• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Dara Ayuni Yosoufina NIM. 151114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

TINGKAT MINAT BELAJAR SISWA MENENGAH PERTAMA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX Program Literasi Membaca

SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Dara Ayuni Yosoufina 151114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO

-Berbuat baiklah kepada sesama manusia, selagi kamu masih hidup dalam namaNya- Don’t expect life to be exciting. Make it Exciting!

Remember: Make urself useful for this world! (Peneliti)

“Barang siapa setiap dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil. Ia tidak benar juga

dalam perkara besar” (Lukas 16 : 10)

“Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong”

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil tulisan ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan pertolongan lewat orang-orang disekitarku dan yang selalu membuat diriku percaya akan suatu mukjizat nyata dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

Kedua orangtua ku yang tercinta Bapak Yudi Syafrodi dan Ibu Katarina Yosi yang tiada hentinya memberikan dukungan dan doa yang tulus kepadaku. Kakakku Bimmo Bangun Saputro yang selalu memberikan semangat dan tak hentinya selalu membantu

peneliti sesuai bidangnya yaitu penggunaan IT dalam proses penyelesaian skripsi ini. Bapak Donal Sinaga, M.Pd. yang selalu siap sedia dan setia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu dan membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

Sahabat dan teman-teman baikku yang ada di Cirebon maupun di Yogyakarta yang selalu mendoakan, mendukung, menemani, memberi saran yang sangat berdampak pada

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT MINAT BELAJAR SISWA MENENGAH PERTAMA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX Program Literasi Membaca

SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020) Dara Ayuni Yosoufina

Universitas Sanata Dharma 2019

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat belajar siswa program literasi membaca di kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020 dan (2) mengidentifikasi butir-butir pengukuran minat belajar yang capaian skornya rendah yang dapat dijadikan topik bahan layanan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020. Peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 59 siswa.Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Skala Tingkat Minat Belajar yang berjumlah 45 item. Skala disusun berdasarkan aspek-aspek Minat Belajar menurut Hurlock (2013: 116) yaitu (1) aspek kognitif yang terdiri dari: (a) rasa ingin tahu, (b) bergaul dengan teman sebaya, dan (c) membutuhkan berbagai informasi. Lalu ke (2) aspek afektif yang terdiri dari: (a) sikap dari orang tua, (b) sikap guru, dan (c) teman sebaya. Nilai koefisiean reliabilitas instrumen menggunakan pendekatan Alpha Chronbach (α) sebesar 0,920. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dengan kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020 memiliki tingkat minat belajar sebagai berikut: sebanyak 8 siswa (13,5%) memiliki minat belajar sangat tinggi, 30 siswa (51%) termasuk dalam kategori tinggi, 18 siswa (30,5%) termasuk dalam kategori sedang, dan 3 siswa (5%) termasuk dalam kategori rendah. Hasil analisis item alat ukur minat belajar menunjukkan bahwa ada 2 item yang memiliki perolehan skor rendah sebagai dasar menyusun usulan topik-topik bimbingan. Adapun usulan topik-topik-topik-topik bimbingan adalah (1) Aku Si Keren Pembaca Segalanya! (2) Pembelajaran Efektif Was Made By Me.

(10)

ix ABSTRACT

THE LEARNING INTEREST OF JUNIOR HIGH STUDENT (A Descriptive Study on Class IX Students of Reading Literacy Program in

SMP Santo Aloysius, Turi, Academic Year 2019/2020) Dara Ayuni Yosoufina

Sanata Dharma University 2020

The aim of this study was to: (1) describe the learning interest level of reading literacy program students of class IX in SMP Aloysius Turi, academic year 2019/2020, (2) identify measurement items of learning interest with low scores that can be used as a topic of guidance and counseling service material for class IX students in SMP Santo Aloysius Turi, academic year 2019/2020. The researcher used descriptive quantitative research with 59 class IX students of SMP Santo Aloysius Turi, academic year 2019/2020, as the research subject. The data collection used in this study was a 45-level of Learning Interest Scale. The scale was arranged based on aspects of Learning Interest according to Hurlock (2013: 116), namely (1) cognitive aspects consisting of: (a) curiosity, (b) hanging out with peers, and (c) needing various information and (2) affective aspects which consist of: (a) parents’ attitudes, (b) teachers’ attitudes, and (c) peers’ attitude. The reliability coefficient of the instrument was using the Alpha Chronbach (α) approach of 0.920. Data analysis techniques used in this study was descriptive statistics with very high, high, medium, low, and very low categorizations. The results of this study indicate that class IX students of SMP Aloysius Turi academic year 2019/2020 have the following levels of learning interest: 8 students (13,5%) were in very high learning interest category, 30 students (51%) were in the high category, 18 students (30, 5%) were in the medium category, and 3 students (5%) were in the low category. The analysis results of learning interest measuring instrument items indicate that there were 2 items that had low score as basis for compiling proposed guidance topics. The proposed guidance topics are (1) I'm the Cool, Reader of Everything! (2) Effective Learning Was Made by Me.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya yang sangat luar biasa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Begitu banyak hal yang telah dilalui oleh peneliti dalam proses penulisan tugas akhir ini yang tentu tidak dapat terselesaikan dengan baik apabila tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendampingi, membimbing sekaligus mendukung peneliti baik secara verbal maupun non verbal. Oleh karena itu, secara khusus peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyayarkarta.

2. Dr. Y. Heri Widodo, M.Psi selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan waktu, tenaga, motivasi, saran, dan pendampingan yang luar biasa kepada peneliti sehingga dapat berproses dalam penulisan skripsi ini.

4. Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna bagi peneliti.

5. Stefanus Priyatmoko atas segala dedikasi dan kesabarannya dalam membantu melayani proses administrasi peneliti selama studi di Program Bimbingan dan Konseling.

6. Kedua orangtua yang sangat kukasihi dan kusayangi atas doa, dukungan, perhatian, kesabaran dan kepercayaan sehinga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kakak laki-laki satu-satunya yang terkeren yaitu Bimmo Bangun Saputro yang telah menjadi panutanku dalam pengalaman hidupku sehingga peneliti dapat menjadi anak rantauan yang kuat serta dukungan dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Keluarga di Cirebon yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. SMP Santo Aloysius Turi yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

10. Danu Mukti, S.Pd. selaku Guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang telah membantu peneliti, memberikan dukungan serta pelajaran dan pengalaman berharga selama proses Magang dan penelitian.

11. Siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020 yang bekenan membantu proses penelitian dengan menjadi subjek dalam penelitian ini.

12. Husnah GF yang telah memberikan dukungan, doa, dan selalu setia menemani peneliti mengerjakan skripsi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HASIL PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ASBTRAK ... viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHALUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

(14)

xiii

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Hakikat Minat ... 11

1. Pengertian Minat ... 11

2. Ciri-Ciri Minat ... 13

3. Fungsi Minat Dalam Belajar ... 15

4. Pentingnya Minat ... 16 5. Aspek-Aspek Minat ... 17 B. Hakikat Belajar ... 19 1. Pengertian Belajar ... 19 2. Tujuan Belajar ... 21 3. Ciri-Ciri Belajar ... 22 4. Prinsip-Prinsip Belajar ... 23

C. Hakikat Minat Belajar ... 24

1. Pengertian Minat Belajar ... 24

2. Indikator Minat Belajar ... 25

3. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 27

4. Ciri-Ciri Minat Belajar ... 35

5. Fungsi Minat dalam Belajar ... 37

D. Program Literasi ... 38

1. Pengertian Program Literasi ... 38

(15)

xiv

1. Pengertian Bimbingan ... 40

2. Pengertian Bimbingan Belajar ... 40

3. Fungsi Layanan Bimbingan ... 41

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 43

G. Kerangka Pikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelirian ... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subyek Penelitian ... 47

D. Variabel Penelitian ... 48

E. Teknik dan Instrumen Penelitian Data ... 49

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 54

1. Validitas Instrumen ... 54

2. Reliabilitas Instrumen ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 61

1. Skoring ... 61

2. Tabulasi Data ... 61

3. Menghitung Uji Koefisien Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 61

4. Kategorisasi ... 62

(16)

xv A. Hasil Penelitian ... 65 B. Pembahasan ... 70 BAB V PENUTUP ... 78 A. Simpulan ... 78 B. Keterbatasan Penelitian ... 79 C. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN ... 85

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas IX SMP Santo Aloysius Turi ... 48

Tabel 3.2 Norma Skoring Skala Minat Belajar ... 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi Skala Minat Belajar ... 52

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Skala Minat Belajar ... 57

Tabel 3.5 Reliabilitas Skala Minat Belajar ... 60

Tabel 3.6 Kriteria Guilford ... 60

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Minat Belajar ... 62

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Data Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas IX SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020 ... 63

Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Item Minat Belajar Siswa Kelas IX SMP SantoAloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020 ... 64

Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas IX SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020 ... 65

Tabel 4.2 Distribusi Perolehan Skor Item Minat Belajar Siswa Kelas IX SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020 ... 68

Tabel 4.3 Item-Item Skala Minat Belajar Kategori Rendah ... 69

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 45 Grafik 4.1 Kategorisasi Minat Belajar Siswa

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 84

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 85

Lampiran 3 Hasil Komputasi Uji Validitas Instrumen ... 90

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Hasil magang 1 yang terkait dengan perilaku siswa saat proses pembelajaran di kelas menunjukkan bahwa banyak siswa yang malas-malasan seperti tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Mereka juga sibuk melakukan kesenangan mereka seperti, menggambar dan mengobrol dengan teman yang duduk disebelahnya, hal tersebut tidak berkaitan dengan pembelajaran.

Hal ini dapat dikatakan oleh peneliti berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh praktikan ketika magang berlangsung dan terlihat dari perilaku siswa seperti bercanda dengan teman belakangnya, meletakan kepala di meja, dan sering izin ke toilet. Di SMP tempat peneliti melaksanakan magang ini memiliki program literasi. Literasi sendiri adalah kemampuan seseorang dalam hal membaca ataupun menulis. Literasi yang dilakukan oleh siswa di SMP Santo Aloysius Turi adalah siswa membaca buku seperti novel, buku biografi dan buku lain kesukaan siswa. Namun peneliti melihat antusias siswa dalam melaksanakan literasi budaya membaca masih rendah. Hal itu dilihat dari pengalaman peneliti saat melaksanakan magang ke 2. Dalam hal ini berpengaruh juga terhadap minat siswa untuk membaca buku mata pelajaran.

(21)

Maka dari itu peneliti merasa bahwa siswa kelas IX masih banyak yang memiliki minat membaca rendah apalagi dalam hal minat belajar.

SMP St. Aloysius Turi memiliki sebuah pogram literasi budaya membaca. Program literasi budaya membaca ini berasal dari pemerintah daerah setempat yang mewajibkan sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter. Pelaksanaan program literasi budaya membaca di SMP Santo Aloysius Turi dimulai pukul 07.00-07.30 WIB dan diterapkan pada hari Senin sampai Kamis. Sekolah memperbolehkan siswa membawa buku miliknya. Namun, jenis-jenis buku yang diperbolehkan untuk dibaca oleh peserta didik berupa novel/buku cerita lokal maupun luar, buku belajar memasak, dan lain sebagainya. Buku komik tidak diperbolehkan oleh sekolah karena banyak mengandung unsur pornografi dalam sisi animasi maupun isi cerita. Maka dari itu jika ada siswa yang membawa buku komik, akan mendapat hukuman. Buku komik tersebut disita oleh guru.

Agenda membaca buku khusus pada hari Jumat bertema keagamaan. Alasan sekolah memilih buku dengan jenis diatas agar siswa dapat mempelajari hal-hal di luar materi pembelajaran pelajaran. Alasan lainnya adalah sekolah mempersilahkan siswa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka melalui buku yang dibaca sesuai dengan kesukaan mereka. Maka dari itu, sekolah sering mengikutsertakan siswanya untuk berpartisipasi dalam ajang perlombaan seperti membaca puisi, lomba pidato, menulis pantun, dan menulis cerpen. Tujuan sekolah dengan adanya program literasi

(22)

budaya membaca ini mengharapkan agar siswa-siswi mendapatkan pengetahuan yang baru di luar buku pelajaran.

Peneliti melihat banyak siswa yang tidak sungguh-sungguh menjalankan program ini khususnya dalam proses belajar karena saat kegiatan belajar mengajar, siswa banyak yang berbincang dengan teman belakangnya, tidur di kelas, dan menggambar di buku. Ada juga yang asyik main sendiri, keluar kelas izin bolak-balik ke toilet, jarang mencatat ketika guru sedang menjelaskan, saat di lingkungan rumah ada yang lebih sukabermain daripada belajar, kurangnya perhatian dari orang tua yang sibuk dengan kepentingannya sendiri sehingga membuat siswa menjadi malas untuk belajar, ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis sehingga siswa menjadi merasa tidak diperhatikan dan lebih memilih untuk melampiaskan perasaannya di kelas mencari-cari perhatian dari gurunya dengan bermalas-malasan saat gurunya mengajar. Ketika program literasi berlangsung, praktikan magang melihat ada guru yang menemani siswa di dalam kelas. Walaupun tidak setiap hari terjadi, ada juga kelas yang tidak didampingi oleh guru. Setelah selesai membaca, praktikan magang memperhatikan tidak adanya refleksi dari setiap bacaan. Lalu siswa menutup buku yang sudah dibaca dan langsung memulai kegiatan belajar.

Peneliti ingin menjelaskan kaitannya antara program literasi budaya membaca di sekolah dengan penumbuhan minat membaca siswa. Ketika siswa melaksanakan program literasi dengan benar dan sungguh-sungguh khususnya dalam membaca tentu akan mendapatkan wawasan baru dan

(23)

ide-ide kreatif yang dapat dikembangkan. Dari ide-ide-ide-ide atau wawasan baru tersebut tentu siswa tidak terlepas dari buku-buku yang menjadi panutannya. Kemudian ia akan terus membaca karena ia merasa dengan membaca akan membantu dirinya mendapatkan sesuatu yang menguntungkan. Ketika mereka sudah mendapatkan sesuatu yang menguntungkan, perilaku tersebut akan terus diulang sehingga dapat menumbuhkan terbentuknya sebuah minat belajar.

Menurut Hurlock (1989: 114) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Pendapat ini sejalan dengan pemikiran peneliti, yaitu ketika seseorang melihat sesuatu yang menguntungkan, mereka akan merasa berminat kemudian mendatangkan kepuasan. Begitu juga dengan siswa, jika ia menganggap bahwa dengan membaca merupakan suatu cara untuk mendapatkan prestasi yang baik dan menguntungkan, maka ketika pelajaran berlangsung ia juga seharusnya bisa membiasakan diri untuk membaca buku pelajaran. Maka siswa akan lebih mudah terbentuk minat belajarnya sehingga dapat lebih memahami pelajaran di sekolah serta meraih prestasi yang baik. Jadi minat belajar dapat tumbuh dari membaca bacaan yang disuka.

Minat belajar sangat penting bagi siswa di sekolah, karena dengan minat belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi yang diraih di

(24)

sekolah. Prestasi yang dimaksud yaitu siswa dapat mengerjakan tugas-tugas di sekolah dan ujian dengan lancar dan mendapat hasil yang baik. Dengan minat belajar yang tinggi siswa dapat unggul di bidang atau mata pelajaran tertentu sesuai kesukaannya. Minat belajar yang tinggi juga dapat membentuk pribadi siswa menjadi lebih menghargai proses dalam belajar. Jika siswa memiliki minat belajar yang tinggi, ia dapat menghargai proses belajar itu. Dari yang tidak bisa memahami materi pelajaran sampai sungguh-sungguh memahami. Dari yang tidak memiliki rasa ingin tahu sampai memiliki kemauan untuk mencoba belajar dengan sungguh-sungguh. Ketika proses itu sudah dilewati oleh siswa, maka ia dapat dikatakan berhasil menjadi pribadi yang menghargai proses dalam belajar.

Terkait dengan program literasi budaya membaca yang menjadi salah satu jenis pendidikan karakter. Pengertian dari pendidikan karakter dalam konteks ini memiliki karakter yang sesuai dengan pendapat Komalasari dan Saripudin (2017:16) yaitu bahwa hasil yang diterima oleh siswa dapat berupa kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa menjadi paham secara kognitif tentang mana yang baik dan salah. Dilain itu siswa juga mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Kaitan antara karakter yang diatas dengan tumbuhnya minat membaca diuraikan dengan jelas bahwa kebiasaan hal baik berupa ketika siswa sudah terbiasa dengan perasaan senang membaca hal yang ia suka maka dengan mudah akan terbentuk minat membaca dari dalam dirinya. Membaca juga dapat menjadikan siswa bertambahnya wawasan baru atau ilmu

(25)

pengetahuan baru untuk mengembangkan pemikirannya melalui ide-ide kreatif dan keterampilan yang dimilikinya.

Dari hasil pengamatan magang ke-2, berdasarkan topik-topik bimbingan mengenai minat belajar yang sudah diberikan oleh guru BK seperti “Semangat Belajar Wujudkan Impian, Belajar Efektif, Semangat Belajar Wujudkan Masa Depan, Aku Senang Belajar, dan Belajar dari Sosok Tokoh Inspiratif. Peneliti melihat masih banyak siswa yang belum terlihat keinginannya untuk menjadikan belajar sebagai minat. Peneliti juga memiliki asumsi bahwa dengan seseorang berminat dalam membaca sebuah bacaan yang disuka, artinya siswa juga akan berminat dalam membaca sebuah bacaan berupa buku pelajaran. Maka dari itu peneliti ingin meneliti apakah minat membaca itu dapat membantu minat belajar seseorang, khususnya siswa kelas IX di SMP Santo Aloysius Turi yang juga sesuai dengan judul peneliti yaitu “Tingkat Minat Belajar Siswa Menengah Pertama (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX Program Literasi Membaca SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020)”. Penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert dan hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun topik-topik bimbingan klasikal untuk membantu meningkatkan minat belajar siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan

(26)

penelitian ini antara lain dapat diidentifikasikan dalam pernyataan sebagai berikut:

1. Masih banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru.

2. Banyak siswa yang sibuk dengan dirinya sehingga tidak memperhatikan guru saat mengajar.

3. Masih terdapapt siswa yang asyik mengobrol dengan temannya saat di dalam kelas.

4. Rendahnya minat belajar siswa

5. Kurangnya perhatian dari orang tua di rumah sehingga menyebabkan siswa menjadi tidak serius belajar saat di sekolah.

6. Masih ada siswa yang mengacuhkan gurunya saat mengajar di dalam kelas.

7. Rendahnya tanggung jawab siswa dalam belajar terhadap tugas sekolah yang diberikan guru.

8. Buruknya sikap siswa ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru yang sedang mengajar di kelas.

9. Masih ada siswa yang sering tidur di kelas saat proses belajar berlangsung. C. Batasan Masalah

Melihat begitu banyak permasalahan yang terdapat dalam latar belakang masalah, fokus kajian dalam penelitian ini memerlukan batasan-batasan masalah sehingga permasalahan penelitian ini akan menjadi lebih jelas. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada nomor 4, 5, dan 6 yang telah dipaparkan pada identifikasi masalah diatas.

(27)

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah disusun maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat minat belajar siswa program literasi membaca di kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020?

2. Butir-butir pengukuran minat belajar mana saja yang capaian skornya teridentifikasi rendah yang dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan topik-topik layanan bimbingan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dari itu penulis ingin mengetahui tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat minat belajar siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020.

2. Mengidentifikasi butir-butir pengukuran minat belajar yang capaian skornya teridentifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan untuk membantu meningkatkan minat belajar pada siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2019/2020.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dengan penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(28)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi peneliti ilmiah dalam dunia pendidikan khususnya ilmu Bimbingan dan Konseling mengenai pengembangan minat belajar melalui program literasi di sekolah.

2. Manfaat praktis a. Guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru BK dalam rangka menyusun topik-topik bimbingan yang terkait dengan tingkat minat belajar siswa yang di sekolahnya mendapatkan program literasi. b. Siswa

Untuk membantu siswa agar mengetahui tingkat minat belajarnya khususnya siswa yang mendapat program literasi di sekolahnya. Selain itu dapat menumbuhkan rasa ingin membaca bagi siswa. Sehingga siswa di berbagai sekolah mendapatkan banyak pengetahuan baru dari membaca.

c. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang meningkatkan minat belajar dengan cara mengikuti program literasi yang ada di sekolah.

(29)

G. Batasan Istilah 1. Minat Belajar

Minat belajar adalah perasaan senang yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal termasuk untuk melakukan kegiatan belajar tanpa adanya dorongan.

2. Program literasi budaya membaca

Program literasi budaya membaca adalah kegiatan membaca buku selain buku pelajaran selama 15 menit setiap hari. Tujuan dari program ini membantu siswa agar terbiasa untuk membaca dan menambah ilmu pengetahuan diluar buku pelajaran sekolah seperti buku novel, buku biografi, buku dongeng, dan buku panduan.

3. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah bimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuan dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialaminya.

(30)

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas teori yang mendasari hakikat minat, hakikat belajar, hakikat minat belajar, hakikat layanan bimbingan, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.

A. Hakikat Minat 1. Pengertian Minat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) dipaparkan arti dari minat yaitu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, dan keinginan. Menurut Winkel (1999: 30) minat merupakan kecenederungan yang menetap dalam diri subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang ikut serta di dalam bidang tersebut. Menurut Crow and Crow (Khairani, 2014: 137) minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikam seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah di stimuli oleh kegiatan itu sendiri.

Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu. Menurut Slameto (Khairani, 2014: 143), berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat

(31)

mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.

Sedangkan minat menurut Hurlock (1989: 114), merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh John Holland (Khairani, 2014:137) bahwa minat dapat diartikan sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dan ia akan termotivasi untuk mempelajari dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Jika siwa memiliki minat, maka ia lebih terdorong untuk mencari tahu apa yang ingin mereka ketahui.

Menurut Sutjipto (Khairani, 2014: 136) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dari beberapa pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sebuah kesadaran dari dalam diri manusia sebagai sumber dorongan

(32)

motivasi terhadap sesuatu yang berada disekitarnya untuk dilakukan demi mencapai sebuah kepuasan atau rasa senang namun itu semua bukan hal yang abadi melainkan dapat berubah-ubah.

2. Ciri-Ciri Minat

Minat memiliki ciri-ciri (Hurlock, 1989: 115) sebagai berikut: a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental sehingga kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa yang menjadi bagian dari lingkungan anak sehingga lingkungan adalah salah satu cara untuk mengembangkan minat yang sesuai dengan anak-anak maupun dewasa.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak.

(33)

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai minat apa saja yang sesuai dengan kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional

Bobot emosional termasuk dalam minat yang hubungannya dengan aspek afektif atau perasaan sehingga dari minat tersebut menentukan kekuatan. Bila minat tersebut membuat individu senang, maka akan menjadi kekuatan tersendiri bagi individu tersebut.

g. Minat itu egosentris

Minat egosentris artinya individu yang berminat dengan suatu hal akan terus ditekuninya sampai ia merasa sudah berhasil. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah adalah langkah penting untuk menuju kedudukan yang mengntungkan dan bergengsi di dunia usaha.

Selain itu, menurut pendapat Slameto (2010: 180) ciri-ciri minat dijelaskan sebagai berikut:

a. Minat dapat di ekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.

b. Minat dapat dimanifestasikan (diwujudkan) melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

(34)

3. Fungsi Minat Dalam Belajar

Peranan dan fungsi penting minat dengan pelaksanaan belajar atau studi menurut Khairani (2014: 146) ialah:

a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat, konsentrasi terhadap pelajaran akan sulit untuk diperhatikan.

b. Minat mencegah gangguan perhatian di luar.

Minat belajar mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, itu disebabkan karena minat belajarnya kecil. Jadi individu yang minat belajarnya kecil mengakibatkan dirinya tidak dapat berkonsentrasi dan terpengaruh hal lain.

c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Jika seseorang melakukan sesuatu yang berkaitan dengan belajar, sebagai contoh membaca buku pelajaran disertai dukungan minat yang kuat maka ia akan bisa mengingat pelajaran itu dengan baik walaupun hanya dibaca atau

(35)

disimak sekali. Sebaliknya, jika suatu bahan bacaan yang diulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat.

d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri

Segala sesuatu yang membosankan, sepele dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian. Kebosanan melakukan sesuatu hal lebih sering terjadi dari dalam diri seseorang daripada hal yang di luar diri. Oleh karena itu untuk menghapus kebosanan hanya dengan menumbuhkan minat belajar. 4. Pentingnya Minat

Menurut Hurlock (1989: 114) minat memiliki peran yang penting dalam setiap kehidupan manusia dan berdampak besar atas setiap perilaku dan sikap. Hal ini terutama besar selama masa kanak-kanak. Jenis pribadi anak sebagian besar ditentukan oleh minat. Sepanjang masa kanan-kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Minat menambah kegembiraana pada setiap kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan daripada nila mereka merasa bosan.

(36)

5. Aspek-Aspek Minat

Minat memiliki dua aspek, antara lain aspek kognitif dan aspek afektif.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Menurut Hurlock (1989: 116) aspek kognitif ini dapat dilihat dari:

1) Rasa ingin tahu

Sekolah sebagai tempat yang membuat mereka senang belajar dengan perasaan ingin tahu yang tinggi akan hal-hal baru. Tingginya rasa ingin tahu tersebut akan menambah ketertarikan seseorang pada sesuatu. Jika ketertarikan itu tinggi, maka minat untuk melakukan sesuatu tersebut akan mereka lakukan.

2) Bergaul dengan teman sebaya

Pada masa-masa sekolah adalah tempat dimana siswa mendapatkan banyak teman sebaya untuk bergaul yang nantinya tidak akan di dapat pada masa prasekolah.

3) Membutuhkan berbagai informasi

Jika suatu minat yang dimiliki seseorang itu besar, maka akan besar pula informasi yang akan digali sebanyak-banyaknya.

(37)

b. Aspek afektif

Kali ini aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu dari orang tua, dari sikap guru, dan teman sebaya.terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut (Hurlock, 1989: 117).

1) Sikap dari orang tua

Semakin besar dukungan orang tua yang diberikan kepada sang anak, maka semakin besar pula keinginan sang anak atau minat anak. Begitu juga sebaliknya, semakin kurang perhatian dan dukungan dari orang tua untuk anaknya, minat yang muncul dari anak juga akan kecil.

2) Sikap guru

Guru yang memberikan pengajaran di sekolah disertai dukungan kepada siswanya, akan membuat siswa menjadi lebih antusias melakukan minatnya.

3) Teman sebaya

Dalam hal ini, anak sedang senang-senangnya memilki banyak teman yang sebaya dengan dirinya. Hubungan yang dimiliki oleh sang anak dengan teman sebayanya akan menjadi pengalaman dalam pengaruh pikiran sang anak.

(38)

B. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari berbagai macam aktivitas. Aktivitas itu sendiri dilakukan di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Dalam melakukan aktivitas tersebut, manusia tentu harus melewati beberapa proses terlebih dahulu agar mencapai sebuah akhir yang baik dimana aktivitas tersebut tercipta dari yang tidak dimengerti manusia menjadi lebih dipahami. Aktivitas yang dilakukan juga tidak mengenal batas usia, waktu maupun tempat, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan seseorang yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan sebagainya. Dalam artian lain, belajar adalah proses perunahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik, misalnya: dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain sebagainya.

Belajar menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior” (Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat

(39)

mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut). Jadi dalam kata lain, perubahan yang dialami oleh organisme tersebut dikatakan belajar apabila terjadi sebuah perubahan secara nyata dalam diri organisme tersebut.

Belajar menurut Morgan (Supijono, 2009: 3) adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, kompetensi, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita.

Menurut Winkel (Khairani, 2014: 4) belajar adalah proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilakukan sehinga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan apa itu arti dari belajar. Belajar adalah suatu perubahan yang dialami oleh manusia dari tingkah lakunya yang terbentuk melalui

(40)

pengalaman-pengalaman yang dilewatinya bersamaan dengan 3 aspek yang mempengaruhinya, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorisnya. 2. Tujuan Belajar

Belajar adalah sebuah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, sistematis dengan mempergunakan segala potensi atau kemampuan yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, pancaindera, otak dan anggota tubuh lainnya. Aspek-aspek kejiwaan intelegensi, bakat, motivasi, minat juga merupakan bagian yang harus digunakan dalam belajar. Belajar memiliki beberapa tujuan (Khairani, 2014: 13) yaitu: a. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang

ilmu.

b. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan. c. Belajar bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan berpikir peserta didik dari menerima dan mengingat, menjadi berpikir divergen, lateral, yang sifatnya terbuka luas, kreatif, inovatif, mencipta, berani berpikir aneh, di luar kebiasaan.

d. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.

e. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi yang baik.

f. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya.

(41)

g. Belajar bertujuan mengubah pola pikir dari pola pikir yang negatif dan tidak produktif, menjadi pola pikir yang positif, kreatif, produktif. h. Belajar juga bertujuan untuk merubah sikap mental yang pesimis, muda

putus asa, suka mengeluh, menjadi orang yang bersikap optimis, ulet, tekun tanpa mengeluh..

i. Belajar bertujuan untuk mengubah, membangun, dan mengembangkan kepribadian, watak dan karakter.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah mengubah kognitif atau pola pikir, sikap, tingkah laku, dan menambah juga mengembangkan kepribadian individu agar mempunyai nilai yang multifungsi bagi diri sendiri dan orang lain.

3. Ciri-Ciri Belajar

Dari tujuan belajar yang sudah disebutkan di atas, perubahan yang terjadi dalam diri individu mencakup kognitif, sikap, dan juga tingkah laku, maka nampak adanya beberapa ciri-ciri belajar menurut Djamarah (2011:15) yaitu:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(42)

Sedangkan ciri-ciri belajar menurut Khairani (2014: 7) adalah sebagai beirkut:

a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku (change of behavior). b. Perubahan perilaku relatif permanen.

c. Perubahan tingkah laku bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah lalu merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan dapat memberi sebuah penguatan yang

memunculkan perubahan tingkah laku.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar menurut Khairani dikatakan saling mempengaruhi satu sama lain dimana tingkah laku menjadi titik sebuah perubahan dari yang permanen, potensial, menjadikan sebuah pengalaman dan akhirnya semua perubahan tingkah laku itu dapat terwujud dengan adanya sebuah penguatan berupa dorongan dan semangat yang diberikan kepada individu.

4. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Berikut menurut Khairani (2014: 9) tujuan belajar itu ditandai adanya sebuah perubahan yang terjadi pada diri individu, khususnya siswa di sekolah. Siswa merasakan mendapatkan hasil belajar dengan berbagai prestasi yang di raihnya melalui proses belajar yang dilakukannya. Namun tak sedikit juga siswa yang kurang mempedulikan bagaimana proses belajar itu berlangsung, yang mereka kejar hanyalah hasil akhirnya dan hal itu diraih

(43)

tanpa melalui proses belajar yang seharusnya ia lakukan. Dari hal ini dapat terlihat jika peristiwa ini terus dilakukan, kualitas pendidikan akan semakin menurun juga berdampak pada sumber daya manusia, generasi pewaris bangsa ini. Oleh karena itu salah satu hal yang dapat dilakukan oleh para pendidik dalam proses belajar mengajarnya, diperlukan beberapa prinsip-prinsip belajar sebagaimana yang disebutkan Davis (Khairani, 2014: 9) sebagai berikut:

a. Perserta didik harus bertindak aktif dengan apa yang ia pelajari. b. Peserta didik harus belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. c. Peserta didik dapat belajar dengan baik jika mendapat penguatan

langsung selama proses belajar

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan peserta didik akan membuat belajar lebih berarti.

e. Peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar apabila diberi tanggungjawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

C. Hakikat Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar

Menurut Slameto minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Sedangkan minat menurut Hurlock (1989: 114) merupakan

(44)

sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat.

Tidak berbeda jauh pendapat Hurlock dengan yang dikemukakan oleh John Holland (Khairani, 2014: 137) bahwa minat dapat diartikan sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Begitupun sama halnya dengan pendapat Slameto, minat menurut Winkel (2014: 218) adalah kecenederungan yang menetap dalam diri subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang ikut serta di dalam bidang tersebut.

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan perasaan suka atau ketertarikan siswa dengan suatu kegiatan belajar yaitu yang mana didalamnya ada kegiatan berpikir yang dapat memberikan dirinya pencapaian sebuah perubahan perilaku melalui pemahaman tentang pengetahuan yang dituntutnya di sekolah.

2. Indikator Minat Belajar

Minat belajar dapat diukur menjadi 4 bagian sesuai yang dipaparkan oleh Slameto (2010: 180) yaitu sebagai berikut:

a. Ketertarikan untuk Belajar

Ketertarikan untuk belajar memiliki arti jika seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu pelajaran di sekolah, maka ia akan memiliki perasaan tertarik atau suka terhadap pelajaran tersebut.

(45)

b. Perhatian dalam Belajar

Perhatian dalam belajar mempunyai arti bahwa pengamatan akan suatu kegiatan atau suatu hal yang berfokus pada pelajaran atau hal lainnya yang berkaitan dengan belajar dan mengesampingkan kegitan lainnya. c. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan suatu pendorong yang dilakukan secara sadar untuk melakukan suatu tindakan belajar yang jelas dalam mewujudkan pencapaian yang menjadi tujuan utama demi mengharapkan hasil yang optimal.

d. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoadmojo (2002) yaitu ide atau gagasan dari hasil sebuah aktivitas atau perilaku manusia yang sudah terjadi setelah penginderaan dari objek tertentu. Jadi pengetahuan dalam hal ini diartikan sebagai seseorang yang memiliki perilaku dengan memanfaatkan penginderaannya sehingga dapat menghasilkan sebuah ide atau gagasan yang luas termasuk tentang belajar.

e. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dan dalam diskus, aktif bertanya dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.

(46)

f. Perasaan Senang

Apabila siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak ada keterpaksaan ia dalam proses belajar. Contoh: siswa senang mengikuti pelajaran, tidak merasa bosan, dan selalu hadir dalam pelajaran yang disenangi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Dalam diri seorang siswa pasti memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajarnya secara berbeda. Menurut Slameto (2010: 54) ada 2 macam faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Dalam faktor internal dibedakan lagi menjadi 3 faktor yaitu diantaranya ada faktor jasmaniah/fisiologis, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Kesehatan seseorang tentu akan berpengaruh terhadap belajarnya. Jika seseorang dalam keadaan sehat, maka ia akan antusias dalam proses belajarnya. Begitu juga sebaliknya, jika kesehatannya terganggu, ia akan mudah lelah, kurang bersemangat, dan dapat menyebabkan malas belajar. Maka dari itu agar dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kondisi tubuh terjamin sehat dengan olahraga, rekreasi, istirahat, tidur cukup, dan pola makan yang baik.

(47)

b) Faktor Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh juga dapat menyebabkan belajar menjadi terganggu. Cacat tubuh sendiri dapat berupa, kebutaan, tuli, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.

2) Faktor Psikologis

Faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Terdapat 7 macam faktor yang tergolong dalam faktor psikologis tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a) Intelegensi

Menurut J.P Chaplin (dalam Slameto, 2010: 55) intelegensi adalah kecakapan yang yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap proses belajar. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi akan berhasil dalam belajarnya, walaupun begitu siswa yang memiliki intelegensi tinggi juga belum tentu akan berhasil dalam belajar karena masih banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi hanyalah salah satu dari faktor tersebut. Siswa memiliki intelegensi yang normal, ia akan berhasil jika belajar dengan baik.

(48)

b) Perhatian

Menurut Gazali (dalam Slameto, 2010: 56) perhatian adalah keatifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan objek. Agar siswa memiliki belajar yang baik, maka harus dipastikan ia memiliki perhatian yang baik juga terhadap pelajaran yang dipelajarinya. Jika ia tidak ada perhatian terhadap pelajaran, ia pasti merasa bosan atau tidak tertarik lagi terhadap pelajaran tersebut.

c) Minat

Menurut Hilgard (Slameto, 2010: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang diikuti oleh perasaan senang. Jadi minat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa. Bila pelajaran yang dipelajari tidak sesuai, maka sisa juga tidak akan minat mengikuti pelajaran tersebut karena baginya tidak ada daya tarik yang kuat untuk menyukai pelajaran tersebut. sebaliknya apabila siswa tertarik dalam pelajaran, maka ia akan lebih mudah memahaminya sehingga minat menambah kegiatan belajarnya. d) Bakat

Dalam hal ini juga terlihat bahwa bakat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Apabila pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakat yang ia miliki, maka hasilnya pun

(49)

akan lebih baik karena ia merasa senang dengan pelajaran tersebut dan akhirnya ia akan terus giat dalam belajar.

e) Motif

Motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar siswa. Karena siswa harus memahami dan mengetahui hal apa yang mendorong dirinya agar dapat belajar dengan baik. Saat siswa sudah paham tentang hal apa yang membuat dirinya antusias dalam belajar, ia dianjurkan untuk terus berlatih dan terbiasa dengan hal yang berkaitan dengan belajar.

f) Kematangan

Kematangan belum bearti siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Karena belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).

g) Kesiapan

Kesiapan menurut Jamies Drever (Slameto, 2010: 59) adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri yang berhubungan dengan kematangan. Karena kematangan adalah kesiapan melaksanakan kecakapan. Jika siswa belajar dan dirinya sudah merasa siap, maka hasil belajarnya juga akan lebih baik.

(50)

3) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

a) Kelelahan rohani b) Kelelahan jasmani b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal juga berpengaruh dalam belajar siswa. Faktor eksternal dapat dibedakan menjadi 3 yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1) Faktor Keluarga

Dalam hal ini ada 4 faktor yang tergolong yang mempengaruhi belajar siswa yaitu cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi.

a) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya adalah salah satu faktor yang kuat dalam proses keberhasilan belajar bagi anaknya. Orang tua yang acuh terhadap perkembangan belajar anaknya baik di sekolah maupun di tempat lain akan membuat anak menjadi kurang berhasil dalam belajar. Perhatian yang didapat dari orang tua kepada anak juga salah satu hal yang tidak tepat dalam menunjang keberhasilan sang anak dalam belajarnya. Maka dari itu sangat dibutuhkan perhatian orang tua kepada anak agar ia menjadi siswa yang memiliki kemauan dalam belajar.

(51)

b) Relasi Antaranggota Keluarga

Relasi antaranggota keluarga adalah erat kaitannya dengan cara orang tua mendidik. Hubungan yang baik dengan orang tua dan saudara lainnya adalah hubungan yang penuh kasih sayang dan perhatian serta bimbingan yang memberikan anak menjadi lebih minat belajar apabila mendapatkan dukungan psikologis seperti diatas.

c) Suasana Rumah

Suasana rumah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi belajar anak, jika rumah sering menimbulkan suara-suara bising dapat mengganggu belajar anak dirumah sehingga anak tidak senang belajar dirumah. Namun ketika suasana rumah tentram dan nyaman, anak akan merasa fokus belajar dan merasa senang belajar di rumah.

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Fasilitas dalam belajar juga diperlukan oleh anak. Jika keadaan ekonomi keluarga berada dibawah, akan menjadi sebuah masalah bagi anak apabila kebutuhan belajarnya tidak terpenuhi dan membuat anak menjadi malas belajar sehingga ia merasa tidak antusias dalam belajar. Namun tidak semua keadaan ekonomi dibawah menjadi alasan anak tidak belajar, justru dengan keadaan seperti itu membuat anak menjadi sebuah cambukan yang keras baginya untuk belajar lebih giat lagi dan akhirnya hidup sukses.

(52)

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah adalah salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor ini mencakup metode guru mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan metode belajar.

a) Metode Mengajar

Metode mengajar mejadi pengaruh belajar siswa. Jika gurunya menerangkan pelajaran dengan asal-asalan dan tidak maksimal memberikan materi pelajaran, maka akan mempengaruhi siswa menjadi malas belajar, tidak senang dalam belajar dan mengakibatkan hasil belajar yang tidak baik.

b) Relasi Guru dengan Siswa

Guru yang membuat relasi yang baik dengan siswa juga akan berpengaruh pada belajar siswa. Jika guru itu baik kepada siswa, maka siswa akan menyukai gurunya juga mata pelajaran yang diberikan, sehingga siswa akan berusaha mempelajarinya dengan baik.

c) Relasi Siswa dengan Siswa

Perilaku dari teman di kelas menjadi pengaruh dalam belajar siswa. Apabila dalam kelas ada siswa yang bersikap kurang menyenangkan teman-teman kelasnya sehingga menyebabkan tekanan batin maka akan berpengaruh terhadap belajarnya di sekolah yaitu menjadi malas belajar dan tidak berangkat sekolah

(53)

dengan banyak alasan yang pada dasarnya adalah menghindari siswa yang kurang menyenangkan ini.

d) Metode Belajar

Dalam hal ini banyak siswa yang masih keliru akan cara belajarnya masing-masing. Jika mereka tidak memahami cara belajarnya sendiri, belajar pun akan menjadi kurang efektif. Berlaku juga sebaliknya jika ia mengetahui cara belajarnya, maka ia akan bersemangat dalam belajar sehingga menghasilkan belajar yang maksimal.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Faktor tersebut, meliputi teman bergaul dan mass media.

a) Teman Bergaul

Pengaruh dari teman bergaul ini ternyata bisa dikatakan pengaruh yang cukup kuat karena siswa lebih cepat masuk ke dalam dirinya dan mengikuti teman-temannya melakukan suatu hal yang baik ataupun bahkan buruk. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah memiliki teman bergaul yang baik juga agar menghasilkan hal positif dalam belajarnya.

b) Mass Media

Mass media memberikan pengaruh yang intens terhadap siswa. Di zaman sekarang mass media elektronik lebih cepat mempengaruhi

(54)

siswa baik dalam belajar maupun hal lain. Jika siswa menggunakan mass media dengan baik dalam belajarnya, maka hasil yang diperoleh juga akan positif.

4. Ciri-Ciri Minat Belajar

Di dalam minat belajar seseorang pasti memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai berikut (Hurlock, 1989: 115):

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Maka dari itu kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Maka dari itu lingkungan adalah salah satu cara untuk mengembangkan minat yang sesuai dengan anak-anak maupun dewasa.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak.

(55)

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai minat apa saja yang sesuai dengan kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional

Bobot emosional termasuk dalam minat yang hubungannya dengan aspek afektif atau perasaan. Lalu dari minat tersebut menentukan kekuatan. Bila minat tersebut membuat individu senang, maka akan menjadi kekuatan tersendiri bagi individu tersebut.

g. Minat itu egosentris

Minat egosentris artinya individu yang berminat dengan suatu hal akan terus ditekuninya sampai ia merasa sudah berhasil. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah adalah langkah penting untuk menuju kedudukan yang mengntungkan dan bergengsi di dunia usaha.

Selain itu, menurut pendapat Slameto (2010: 180) ciri-ciri minat dijelaskan sebagai berikut:

a. Minat dapat di ekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.

b. Minat dapat dimanifestasikan (diwujudkan) melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

(56)

c. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatalan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. 5. Fungsi Minat dalam Belajar

Menurut Khairani (2014: 146) fungsi minat dalam belajar sendiri memiliki peran penting yaitu:

a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

Memusatkan perhatian terhadap sesuatu pelajaran ialah yang dinamakan konsentrasi. Ketika perhatian diperoleh secara mudah maka seorang siswa akan berkembang konsentrasinya. Jadi tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.

b. Minat mencegah gangguan perhatian di luar

Seseorang yang mudah terganggu perhatiannya dari luar biasanya tidak akan fokus lagi dengan pekerjaan awalnya. Hal itu yang dinamakan bahwa seseorang tersebut memiliki minat belajar yang kecil. Maka dari itu minat belajar berguna untuk mencegah terjadinya gangguan perhatian dari luar.

c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Jika bahan pelajaran tersebut adalah yang disukai oleh siswa, maka isi di dalam pelajaran pun akan lebih mudah diingat dengan baik dalam pikiran siswa, begitu juga sebaliknya.

(57)

d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri

Kebosanan melakukan suatu hal dapat terlihat dari luar dan dalam diri seseorang. Namun yang lebih banyak bersumber dari dalam diri. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seorang siswa juga hanya dapat terlaksana dengan menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.

D. Program Literasi

1. Pengertian Program Literasi

Program Literasi Budaya Membaca sendiri adalah sebuah gerakan yang bernama Gerakan Literasi Sekolah yang dibentuk pada tanggal 18 Agustus 2015 oleh pemerintah RI melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan ini mengambil tema “Bahasa Penumbuh Budi Pekerti”. Dalam salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) yaitu pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi pembiasaan untuk menumbuhkan penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik. Manfaat yang diperoleh dari program literasi ini adalah untuk mengembangkan dan mendorong peserta didik gemar membaca juga mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawal kehidupan di dalam mengembangkan dirinya sendiri.

(58)

Salah satu kegiatan wajib dari Gerakan Penumbuh Budi Pekerti di sekolah ini yaitu menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku pelajaran. Pelaksanaan program literasi ini berdasarkan pedoman yang berlaku dari Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Gerakan Literasi Sekolah “Bahasa Penumbuh Budi Pekerti”. Gerakan Literasi memiliki tujuan untuk membiasakan dan memotivasi siswa agar ingin membaca dan tidak hanya membaca tetapi juga menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Dalam jangka panjang pun dihrarapkan dapat menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan literasi tinggi.

Menurut pemaparan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud yang dikutip dari website Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015 yaitu buku yang digunakan untuk siswa-siswi di sekolah adalah buku yang lebih mengacu untuk menginspirasi siswa. Kegiatan literasi ini tidak hanya membaca melainkan juga menulis yang harus dilandasi keterampilan atau kita-kiat untuk mengubah, meringkas, memodifikasi, atau menceritakan kembali. Dengan program yang dibuat ini, pemerintah mengharapkan siswa dapat membentuk karakter masing-masing agar memiliki pengetahuan lain yang berdampak positif bagi generasi penerus bangsa.

(59)

E. Hakikat Layanan Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan

Pelayanan bimbingan dan konseling dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada sejumah asa untuk menjamin keteraturan dan ketepatan penyelenggaraannya serta keterarahan hasil-hasil yang diharapkannya (Prayitno, 2004: 94).

Menurut Crow & Crow (Prayitno, 1994: 94) mengatakan bahwa “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuanm, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.”

Adapun menurut Chilskom, dalam McDaniel memiliki pemikiran yang tidak jauh berbeda dengan Crow & Crow, yaitu bahwa bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri (Prayitno, 1994: 94).

2. Pengertian Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar menurut Prayitno (1994: 279) adalah salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan oleh mereka tidak mendapat layanan bimbingam yang memadai. Pendapat lain dari Winkel & Hastuti (2006) mengenai bimbingan akademik yaitu bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi, dan

(60)

mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

Adapun pendapat lain mengenai bimbingan akademik atau istilah lainnya dapat disebut sebagai bimbingan belajar. Menurut Yusuf (2010: 10), bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Dalam hal ini Yusuf menggolongkan beberapa masalah-masalah yang terdapat dalam belajar atau akademik siswa yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan belajar. Maka dari itu guna dari bimbingan akademik adalah mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar.

Berdasarkan penjelasan menurut beberapa ahli mengenai bimbingan belajar atau bimbingan akademik, dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh Guru BK kepada peserta didik dalam membantu memecahkan beberapa kesulitan-kesulitan belajar di sekolah sehingga peserta didik dapat memahami cara belajar yang tepat, menyelesaikan tugas-tugas dengan baik, serta mengembangkan suasana belajar menjadi lebih kondusif.

3. Fungsi Layanan Bimbingan

Menurut Yusuf (2010: 16) fungsi layanan bimbingan adalah sebagai berikut:

(61)

a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya dan diharapkan mampu mengembangkan potensinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

b. Preventif, yaitu konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

c. Pengembangan, konselor dan pihak sekolah bekerja sama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mendapai tugas-tugas perkembangannya.

d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

e. Penyaluran, yaitu membantu individu memilih berbagai pilihan-pilihan di sekolah seperti ekstrakurikuler, jurusan, penguasaan karir sesuai dengan minat bakat, dan ciri kepribadian lainnya.

f. Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru/dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadapt latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ............................................................................................
Gambar 2.1   Kerangka Pikir Asumsi Awal
Tabel 3.5  Reliability Statistics  Cronbach's

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang

Pernyataan “Dalam berkomunikasi, saya termasuk orang yang sulit dalam merangkai kata” menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di