1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kota Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur yang memiliki luas wilayah sebesar 145,28 kilometer persegi. Kota ini dijuluki sebagai Kota Pendidikan karena memiliki sebanyak 86 pengguruan tinggi negeri maupun swasta didalamnya. Tidak heran jika di Kota Malang ini kita akan menjumpai orang dari berbagai macam suku bangsa karena banyaknya pendatang dari luar Malang yang menetap untuk kepentingan pendidikan. Selain itu, Kota Malang juga dikenal sebagai Kota Pariwisata karena daerahnya yang sejuk dan dikelilingi oleh pegunungan. Saat ini
total penduduk di Kota Malang telah mencapai 895.387 jiwa.1
Banyaknya penduduk di Kota Malang dipenuhi oleh mahasiswa yang menempuh pendidikan serta orang dari luar Kota Malang yang bermigrasi dengan tujuan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari kota asalnya. Hal tersebut membuat kota ini menjadi semakin padat. Kawasan pemukiman yang padat akan mengakibatkan keadaan jalan semakin macet dan tidak terkendali. Selain itu, hal yang sangat mungkin terjadi adalah bertambahnya angka kejahatan.
Dilansir dari SuryaMalang.com, angka kriminalitas di Kota
Malang pada tahun 2019 ada sekitar 1.061 laporan kriminal yang terjadi.2
Besarnya angka kejahatan ini terjadi karena sulitnya memenuhi kebutuhan
1Kota Malang, id.wikipedia.org, diakses pada 8 Februari 2020.
2Aminatus Sofya, Angka Kriminalitas di Kota Malang Tahun 2019, suryamalang.tribunnews.com,
2 ekonomi. Apalagi di era sekarang ini, orang tidak hanya memenuhi kebutuhan pokok saja, namun juga di dorong oleh perilaku konsumtif manusia. Perilaku inilah yang mendorong seseorang untuk cenderung selalu menginginkan kebutuhan yang tidak penting dan berlebihan tanpa memikirkan kemampuan ekonomi yang dimilikinya. Banyaknya penduduk yang ada juga tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Sulitnya mendapatkan pekerjaan yang halal di Kota yang padat penduduk seperti ini, akhirnya akan memungkinkan seseorang untuk meraup penghasilan dengan cara yang tidak baik dan timbullah kejahatan.
Van Apeldoorn mengatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan
melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu,
kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg
merugikan.3 Dengan adanya hukum, diharapkan dapat memberikan
perlindungan dan kesejahteraan kepada masyarakat.
Untuk mewujudkan fungsi hukum tersebut, pemerintah dan aparatur negara memiliki peran penting dalam upaya memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam alinea keempat UUD 1945, yaitu bahwa tujuan dari Negara Indonesia adalah “melindungi” segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan “kesejahteraan”
3 umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.4
Dalam hal ini kepolisian selaku penegak hukum, memiliki tanggungjawab untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari segala bentuk kejahatan. Sebagaimana dijelaskan dalam ketentual pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa “Tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah:5
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.”
Berdasarkan tugas dan wewenang yang dimilikinya, pihak
kepolisian berhak untuk merencanakan, melaksanakan, maupun
memberikan program-program sebagai upaya menanggulangi dan memberantas kejahatan, termasuk pula kejahatan jalanan.
Kejahatan jalanan atau biasa disebut street crime adalah salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi saat ini. Kejahatan jalanan adalah suatu tindak kejahatan yang dilakukan oleh seseorang di jalanan atau pemukiman warga. Kejahatan jalanan ini sangat beragam, mulai dari
4Lihat ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5Lihat Ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
4 curanmor (pencurian kendaraan bermotor), curas (pencurian dengan kekerasan), perampasan, perjudian, dan lain sebaginya.
Di Kota Malang sendiri kejahatan jalanan yang paling banyak terjadi di tahun 2019 adalah curanmor. Kompol Arie Trestiawan selaku Wakapolresta Malang Kota mengatakan “Kasus paling banyak masih pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Ada laporan 248 kasus, dan diselesaikan 128 kasus,”. Menurutnya, mayoritas kejahatan banyak terjadi
di jalanan, kawasan pemukiman serta tempat kos.6
Sebagai langkah memberantas kejahatan jalanan tersebut, pihak Kepolisian Resort Kota Malang membentuk Tim khusus yang ditugaskan untuk mengungkap kasus kejahatan jalanan yang telah meresahkan masyarakat. Pada tahun 2018, Kepolisian Resort Kota Malang secara resmi telah meluncurkan Tim Hunter Makota yang akan menumpas
kejahatan jalanan 3C, yakni curas, curat, dan curanmor.7
Saat ditemui oleh tim media pada bulan Maret 2018, AKBP Asfuri menyampaikan bahwa “Hunter Makota dibentuk demi memberikan rasa aman kepada masyarakat yang ada di jalan. Sasarannya adalah kejahatan jalanan yang meresahkan. Kami tidak main-main dalam mendorong
penurunan grafik kejahatan di Kota Malang”.8
Memberikan perlindungan dan kesejahteraan masyarakat sudah menjadi tanggungjawab pihak kepolisian sebagai aparat penegak hukum.
6Aminatus Sofya, Op.Cit.
7Fino, Bentuk Tim Hunter, Polres Malang Kota Janjikan Sikat Kejahatan 3C, www.klikapa.com,
diakses pada 15 Januari 2020.
5 Dengan membentuk Tim Hunter Makotaini diharapkan angka kejahatan jalanan dapat berkurang. Untuk mengetahui program tersebut berjalan dengan efektif atau tidak, maka diperlukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam penulisan skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PROGRAM TIM HUNTER MAKOTA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN DI JALANAN”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana efektivitas program Tim Hunter Makota sebagai upaya penanggulangan kejahatan di jalanan oleh Kepolisian Resort Malang Kota?
2. Apa saja kendala Kepolisian Resort Malang Kota dalam menjalankan program Tim Hunter Makota sebagai upaya penanggulangan kejahatan di jalanan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektivitas program Tim Hunter Makota sebagai upaya penanggulangan kejahatan di jalanan oleh Kepolisian Resort Malang Kota.
2. Untuk mengetahui kendala Kepolisian Resort Malang Kota dalam
menjalankan program Tim Hunter Makota sebagai upaya
6
D. Manfaat/Kegunaan
Disamping tujuan yang akan dicapai sebagaimana dikemukakan di atas maka penelitian skripsi ini juga bermanfaat untuk:
a. Manfaat Secara Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
memperluas pengetahuan dan memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada khususnya mengenai efektivitas program Tim Hunter Makota sebagai upaya penanggulangan kejahatan jalanan oleh Kepolisian Resort Kota Malang.
b. Manfaat Secara Praktis
1. Memberi jawaban atas masalah yang diteliti
2. Sebagai bahan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti
E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah yuridis empiris dengan kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di
masyarakat.9 Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang
dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang
7 terjadi dimasyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta – fakta dan data yang dibutuhkan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah
yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.10
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Polres Malang Kota yang beralamat di Jalan Agung Suprapto No.19, Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
3. Sumber Data a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Penulis akan mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian di Polres Malang Kota yang beralamat di Jalan Agung Suprapto No.19, Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang. b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan dengan melakukan studi dokumen, arsip dan literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep dan pandangan-pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok penulisan yakni mengenai efektivitas Program Tim Hunter Makota sebagai upaya
10 Ibid, hal.16.
8 penanggulangan kejahatan jalanan oleh Kepolisian Resort Kota Malang.
c. Data Tersier
Data tersier merupakan bahan hukum yang dapat menjelaskan baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, yang berupa kamus, ensiklopedia dan lain-lain, yang mendukung penelitian penulis tentang mengenai efektivitas Program Tim Hunter Makota sebagai upaya penanggulangan kejahatan jalanan oleh Kepolisian Resort Kota Malang.
4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses memperoleh sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Dalam hal ini, wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui mengenai efektivitas program Tim Hunter Makota sebagai upaya penanggulangan kejahatan jalanan oleh Kepolisian Resort Kota Malang.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berwujud sumber data tertulis atau gambar berbentuk dokumen resmi, buku, majalah, arsip, dokumen pribadi dan foto yang terkait
9
dengan permasalahan penelitian.11 Dalam penelitian ini,
dokumentasi yang dilakukan adalah dengan melihat dan meneliti benda-benda tertulis seperti laporan pemeriksaan, identitas pelaku kejahatan dan korbannya, serta dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian.
c. Observasi
Observasi untuk penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data
penelitian.12 Peneliti melakukan obsevasi ke instansi yang
bersangkutan dalam penelitian yakni Polres Malang Kota untuk melihat langsung agar mendapat data yang lebih spesifik.
d. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dimaksudkan untuk mengumpulkan data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer berupa undang-undang dan peraturan pemerintah maupun dari bahan hukum sekunder berupa penjelasan bahan hukum primer, dilakukan dengan cara mencatat dan mengutip buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan ini.
5. Metode Analisa Data
Analisis terhadap data skripsi ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif,
11 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hal.71 12 Fatkhan Amirul Huda, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Dalam Penelitian,
10 yakni penggambaran dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Kemudian hasil dari analisis tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada realitas yang bersifat khusus yang kemudian disimpulkan secara
umum, yang kemudian diperbantukan dengan hasil studi
kepustakaan.13
F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini menguraikan mengenai pendahuluan yang berisi penjelasan tentang latar belakang permasalahan yang ada, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan secara urut mengenai penjelasan tentang pengertian kejahatan, tinjauan tentang kejahatan jalanan, tinjauan tentang Tim Hunter Makota, tinjauan tentang upaya penanggulangan kejahatan, dan peran kepolisian dalam menanggulangi kejahatan.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang bagaimanakah pelaksanaan program Tim Hunter Makotadalam upaya penanggulangan kejahatan jalanan serta hambatan-hambatan yang dialami oleh Kepolisian Resort Kota Malang.
13 M. Ibram Manggala, 2018,Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Korban Salah Tangkap
11 BAB IV : PENUTUP
Bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan tentang penelitian ini dengan mengacu pada pertanyaan yang terdapat dalam pokok permasalahan, serta memberikan saran-saran yang relevan dengan penelitian ini.