BAB 2
TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan adanya keinginan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi
pihak-pihak yang berkepentingan apabila dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh
informasi yang dapat mendukung kebijakan yang akan diambil.
Ada beberapa definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan
Akuntansi Indonesia; 2009:1) adalah: “laporan keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya,sebagai laporan arus kas, atau laporan
arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.
2. Munawir (2007:5) mendefinisikan laporan keuangan adalah laporan keuangan
modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva,
hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan
perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan
perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan
yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.
Sama seperti seperti lembaga/ perusahaan non bank, untuk mengetahui kondisi
keuangan suatu bank, dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank
secara periodik. Laporan ini juga menggambarkan kinerja bank selama periode
tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah
dan masyarakat sebagai nasabah guna mengetahui kondisi bank tersebut pada waktu
tertentu.
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Kasmir (2015:10) beberapa tujuan dari penyususnan laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewaiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini
3. Memberikan inforrmasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada
suatu periode tertentu
4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode
5. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan
6. Informasi keuangan lainnya.
2.1.1.3 Manfaat Laporan Keuangan
Manfaat adanya laporan keuangan suatu bank secara umum adalah :
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal
bank pada waktu tertentu
2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu
3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
2.1.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan perusahaan/
lembaga yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Sama seperti lembaga
lain, bank juga memiliki laporan keuangan yang dibuat dengan standar yang telah
ditentukan sesuai dengan SAK dan SKAPI.
Menurut Kasmir (2008:175-176) jenis-jenis laporan keuangan bank yang
dimaksud meliputi :
a. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada
tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi aktiva (harta),
pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen didalam neraca
didasarkan pada tingkat likuiditas jatuh tempo.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan
hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar
jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
c. Laporan Komitmen dan Kontinjensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji
apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen
adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan
syarat Repurchase Agrement (Repo), sedangkan laporan kontinjensi merupakan
tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi
atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian
laporan komitmen dan kontinjensi disajikan tersendiri tanpa pos lama
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang
berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas
selama periode laporan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi catatan
tersendiri mengenai posisi Devisa Neto menurut jenis mata uang dan aktivitas
lainya.
f. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang
bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan
laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak
perusahaanya.
laba rugi untuk menganalisis kinerja keuangan perbankan dikarenakan hanya laporan
tersebut yang diperlukan dalam perhitungan analisis rasio keuangan perusahaan
perbankan.
2.1.1.5 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Informasi akuntansi harus mempunyai karakteristik tertentu agar dapat
dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam
PSAK ETAP (2015:05) bahwa Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan adalah :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi keuangan harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Dikatakan relevan,
maksudnya adalah laporan keuangan tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka
dimasa lalu.
3. Materialitas
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam
mencantumkan (misstatement) karenanya materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang
harus dimiliki agar informasi dapat berguna.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi mempunyai
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan kesalahan material dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
5. Dapat dibandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan
(trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Sedangkan menurut Harahap (2007:145) : “Karakteristik laporan keuangan
banding, Lengkap.”
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik laporan keuangan
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan bagi pengguna.
Setiap perusahaan dituntut untuk memberikan kinerja yang baik sehingga dapat
bertahan dalam persaingan bisnis. Kinerja mencerminkan prestasi perusahaan
berdasarkan kegiatan operasional sehari-hari perusahaan. Melalui pengukuran kinerja,
dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam mengelola sumber daya
dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
2.1.1.6 Pemakai Laporan Keuangan
Prastowo dan Juliaty (2008:4) menyatakan bahwa para pemakai laporan keuangan
ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi
yang berbeda, yang meliputi :
1. Investor
Para investor dan penasihatnya yang berkepentingan terhadap risiko yang melekat
dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,
menahan atau menjual investasi tersebut.
2. Kreditor
Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
tempo.
3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Shareholders (para pemegang saham)
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan
perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal
untuk business plan selanjutnya.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan.
7. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti
pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang
dipekerjakan dan perlindungan para penanam modal domestik.
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa para pemakai laporan keuangan memiliki
kepentingannya masing-masing terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Pada
umumnya laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan tersebut selama periode yang bersangkutan sehingga para pemakai laporan
keuangan dapat mengambil keputusan terhadap rencana selanjutnya.
2.1.1.7 Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:9), Laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan
laporan yang perlu diketahui, antara lain :
a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim
report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat
pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau
berubah-ubah.
c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli
sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah
belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar,
mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang
mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga.
d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan
akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Menurut Munawir (2010:5) menunjukkan bahwa pada umumnya laporan
keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan
ekuitas. Neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas
dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba rugi
selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat
dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan
perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan
serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis
laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan
lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap
rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil.
2.1.2.2 Tujuan dan Kegunaan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah membantu manajer keuangan
memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang
tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari laporan keuangan.
Kasmir (2013:68) menunjukkan bahwa ada beberapa tujuan bagi berbagai pihak
dengan adanya analisis laporan keuangan. Tujuan dari analisis laporan keuangan
adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
periode.
2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat
dari laporan keuangan biasa.
3. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).
4. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
5. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. Untuk
melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau
tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
7. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
Menurut Harahap dalam bukunya “Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan” (2008:195-197) mengungkapkan kegunaan analisis laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar
perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model
dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan
(rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa
yang akan datang.
2.1.2.3 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Dalam menganalisis laporan keuangan digunakan beberapa metode dan teknik
Laporan Keuangan” (2010:36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu:
a. Analisa horizontal, yaitu analisa dengan mengadakan perbandingan laporan
keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui
perkembangannya.
b. Analisa vertikal, yaitu apabila apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya
meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara
pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga
hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2010:37-38), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari:
a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau
lebih, dengan menunjukkan:
1. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
3. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
4. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
5. Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan
b. Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
c. Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah
suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada
masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang
kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama
periode tertentu.
f. Analisis Rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio keuangan meliputi rasio
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas.
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu
periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
h. Analisis Break Event, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut
tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau
kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan
permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan,
dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar
data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:203) analisis laporan keuangan mempunyai kelebihan dan
kelemahan adalah sebagai berikut :
Kelebihan analisis laporan keuangan yaitu :
1. Hasil analisis laporan keuangan dapat membuka tabir kesalahan pembukuan,
2. Kesalahan lain yang disengaja, misalnya : tidak mencatat, pencatatan harga yang
tidak wajar, menghilangkan data, dan lain sebagainya.
Sedangkan kelemahan analisis laporan keuangan yaitu :
1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya
kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu
tidak salah.
2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu
laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga
harus melihat aspek-aspek lainnya
3. seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen
budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
4. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini
bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengetahui kondisi dan kinerja keuangan suatu bank, seorang analisis
memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio. Yang
dimaksud dengan rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu
unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan
sehingga dapat memberikan gambaran tentang baik atau buruknya keadaan suatu
perusahaan.
Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Mahmudi (2010:88) menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan
pebandingan antara dua angka yang datanya diambil dari elemen laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk mengintepretasikan perkembangan
kinerja dari tahun ke tahun dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain
yang sejenis.
Secara umum Analisis Rasio keuangan merupakan analisis dengan
membandingkan satu pos laporan dengan pos laporan keuangan lainnya, baik secara
individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik
dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi. Rasio menggambarkan suatu hubungan
dari perbandingan antara jumlah tertentu dalam satu pos laporan keuangan dengan
jumlah yang lain pada pos laporan keuangan lain. Dengan menggunakan metode
analisis seperti berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran
2.1.3.2 Jenis – Jenis Rasio Keuangan
Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio
keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin
dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca ataupun laporan laba
rugi dan juga rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa.
Rasio keuangan yang digunakan oleh bank dengan perusahaan non bank
sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Perbedaannya terutama terletak pada jenis rasio
yang digunakan untuk menilai komponen-komponen laporan keuangan yang
jumlahnya lebih banyak, komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki bank
berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan non bank.
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya jenis-jenis rasio keuangan perusahaan
non bank dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu :
1) Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya.
2) Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jau perusahaan dibelanjai
dengan hutang.
3) Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber dananya.
4) Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah
Sedangkan menurut Kasmir (2008:220), jenis-jenis rasio keuangan yang biasanya
terdapat di bank adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
Pengertian rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata
lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta
dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini
semakin likuid. (Kasmir 2008:221)
Rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat likuiditas bank yaitu :
a. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membiayai kembali kewajibannya
kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan aktiva lancar yang
lebih likuid yang dimiliki. Quick ratio umumnya dianggap baik adalah
semakin besar rasio ini maka semakin besar jaminan bank untuk memenuhi
kewajiban lancarnya atau jangka pendeknya. (Kasmir 2008:221)
Quick Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk quick ratio sebesar
15% - 20%
Banking ratio bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang
dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas bank semakin
rendah tingkat likuiditas bank. (Kasmir 2008:223)
Banking Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk Banking Ratio
sebesar 75% - 85%
c. Loans to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang diberiakn bank dengan dana yang diterima oleh Bank.
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan makin rendahnya tingkat likuiditas
bank karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya
menjadi makin besar. (Kasmir 2008:225)
Loans to Deposit Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk Loans to Deposit
Ratio sebesar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% - 110%. 2. Rasio Rentabilitas Bank
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha atau profitabilitas yang dicapai oleh Bank.
Analisis rentabilitas bank dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk mengukur tingkat
efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. (Kasmir
2008:234)
Rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat rentabilitas bank yaitu :
a. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam menghasilkan laba bersih dilihat dari sudut pendapatan
operasional. Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu
perusahaan. Adanya kenaikan dari rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih
bank. (Kasmir 2003:235)
Net Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar kesehatan Bank Indonesia untuk Net Profit Margin sebesar
lebih dari 5%.
b. Tingkat Pengembalian Modal (Return on Equity)
Return on Equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri networth) secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
Return on Equity dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk Return on Equity
sebesar 5% -12%.
c. Tingkat Pengembalian Aset ( Return on Assets)
Return on Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset. (Kasmir 2008:236)
Return on Assets dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk Return on Assets
sebesar 0,5% - 1,25%
3. Rasio Solvabilitas atau Permodalan
Pengertian Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas digunakan untuk
ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya.
Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank.
(Kasmir 2008:229)
a. Primary ratio
Primary Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana
penurunan yang terjadi dalam total aset dapat ditutupi oleh modal sendiri.
(Kasmir 2008:229)
Primary Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar kesehatan Bank Indonesia untuk Primary Ratio sebesar
3%- 6%.
b. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy ratio)
Rasio ini merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan
bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta
menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam
operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi
modal. (Kasmir 2008:233)
Capital Adequancy Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar kesehatan Bank Indonesia untuk Capital Adequancy Ratio sebesar 8%.
Capital Ratio merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal tagih. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan besarnya modal dan cadangan penghapusan dalam menunjang perkreditan yang dapat dipergunakan untuk menutupi kegagalan perkreditan. (Kasmir 2008:232)
Capital Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai standar kesehatan Bank Indonesia untuk Capital Ratio sebesar 10% - 20%
4. Rasio Resiko Usaha Bank
Risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang diharapkan
(expected return) dan realisasinya. Makin besar penyimpangannya, makin tinggi risikonya.
Setiap jenis usaha selalu dihadapkan pada berbagai resiko begitu pula di
dalam bisnis perbankan, banyak pula resiko yang dihadapinya, bila risiko-risiko
tersebut dibiarkan maka risiko- risiko tersebut akan berpengaruh negatif terhadap
keberlangsungan usaha bank. (Kasmir 2008:228)
Adapun rasio untuk mengukur resiko usaha bank yaitu :
a. Risiko Kredit (Credit Risk Ratio)
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
Credit Risk Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
b. Deposit Risk Ratio
Menurut Kasmir (2008:228) Deposit risk ratio digunakan untuk
mengukur resiko kegagalan bank membayar kembali kepada nasabah yang
menyimpan dananya diukur dengan jumlah permodalan yang dimiliki oleh
bank yang bersangkutan. Semakin besar rasio ini maka, kemungkinan bank
bermasalah semakin kecil (negatif).
Deposit Risk Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
2.1.3.3 Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Keown dkk (2010) menyatakan tujuan dari analisis rasio keuangan
adalah membantu manajer financial memahami apa yang perlu dilakukan perusahaan
berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari laporan
keuangan. Analisis rasio keuangan pada dasarnya tidak hanya berguna bagi
kepentingan intern perusahaan melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut
kepentingan khusus dari analisis atau pihak yan berkepentingan.
1. Bagi manajer kredit, analisa rasio keuangan dipergunakan untuk memperkirakan
risiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang diminta.
2. Bagi investor, sebagai alat untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi berbagai
perusahaan. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mengukur adanya jaminan
atas keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan.
3. Bagi manajemen perusahaan, untuk merencanakan dan mengevaluasi performance
atau prestasi manajemen dikaitkan dengan prestasi rata-rata industri.
4. Manajer perusahaan, mengidentifikasikan kemungkinan melakukan merger
(penggabungan) dengan perusahaan lain.
2.1.3.4 Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Manfaat analisis rasio keuangan sangat penting. Rasio keuangan dapat digunakan
untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari
komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan
kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut.
Manfaat analisis rasio keuangan menurut Yamit (2005:3) adalah :
a. Bagi para bangkir berguna untuk mempertimbangkan pemberian kredit jangka
pendek maupun jangka panjang kepada perusahaan. Untuk itu para bangkir lebih
tingkat efisiensi laba, tingkat efisiensi operasional dan solvabilitas.
b. Bagi para kreditur jangka panjang lebih tertarik pada kemampuan memperoleh
laba dan tingkat efisiensi operasional.
c. Bagi para penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh laba jangka
panjang dan tingkat efisiensi perusahaan.
d. Bagi manajemen sendiri tentu saja sangat berkepentinga dengan semua aspek
analisis rasio keuangan, karena dia harus membayar hutang jangka panjang dan
jangka pendek, mampu meningkatkan efisiensi perusahaan, dan mampu
memperoleh laba untuk memaksimalkan nilai perusahaan, dan mampu
memperoleh laba untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
2.1.3.5 Alasan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Alasan penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis keuangan
dikemukakan oleh Ress (1992:89) sebagai berikut:
1. Sebagai ringkasan statistik
Analisis rasio keuangan digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas detil
laporan keuangan ke dalam bentuk serangkaian rasio.
2. Sebagai identifikasi kondisi suatu industri
Perusahaan menggunakan standar industri untuk melihat perbedaan yang tidak
normal dengan prestasi perusahaan, sehingga dapat diambil tindakan yang
3. Sebagai masukan dalam pengambilan keputusan
Para pengambil keputusan menggunakan rasio keuangan sebagai data
tambahan bersama-sama dengan informasi time series dan cross sectional
trend, yang juga disertai pengalaman keputusan atas industri yang bersangkutan.
2.1.3.6 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2008:298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding
teknik analisis lainnya. Adapun keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan;
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit;
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score);
5. Menstandarisir ukuran perusahaan ;
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”;
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
Selain keunggulan, analisis rasio keuangan juga mempunyai beberapa
keterbatasan yang harus disadari pada waktu menggunakannya. Adapun keterbatasan
analisis rasio menurut Harahap (2008:299) antara lain :
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
b. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
c. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
d. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai
tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
2.1.4 Kinerja Keuangan
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan Bank dan Penilaian Kinerja Keuangan Menurut Abdullah (2005:120) kinerja keuangan bank merupakan bagian dari
kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan
merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik
menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana,
teknologi maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan apa yang dinyatakan di atas, kinerja keuangan bank merupakan
penghimpunan dana penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas, profitabilitas dan risiko usaha bank.
Sedangkan penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para
penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Penilaian terhadap kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan melakukan
analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan keuangan bank berupa neraca dan
laba rugi memberikan informasi kepada pihak di luar bank misalnya seperti bank
sentral, masyarakat umum dan investor.
2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Penilaian kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang
diambil dan tujuan analisis. Tujuan umum penilaian kinerja perusahaan adalah untuk
mengevaluasi perubahan–perubahan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Menurut Jumingan (2006:239) tujuan penilaian kinerja keuangan perbankan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan bank terutama kondisi likuiditas,
kecukupan modal dan profitabilitas (rasio-rasio keuangan perbankan) yang dicapai
dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua asset yang
Menurut Mulyadi (2001:416) menyatakan bahwa manfaat penilaian kinerja
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien memalui pemotivasian
karyawan secara optimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti promosi, transfer dan pemberitahuan.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.1.5 Bank di Indonesia 2.1.5.1 Pengertian Bank
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998,
diuraikan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Kasmir (2010:11) menyatakan bahwa bank secara sederhana dapat diartikan
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa Bank lainnya.
Dengan demikian, pengertian bank dapat disimpulkan sebagai suatu lembaga
keuangan berbentuk badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan yang kemudian simpanan tersebut disalurkan kembali kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit.
2.1.5.2 Fungsi dan Tujuan Bank
Menurut Kuncoro (2011:67) terdapat 3 fungsi utama bank dalam pembangunan
ekonomi, yaitu :
1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan
2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran
uang
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 fungsi utama
Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpunan dan penyalur dana masyarakat.
Sedangkan Perbankan Indonesia bertujuan memanjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan
2.1.5.3 Jenis – Jenis Bank
Jenis- jenis Bank di Indonesia dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain (Kasmir,
2008 : 20) :
1. Dilihat dari segi fungsinya
Berdasarkan UU RI No.10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalamkegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Artinya,
kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank
umum.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya, di bagi menjadi:
a. Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini
dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan
Dalam Bank Swasta Milik Nasional termasuk pula bank-bank yang dimiliki
oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.
c. Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
d. Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya
secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.
3. Dilihat dari segi status
a. Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya misalnya transfer ke luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of Credit (L/C).
b. Bank non devisa, merupakan bank yang mempunyai ijin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi
seperti bank devisa. Bank non devisa melakukan transaksi dalam batas-batas
suatu negara.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, menetapkan bunga sebagai
harga jual baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun
deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga
b. Bank berdasarkan prinsip syariah, yang menerapkan aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk
menyimpan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih jenis bank untuk dijadikan sampel
penelitian dilihat dari segi kepemilikannya yaitu Perbankan Milik Pemerintah. Namun,
yang menjadi objek penelitian untuk di teliti yaitu Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN).
2.1.5.4 Karakteristik Bank
Pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank.
Menurut Taswan (2010:6) ada lima karakteristik bank sebagai berikut :
1. Bank adalah lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara keuangan antara
pihak-pihak yang memilki kelebihan dana dengan mereka yang membutuhkan
dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral.
2. Bank juga merupakan industri yang kegiatannya mengandalkan kepercayaan
sehingga harus menjaga kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain
adalah dengan pemeliharaan kecukupan modal, kualitas aktiva, manajemen,
pencapaian profit dan likuiditas yang cukup.
3. Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntun senantiasa
menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditasnya dengan kebutuhan
4. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian
dari sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang
pembangunan.
5. Secara operasional bank mempunyai ciri khas, yaitu aktiva tetapnya relatif rendah,
hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan perbandingan antara aktiva
dengan modal sangat besar.
2.1.6 Go Public
2.1.6.1 Pengertian Go Public
Go public artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka. Dalam istilah pasar
modal, go public sering disebut sebagai IPO (Initial Public Offering), yaitu penawaran
pasar perdana kepada masyarakat.
Menurut Sunariyah (2010:20), go public atau perusahaan terbuka adalah peristiwa
penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) kepada masyarakat umum
(investor) untuk pertama kalinya. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut sudah
merupakan milik masyarakat pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan.
Secara mudah perusahaan yang sudah go public mudah dikenali oleh masyarakat,
karena di belakang nama perusahaan ditambahkan istilah “Tbk” (terbuka), sedangkan
Go public mempunyai makna kesediaan pemegang saham mayoritas atau pendiri untuk mengajak masyarakat menjadi pemegang saham perusahaan, bukan
sekedar menjual saham perusahaan ke masyarakat luas melainkan juga menerbitkan
saham baru dan menjualnya. Dana yang didapatkan digunakan untuk kepentingan
pengembangan perusahaan yaitu untuk ekspansi hingga membayar hutang
2.1.6.2 Proses Go Public
Proses go public tetap menggunakan prosedur yang berlaku, sesuai dengan standar
dan aturan yang berlaku, tanpa sedikit pun manajemen BEI terlibat di dalamnya.
Karena memang dalam proses go public ini, pintu pertama yang harus dilakukan adalah
Badan Pengawas Pasar Modal - Lembaga Keuangan (Bapepam - LK). Karena
berdasarkan struktur dan UU Pasar Modal, lembaga pemerintah ini yang diberikan
tanggung jawab terhadap proses go public hingga pasar perdana (pasar primer).
Proses go public, secara sederhana dikatakan sebagai kegiatan penawaran saham
atau efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual saham atau Efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan
Pelaksanaannya. Ada tahapan-tahapan yang mesti dikerjakan oleh perusahaan yang
akan melakukan penawaran umum ini. Dari tahapan-tahapan tersebut BEI membagi
beberapa tahapan kerja dari sebuah proses go public.
1. Tahap Persiapan
sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling
awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang
saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat persetujuan,
selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin pelaksana emisi serta
lembaga dan profesi penunjang pasar
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, perusahaan bersama underwritter membawa dokumen-
dokumen yang terangkum dalam propektus ringkas pendukung calon emiten
untuk menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAM-LK
menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif. Propektus ringkas
merupakan keterangan ringkas mengenai perusahaan minimal dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir.
3. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten
menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham
tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa Penawaran paling
kurang satu hari kerja, dan paling lama 5 (lima) hari kerja.
4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut
2.1.6.3 Manfaat Go Public
Manfaat go public menurut panduan go public Bursa Efek Jakarta dalam Inayah
(2011) adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh sumber pendanaan baru.
b. Memberikan competitive advantage untuk pengembangan usaha.
c. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan
melaluipenerbitan saham baru.
d. Peningkatan kemampuan going concern. Kemampuan going concern bagi
perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun.
e. Meningkatkan citra dan nilai perusahaan. Dengan go public, perusahaan akan
selalu mendapat perhatian dari media dan komunitas keuangan.
f. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham
perusahaan
2.1.6.4 Konsekuensi Go Public
Keputusan perusahaan untuk go public selain memberikan manfaat yang sangat
besar, juga memberikan konsekuensi yang besar pula menurut panduan go public
Bursa Efek Jakarta dalam Inayah (2011), yaitu
1. Berbagi kepemilikan
Dengan menjual saham kepada publik, maka persentase kepemilikan pemegang
khawatir kehilangan kontrol atau kendali perusahaan.
2. Mematuhi peraturan pasar modal yang berlaku
3. Pasar modal menerbitkan berbagai peraturan yang pada dasarnya akan membantu
perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang
4. Untuk mendapatkan modal dari masyarakat bagi perusahaan maksudnya
perusahaan yang menjual sahamnya dimasyarakat akan dapat menerima
keuntungna atau dana yang lebih besar.
2.1.6.5 Tujuan Melakukan Go Public
Ada dua hal secara garis besar yang melatarbelakangi perusahaan melakukan go
public. Dua hal tersebut berkaitan dengan aspek finansial maupun nonfinansial. 1. Aspek Finansial : Perusahaan melakukan go public untuk refinancing atau
restrukturasi permodalan, yaitu meningkatkan permodalan, memperbaiki struktur
keuangan perusahaan (Debt Equity Ratio), mengurangi Cost Of Fund, dan
merupakan sumber pendanaan Jangka Panjang, mendapatkan dana untuk
perluasan usaha (ekspansi) atau diversifikasi usaha, melepaskan sahamnya agar
memperoleh keuntungan
2. Aspek nonfinansial : perusahaan melakukan go public untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, meningkatkan profesionalisme, dalam rangka
dan mengambil alih usaha lain, meningkatkan nilai perusahaan (shareholder
value).
2.1.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dicantumkan di bab II guna mengetahui perbedaan dan
persamaan antara yang diteliti oleh penulis dengan penelitia terdahulu dengan topik
yang sama. Penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN 1 NOVITA ANGGRAINI (2014)
Analisis Laporan Keuangan untuk menilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT. Sampoerna Agro, Tbk yang terdaftar di BEI
Menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio keuangan sebelum dan sesudah go public, kecuali untuk Current Ratio, Gross Profit Margin, dan Net Profit Margin menunjukan perbedaan signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa sebelum dan sesudah go public tidak memberikan perbedaan/perbaikan yang signifikan pada kinerja keuangan dari perusahaan PT. Sampoerna Agro, Tbk
2 NUR INAYAH (2011)
Analisis kinerja keuangan perusahaan Sebelum dan sesudah go public pada PT Jasa Marga Tbk di BEI
Menunjukkan bahwa laporan dari perusahaan sebelum dan sesudah go public mengalami dan mencoba suatu peningkatan penting, dari perbandingan kemampuan cenderung untuk mempunyai perluasan dari bukit yang rendah drastic sesudah go public, sedangkan liquiditas dan profitabilitas perbandingan cenderung meningkat setelah menjadi umum dibanding sebelum go public
3 JEFRY DWYANTO (2013)
Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan analisis rasio keuangan dapat diketahui bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan sesudah melakukan IPO cenderung mengalami penurunan kecuali current ratio dan quick ratio. Dari analisis uji t sampel berpasangan juga dapat diketahui bahwa dari 9 rasio yang diteliti dari 10 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering ternyata hanya debt to total asset ratio yang mempunyai perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah Initial Public Offering.
Tabel 2
Persamaan dan Perbedaan
Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
Keterangan Penelitian Novita Penelitian Inayah Penelitian Jefry Penelitian Sekarang Judul Analisis Laporan
Keuangan untuk menilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT. Sampoerna Agro, Tbk yang terdaftar di BEI Analisis kinerja keuangan perusahaan Sebelum dan sesudah go public pada PT Jasa Marga Tbk di BEI Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering(IPO) Pada Perusahaan LQ-45 di BEI Analisis Rasio Keuangan untuk menilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT Bank Tabungan Negara, Tbk di BEI Tahun 2014 2013 2013 2015
Rasio Quick Ratio, Current Ratio, GPM,NPM,DTA, DER,ROA,ROE, TATO, FATO Current ratio,Cash ratio,Rasio total modal sendiri terhadap total aset, ROE, ROI Current ratio, quick ratio,TATO, RTO, DTAR, DER, PM, ROA, ROE Rasio Likuiditas, Rentabilitas, Solvabilitas dan Risiko Usaha Bank Metode dan Teknik Analisis Metode statistic dengan menggunakan Paired Sample T- Test Metode penelitian Deskriptif dengan pendekatan studi kasus Tren masing masing-masing rasio keuangan Metode statistic dengan menggunakan Paired Sample T- Test Metode Statistic dengan menggunakan uji beda dua rata-rata berpasangan (Sample Paired T-Test)
2.2 Rerangka Berfikir
Untuk memberikan gambaran yang yang jelas dan sistematis, maka gambar
berikut ini menyajikan kerangka berpikir penelitian dan menjadi pedoman dalam
Gambar 1 Rerangka Berfikir
Studi Teori Studi Empiris
Fakta
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public.
Permasalahan
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Bank Tabungan Negara, Tbk sebelum dan sesudah go public ?
Variabel Bebas - Quick Ratio - Banking Ratio - Loan to Deposit Ratio - Net Profit Margin - Return On Equity - Return On Assets - Primary Ratio
- Capital Adequacy Ratio - Capital Ratio
- Credit Risk Ratio - Deposit Risk Ratio
Variabel Terikat
Kinerja Keuangan
Hipotesis
Ada perbedaan signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT. Bank Tabungan Negara, Tbk
Uji Beda dua rata-rata berpasangan
Hasil Penelitian
Nur Inayah (2011) Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Go Public pada PT. Jasa Marga, Tbk Novita Anggraini (2014) Analisis Laporan Keuangan untuk menilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT. Sampoerna Agro, Tbk yang terdaftar di BEI Jefry Dwyanto (2013) Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Pada Perusahaan LQ-45 Di BEI - Analisis Laporan Keuangan Harahap (2009:190), Munawir (2010:5)
- Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2009:297), Mahmudi (2010:88)
- Jenis Rasio Keuangan Kasmir (2008:220)
- Rasio Likuiditas Kasmir (2008:221)
- Rasio Rentabilitas Bank Kasmir (2008:234)
- Rasio Solvabilitas Kasmir (2008:229)
- Rasio Risiko Usaha Bank
Kasmir (2003:228)
- Kinerja Keuangan Bank Abdullah (2005:120
Gambar 2 Model Penelitian PT. Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN)
Laporan Keuangan Neraca dan Laporan Laba Rugi
Sebelum Go Public (2004 - 2008)
Sesudah Go Public (2010-2014)
Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Rentabilitas 3. Rasio Solvabilitas 4. Rasio Resiko Usaha
Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Rentabilitas 3. Rasio Solvabilitas 4. Rasio Resiko Usaha
Kinerja Keuangan Sebelum Go Public
Kinerja Keuangan Setelah Go Public
Uji Beda Dua Rata-rata Berpasangan
2.3 Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya,
maka diuji kebenarannya secara kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2012:99), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan.
Berdasarkan permasalahan dan perumusan masalah yang dikemukakan diatas,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan
sesudah Go Public PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
H1 : Ada perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah