• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan. Jadi yang dimaksud dengan lembaga pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peran-peran dan relasi-relasi terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar peserta didik.

Kemunculan lembaga pendidikan di berbagai daerah termasuk daerah Minangkabau telah memberikan warna baru dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1947 di Bukittinggi muncul sebuah lembaga pendidikan yaitu SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas).

Sejak tercapai kemerdekaan Republik Indonesia dan tersusunnya pemerintahan propinsi Sumatera sangat dirasakan kekurangan tenaga teknik pertanian di Sumatera. Tenaga yang ada tidak mencukupi kebutuhan untuk melaksanakan pembangunan secara efektif, sementara diantara tenaga yang ada masih sangat sedikit tenaga muda. Sedangkan untuk berhubungan dengan Jawa masih sulit sekali karena infrastruktur dan kendaraan pada waktu itu belum memadai.

Berhubung dengan hal di atas, gubernur Sumatera dengan surat ketetapan tanggal 1 Oktober 1947 No. 62/ P.P. menyetujui pendirian sebuah sekolah pertanian tingkatan menengah tinggi di Bukittinggi. Sektor pertanian menjadi sektor utama bangkitnya Indonesia pada waktu itu, apalagi dengan didirikannya SPMA merupakan jalan yang tepat yang terpikirkan oleh para anggota residen Sumatera Tengah demi menghasilkan tenaga ahli di sektor pertanian, meskipun dari tenaga pendidik pada waktu itu belum maksimal seperti yang diharapkan.

Berdasarkan dengan hal di atas, penulisan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) sebagai sebuah lembaga pendidikan pertanian di Sumatera Barat sangat menarik untuk diteliti karena SPMA yang berdiri pada tahun 1947 merupakan Sekolah Pertanian pertama di Sumatera. Selain itu,

SPMA ini telah melahirkan tenaga-tenaga ahli pertanian yang berpengalaman dan hingga tahun 2013 sekolah ini masih tetap bertahan walaupun telah mengalami pasang surut dalam dunia pendidikan.

Penelitian ini membahas masalah yang berkaitan dengan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) sebagai sebuah lembaga pendidikan pertanian di Sumatera Barat.

Batasan penelitian ini adalah batasan Spasial dari penelitian ini adalah Sumatera Barat, karena keberadaan SPMA tersebut terletak di Bukittinggi pada awalnya, sehingga dengan berbagai pertimbangan sekolah tersebut dipindahkan ke Padang yang termasuk ke dalam 2 Kabupaten/Kota yang ada di ruang lingkup Sumatera Barat.

Batasan Temporal pada tahun 1947-2013. Tahun 1947 adalah awal berdirinya SPMA. Sedangkan tahun 2013 yaitu terjadi pergantian Kepala Sekolah di SPMA.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang lahirnya SPMA pada tahun 1947?

2. Bagaimana perkembangan-perkembangan status kelembagaan SPMA sejak tahun 1947 hingga 2013? Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang lahirnya SPMA pada tahun 1947. 2. Untuk menelusuri dan mendeskripsikan

perkembangan-perkembangan status kelembagaan SPMA sejak tahun 1947 hingga 2013.

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk :

1. hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan para mahasiswa khususnya program studi pendidikan sejarah dan khasanah historiografi lokal serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi para mahasiswa dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Penelitian dan penulisan ini dapat

dijadikan sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan masukan dinas atau instansi terkait serta masyarakat tentang keberadaan SPMA di Sumatera Barat.

Tulisan yang relevan diantaranya adalah Mega Trisep Mayenti Skripsi, yang

(3)

menulis tentang “Perkembangan Perguruan Sabbihisma Tahun 1995-2010”.

Yuliade Febri Yanti Skripsi, yang menulis tentang “Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Panjang Studi tentang Kemunduran (1975-1998)”.

Yeni Marini Skripsi, yang menulis tentang “Perkembangan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat (1984-2008)”.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah.

Langkah pertama Heuristik yaitu mengumpulkan dan menemukan sumber-sumber data sejarah baik primer maupun sekunder. Sumber primer berupa wawancara dan arsip seperti arsip SPMA serta Dinas Pertanian dan yang terkait dengan penelitian, wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru, mantan Kepala Sekolah, mantan guru, siswa, alumni SPMA serta pegawai SPMA. Selain itu, arsip yang didapat yaitu berupa buku 10 Tahun SPMA Bukittinggi-Padang September ’47-September ’57 dan arsip-arsip yang berkaitan dengan SPMA, seperti data jumlah siswa SPMA, Profil SPMA, penetapan nomeklatur SPP menjadi SMK-PP Negeri Padang tahun 2011, akta kerjasama SPMA dengan PT. Yuko Tesa Mirai tentang Program Pelatihan Magang ke Jepang, Sertifikat Akreditasi, Koran Serambi Minang, dan Koran Padang Ekspres serta Arsip Pribadi Bapak Yusnan tentang Sejarah Ringkas Pendirian dan Perjalanan SPMA Bukittinggi-Padang. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan adalah berupa data dari hasil penelitian perpustakaan, dengan cara memahami buku-buku yang relevan serta berkaitan dengan masalah penelitian. Sumber tersebut diperoleh dari perpustakaan STKIP PGRI SUMBAR, perpustakaan Universitas Negeri Padang, Perpustakaan Daerah dan perpustakaan Fakultas Sastra UNAND. Selain itu juga dari tulisan-tulisan yang relevan dengan penulisan ini.

Tahap kedua adalah kritik sumber yaitu data yang sudah dikumpulkan, kemudian diseleksi sehingga diketahui apakah data tersebut dapat digunakan atau tidak. Kritik sumber ini meliputi dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal

adalah pengujian otensitas (keaslian) secara klinis dan labor kritik, ini dapat dijalankan karena keterbatasan alat-alat pengetahuan penulis. Sedangkan kritik internal dilakukan untuk menguji keaslian (reabilitas) isi informasi sejarah yang terkandung didalamnya dengan cek silang dalam wawancara kedua tingkat pengolahan ini bertujuan untuk menyeleksi dan menyingkirkan bagian data yang tidak relevan dan kemudian menyimpulkan kesaksian yang bisa dipercaya dari bagian yang telah diseleksi dari data autentik .

Tahap ketiga adalah Interpretasi yaitu data yang diperoleh dari lapangan hasil wawancara dan data sekunder serta studi kepustakaan kemudian dianalisis dan diinterpretasi dengan cara menghubungkan dan membandingkan fakta-fakta yang diteliti sehingga terdapat fakta yang siap disajikan.

Tahap keempat adalah historiografi merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk karya ilmiah (Skripsi). Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu karya sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan.

PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH

ATAS (SPMA)

A. Pendidikan Pada Masa Revolusi Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, perubahan-perubahan tidak hanya terjadi dalam bidang pemerintahan saja, tetapi juga dalam bidang pendidikan. Dalam UUD 1945 dasar dan falsafah negara Indonesia adalah Pancasila. Maka dasar dan falsafah inilah yang kemudian dijadikan landasan idiil pendidikan di Indonesia.

Pada masa Revolusi ini tujuan pendidikan dirumuskan untuk mendidik warga negara yang sejati, sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat. Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada masa tersebut penekanannya pada penanaman semangat patriotisme.Pada masa ini pengajaran teknik dan ekonomi terutama pengajaran pertanian, industri, pelayaran dan perikanan mendapat perhatian istimewa.

(4)

B. Berdirinya SPMA

Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) merupakan sekolah pertanian yang berdiri pada tahun 1947 di Bukittinggi. Gubernur Sumatera dengan surat ketetapan tanggal 1 Oktober 1947 No. 62 / P.P. menyetujui pendirian Sekolah Pertanian tingkatan Menengah Tinggi di Bukittinggi.

Pejabat-pejabat yang terlibat langsung dalam kegiatan ini antara lain: Moh. Said, Moh. Yusuf, dan Idham. Beberapa pemimpin yang menerima baik dan menyokong pendapat tersebut diantaranya yaitu Mr. St. M. Rasyid, Marzuki Jatim, M. Syafei, dan Eni Karim.

Beberapa alasan SPMA ini didirikan di Bukittinggi yaitu: (1) gedung yang dapat dijadikan gedung sekolah dan asrama sudah ada serta kebun praktek pertanian pun sudah ada, (2) Bukittinggi letaknya di tengah-tengah Pulau Sumatera, (3) Di Bukittinggi banyak berkumpul ahli-ahli praktek pertanian yang sudah berpengalaman dan dapat diminta untuk mengajar, (4) Milieu kota dipandang baik untuk pelajar dan untuk kelancaran pembelajaran

Tujuan didirikannya sekolah ini adalah untuk mendapatkan pegawai teknik yang berpendidikan dalam lingkungan Dinas Pertanian Sumatera, serta untuk menampung pelajar-pelajar yang tamat dari SMP yang ada minat untuk melanjutkan pelajaran ke jurusan pertanian.

SPMA ini didirikan pada sebuah gedung bekas gudang tentara Jepang dengan ukuran 35 x 20 m untuk dijadikan ruang belajar dan asrama. Bangunan ini terletak di kebun percobaan Gurun Panjang milik pejabat pertanian Sumatera Barat seluas 3,5 hektar lahan sawah dan 25 hektar lahan kering. Lahan ini digunakan sebagai lahan praktek siswa.

PERKEMBANGAN SPMA (1947-2013) A. SPMA Di Bukittinggi

Pada periode ini SPMA didirikan di Bukittinggi sebagai sekolah pertanian. Syarat untuk melamar ke SPMA adalah memiliki ijazah SMP Negeri bagian B. Pada tanggal 15 September 1947 dimulailah proses belajar mengajar pertama di SPMT/SPMA. Direktur SMPT/SPMA pertama ditunjuk Moh. Said yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Pejabat Pertanian Sumatera Barat.

Pada tahun-tahun pertama sekolah ini banyak mendapat kendala pembelajaran, terutama materi atau bahan ajar yang masih belum memadai karena buku-buku rujukan masih dalam bahasa asing. Kesulitan lain yang dialami SPMA pada waktu itu adalah tidak adanya ruang kelas untuk belajar. Untuk mengatasi hal tersebut dipakailah salah satu ruang asrama sebagai ruang belajar. Alat tulis dan kantor juga sangat terbatas.

Pada awal-awal berdirinya SPMA banyak sekali menemui kesulitan, baik dari segi sarana dan prasarana maupun dari segi kurangnya tenaga pengajar pada waktu itu. Tenaga guru di SPMA belum memadai. Guru mata pelajaran yang bersifat umum diperbantukan dari guru-guru SMU lain di Bukittinggi. Guru-guru ini diperbantukan sebagai guru istimewa.

Pada awal berdirinya kurikulum yang dipakai di SPMA disusun oleh Mohd. Jusuf dengan mempedomani peraturan dan rencana Middelbare Lanbouwschool di Bogor dengan beberapa perubahan sesuai kebutuhan. Pada tahun 1950 barulah SPMA memakai kurikulum dari Kementerian Pertanian.

Pada tahun 1948 terjadi Agresi Belanda di Indonesia yang menyebabkan sekolah ini ditutup. Siswa-siswa dan guru SPMA mengungsi meninggalkan Kota Bukittinggi. Bahkan ada dari siswa SPMA yang pindah ke MLS Bogor dan ada juga yang pindah ke cultuurschool sukabumi dan sekolah-sekolah lainnya. Barulah pada tahun 1950 SPMA dapat dibuka kembali. Pada tahun 1950 SPMA diurus langsung oleh Kementerian Pertanian.

Pada tahun 1954 SPMA dipindahkan ke Padang karena beberapa faktor yaitu:

1. Tanah untuk kebun praktek, kebun koleksi dan kebun percobaan tidak mencukupi di Bukittinggi. Untuk sekolah ini dibutuhkan paling sedikit 25 hektar lahan, namun disekitar Bukittinggi pada waktu itu tidak ada. 2. Iklim Bukittinggi terlalu dingin untuk

berbagai tanaman perusahaan penting. Setelah pindah ke Padang SPMA masih mengalami berbagai kesulitan yaitu kesulitan sarana dan prasarana serta kesulitan tenaga guru. Tenaga guru masih belum memadai. Pada tahun 1957 terjadi pergolakan PRRI di Sumatera Barat yang

(5)

menyebabkan SPMA untuk kedua kalinya ditutup. Barulah pada tahun 1960 SPMA ini dibuka kembali.

B. SPMA Setelah Masa PRRI

Pada periode ini SPMA dibuka kembali setelah ditutup karena adanya pergolakan PRRI di Sumatera Barat. SPMA dibuka kembali pada tahun 1960. SPMA tetap berada di bawah naungan Kementerian Pertanian Indonesia.

Setelah tahun 1960 terjadi peningkatan minat siswa untuk bersekolah di SPMA karena setelah tamat dari SPMA mereka bisa langsung diterima bekerja di Dinas-dinas dan Balai-balai Pertanian sebagai penyuluh pertanian, sehingga SPMA sangat diminati. Penerimaan untuk SPMA hanya dibatasi untuk dua kelas saja. Banyak siswa yang berminat untuk masuk ke SPMA karena setelah tamat dari SPMA ini bisa langsung mendapatkan pekerjaan, pada saat itu memang banyak dibutuhkan penyuluh-penyuluh pertanian. Minat siswa yang ingin bersekolah di SPMA terus meningkat hingga tahun 2000.

Untuk tenaga guru SPMA banyak diambil dari ahli-ahli pertanian dan orang-orang Dinas Pertanian yang diperbantukan sebagai guru SPMA. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum dari Kementerian Pertanian yang bersifat Polivalen.

C. SPMA Diserahkan Kepada Provinsi Pada tahun 2001 SPMA diserahkan oleh pusat (Kementerian Pertanian) kepada Pemerintah Daerah (Gubernur) di bawah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Barat. Hal ini disebabkan karena adanya otonomi daerah.

Kurikulum yang dipakai oleh SPMA masih tetap kurikulum yang berasal dari Kementerian Pertanian, namun pengelolaan SPMA diambil alih oleh Pemerintah Daerah. Setelah SPMA ini diserahkan kepada Pemerintah Daerah terjadi penurunan minat siswa untuk bersekolah di SPMA karena setelah tamat dari SPMA mereka sudah tidak bisa lagi langsung bekerja sebagai PNS.

Pada tahun 2010 SPMA dipindahkan ke Lubuk Minturun karena adanya pembangunan Masjid Raya di lokasi berdirinya SPMA. Setelah pindah ke Lubuk Minturun, SPMA yang berada di bawah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Holtikultura Sumatera Barat bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, sehingga kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum dari Kementerian Pendidikan.

Setelah pindah ke Lubuk Minturun sarana dan prasarana SPMA sudah memadai, namun lahan praktek belum mencukupi karena SPMA harus berbagi lahan dengan BBI.

KESIMPULAN

Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) merupakan sekolah pertanian pertama yang berdiri pada tahun 1947 di Sumatera. Sekolah ini didirikan di Bukittinggi. Tujuan didirikannya sekolaah ini yaitu untuk mendapatkan pegawai teknik yang berpendidikan dalam lingkungan Dinas Pertanian Sumatera, untuk menampung pelajar-pelajar yang tamat dari SMP yang ada minat untuk melanjutkan pelajaran ke jurusan pertanian.

Pada tahun 1948-1949 Indonesia mengalami masa sulit yaitu dengan adanya Agresi Belanda I dan Agresi Belanda II. Pada masa ini SPMA sama sekali tidak berjalan atau terhenti. Barulah pada tahun 1950 sekolah ini berjalan kembali.

Pada tahun 1954 SPMA dipndahkan ke Padang. Setelah SPMA dipindahkan ke Padang, SPMA mulai berkembang. Banyak siswa yang berminat unuk bersekolah di SPMA. Pada tahun 1957-1959 kegiatan belajar mengajar di SPMA Padang untuk kedua kalinya terhenti akibat pergolakan PRRI di Sumatera Barat. Barulah pada tahun 1960 SPMA dibuka kembali.

Setelah SPMA dibuka kembali pada tahun 1960 terjadi peningkatan jumlah siswa yang ingin masuk ke SPMA, tetapi penerimaan hanya dibatasi untuk dua kelas saja.

Pada tahun 2001 SPMA diserahkan oleh Kementerian Pertanian kepada Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Setelah diserahkan kepada Pemerintah Daerah terjadi penurunan minat siswa untuk masuk ke SPMA.Pada tahun 2010 SPMA dipindahkan ke Lubuk Minturun dan mulai bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan memakai kurikulum dari Kementerian Pertanian.

(6)

DAFTAR PUSTAKA A. Arsip

Arsip pribadi Bapak Yusnan, mantan guru SPMA.

Arsip SPMA/ SMK-PP Negeri Padang. Buku Laporan 10 Tahun SPMA

Bukittinggi – Padang September ’47- September ‘57

Keputusan kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga provinsi Sumatera Barat Nomor: 421.2/130/KPTS-2011 tentang penetapan nomenklatur Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Padang menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Padang tahun 2011.

B. Buku

Abu Ahmadi dan nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Amir Daien Indrakusumo. 1973. Pengantar Ilmu Mendidik Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis. Surabaya: Usaha Nasional. Audrey Kahin. 2008. Dari

Pemberontakan ke Integrasi Sumatera Barat dan Politik Indonesia 1926-1998. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Freek Colombijn. 2006. Paco-Paco

(Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Ombak.

Louis Gottschalk. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI.

Mestika Zed. 1999. Metodologi Sejarah, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial: Universitas Negeri Padang.

Muhaimin. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasional. Bandung: Trigenda karya.

Onisimus Amtu. 2011. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Redja Mudyahardjo. 2013. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Sekilas Perkembangan Pendidikan di Sumatera Barat Dan Fungsi Museum Adhityawarman. 1985. Padang: Proyek Pegembangan Permuseuman Sumatera Barat. S. Sumarsono. 2001. Pendidikan

Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumarsono Mestoko. 1986. Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman. Jakarta: Balai Pustaka. C. Koran

Dinas Pertanian Digugat Rp. 10 M (Kasus SPMA Berbuntut Ke Pengadilan). Padang Ekspres, 3 November 2004.

SPMA, Nasibmu di Simpang Jalan (1). Serambi Minang, 17 Mei 2005.

D. Skripsi

Mega Trisep Mayenti. 2012. Perkembangan Perguruan Sabbihisma Tahun 1995-2010. Yuliade Febri Yanti. 2009. Lembaga

Pendidikan Muhammadiyah Panjang Studi tentang Kemunduran (1975-1998). Yeni Marini. 2009. Perkembangan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat (1984-2008). E. Internet

Abdul Rozaq. 2012. Studi Kasus Kesiapan Pelksanaan Uji Kompetensi Mata Pelaajaran PLC Pada Kompetensi Keahlian Teknik Otomasi Industri. Jurnal Skripsi. (http://www.eprints.uny.ac.id, diakses 12 Januari 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar X (a) adalah gambar tepi dari gambar asli yang disaring secara bilateral dan diekstraksi oleh Canny, (b) adalah gambar efek yang menggabungkan efek tepi gambar

Sang Putri Mandalika dengan penuh kesadaran memilih untuk menceburkan diri ke laut yang kemudian karena keajaiban alam lalu berubah menjadi “Nyale” , sejenis cacing laut,

Menciptakan kerangka dasar dari beberapa sub program yang ada didalamnya sebagai tampilan utama dari program Sistem Informasi Geografis Jaringan Tiang Listrik dan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Sebelum tahu kota Palu, seseorang bertanya "Mana arah ke kota Palu7" Questioning merupakan strategi

Untuk mengeluarkan racun yang masuk ke tubuh atau menguranginya dilakukan berbagai cara, seperti contohnya untuk racun yang tertelan dapat di tangani dengan 3 cara seperti

Menurut Connolly dan Begg ( 2005 , p463 ), tujuannya adalah menciptakan relasi – relasi untuk model data logikal untuk merepresentasikan entitas – entitas, relationship

Hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa dari 4 variabel yang ada dalam penelitian ini (kesempatan investasi, kebijakan keuangan, risiko & kinerja keuangan),

Analisis gerak dasar panjat tebing dengan biomekanika akan memberikan pengertian secara keseluruhan kepada pelatih dan atlet tentang segala bagian tubuh manusia yang