• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam keluarga. Keluarga Berencana memiki tujuan yang baik untuk memajukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam keluarga. Keluarga Berencana memiki tujuan yang baik untuk memajukan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval waktu kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga Berencana memiki tujuan yang baik untuk memajukan kesejahteraan keluarga maupun Negara (Sulistyawati, 2014).

Keluarga Berancana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggara pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin ideal, mengatur jumlah, jarak anak dan usia ideal melahirkan anak, pengaturan kehamilan dan melahirkan anak dan membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2014).

Menurut Manuaba (2009) keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencakanan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

2.2 Tujuan Keluarga Berencana

a. Meningkatkan kesejehteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

(2)

2.3 Sasaran Program Keluarga Berencana

Menurut Hartanto (2010), menjelaskan bahwa sasaran dari Keluarga Berencana ada dua sasaran, yaitu :

a. Sasaran Langsung

Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahirandengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.

b. Sasaran tidak langsung

Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera.

2.4 Manfaat Keluarga Berencana 2.4.1 Bagi Ibu

a. Mencegah Anemia (Kurang Darah)

Kandungan zat besi (Fe) yang ada pada salah satu alat/obat kontrasepsi. Salah satu alat kontrasepsi ini dapat mencegah resiko anemia berat yang menyebabkan ibu letih dan lesu,dengan ber – KB ibu dapat menjaga kesehatan fisik dan kesehatan reproduksinya dengan lebih optimal. Apabila diimbangi dengan memperhatikan asupan gizi yang memadai, ibu akan terhindar dari anemia berat, risiko kesakitan serta kematian. Angka kematian ibu pun dapat diturunkan.

b. Mencegah Pendarahan yang Terlalu Banyak setelah Persalinan

Setelah melahirkan, seorang ibu dapat mencegah terjadinya pendarahan yang terlalu banyak setelah melahirkan, dan mempercepat pulihnya kondisi

(3)

c. Mencegah Kehamilan tidak di inginkan (KTD)

Keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran anak – anaknya dengan menghindari kehamilan ”4 Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak). Menghindari kehamilan yang tidak/belum diinginkan, akan menurunkan risiko sakit dan kematian ibu.

d. Mendekatkan Ibu pada Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan

Ibu akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan informasi tentang KB dan KR (Kesehatan Reproduksi) secara lengkap. Pelayanan dan informasi ini bermanfaat dalam merencankan kehamilan.

e. Meningkatkan Keharmonisan Keluarga

Dengan ber – KB ibu mempunyai kesempatan dan waktu luang dalam memerhatikan dan merawat diri sendiri sehingga dapat mengurus, mendidik, merawat keluarga menjadi lebih baik serta harmonis tanpa rasa takut hamil, dan mendiskusikan semua permasalahan dengan suami.

2.4.2 Bagi Anak

a. Mencegah Kekurangan Gizi

KB memberikan peluang pada ibu dalam mempersiapkan kehamilannya, agar janin yang dikandungnya mendapatkan kecukupan gizi yang sempurna, dan dapat lahir aman dan selamat. Dengan memiliki jumlah anggota keluarga yang kecil/sedikit, pemenuhan gizi bagi semua anggota keluarga akan lebih tercukupi.

b. Tumbuh Kembang Anak Terjamin

Pengaturan jarak kehamilan memberi peluang kepada setiap anak untuk mendapatkan hak – haknya berupa perhatian dan kasih sayang orang tua.

(4)

Dengan demikian, anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal menjadi generasi yang berkualitas.

c. Kebutuhan ASI Ekslusif 6 Bulan Terpenuhi

Salah satu cara ber – KB yang mengandalkan pemberian ASI secara Ekslusif selama 6 bulan pertama dikenal dengan MAL (Metode Amenorea Laktase). MAL akan memberikan kesempatan kepada bayi untuk mendapatkan gizi sempurna yang terkandung dalam ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi

2.4.3 Ekonomi

a. Mengurangi Biaya Kebutuhan Rumah Tangga (RT)

Dengan ber – KB, minimal tidak akan menambah anggota baru dalam keluarganya, sehingga keluarga lebih leluasa mengatur biaaya kebutuhan sehari – hari, biaya pendidikan anak – anak, perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya dan lain – lain. Bagi ibu yang menggunakan cara KB MAL akan mengurangi pengeluaran keluarga untuk membeli alat obat kontrasepsi minimal selama 6 bulan.

b. Meningkatkan atau Menambahkan Pendapatan Ekonomi Keluarga

Dengan mengatur jarak kelahiran antara anak, anggota keluarga khususnya ibu mempunyai peluang dan kesempatan yang besar untuk berusaha, misalnya ikut dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dan sebagainya.

(5)

2.4.4 Sosial Budaya

a. Meningkatkan Kesempatan Bermasyarakat

Dengan ber - KB anggota keluarga memiliki kesempatan dan waktu yang lebih banyak untuk bersosialisasi dan aktif dalam kegiatan sosial dalam masyarakat.

b. Meningkatkan Peran Ibu Dalam Pengambilan Keputusan Keluarga

Dengan ber - KB, ibu mempunyai kesempatan dan berkontribusi sebagai mitra yang setara dalam pengambilan keputusan, misalnya dalam memilih kontrasepsi, jumlah anak, dan jarak kehamilan yang diinginkan.

2.5 Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra: mencegah atau melawan. Konsepsi : pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang mangakibatkan kehamilan (Yetti, 2012).

Metode Kontrasepsi Modern:

1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan yangrendah.Penggolongannya terdiri dari: alat kontrasepsi IUD, Implan, MOW.

(6)

Metode Kontrasepsi non Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi yang tidak berjangka panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang rendah dengan angka kegagalannya yang tinggi. Penggolongannya terdiri dari alat kontrasepsi suntikan dan pil (BKKBN,2014).

2.6 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)

2.6.1 Intra Uterine Devices (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) A. Jenis AKDR

1. Un-Medicated Devices: Generasi Pertama seperti Lipes Loop, Margulies coil dll.

2. Medicated Devices: Generasi Kedua

a. Yang mengandung logamyaitu: AKDR-CU Generasi pertamaseperti: CaT-200 = Tahun T, Cu-7 =Gravigard, MLCu-250.

b. AKDR-Cu Generasi kedua seperti:CaT-380= Para Gard,CuT-380Ag, CuT-220Cn,Nova-T, Delta-T, MLCu-375.

c. Mengandung Hormon Progestrone atau Levonorgestrel.

Selanjutnya yang akan diuraikan disini khusus mengenai AKDR CaT – 380A (yang banyak dipakai di Indonesia)AKDR CaT – 380A.

B. Cara kerja

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba falopi,mencegah pertemuan sperma dan ovum.

2. Mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. 3. Mempengaruhi fertilisasi.

(7)

B. Keuntungan

1. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

2. Sangat efektif (0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama,atau 1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).Efektif segera setelah pemasangan.

3. Reversibel,berjangka panjang yaitu 10 tahun. 4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

5. AKDR CaT – 380Atidak ada efek samping hormonal. 6. Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI.

7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus bila tidak ada infeksi.

8. Mencegah kehamilan ektopik.

9. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).

10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. C. Keterbatasan

1. Efek samping yang umum terjadiperubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak,pendarahan (spotting) antar menstruasi.

2. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. 3. Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti

pasangan atau yang menderita IMS. 4. Penyakit Radang Panggul (PRP).

5. Diperlukan prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvik dalam pemasangan AKDR.

6. Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan AKDR,tetapi biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

7. Klien tidak dapat melepas sendiri AKDR (harus dilepaskan oleh petugas kesehatan terlatih).

(8)

8. Kemungkinan AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui klien(sering terjadi bila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).

9. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu dengan cara memasukkan jarinya ke dalam vagina.

D. Boleh meggunakan AKDR 1. Usia produktif.

2. Ingin kontrasepsi jangka panjang.

3. Setelah melahirkan dan menyusui ataupun tidak meyusui bayinya. 4. Setelah mengalami abortus.

5. Resiko rendah dari IMS.

6. Tidak menyukai metode hormonal.

7. Tidak menyukai harus minum pil setiap hari.

8. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari pasca persalinan.

Pada umumnya perempuan dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.AKDR juga dapat digunakan pada perempuan dengan segala kemungkinan keadaan seperti berikut ini: perokok, sedang memakai antibiotik atau anti kejang,gemuk atau kurus,penderita tumor jinak payudara,penderita kanker payudara,sakit kepala,tekanan darah tinggi,varises di vulva atau tungkai,penderita penyakit jantung,pernah menderita stroke, penderita diabetes,penderita penyakit hati atau empedu,penderita malaria,penderita skistosomiasis tanpa anemia,penyakit tiroid,penderita epilepsi,penderita nonpelvik TBC, setelah kehamilan ektopik,setelah pembedahan pelvik.

(9)

E. Tidak boleh menggunakan AKDR

1. Kemungkinan hamil atau sedang hamil.

2. Pendarahan vagina yang belum jelas penyebabnya. 3. Sedang mengalami infeksi alat genital seperti: vaginitis.

4. Dalam 3 bulan terakhir sedang mengalami radang panggul atau abortus septik.

5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

6. Penyakit trofoblas ganas.

7. Diketahui menderita TBC pelvik. 8. Kanker alat genital.

9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. F. Waktu pemasangan

1. Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai ke-7 siklus haid. 2. Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah minggu

pasca persalinan.

3. Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) bila tidak ditemukan gejala infeksi.

(10)

2.6.2 Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas.

A. Jenis Implan

1. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 5 tahun.

2. Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm. Diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg 3 Keto desogestrel dengan lama kerja 3 tahun.

3. Jadena dan indoplant; terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

B. Cara kerjanya

1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan spermatozoa.

2. Mencegah ovulasi.

3. Menghambat perkembangan siklus dari endometrium. C. Keuntungan kontrasepsi

1. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan). 2. Memberi perlindungan jangka panjang (5 tahun).

3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut. 4. Tidak perlu dilakukan periksaan dalam.

5. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu produksi ASI.

6. Bebas dari pengaruh estrogen. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

(11)

D. Keterbatasan Implan

1. Nyeri kepala, pening atau pusing kepala. 2. Peningkatan atau penuruanan berat badan. 3. Nyeri payudara.

4. Perubahan mood atau kegelisahan.

5. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

6. Memerlukan tindak pembedahan minor untuk memasang atau insersi dan pencabutannya,sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

7. Efektivitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan penggunaan obat untuk epilepsi dan tuberkulosis.

E. Boleh menggunakan Implan

1. Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak. 2. Menginginkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi dan jangka panjang. 3. Menyusui dan memerlukan kontrasepsi.

4. Pasca persalinan. 5. Pasca keguguran.

6. Tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak mau sterilisasi.

7. Tekanan darah <180/110 mmHg,masalah pembekuan darah atau anemia. 8. Tidak boleh menggunakan kontarasepsi yang mengandung progeston. 9. Riwayat kehamilan ektopik.

(12)

F. Tidak boleh menggunakan Implan 1. Hamil atau diduga hamil.

2. Pendarahan pervaginaan yang tidak diketahui penyebabnya. 3. Tromboflebilitis aktif atau penyakit trombo-emboli.

4. Penyakit hati akut,tumor hati jinak atau ganas.

5. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi. 6. Gangguan toleransi glukosa.

7. Benjolan atau karsinoma payudara atau riwayat karsinoma payudara. 8. Tumor.

G. Waktu insersi Implan

1. Yang terbaik pada saat siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 atau jangan melewati 5-7 hari setelah haid dimulai.

2. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

3. Setiap saat (diluar siklus haid) asal dapat dipastikan ibu tidak hamil. Bila impian diinsersikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan sanggama atau menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari. 4. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, insersi dapat

dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak dibutuhkan penggunaan kontrasepsi lain.

5. Bila setelah 6 minggu persalinan terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melakukan sanggama selama 7 hari atau menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari saja.

6. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, asal saja kontrasepsi terdahulu digunakan dengan benar dan ibu dapat tidak hamil, maka insersi dapat dilakukan setiap saat.

7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, implan dapat diberikan setiap saat sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain.

(13)

8. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal kecuali alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan dapat diinsersikan pada saat siklus haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan sanggama selama 7 hari, atau menggunakan metoda kontrasepsi selama 7 hari saja.

(14)

2.6.3 Tubektomi / MOW (Metode Operasi Wanita)

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentika kesuburan A. Jenis

1. Minilaparatomi dan laparakopi B. Cara kerja

1. Dengan menutup atau oklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.

C. Keuntungan kontrasepsi

1. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).

2. Permanen.

3. Tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui. 4. Tidak mempengaruhi faktor sanggama.

5. Baik bagi klien dimana kehamilan menjadi resiko yang serius. 6. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal. 7. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

8. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).

9. Keuntungan nonkontrasepsi berkurangnya resiko kanker ovarium. D. Keterbatasan

1. Karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan.

2. Klien (akseptor) dapat menyesal di kemudian hari.

(15)

4. Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (dokter spesialis ginekologi atau spesialis bedah).

5. Tidak melindungi terhadap IMS yaitu HIV/AIDS. E. Bolehmenjalani Tubektomi

1. Usia >26 tahun, paritas >2.

2. Yakin telah mempunyai jumlah keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.

3. Kehamilannya akan menimbulkan resiko yang serius. 4. Pascapersalinan dan pascakeguguran.

5. Memahami prosedur, sukarela dan setuju menjalaninya. F. Tidak bolehmenjalani Tubektomi

1. Hamil atau dicurigai hamil.

2. Pendarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya.

3. Infeksi sistemik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih dikontrol. 4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

5. Belum mantap/kurang pasti dengan keinginannya untuk fertilitas di masa depan.

6. Belum memberikan persetujuan tertulis. G. Waktu pelaksanaannya

1. Setiap waktu selama siklus haid, bila diyakini klien tidak hamil. 2. Hari ke-6 hingga ke-13 siklus haid.

3. Pascapersalinan: minilap dalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu sedangkan laparaskopi: tidak tepat untuk klien pascapersalinan. 4. Pasca keguguran.

5. Triwulan pertama dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ditemukan infeksi pelvis untuk minilap dan laparaskopi.

(16)

6. Triwulan keduadalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvis.

2.7 Metode Kontrasepsi Non-MKJP 2.7.1 Suntikan

Kontrasepsi yang di berikan melalui suntikan intramuskuler (dalam otot) di daerah bokong yang mengandung hormon progestin. Terdapat 2 jenis alat KB suntik yang sering digunakan masyarakat yaitu suntikan/bulan (cyclofem) dan suntikan/3 bulan, (depo provera, devogeston). Pengguna suntikan harus selalu datang perbulan atau pertiga bulan untuk suntik kembali.

2.7.2 Pil Progestin (Minipil)

Kontrasepsi yang diberikan secara oral dalam bentuk pil yang mengandung hormon progestin atau dikenal dengan istilah minipil. Penggunaan pil harus selalu mengingat untuk meminumnya setiap hari, bila terjadi lupa minum pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.

2.8 Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasaran utama dari gerakan KB Nasional. PUS adalah pasangan suami dan istri dengan umur istrinya antara 15-49 tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan fertilitas yang tinggi, sasaran PUS ini ditekankan pada PUS dengan paritas rendah, khususnya PUS yang berusia muda dan paritas rendah sebagai sasaran prioritas. Sasaran ini diarahkan untuk menggunakan kontrasepsi efektif sehingga jumlah anak yang dilahirkan dapat mendukung pelembagaan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

(17)

2.9 Pelayanan Kontrasepsi

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu:

1. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB.

2. Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna.

Guna mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan pelayanan KB kedalam tiga fase yaitu:

a. Fase menunda kehamilan/kesuburan. b. Fase menjarangkan kehamilan.

c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.

2.10 PolaPerencanaan Keluarga dan Penggunaan Kontrasepsi yangRasional Perencanaan Keluarga:

1. Seorang perempuan telah dapat melahirkan segera setelah ia mendapat haid yang pertama. Kesuburan seorang perempuan terus berlangsung sampai ia mati haid (menopause).

2. Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya resikonya paling rendah untuk ibu dan anak adalah antara 20 – 35 tahun.

3. Persalinan yang pertama dan kedua resikonya paling rendah. 4. Jarak antara kelahiran sebaiknya 2 – 4 tahun.

5. Berdasarkan faktor – faktor tersebut diatas, dapat dibuat perencanaan keluarga dan pemilihan kontrasepsi yang rasional.

(18)

2.11 Faktor yang Memengaruhi Status Penggunaan MKJP

Beberapa hal yang merupakan faktor sehingga wanita pasangan usia subur tidak menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang antara lain:

2.11.1 Umur

Umur pada wanita subur berhubungan erat dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang umur dalam pengaruhnya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor instrinsik. Umur berpengaruh dengan struktur, organ fungsi, organ komposisi biokimiawi dan system hormonal. Pada suatu periode umur tertentu dapat menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan seperti pada peneltian sebelumnya yang menyebutkan adanya perbedaan umur dalam pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.

Pada penelitian Putri (2014) di Polindes Tebalo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel umur responden pengguna Non MKJP sebagian besar berumur 20–30tahun dan pengguna MKJP sebagian besar berumur >30 tahun. Terdapat pengaruh umur responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS dalampenggunakan MKJP. Pada penelitian Anita (2014) di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud, responden berumur > 30 tahun lebih banyak memilih MKJP dibandingkan dengan responden menggunakan Non MKJP.

Nasution (2011) dan penelitian Maryani (2013) yang menyatakan bahwa pemakai MKJP sebagaian besar digunakan oleh wanita yang berusia > 30 tahun. Menurut Nasution (2011) bahwa usia > 35 tahun merupakan usia yang rawan dan berisiko untuk hamil sehingga dengan menggunakan MKJP lebih aman dan lebih

(19)

efektif mencegah kehamilan. Bagi ibu yang berusia kurang dari 35 tahun dan memiliki anak lebih dari 2 sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi MKJP, hal ini menghindari drop out yang tidak diinginkan, mengingat ibu termasuk usia muda dan kurun waktu bereproduksi masih cukup panjang.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Friska (2015), di wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan umur ibu dengan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden baik Non-MKJP maupun MKJP berumur 20-35 tahun oleh karena itu tidak ada perbedaan umur dalam penggunaan alat kontrasepsi MKJP dan Non MKJP di daerah tersebut.

2.11.2 Jumlah Anak

Jumlah anak adalah keseluruhan jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang ibu. Jumlah anak hidup yang dimiliki seorang ibu, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil keputusan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai (Fienalia, 2012). Pada penelitian Dewi dan Notobroto (2014) terdapat pengaruh jumlah anak seseorang dengan rendahnya keikutsertaan PUS dalam penggunaan MKJP, responden pengguna non MKJP sebagian besar memiliki anak >4 dibandingkan dengan responden pengguna MKJP yang memiliki anak ≤2.

Pada penelitian Nasution (2011) yang dilakukan di 6 Provinsi di Indonesia memperoleh bahwa jumlah anak miliki hubungan dengan penggunaan MKJP di Provinsi Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku

(20)

dan Papua. Hasil penelitian menyatakan bahwa pasangan usia subur dengan jumlah anak 0-2 berpeluang lebih tinggi tidak menggunakan MKJP dibandingkan dengan pasangan usia subur yang memiliki anak 3 atau lebih di 6 Provinsi di Indonesia yang menjadi tempat penelitian.

Diharapkan pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dan mempunyai efektifitas yang tinggi (MKJP) hal ini untuk menghindari jumlah anak lebih banyak lagi yang tidak diinginkan, kemudian pasangan yang mempunyai anak lebih sedikit dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi yang efektif juga dan mempunyai masa pakai cukup lama untuk mengatur jarak kelahiran yang aman (BKKBN, 2014).

2.11.3 Pengetahuan A. Pengertian pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Kemudian Notoatmodjo (2011) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.

(21)

Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai karena wawasan sudah lebih baik, sehingga kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan menganai penggunaan metode/alat kontrasepsi. Pengetahuan yang salah, khususnya mengenai alat kontrasepsi akan mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan seseorang (Andrianasti, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Friska (2015), menunjukkan bahwa mayoritas responden Non-MKJP memiliki pengetahuan kurang baik, berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang MKJP maka semakin tinggi pula kemungkinan ibu menggunakan MKJP. Sejalan dengan penelitian Putri dkk (2014) sebelumnya menyatakan tingkat pengetahuan responden kelompok pengguna non MKJP cenderung lebih kurang daripada kelompok pengguna MKJP. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS menggunakan MKJP.Responden dengan pengetahuan kurang memiliki risiko 16,848 kali tidak menggunakan MKJP dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.

(22)

2.11.4 Dukungan Suami

Menurut BKKBN (2011) dukungan suami sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam ber KB karena kenyataan yang terjadi dimasyarakat bahwa apabila suami tidak mengijinkan atau tidak mendukung hanya sedikit ibu yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi yang berjangka panjang seperti: Implan dan IUD.Bentuk dukungan suami dapat dikelompokkan menjadi: Dukungan emosional yaitumencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. (Ma’arifatul, 2015).

Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai. Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagainya akan berperan bagi istri saat akan atau telah memakai alat kontrasepsi (Musdalifah, 2013).

(23)

2.12 Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Umur

Jumlah Anak Pengetahuan

Dukungan Suami

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Umur

Referensi

Dokumen terkait

• Komitmen yang kuat dari pihak pimpinan universitas untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengabdian pada masyarakat ditunjukkan dengan dilakukannya berbagai

Surat Keterangan yang menyatakan bahwa bakal calon yang bersangkutan bukan sebagai pelaku kejahatan yang berulang dari Kepolisian sesuai tingkatannya..

Menurut Pretty dan Guijt dalam Mikkelson (2001) menjelaskan implikasi praktis dari pendekatan ini: “Pendekatan pembangunan partisipasi harus dimulai dengan orang-orang yang

Sementara secara konseptual, relevansi peace education dengan pendidikan kewarganegaraan, ditinjau dari dimensi dimensi tujuan, dimensi kurikulum, dimensi materi, dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Numbered Heads Together efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 3 Panjunan

Peurser, Strategi Van de Cultuur , diterjemahkan oleh Dick Hartoko, dengan judul; Strategi Kebudayaan (Cet.. Setelah beberapa abad Sayyid Abdul Wahid pertama kali menanamkan

1. Mengasumsikan kerapatan bahan, jumlah jari-jari, radius-dalam hub, radius-luar hub dan radius-luar rim benda putar. Mengasumsikan radius-dalam rim. Menghitung panjang pendekatan

Berkaitan dengan kondisi tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien antar jenis terapi antipsikotik yang