannya melalui pengalaman serta tindakan yang telah dilakukan.

d. Mengumpulkan Data

Untuk pengumpulan data guru dapat membantu siswa untuk mengarahkan jalan pemikirannya yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan degan materi. Pertanyaan ini didesain untuk merangsang siswa berpikir pada sebuah jawaba ang tepat.

e. Menguji Hipotesis

Siswa diajak untuk menguji data yang telah didapatkannya yaitu dengan cara menyesuaikan data dan informasi yang didapatkan.

(12)

f. Merumuskan Kesimpulan

Tahapan ini adalah tahapan terakhir dalam metode inkuiri yaitu dengan menjelaskan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hepotesis serta pengumpulan data. Dalam hal ini gur dapat membantu siswa agar tidak out of topic dengan menunjukkan data yang relevan dan kesimpulan yang umum.

Dalam uraian di atas dapat kita lihat bahwa metode pembelajaran inkuri lebih menekankan siswa untuk aktif dalam mencari, merumuskan, dan memecahkan masalah yang dihadapkan oleh siswa. Pembelajaran inkuiri berpusat pada siswa dan bukan lagi pada guru. Guru hanya membantu siswa untuk mengarahkan dan memfasilitasi siswa agar terarah proses pemikirannya.

2.1.2.6 Sintak Pembelajaran Inkuiri

Menurut Eggen dan Kauchak (Trianto, 2010: 172), sintak pembelajaran inkuiri memiliki beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Tahapan Pembelajaran Inkuiri

Fase Aktivitas

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. 2. Membuat hipotesis. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan. Guru membagi siswa dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing

(13)

siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 4. Melakukan percobaan

untuk memperoleh informasi.

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

5. Mengumpulkan dan menganalisa data.

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

2.1.2.7 Sintak Penerapan Pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran IPA Berdasarkan Standar Proses

Langkah-langkah pelaksanaan penbelajaran menurut PERMENDIKNAS NO. 41 tahun 2007 sebagai berikut:

a. Kegiatan pendahuluan: kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam satu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru mempersiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk menerima pelajaran.

b. Kegiatan Inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. kegiatan ini dilakukan melalui proses eskplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

1. Eksplorasi: guru berusaha selalu melibatkan peserta didik secara aktif untuk mencari dan mengembangkan pengetahuan yang mereka butuhkan dengan berbagai model, metode, dan berbagai fasilitas.

2. Elaborasi: peserta didik aktif mengikuti prosedur pembelajaran yang sudah diatur oleh guru, seperti: menulis, membaca, berkelompok, berdiksusi, membuat laporan, dsb.

(14)

3. Konfirmasi: guru meluruskan segala pengetahuan yang didapat siswa dan menyamakan presepsi sehingga siswa tidak merasa bingung, guru memberikan umpan balik dan motivasi kepada siswa.

c. Kegiatan Penutup: merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesipulan, penilaian, dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Dalam hal ini guru membuat rangkuman dan kesimpulan bersama dengan siswa.

Berikut adalah tabel sintak penerapan pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA berdasarkan standar proses yaitu mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup.

Tabel 4

Sintak Penerapan Pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran IPA Berdasarkan Standar Proses

Tahab Kegiatan

Kegiatan Awal - Guru menyiapkan kondisi kelas dan peralatan mengajar.

- Guru memberi motivasi. - Guru melakukan apersepsi.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti Eksplorasi

- Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi.

- Guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi masalah.

- Guru menuliskan masalah di papan tulis.

- Siswa merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan guru.

Elaborasi

- Guru membagi siswa dalam kelompok.

- Guru memberi arahan untuk melakukan percobaan.

- Siswa melakukan percobaan secara kelompok. - Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi

tentang hasil percobaan yang telah dilakukan. - Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan

data dari hasil percobaan.

- Guru membimbing siswa untuk menganalisis data yang telah didapatkan.

(15)

- Siswa melakukan presentasi tentang apa yang telah didapatkan dan meminta kelompok lain untuk menanggapi.

Konfirmasi

- Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Kegiatan Penutup - Guru menegaskan hasil kesimpulan dari pembelajaran.

- Guru dan siswa melakukan evaluasi dari pembelajaran.

- Guru memberikan pesan kepada siswa.

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Belajar

Menurut Abdalilah 2002 (dalam Aunurrahman), “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.” Didukung oleh pendapat menurut Gagne (Suprijono, 2013: 2), “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.” Hal di atas senada dengan pendapat Cronbach (Suprijono, 2013: 2),, “learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.” Sependapat dengan pendapat Morgan (Suprijono, 2013: 2),, “learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.”

Secara umum belajar adalah suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen akibat dari upaya sadar yang dilakukan melalui pengalamannya. Belajar merupakan hal yang sangat mendasar bagi setiap individu dan merupakan proses tidak ada hentinya karena setiap orang yang masih hidup dalam kesehariannya akan tetap melakukan yang namanya belajar dari pendidikan formal maupun dalam kegiatan sehari-hari.

(16)

2.1.3.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2013: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sejalan dengan pendapat Sudjana (2010: 22), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.”

Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang dimiliki seorang siswa setelah mendapatkan perlakuan atau pengajaran oleh pengajar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.3.3 Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil pencapaian dari sesuatu yang dipelajarinya yang berupa sikap dan pengetahuan. Sedangkan menurut Nana Sudjana (Mahardiyanto 2007), “hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.”

a. Aspek kognitif, meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi.

b. Aspek sikap (afektif), meliputi menerima atau memperhatikan, merespon, penghargaan, mengorganisasikan, dan mempribadi (mewatak).

c. Aspek psikomotorik, meliputi menirukan, manipulasi, keseksamaan (precision), artikulasi (articulation), dan naturalisasi.

Didukung dengan teori Taksonomi Bloom (Suprijono, 2013: 6), rangka studi dapat dicapai melalui 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian yang notabennya merupakan hasil belajar yang bersifat intelektual.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif memiliki 5 jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai yang notabennya berkenaan dengan sikap dan nilai.

(17)

Ranah motorik meliputi keterampilan gerak atau motorik siswa menghubungkan atau mengamati suatu benda.

Mengacu pendapat diatas dapat dikaji bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai oleh seseorang saat proses pembelajaran selesai, tidak hanya berupa nilai saja akan tetapi dapat dilihat dari perubahan sikap dan cara berfikir. Hasil belajar biasanya mengandung tiga domain yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dicapai oleh siswa. Untuk memperoleh hasil belajar maka dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

2.1.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Darmawan dan Permasih (2011: 140), “hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.” Faktor internal yaitu, 1) Faktor fisiologis yang bersifat bawaan yang diperoleh dari mendengar, melihat, cacat tubuh, dan lain-lain, 2) Faktor psikologis bersifat keturunan yang terdiri atas faktor intelektual: faktor potensial yaitu inteligensi dan bakat, dan faktor non-intelektual yaitu kecakapan nyata dan prestasi. Faktor eksternal yaitu kematangan baik fisik maupun psikis seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor spiritual.

Menurut Slameto, (2003: 54), Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor Internal dan faktor eksternal :

a. Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri. Motivasi yang ada di dalam diri siswa yang muncul karena kemauan dan kesadaran sendiri.

1) Faktor biologis

Meliputi keadaan jasmani yaitu kondisi fisik yang dimiliki oleh siswa. Mulai dari kelengkapan tubuh jasmaninya termasuk organ dalam seperti otak.

(18)

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Bisa berasal dari motivasi belajar siwa dan keadaan mental siswa untuk menerima suatu pelajaran.

b. Faktor Eksternal

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa karena dorongan atau motivasi dari luar atau dari lingkungan sekitar sehingga mendorong siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar.

1) Faktor lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga yang mendukung sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Apabila terdapat support dari kedua orang tua dan memiliki fasilitas tempat belajar maka anak akan nyaman untuk belajar. Peran orang tua sangatlah penting untuk memberi arahan bahwa belajar sanhatlah penting bagi diri sendiri dan bukan untuk orang lain. Hal ini dapat memberi motivasi yang positif bagi sang anak.

2) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh bagi motivasi siswa. Cara guru memberi motiivasi siswa, keadaan lingkungan kelas, dan lingkungan sekitar sekolah dappat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, menciptakan lingungan yang kondusif untuk belajar adalah tujuan utama berdirinya sekolah.

Dari pengertian di atas dapat dikaji bahwa, hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri itu sendiri seperti, biologis dan psikologis dan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari lingkungan sekitar seperti, lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

2.1.4 Hubungan antara Pembelajaran Inkuiri dengan Hasil Belajar IPA Pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena prinsip pembelajaran inkuiri senada dengan prinsip pembelajaran IPA yaitu prinsip interaksi pada pembelajaran inkuiri senada dengan prinsip hubungan sosial pada mata pelajaran IPA yaitu sama-sama melatih siswa untuk belajar

(19)

mengembangkan sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Prinsip menemukan, latar, belajar sambil melakukan, dan prinsip belajar sambil bermain pada pembelajaran IPA senada dengan prinsip belajar untuk berpikir dan berorientasi pada pengembangan intelektual pada metode pembelajaran inkuiri, yaitu siswa dituntut untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa untuk menemukan suatu emecahan masalah.

Tahapan metode pembelajaran inkuiri juga senada dengan pembelajaran IPA yaitu persamaan pada teori konstruktivisme. Metode pembelajaran inkuiri pada pelajaran IPA dibutuhkan siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo karena bebarapa faktor, yaitu:

a) Dengan pembelajaran inkuiri akan membentuk peserta didik yang aktif. Karena dapat berpikir dan bertindak melalui kegiatan yang nyata dan dilakukan oleh diri sendiri (learning by doing).

b) Dapat menciptakan peserta didik yang dapat berkompeten dalam bersosialisasi melalui pembelajarannya. Dengan berlatih mengemukakan pendapat, berbicara di depan kelas, dan berpikir kritis rasional akan melatih siswa percaya diri. c) Melatih guru serta peserta didik dalam berpikir kritis dan kreatif.

d) Membentuk daya ingat yang tahan lama karena tidak terpacu pada hasil tapi lebih kepada proses penemuan.

e) Pembelajaran yang semula berpusat pada guru akan berganti pembelajran yang berpusat pada siswa.

Pengaruh metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar IPA juga diperkuat dengan adanya hasil penelitian menurut Schlenker (Joyce dan Weil, 1992: 198), menunjukkan bahwa, “latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informas.”

Hal di atas terbukti bahwa tujuan utama pembelajaran inkuiri sesuai dengan prinsip belajar IPA, dengan latihan menggunakan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains dan siswa dapat berlatih untuk berpikir kritis serta kreatif.

(20)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian Purwanto, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Ngembak Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012.” Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan pembelajaran inkuiri bisa meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Terbukti dari hasil nilai yang diperoleh siswa dari pre-test yang semula mendapat niai rata-rata 62 pada tes siklus 1 mendapat nilai rata-rata 66, dan yang terakhir pada test siklus 2 yang mendapat rata-rata kelas 80. Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai rata-rata kelas menjadi naik dengan mencapai nilai ketuntasan 100%.

Sementara itu Penelitian menurut Nanik Supriati, (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Pesalakan 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 Mata Pelajaran IPA Materi Fungsi Organ Pencernaan Manusia Melalui Pembelajaran Inkuiri” juga membuktikan bahwa melalui pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil ini dapat dilihat melalui perolehan data nilai yaitu dari kondisi awal yang hanya tuntas 9 anak dari 28 anak dengan rata-rata 55, dengan nilai tertinggi 70 setelah dilakukan pembelajaran inkuiri naik menjadi 24 anak yang tuntas dengan nilai rata-rata kelas 65 dan nilai tertinggi yang diperoleh menjadi 90.

Dipertegas dengan penelitian Ruly Rakhmawati, dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD” hasil yang didapatkan melalui penerapan metode inkuiri adalah pada siklus I rata-rata pembelajaran IPA mencapai 72,07%. Pada siklus II meningkat menjadi 80,73% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 91,71%. Dari siklus I ke siklus II pembelajaran IPA meningkat 8,66% dan dari siklus II ke siklus III meningkat sebanyak 10,98%. Dari hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pembelajaran IPA.

(21)

Penggunaan metode inkuiri juga diterapkan pada mata pelajaran matematika pada penelitian Dwi Ari Istiant, Triyono, Kartika Chrysti Suryandar dalam penelitiannya yang berjudul ” Penggunaan Metode Inkuiri dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika di Kelas V Sekolah Dasar” hasil yang didapatkan melalui penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran Matematika mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pada kegiatan pre-test atau tes awal, siswa yang mencapai nilai hasil belajar ≥ KKM baru mencapai 40% atau sebanyak 6 siswa. Pada siklus I persentase pencapaian hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan 20% menjadi 60% atau sebanyak 9 siswa. Selanjutnya, pada siklus II persentase siswa yang mencapai nilai hasil belajar ≥ KKM 73.3% atau sebanyak 11 siswa. Berikut adalah sebuah pemetaan table dari hasil penelitian yang relevan di atas:

Tabel 5

Tabel Hasil Penelitian yang Relevan No Peneliti Tahun Bidang

studi Variabel Hasil X Y 1. Purwanto, Ama.Pd 2012 IPA Pembela -jaran inkuiri Hasil belajar

Nilai pre-test yang semula mendapat niai rata-rata 62, pada tes siklus 1 mendapat nilai rata-rata 66, dan pada test siklus 2 mendapat rata-rata kelas 80 dan mencapai nilai ketuntasan 100%. 2. Nanik Supriati 2012 IPA Pembela -jaran ikuiri Hasil belajar

Dari kondisi awal yang hanya tuntas 9 anak dari 28 anak dengan rata-rata 55, dengan nilai tertinggi 70 setelah dilakukan pembelajaran inkuiri naik menjadi 24 anak yang tuntas dengan nilai rata-rata kelas 65 dan nilai tertinggi yang diperoleh menjadi 90. 3. Ruly Rakhmawati, dkk IPA Metode pembela -jaran Hasil belajar

Pada siklus I rata-rata pembelajaran IPA mencapai 72,07%.

(22)

inkuiri terbimbi ng Pada siklus II meningkat menjadi 80,73% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 91,71%. 4. Dwi Ari Istianto, Triyono, dan Kartika Chrysti Suryandari Matema tika Metode Inkuiri Hasil Belajar

Pada pra siklus siswa yang tuntas ulangan matematika sebanyak 6 siswa. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu sebanyak 9 siswa. Selanjutnya, pada siklus II persentase siswa yang mencapai nilai hasil belajar ≥ KKM sebanyak 11 siswa.

Dari tabel hasil penelitian yang relevan dapat dilihat bahwa penelitian dengan menggunakan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA sudah banyak dilakukan. Hasil dari penelitian ini juga memuaskan terbukti dengan adanya peningkatan ketuntasan yaitu naik menjadi lebih dari 80% yang semula nilai rata-rata dan ketuntasan yang rendah.

Berbeda dengan penelitian di atas peneliti lebih menekankan hubungan antara metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil kognitif belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang berfokus pada materi sifat-sifat cahaya yang dilaksanakan pada siswa kelas 5 semester 2 di SD Negeri Tlogo.

2.2 Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran IPA yang bersifat konvensional tidaklah efektif. Oleh karena itu, penulis akan menerapkan metode pembelajaran inkuiri yang diduga mampu meningkatkan hasil belajar IPA. Berikut adalah skema kerangka berpikir dalam penelitian:

(23)

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir

Berdasarkan skema kerangka berpikir di atas, permasalahan yang ditemukan pada siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo pada observasi, wawancara, dan observasi nilai siswa yaitu nilai ulangan mata pelajaran IPA rendah karena guru masih bersifat konvensional. Dengan diterapkannya metode pembelajaran inkuiri diharapkan dapat meningkatkan hasil kognitif belajar siswa. Metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa karena pada dasarnya prinsip dan sasaran utama pembelajaran inkuiri dengan mata pelajaran IPA adalah sama yaitu mengacu terhadap teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme

Proses Belajar Mengajar Tindakan Kondisi Akhir Guru: Pembelajaran bersifat konvensional - Ceramah

- Terpaku pada buku - Teacher centered - Siswa pasif

Siswa: Hasil belajar IPA rendah

Penerapan metode pembelajaran inkuiri Hasil belajar meningkat

Dengan penerapan metode pembelajaran inkuiri diduga mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa Sintak penerapan metode

pembelajaran inkuiri: - Menyajikan pertanyaan - Membuat hipotesis - Merancang percobaan - Melakukan percobaan - Mengumpulkan dan menganalisa data - Membuat kesimpulan Pemantapan pembelajaran inkuiri:

- Menekankan pada aktivitas siswa

- Menemukan jawaban sendiri - Melakukan

percobaan-percobaan

- Melakukan diskusi kelompok

(24)

berpandangan bahwa pengetahuan dibentuk oleh karena pengalaman langsung yang didapatkan siswa disaat proses belajar mengajar. Hal tersebut didukung dengan sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Sejalan dengan prinsip pembelajaran IPA yaitu prinsip motivasi, prinsip menemukan, serta prinsip menemukan dengan melakukan. Dari uraian di atas tergambar jelas bahwa metode pembelajaran inkuiri yang melalui dua siklus pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan nalar bahwa prinsip pembelajaran IPA sesuai dengan pembelajaran inkuiri.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut: dengan penerapan metode pembelajaran inkuiri melalui langkah-langkah menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisa data, dan membuat kesimpulan pada mata pelajaran IPA dengan materi pokok menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat karya/model, diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo Desa Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Gambar

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Menurt Solomon dan Rothblum (Rachmahana, 2001, h.135) individu yang kurang asertif tidak mau mencari bantuan ( seeking for help) kepada orang lain untuk membantu

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru mata pelajaran Bahasa Inggris ditemukan beberapa masalah diantaranya: 1) siswa mengalami

Strategi yang masuk ke dalam kelompok ini adalah: (1) peningkatan produksi, kualitas dan mutu hasil panen, (2) pengembangan usaha dengan pemanfaatan bantuan modal, (3)

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

 Menuliskan sikap kepahlawana n yang dimiliki Pattimura dan raja-raja pada masa Islam  Menyatakan sikap-sikap kepahlawana n yang • Membaca teks tentang Kapitan

Hasil rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Samarinda yang ditolak oleh para saksi dari partai-partai politik termasuk PDK, tidak pernah diperbaiki dan hal ini telah

Autor smatra kako proces europske integracije ne možemo promatrati izolirano od strateškog američkog projekta uspostave novog međunarodnog gospodarskog i političkog poretka