• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENERAPAN

SISTEM POIN (REWARD & PUNISHMENT) DAN DISIPLIN

SISWA MTS ANNAJAH, PETUKANGAN SELATAN,

PESANGGRAHAN, JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

NUR FITRIYANI NIM 1110011000076

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Nur Fitriyani (NIM: 1110011000076). Hubungan Persepsi Siswa Tentang Penerapan Sistem Poin (Reward & Punishment) Dan Disiplin Siswa MTs Annajah, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Disiplin merupakan lapis terluar dari suatu sistem pendidikan di sekolah sedangkan lapis terdalamnya adalah kualitas. Dengan disiplin, sekolah akan mendapatkan kewibawaan dengan mudah dilihat dari sikap atau tingkah laku guru dan para siswanya. Kepala sekolah, guru dan segenap pelaksana pendidikan adalah ujung tombak pengemban misi pendidikan nasional yang berkarakter melalui berbagai terobosan inovatif. Sistem poin (reward & punishment) merupakan alternatif dalam upaya menegakkan disiplin disekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa, untuk mengetahui disiplin siswa setelah diterapkannya sistem poin (reward & punishment) serta bagaimana penerapan sistem poin (reward & punishment) di MTs Annajah Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Annajah Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan dan mengambil sampel dengan teknik purposive sampling. Sample dalam penelitian ini berjumlah 41 responden siswa kelas IX 1 dan IX 4 Tahun Ajaran 2012 – 2013.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, karena dalam mengumpulkan data dan penafsirannya menggunakan rumus-rumus statistik disertai dengan tabel, bagan, gambar dan lainnya, Penghimpunan data menggunakan angket, studi dokumen, observasi, dan wawancara. Setelah data angket diperoleh maka selanjutnya menghitung kedua variabel tersebut menggunakan rumus product moment. Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memperoleh hasil dengan angka korelasi sebesar 0, 552 yang berarti terdapat korelasi positif sedang atau cukup antara persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa MTs Annajah Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

(7)

ii

ABSTRACT

Nur Fitriyani (NIM: 1110011000076). The Correlation between Students’ Perception about the Implementation of Point System (Reward & Punishment) and the Students’ Discipline at MTs Annajah, South Petukangan, Pesanggrahan, South Jakarta.

Discipline is the surface of educational system. The essential one is its quality. School can easily be perceived from the way how its students and its teachers behave. Principal, teacher, and the entire educational stakeholder are the frontline that hold national education mission character based through a number of innovation. Reward and Punishment system is one way to empower discipline at schools.

This study aims to know whether is there any significant correlation between students’ perception of Reward and Punishment system towards students’ discipline-to know the degree of students’ discipline after the system being implemented at their school. Also, this study aims to know how the implementation of Reward and Punishment system at MTs Annajah South Petukangan, Pesanggrahan, South Jakarta.

This study has been conducted in MTs Annajah. Its sample is taken by using purposive sampling technique. Counted, the sample is 41 respondents of Class IX 1 and Class IX 4 of 2012-2013 year study.

This study used quantitative method because in the process of collecting data and the interpretation, it applied statistics formula with table, picture, etc. The collecting of the data used questionnaire, document study, observation, and interview. After the data has been collected, the next step is counting two variables of the data by using product moment formula. The result of this study is that the score of the correlation is 0, 552 that means positive correlation is in medium or enough between students’ perception and the implementation of Reward & Punishment with students’ discipline of MTs Annajah South Petukangan, Pesanggrahan, South Jakarta.

Keyword : Implementation of Point System (Reward & Punishment), Students’ Discipline.

(8)

iii

Karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Penerapan Sistem Poin (Reward &

Punishment) Dan Disiplin Siswa MTs Annajah, Petukangan Selatan,

Pesanggrahan, Jakarta Selatan”

Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1.

Tentunya dalam proses pengerjaan skripsi ini banyak melibatkan dukungan dan bimbingan berbagai pihak baik secara akademis, moral, motivasi dan lainnya. Karena itu perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang mendalam khususnya kepada:

 Bapak Ahmad Basuni, M. Ag. Drs. H sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 Papa dan Mama tersayang, Bapak Hidayat dan Ibu Syamsiah yang telah mengasuh dan mendidik penulis hingga saat ini. terimakasih atas dukungan serta doa-doanya. “Rabbigfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani shagira”

 Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Prof. Dr. Salman Harun dan Dr. Munzir Suparta, MA selaku penguji skripsi yang telah memberikan banyak saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.

(9)

iv

 Seluruh Dosen FITK dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis khususnya dan kepada mahasiswa umumnya.

 Drs. H Samunal Ghozi selaku kepala sekolah MTs Annajah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Annajah.  Bapak Nurhadi, S.Pdi selaku wakil kepala sekolah bagian kesiswaan yang

dengan ikhlas meluangkan waktu untuk menjelaskan tata tertib sistem poin dan memberikan banyak informasi tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) di MTs Annajah.

 Keluarga besar di Cilegon dan Bekasi, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang selalu memberikan motivasi sampai terselesainya skripsi ini.  Zezen Syukrillah, suamiku yang tanpa lelah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi serta pemberi semangat yang luar biasa dalam segala hal. Makasih suamiku….

 Sahabat-sahabat ku saroh, hani, vikri, teman-teman PPKT & P20AI Angkatan 2010 yang selalu berbagi dan saling memberi motivasi dalam menyusun skripsi.

 Keluarga besar lembaga pendidikan al-Qur’an (LPQ) qiraati masjid fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Pak Hadlir, Pak Mukmin, Pak Agung, Pak Ali dan semua teman-teman seperjuangan yang tidak disebutkan namanya. Penulis berharap pada akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat, walaupun memang penulis sadar masih banyak kekurangan didalamnya, tetapi harapan penulis adalah skripsi ini bisa menjadi bahan referensi bagi mereka yang membutuhkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun dari pembaca demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Jakarta, 16 Desember 2014

(10)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Sistem Poin (Reward & Punishment) ... 7

1. Pengertian Sistem Poin ... 7

2. Sosialisasi Sistem Poin ... 8

3. Implementasi Sistem Poin ... 9

B. Disiplin ... 17

1. Pengertian Disiplin ... 17

2. Urgensi Pembinaan Disiplin ... 20

3. Teknik Pembinaan Disiplin ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

(11)

vi

B. Metode dan Variabel Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data ... 28

2. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV:HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Madrasah ... 32

2. Persepsi Siswa tentang Penerapan Sistem Poin (Reward & Punishment) ... 43

3. Disiplin Siswa Setelah Diterapkan Sistem Poin (Reward & Punishment) ... 59

B. Analisis Data ... 68

C. Pengujian Hipotesis Penelitian... 73

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

E. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V

: KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 79

B. Implikasi... 79

C. Saran-saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(12)

vii

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen ... 28

Tabel 3.3 Variabel X (Penerapan Sistem Poin) ... 31

Tabel 3.4 Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 31

Tabel 4.1 Daftar Siswa Penerima Poin (Reward & Punishment) ... 46

Tabel 4.2 Tidak peduli dengan poin (pelanggaran) yang di terima ... 52

Tabel 4.3 Mendapat poin (pelanggaran) karena melakukan pelanggaran dengan sengaja ... 53

Tabel 4.4 Peraturan sistem poin (pelanggaran) membuat jera ... 53

Tabel 4.5 Termotivasi pada reward bagi siswa berprestasi dan disiplin ... 54

Tabel 4.6 Kesal/dendam kepada guru yang memberi siswa poin ... 54

Tabel 4.7 Guru langsung menghukum siswa jika melanggar peraturan ... 55

Tabel 4.8 Takut dimarahi orang tua apabila mendapat poin ... 56

Tabel 4.9 Terpaksa mematuhi peraturan supaya tidak mendapat poin ... 56

Tabel 4.10 Melapor kepada guru/wali kelas bila melihat teman melanggar peraturan ... 57

Tabel 4.11 Mematuhi peraturan sistem poin yang ditetapkan oleh sekolah... 57

Tabel 4.12 Guru saling bekerja sama dalam menerapkan peraturan sistem poin .. 58

Tabel 4.13 Senang kepada siswa/i yang mematuhi peraturan dan berusaha meneladaninya ... 59

Tabel 4.14 Terlambat datang ke sekolah ... 61

Tabel 4.15 Keluar ruangan/ kelas saat KBM berlangsung karena mengantuk atau bosan ... 61

Tabel 4.16 Mengobrol dan bercanda saat sholat dhuha ... 62

Tabel 4.17 Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah... 62

Tabel 4.18 Menimbulkan kegaduhan ketika KBM berlangsung ... 63

Tabel 4.19 Senang berteman dengan siswa yang sering melanggar peraturan ... 64

(13)

viii

Tabel 4.21 Keluar kelas untuk membeli minum/makanan saat KBM ... 65

Tabel 4.22 Pulang sekolah langsung mengerjakan PR ... 65

Tabel 4.23 Berkelahi/bertengkar dengan teman pada jam istirahat ... 66

Tabel 4.24 Kurang memperhatikan guru saat mengajar ... 67

Tabel 4.25 Belajar kelompok dengan teman setelah pulang sekolah ... 67

Tabel 4.26 Kurang menghargai waktu di sekolah ... 68

Tabel 4.27 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel X (Penerapan Sistem Poin) ... 69

Tabel 4.28 Distribusi frekuensi skor variabel X (Penerapan sistem poin) ... 70

Tabel 4.29 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 71

Tabel 4.30 Distribusi frekuensi skor variabel Y (Disiplin Siswa) ... 72

Tabel 4.31 Nilai Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y ... 73

(14)

ix

MTs Annajah ... 45

Gambar 2: Siswa-siswa dikenakan poin (punishment) dan sanksi sholat di lapangan

karena bercanda saat shalat dhuhur berjamaah ... 50

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket

Lampiran 2 Skor Butir Soal

Lampiran 3 Wawancara

Lampiran 4 Tata Tertib Sekolah Sistem Poin

Lampiran 5 Daftar Siswa Penerima Poin Pelanggaran/ Reward

Lampiran 6 Surat Panggilan Orang tua

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 9 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment Lampiran 10 Lembar Uji Referensi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini banyak kita jumpai berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari masalah ekonomi, sosial, pendidikan dan masih banyak lagi. Dalam segi pendidikan di Indonesia, masalah-masalah yang timbul masih sangat banyak. Salah satunya yaitu masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja di sekolah.

Masa remaja disebut juga adolescene, yang dalam bahasa latin berasal dari kata adolescere, yang berarti “to grow into adulthood”. Adolesen merupakan masa transisi (peralihan) dari masa anak-anak ke masa dewasa, dimana terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis dan sosial.1 Pada saat masa peralihan seperti ini, cara berpikir remaja cenderung labil. Mereka sering mengikuti tingkah teman sebayanya, tanpa berpikir benar atau salah. Yang terpenting adalah kepuasan pada diri mereka.

Banyak perilaku menyimpang anak atau siswa seperti tawuran pelajar, narkotika, seks bebas, membolos sekolah, aborsi, berbohong, tidak punya sopan santun dianggap sebagai kesalahan dalam penerapan strategi pendidikan. Salah satu faktanya adalah proses pembelajaran masih sangat dominan atau fokus pada penguasaan materi, sementara pembentukan karakter siswa kurang mendapat perhatian.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 3 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

1 Syamsu Yusuf L.N dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2011), h. 77.

(17)

2

demokratis serta bertanggung jawab.2 Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 ini bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.3

Lembaga pendidikan sekolah (lembaga formal) merupakan tempat dimana terjadinya interaksi edukatif antara dua insan yang secara teoritis memiliki pengetahuan yang berbeda dan saling berkomunikasi antara kedua subjek tersebut (guru dengan murid). Keberhasilan pendidikan merupakan warna kehidupan dinamis. Dalam menuju keberhasilan pendidikan salah satunya diperlukan suatu aturan untuk mengembangkan potensi yang ada, juga mengantisipasi hambatan yang menjadi ancaman bagi tercapainya tujuan pendidikan secara optimal.4

Untuk menciptakan sekolah yang berkualitas diperlukan iklim sekolah yang kondusif. Salah satu iklim yang memungkinkan berlangsungnya suatu proses pendidikan berjalan dengan efektif sebagaimana yang diharapkan semua pihak adalah tegaknya disiplin sekolah. Disiplin sekolah yang berwibawa dan ditaati oleh semua komponen pendidikan, terutama oleh siswa merupakan kata kunci untuk membentuk sekolah yang berkualitas.5

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Disiplin tidak bisa terbentuk secara instan. Dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat dalam diri seorang anak. Oleh karena itu,

2 Undang-Undang R.I No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Peraturan Pemerintah R.I,

Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 6

3 Asep Mulyawan, “Pembentukan Karakter Anak Melalui Pembelajaran PAI”, Jurnal

Asy-Syukriyyah, (Tangerang: STAI Asy-Asy-Syukriyyah, 2012), h. 175.

4 Sayidati Umi Hanik, “Penegakan Disiplin Dalam Menunjang Kualitas Hasil Belajar Santri di

Pondok Pesantren Darunnajah”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 1-2.

5Yusransyah, Menegakkan Disiplin Siswa Melalui Sistem Poin Pelanggaran (Kartu Kuning),

15 Oktober 2013, (http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/08/menegakkan-disiplin-siswa-melalui.html).

(18)

penanaman disiplin harus dilakukan sejak dini. Tujuannya adalah untuk mengarahkan anak agar meraka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa.6

Peranan disiplin di setiap lembaga pendidikan cukup bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan peraturan yang diterapkan dan kondisi masing-masing lembaga pendidikan. Setiap tempat memiliki Pembina atau pengasuh dan peserta didik yang berbeda. Perbedaan ini memberikan kemungkinan adanya perbedaan berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan.

Tata tertib sekolah merupakan suatu aturan yang dirancang untuk diikuti dan ditaati bersama, sebagai pengontrol dalam tindakan, mengingatkan, meningkatkan kedisiplinan, memberi motivasi untuk berbuat dan bertindak positif, menanamkan kecintaan dan rasa memiliki terhadap sekolah, patokan dan acuan dalam setiap tindakan.

Dalam kenyataannya, tata tertib sekolah saat ini banyak sekali yang diabaikan oleh para siswa. Munculnya ketidakdisiplinan peserta didik atau pelanggaran aturan tata tertib menunjukkan adanya kegagalan dalam sebuah institusi pendidikan dalam upaya mendisiplinkan peserta didiknya. Faktor disiplin sekolah sangat membantu kesungguhan belajar anak. Jika suatu lembaga pendidikan kurang melaksanakan disiplin, sudah tentu anak-anak tidak akan serius dalam belajar.

Oleh karena itu dalam suatu lembaga pendidikan perlu untuk membuat suatu aturan yang menuntut kepada masyakatnya untuk mematuhi peraturan yang membentuk masyarakatnya untuk menjalankan kedisiplinan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta suatu keadaan yang diinginkan agar tercapai tujuan pendidikan.

Salah satu cara untuk membentuk kedisiplinan peserta didik di sekolah adalah dengan menerapkan sistem poin. Sistem poin (reward & punishment) merupakan suatu usaha alternatif yang lakukan pihak sekolah sebagai upaya

6 Ngainun Naim, Character Building (Optimalisasi peran Pendidikan dalam Pengembangan

(19)

4

untuk menegakkan disiplin. Sistem poin berisi jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan peserta didik dalam hal kehadiran, kerapihan, akhlak atau perilaku dan kedisiplinan beserta sanksi yang diterima (punishment) dan penghargaan (reward) yang berupa angka-angka.

Jumlah poin yang diberikan berbeda-beda tergantung kebijakan sekolah tersebut. Seperti mulai dari 5-300 atau 10-500 poin. Lalu jumlah pemberian poin pada tiap siswa pun tergantung pelanggaran apa yang dilakukan oleh siswa tersebut. Seperti mulai dari pelanggaran yang ringan, biasanya jumlah poin pelanggaran yang akan diberikannya pun sedikit, begitu pula sebaliknya, jika pelanggaran yang dilakukan termasuk berat maka biasanya jumlah poin yang akan diberikannya pun biasanya lebih banyak. Bahkan hingga jumlah tertinggi pada tingkatan poin di sekolah tersebut, jika pelanggarannya memang sangat berat seperti pemerkosaan, mabuk, pembunuhan dan lain-lain.7

Sekolah atau madrasah yang memberlakukan sistem poin salah satunya adalah Madrasah Tsanawiyah Annajah. MTs Annajah adalah salah satu sekolah menengah pertama yang berada di kecamatan Ciledug no 10 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.

Atas dasar latarbelakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkatnya dalam judul skripsi “Hubungan Persepsi

Siswa Tentang Penerapan Sistem Poin (Reward & Punishment) Dan Disiplin Siswa Mts Annajah, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Dalam menempuh proses belajar di MTs Annajah banyak sekali kendala yang dihadapi oleh para guru maupun siswa, salah satu hal tersebut ialah mengenai kedisiplinan. Kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Ada beberapa siswa yang belum memahami peraturan sistem poin.

7 Muhammad Alfian Widiyanto, Pemberlakuan Sistem Poin Pada Pelanggaran Siswa, 17

Januari 2012, (http://warsinem-orenoren.blogspot.com/2012/01/pemberlakuan-sistem-poin-pada.html).

(20)

2. Ada beberapa siswa yang belum sadar akan pentingnya disiplin sehingga mereka merasa tertekan dengan peraturan yang telah ditetapkan di sekolah.

3. Terdapat beberapa siswa yang tidak menaati peraturan sehingga kondisi menjadi kurang tertib.

4. Banyak siswa yang tidak peduli dengan peraturan sistem poin, sehingga poin dan sanksi yang diterima siswa tidak menimbulkan efek jera.

C. Pembatasan Masalah

Setelah masalah-masalah dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, mengingat begitu luasnya pembahasan, maka pembahasan skripsi ini hanya dibatasi pada persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) meliputi pemahaman siswa tentang sistem poin dan kesadaran siswa dalam mengikuti sistem poin, sedangkan disiplin siswa meliputi pemahaman siswa terhadap kedisiplinan, ketaatan siswa dalam mematuhi peraturan sekolah, keteraturan siswa dalam belajar serta kesungguhan siswa dalam belajar pada siswa kelas IX MTs Annajah.

D. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1.

Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Seberapa besar hubungan persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa MTs Annajah?

2.

Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) yang diberlakukan di MTs Annajah?

(21)

6

b. Bagaimana disiplin siswa setelah diberlakukannya sistem poin (reward & punishment) di MTs Annajah?

c. Bagaimana hubungan persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa MTs Annajah?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) di MTs Annajah.

2. Untuk mengetahui disiplin siswa setelah diberlakukan sistem poin (reward & punishment) di MTs Annajah .

3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa di MTs Annajah.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini di harapkan memberi manfaat dan masukan berharga bagi pihak-pihak terkait diantaranya:

1. Bagi Guru atau Pembimbing

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi guru untuk mengetahui bahwasanya penerapan peraturan dapat menegakkan kedisiplinan serta menunjang kualitas pembelajaran.

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat lebih memahami manfaat dan pentingnya penegakkan disiplin dalam menunjang kualitas belajar siswa

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat memberikan informasi pada pihak-pihak yang membutuhkan.

(22)

7

A. SISTEM POIN (REWARD & PUNISHMENT)

1.

Pengertian Sistem Poin (Reward & Punishment)

Sistem berasal dari bahasa yunani, system. Sistem menurut Shore & Voich ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian. Gerald mendefinisikan sistem ialah tata cara kerja yang saling berkaitan dan bekerja sama membentuk suatu aktifitas atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem menurut bagart ialah sekelompok elemen-elemen yang saling berkaitan secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.8

Sistem poin merupakan suatu alternatif yang dapat diberlakukan di sekolah sebagai upaya untuk menegakkan disiplin. Sistem ini mengharuskan agar setiap pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh para siswa diberikan kartu kuning (peringatan) yang memiliki tingkatan poin pelanggaran sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan siswa.

Pemberian kartu kuning dalam pemberlakuan sistem poin pelanggaran sebenarnya merupakan penggabungan teori pemberian hukuman yang dikemukakan Schaefer dan teori belajar yang menyenangkan dalam teori PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Schaefer (1996: 99-107) mengemukakan dua puluh pedoman dalam menjatuhkan hukuman kepada siswa yang melanggar disiplin sekolah. Dari dua puluh pedoman tersebut, terdapat enam pedoman yang mengilhami pemberlakuan sistem poin pelanggaran seperti berikut ini.

a. Hukuman itu harus jelas dan terang.

8 Husaini Usman, Manajemen (Teori, Praktek dan Riset Pendidikan), (Jakarta: Bumi Aksara,

(23)

8

b. Hukuman harus konsisten.

c. Hukuman diberikan dalam waktu secepatnya. d. Bentuk-bentuk hukuman yang diberikan sebaiknya

melibatkan siswa.

e. Pemberi hukuman harus objektif. f. Hukuman sebaiknya tidak bersifat fisik.

Siswa dapat diberi poin apabila dia melanggar tata tertib sekolah selama mereka:

a. Berada dalam lingkungan sekolah, baik ketika sedang belajar, waktu istirahat, waktu ibadah, atau waktu berada di lingkungan kantin sekolah.

b. Memakai pakaian seragam sekolah, termasuk dalam perjalanan, baik ketika pergi sekolah maupun dalam perjalanan sepulang dari sekolah.

c. Berada di lingkungan sekolah di luar jam belajar resmi, termasuk pada kegiatan les (pengayaan) di sore hari atau pada kegiatan ekstrakurikuler yang ditentukan sekolah. 9

2.

Sosialisasi Sistem Poin (Reward & Punishment)

Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dalam menyukseskan penerapan sistem poin di sekolah adalah dengan mensosialisasikannya dengan tepat terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap orang tua peserta didik. Sosialisasi ini penting, terutama agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami aturan dan tata tertib sekolah, serta sistem poin (reward & punishment) yang akan diimplementasikan.

Sosialisasi bisa dilakukan langsung oleh kepala sekolah atau guru yang ahli dalam hal ini seperti guru BK dan lainnya. Sebaiknya dalam sosialisasi juga dihadirkan atau diundang komite sekolah, bahkan bila memungkinkan seluruh orang tua, agar mendapat masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi sistem poin.

(24)

Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar peraturan sistem poin yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal, karena sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan penerapan sistem poin.. setelah sosialisasi, kemudian diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyukseskan implementasi sistem poin di sekolah.10

3.

Implementasi Sistem Poin (Reward & Punishment)

Pelaksanaan Sistem Poin (Reward & Punishment) di sekolah sebenarnya sangat sederhana. Setiap siswa yang berprestasi/ siswa yang melakukan pelanggaran diberi skor angka oleh guru dengan menulis nama, kelas, jenis pelanggaran/ prestasi serta skor poin (Reward & Punishment) di buku daftar siswa penerima poin. Kemudian buku poin (Reward & Punishment) tersebut diserahkan kepada Wali Kelas untuk direkapitulasi pada buku rekapitulasi poin yang disediakan sekolah.

Setelah dilakukan rekapitulasi pada setiap akhir semester, siswa yang mendapatkan skor pelanggaran melebihi batas maksimal maka akan dilakukan pemanggilan orang tua, skorsing atau bahkan sampai kepada pemberhentian (drop out). Sedangkan siswa yang disiplin dan berprestasi baik akademis maupun non akademis maka akan mendapatkan poin reward dari sekolah dan preveleg dengan tidak mengikuti remedial pada bidang studi tertentu.

Terdapat korelasi antara sistem poin (Reward & Punishment) dengan Firman Allah Q.S Al An’am ayat 160:

10

(25)

10



































“Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (Q.S Al An’am: 160)

Dalam Surat Al An’am ayat 160, Yusuf Mansur mengibaratkan amal kebaikan dengan sedekah. Maka ia mensimulasikan hitung-hitungan sedekah terkait penambahan dan pengurangan seperti berikut ini.

Sedekah Pahala Jumlah

10-1 9 + (10x1) 19 10-2 8 + (10x2) 28 10-3 7 + (10x3) 37 10-4 6 + (10x4) 46 10-5 5 + (10x5) 55 10-6 4 + (10x6) 64 10-7 3 + (10x7) 73 10-8 2 + (10x8) 82 10-9 1 + (10x9) 91 10-10 0 + (10x10) 100

Intinya, setiap kita mengerjakan kebaikan 1 kali, maka akan mendapat ganti 10 kali dan orang yang melakukan kejahatan maka dia

(26)

tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya. Sedangkan Firman Allah dalam Surat Al Baqarah: 261 berbunyi:



















































”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Q.S Al Baqarah: 261).

Sedekah Pahala Jumlah

10-1 9 + (700x1) 709 10-2 8 + (700x2) 1408 10-3 7 + (700x3) 2107 10-4 6 + (700x4) 2806 10-5 5 + (700x5) 3505 10-6 4 + (700x6) 4204 10-7 3 + (700x7) 4903 10-8 2 + (700x8) 5602 10-9 1 + (700x9) 6301 10-10 0+ (700x10) 7000

Dengan mengetahui rumusan matematika Yusuf Mansur tersebut membuat kita semakin yakin bahwasannya tidak ada ruginya berbuat

(27)

12

kebaikan sekecil apapun itu sebagiaman kita harus menghindari amalan jahat karena ada balasannya juga.11

Selanjutnya Rasulullah SAW adalah sosok edukator yang terkadang memberi metode pembelajaran dengan nasehat atau peringatan. Dimana banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari nasehat-nasehat beliau dan orasi-orasi ilmiah beliau. Metode pengajaran Rasulullah SAW yang lain adalah memberikan dorongan (motivasi) kepada para pendengar (sahabat) untuk mencintai (melakukan) amal kebaikan dan menjauhkan dari berbuat jahat. Ketika memberikan motivasi, biasanya beliau menyebutkan pahala dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh apabila kebajikan tersebut dilaksanakan.12

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah reward diartikan sebagai ganjaran atau hadiah (sebagai pembalas jasa), dan hukuman diartikan balasan. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ganjaran dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun balasan yang buruk. Sementara dalam bahasa Arab ganjaran diistilahkan dengan tsawab. Kata tsawab banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, khususnya ketika kitab suci ini membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh seseorang , baik di dunia maupun di akhirat dari amal perbuatannya.

Sebagaimana Firman Allah SWT:































Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S An-Nisa: 134).

Konsep reward dan punishment ini juga dikenal dalam ajaran agama. Dalam Islam misalnya, diajarkan tentang adanya surga dan

11 (http://sedekaholic.blogspot.com/2012/09/matematika-sedekah-yusuf-mansur.html)

12 Abdul Fattah Abu Guddah, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah SAW,

(28)

neraka. Siapa saja yang melakukan amal buruk atau mengingkari ajaran Allah Swt. adalah dosa (diberi punishment). Sedangkan siapa saja yang melakukan amal baik dan mematuhi perintah serta meninggalkan larangan-Nya, akan diberi pahala atau reward. 13

Secara tabiat, semua manusia menyukai apresiasi (imbalan), karena apresiasi menguatkan perasaan bahwa seseorang telah berlaku benar, memunculkan rasa bahagia dalam jiwa dan memunculkan rasa bahwa ia disukai secara sosial. Biasanya ini muncul ketika seseorang sedang meraih kesuksesan atau prestasi.14

Hadiah merupakan kenang-kenangan, penghargaan dan penghormatan. Hadiah juga dapat berarti ganjaran, yang diartikan sebagai upaya memberikan sesuatu yang menyenangkan (penghargaan) bagi peserta didik yang berprestasi baik dalam belajar maupun berperilaku. Melalui pemberian hadiah, diharapkan peserta didik dapat mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya.

Kemudian dari pengertian hadiah dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemberian hadiah adalah untuk memotivasi peserta didik agar mereka berperilaku sesuai dengan tata tertib. Berbagai bentuk hadiah yang biasanya diberikan oleh guru seperti ucapan selamat dan penghargaan dalam bentuk sertifikat.15

Pujian juga memiliki dua sisi: positif dan negatif. Karenanya perlu cara yang bijak untuk memuji anak. Pertama-tama yang harus disadari adalah bahwa pujian harus diberikan dalam jumlah dan kadar secukupnya saja. Kalau tidak, anak akan menganggap bahwa pujian yang guru berikan justru melecehkan mereka. Selain itu pujian yang tidak selektif pada akhirnya akan menghilangkan kesempatan bagi guru untuk

13 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media,2011), h. 269-270.

14 Muhammad Nabil Kadzim, Mendidik Anak Tanpa Kekerasan, (Jakarta: Al – Kautsar, 2009),

h. 9.

15 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas (Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang

(29)

14

memotivasi anak, karena tidak lagi menjadi senjata yang cukup ampuh untuk guru gunakan.16

Meskipun penghargaan bermanfaat, penghargaan ini harus dilihat sebagai strategi jangka pendek, langkah menuju motivasi diri. Penghargaan biasanya hanya memberi hasil dalam jangka pendek dan dapat membantu siswa-siswa yang memerlukan peningkatan kemampuan, terutama jika mereka mendapati tugas tertentu yang sangat menantang. Penghargaan juga harus dapat diraih dan siswa harus menganggap penghargaan tersebut penting. Yang sangat ideal ialah penghargaan apapun dinegoisasikan dahulu dengan siswa.17

Dalam literatur Islam, istilah hukuman sepadan dengan istilah „iqab, jaza dan „uqubah. Kata „iqab dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 20 ayat. Kata ini biasanya diikuti dengan kata syadid yang berarti keras, sangat, amat, yang mengarah kepada tindakan Allah atas perilaku negatif yang dilakukan hamba-Nya. Seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam Firman-Nya:































(keadaan mereka) adalah sebagai Keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. dan Allah sangat keras siksa-Nya. (Q.S Ali Imran:11).

Pemberian hukuman dalam konteks pendidik bertujuan untuk memberikan efek jera dan mencegah berlanjutnya perilaku negatif peserta didik.18

16 Tim Pustaka Familia, Mempertimbangkan Hukuman pada Anak, (Yogyakarta: Kanisius,

2007), h. 84 – 85.

17Gavin Reid, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, Terj. dari Motivating

Learners in the Classroom: Ideas and Strategies oleh Hartati Widiastuti, (Jakarta: Indeks, 2009), h.

20.

(30)

Tokoh pendidikan Islam, Abdurrahman An-Nahlawi menyebut hukuman dengan tarhib yang berarti ancaman atau intimidasi terhadap seseorang karena melakukan perilaku yang dilarang. Kemudian Amir Daien Indrakusuma mengartikan hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada peserta didik secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan efek jera. Tujuannya agar peserta didik menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya.

Sementara Ngalim Purwanto mendefisinikan hukuman sebagai penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seorang guru sesudah terjadi suatu pelanggaran atau kesalahan.

Beberapa macam hukuman yang umumnya diberikan guru kepada peserta didiknya sebagai berikut.

a. Menatap tajam peserta didik. b. Menegur peserta didik.

c. Menghilangkan priveleg (hak-hak istimewa). d. Memberikan skor pelanggaran.19

Hukuman memang tidak selalu dapat dipahami anak. Hukuman yang tidak disertai dengan penjelasan tentang kesalahan yang telah dilakukan anak, tujuan pemberian hukuman, dan pemberian hkuman yang tidak relevan dengan kesalahan anak atau siswa, tidak jarang justru menyisakan luka di dalam hati. Hukuman yang demikian tidak akan meningkatkan kesadaran anak terhadap kesalahan yang telah dilakukan

sehingga anak cenderung mengulangi perbuatan karena

ketidaktahuannya.

Hukuman tidak selamanya efektif dan mencapai tujuan yang diharapkan. Hukuman yang dimaksudkan membuat anak menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatannya, tidak jarang menurunkan harga diri anak, menimbulkan dendam dan kebencian yang mendalam. Ada beberapa cara yang diusu7lkan oleh penulis misalnya memberikan hukuman yang bersifat mendidik, yang dilandasi oleh cinta kasih, bukan

(31)

16

pelampiasan emosi orang tua atau guru, dan bersifat menanamkan disiplin.20

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa hukuman adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan yang dilakukan oleh anak. Dengan kata lain, hukuman berperan mengajarkan apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang semestinya dilakukan. Hukuman yang dirasa efektif untuk pelanggaran yang dilakukan anak didiknya adalah hukuman yang tak hanya proporsional, namun juga membuat anak merasa “rugi” secara intelektual akibat kesalahan yang diperbuatnya. Jenis hukuman tersebut antara lain adalah mengerjakan tugas dua kali lipat, pemberian tugas di kelas lain, denda 10 kali lipat, dan pada kesalahan yang tak tertolelir lagi, tekanan dari orang tua pun harus dihadirkan.

Disisi lain, tidak dapat dipungkiri, bagi beberapa anak, hukuman non fisik dirasa terlalu lunak sehingga mereka merasa tidak khawatir jika melanggar peraturan karena hukumannya juga “ringan”. Misalnya siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah, ketika ditanya apa konsekuensi untuk pelanggaran yang dilakukannya. Ia menjawab, “hanya disuruh mengerjakannya di luar kelas.”

Jika hukuman yang diterapkan dirasa tidak begitu membawa pengaruh pada perubahan perilaku anak, mungkin inilah saat yang tepat untuk menjatuhkan hukuman yang lebih “berat”. Maksudnya, hukuman yang diberikan mesti lebih bisa memberikan tekanan psikologis pada siswa yang melanggar. Cara yang cukup efektif adalah dengan mengkomunikasikan pelanggaran anak kepada orang tuanya. Biasanya perubahan dalam diri anak akan cepat sekali karena dia akan mendapatkan tekanan dari dua pihak yaitu orang tua di rumah dan guru di sekolah.21

Hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting dalam mengubah perilaku seseorang. Hukuman jika diberikan secara tepat

20 Tim Pustaka Familia. op. cit. h. 8 – 9. 21

(32)

dalam menghadirkan sebuah stimulus yang memunculkan perilaku tidak pantas dapat menyebabkan subjek melakukan sesuatu yang berbeda.22 Memang jika dikomparasikan, hukuman dan hadiah merupakan sesuatu yang berlawanan, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Jika ada hukuman, sudah tentu ada hadiah.

Pemberian hadiah dan sanksi dalam pendidikan adalah sesuatu yang wajib ada. Allah SWT melakukan pemberian hadiah dan sanksi bagi hamba-Nya dalam rangka mendidik. Tetapi Nabi SAW melarang memberikan sanksi pukulan pada bagian wajah karena wajah merupakan anggota badan paling mulia dan terhormat. Jika satu pukulan saja mengenai wajah, tentu akan menimbulkan kebencian dan rasa dendam. Begitu pula sebaliknya dalam memberi hadiah perlu dibatasi atau jangan berlebihan agar tidak mengubah niat murni siswa dalam berbuat kebaikan, yaitu niat mendapatkan ridha Allah SWT.23

Pada praktiknya, untuk membina kedisiplinan peserta didik, guru harus menggunakan hukuman dan hadiah sebagai alat lunak (software) pendidikan secara seimbang. Pemberian hukuman yang berlebihan akan membuat peserta didik ketakutan dan tidak betah di sekolah. Sementara pemberian hadiah secara berlebihan dapat menjadikan peserta didik bersikap manja.

B. DISIPLIN

1.

Pengertian Disiplin

Menurut kamus bahasa Arab-Indonesia, disiplin diambil dari kata yang artinya menjadi tersusun, teratur, terangkum.24

22

Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 80.

23 Zaidah Kusumawati Dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Pendidik, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2011), h. 7 – 9.

24 A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka

(33)

18

Ditinjau dari asal katanya, kata disiplin berasal dari bahasa Latin discere yang berarti belajar. Dari kata ini kemudian muncul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Seiring perkembangan waktu, kata disciplina mengalami perkembangan makna. Kata disiplin sekarang ini dimaknai secara beragam. Ada yang mengartikan disiplin sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Ada juga yang mengartikan sebagi latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. 25

Ali Imron membagi disiplin menjadi tiga. Pertama disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat KBM berlangsung. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru serta tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru dapat dengan bebas memberikan tekanan kepada peserta didik agar peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.

Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive, menurut konsep ini peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya. Tata tertib dan aturan-aturan dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu baik. Dengan demikian, konsep permissive ini berlawanan dengan konsep otoritarian.

Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian memberikan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja,

25

(34)

tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive. Konsep ini umumnya dikenal dengan istilah konsep kebebasan terbimbing.26

Melihat definisi diatas, disiplin mempunyai arti yang luas daripada hukuman dan sanksi. Walaupun seringkali kita menghubungkan disiplin dengan hukuman, namun dengan peraturan dan tat tertib dimaksudkan untuk mencapai perbaikan dalam melakukan sebuah tindakan dan perubahan tingkah laku.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap mental yang menunjukkan kesediaan dan kemampuan untuk menaati serta melaksanakan suatu peraturan, ketentuan, nilai-nilai serta kaidah yang berlaku sehingga tercapai keseimbangan antara kehendak pribadi dengan lingkungannya.27

Sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 59:



























































Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa ayat 59)

Orang yang disiplin adalah orang yang dapat menahan diri, menguasai diri, patuh pada peraturan, nilai-nilai dan norma yang berlaku. Sikap seperti ini menunjukkan adanya rasa saling tanggung jawab. Seseorang yang disiplin akan melaksanakan tugas dengan baik dan penuh

26 Novan Ardy Wiyani, op. cit., h. 160 - 161. 27

(35)

20

dengan ketenangan, sekalipun tugas ini dirasa sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin.

2.

Urgensi Pembinaan Disiplin

Orangtua dan guru selalu memikirkan cara tepat menerapkan disiplin bagi anak sejak mereka balita hingga masa kanak-kanak dan sampai usia remaja. Tujuan disiplin adalah untuk mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa. Diharapkan, kelak disiplin akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil dan penuh kasih sayang.28

Para ahli mengemukakan ada tujuh prinsip dalam membina dan membangun disiplin anak, yaitu:

a. Hormati martabat/harga diri anak.

b. Bangun jiwa pro sosial, disiplin diri dan kepribadian. c. Tingkatkan partisipasi aktif anak.

d. Hormati kebutuhan tumbuh kembang dan kualitas hidup anak.

e. Hargai motivasi dan pandangan anak. f. Jamin rasa keadilan dan tegakkan hukum. g. Kembangkan semangat solidaritas.29

Dalam membina kedisiplinan pada peserta didik, guru sebagai manajer memiliki peran untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi teladan, sabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan kedisiplinan peserta didik, terutama disiplin diri. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut.

a. Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya. b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

28 Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, Terj. dari Raising

Preschoolers Parenting for Today oleh Lina Jusuf, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47.

29 Sugianto, “Pendidikan Islam Disiplin Tanpa Kekerasan”, Jurnal LEKTUR, (Cirebon:

(36)

c. Menggunakan pelaksanaan tata tertib sebagai media untuk menegakkan kedisiplinan.

Dengan kedisiplinan, peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti tata tertib dan menjauhi berbagai larangan. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sadar diterima guna memelihara kepentingan bersama. Hanya dengan menghormati tata tertib sekolah peserta didik dapat belajar menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkan kebiasaan dan mengendalikan diri. Inilah fungsi yang sebenarnya dari disiplin.

Fungsi utama disiplin adalah untuk mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik peserta didik perlu disiplin dan tegas. Disiplin perlu dibina pada diri peserta didik agar mereka dengan mudah dapat:

a. Memberikan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam pada dirinya.

b. Mengerti dengan segera untuk menjalankan kewajibannya dan mengerti larangan-larangan yang harus ditinggalkannya. c. Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan

yang buruk.

d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya peringatan dari orang lain.30

3.

Teknik Pembinaan Disiplin

Dalam rangka menyukseskan pendidikan, guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama disiplin diri (self discipline). Guru harus mampu membantu peserta didik untuk mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin.

Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni sikap demokratis,

30

(37)

22

sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut. Yakni dari, oleh dan untuk peserta didik. Sedangkan guru tut wuri handayani. Soelaeman (1985:77) mengemukakan bahwa guru berfungsi sebagai pengemban ketertiban, yang patut digugu dan ditiru, tapi tidak diharapkan sikap yang otoriter.31

Berdasarkan ketiga konsep disiplin yang telah dibahas, yaitu konsep otoritarian, permissive dan konsep terbimbing maka terdapat tiga macam teknik pembinaan disiplin antara lain:

a. Teknik external control

Teknik external control merupakan suatu teknik yang mana disiplin peserta didik haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik senantiasa terus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan destruktif dan tidak produktif.

b. Teknik internal control

Teknik internal control mengusahakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri. Dalam teknik ini peserta didik disadarkan akan pentingnya disiplin.

c. Teknik cooperative control

Dalam teknik cooperative control ini antara guru dengan peserta didik harus saling bekerja sama dengan baik dalam menegakkan disiplin. Guru dan peserta didik lazimnya membuat kontak perjanjian yang berisi peraturan yang disepakati bersama.32

C. Kerangka Berfikir

Kedisiplinan merupakan salah satu kunci yang mendukung suatu tujuan yang akan dicapai. Penerapan peraturan sistem poin jelas memiliki andil atau peran dalam upaya membentuk karakter disiplin siswa. Dengan pemberian poin

31 E Mulyasa, op. cit., h. 172 – 173. 32

(38)

berupa angka bagi siswa yang melanggar peraturan berikut sanksinya (punishment) akan membuat siswa menjadi lebih disiplin karena setiap pelanggaran yang mereka lakukan akan dicatat sehingga mereka tidak menyepelekan peraturan sekolah. Sedangkan poin (reward) diberikan bagi siswa yang berprestasi dan disiplin.

Pemberian hukuman berupa poin pada siswa yang melanggar tata tertib akan menimbulkan perasaan jera dan kesadaran moral. Karena poin akan diakumulasi setiap siswa melakukan pelanggaran dan siswa akan sadar dengan sendirinya bahwa sesungguhnya mereka bersalah telah melanggar tata tertib sekolah. Sehingga siswa yang mendapatkan poin akan mengontrol dirinya untuk tidak melanggar peraturan kembali. Kontrol diri inilah yang kemudian akan berubah menjadi kebiasaan. Jadi dengan diterapkannya sistem poin akan membuat siswa mempunyai kebiasaan tertib dan disiplin dalam segala hal.

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.33 Hal ini berarti hipotesis harus diuji dan tidak dituntut untuk benar, tetapi mengkaji sejauh mana kebenaran yang disediakan terhadap masalah yang diteliti. Walaupun demikian, dalam merumuskan hipotesis haruslah didasarkan pada sejumlah informasi yang meyakinkan.

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu:

Hipotesis Alternatif ( ) :Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa di MTs Annajah

Hipotesis Nol ( ) :Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa di MTs Annajah

33

(39)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Annajah, Jl. Ciledug Raya No. 10 Petukangan Selatan Pesanggrahan – Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian dari tanggal 02 September – 20 Desember 2013.

B. Metode dan Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, karena dalam mengumpulkan data dan penafsirannya menggunakan rumus-rumus statistik disertai dengan tabel, bagan, gambar dan lainnya, sehingga metode kuantitatif adalah metode yang tepat digunakan. Selain data yang berupa angka, dalam penelitian juga ada data berupa informasi kualitatif.

Istilah “Variabel” merupakan istilah yang tak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.34

“Variabel bebas” dan “variabel terikat” berasal dari ilmu matematika, dimana X ialah variabel bebas dan Y variabel terikat. Variabel independent yakni variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel independent biasa disimbolkan dengan variabel X. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel X adalah persepsi siswa tentang penerapan sistem poin. Sedangkan dependent variabel adalah variabel yang sedang dianalis tingkat keterpengaruhannya oleh variabel independent. Variabel dependent biasanya disimbolkan dengan Y. Yang merupakan variabel Y adalah karakter disiplin siswa.35

34

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 94.

35 Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research

(40)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya, dengan bahasa singkatnya populasi adalah seluruh subjek penelitian.36 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i MTs Annajah Petukangan Selatan berjumlah 150 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representative atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati.37 Adapun dalam penelitian ini yang menjadi sampel dari populasi terjangkau diambil dari kelas IX 1 dan IX 4, yakni 41 siswa tahun ajaran 2012-2013.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ilmiah, ketetapan memilih metode yang baik merupakan salah satu syarat keberhasilan penelitian dalam mengumpulkan data. Untuk itu penulis menggunakan beberapa teknik untuk mempermudah pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.38

Observasi merupakan alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan

36

Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 6.

37 Heny Narendrany Hidayati, Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: FITK

UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 9.

38

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), h. 76.

(41)

26

dan alat atau instrumen pengumpulan data

(angket/wawancara/observasi).39 b. Interview

Interview adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.40

Interview (wawancara) merupakan pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam, sehingga dapat menimbulkan hubungan pribadi. Penulis melakukan interview dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru BK dan siswa kelas IX MTs Annajah Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

c. Angket

Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Berbeda dengan wawancara yang dapat menilai secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket pengumpulan data akan jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga.41

d. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode – metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, foto-foto, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.42

39 Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Buku Panduan Wajib Bagi Para Pendidik),

(Jogjakarta: Diva Press, 2010), h. 63.

40 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.

186.

41 Anas Sudijono, op. cit., h. 84. 42

(42)

Adapun skor untuk butir pernyataan dalam angket dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positif (+) Negatif ( - )

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Sering 3 Sering 2

Jarang 2 Jarang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus:

df = N – nr df : Degree of freedom N : Number of case Nr : Banyaknya variabel

Dengan diperolehnya df atau db maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment taraf signifikansi 5%. Jika sama dengan atau lebih besar dari maka ( ) disetujui atau terbukti kebenarannya. Dan sebaliknya maka ( ) disetujui atau tidak terbukti kebenarannya.43

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

43 Aziz Rosdiansyah, “Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Pembinaan Disiplin Belajar Siswa

Kelas 2 MTs Muhammadiyah 1 Ciputat”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:,

(43)

28

mudah diolah. Variasi jenis instumen penelitian antara lain angket, ceklis, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan lainnya.44

Berikut ini kisi-kisi instrument yang digunakan untuk mengukur disiplin siswa dan juga untuk memberikan gambaran seberapa jauh instrument ini mencerminkan indikator variabel pembentukan disiplin siswa dengan sistem poin.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen

No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

1

Persepsi siswa tentang penerapan

sistem poin

Pemahaman siswa

terhadap sistem poin 2, 5, 6, 11 & 12 5 Kesadaran siswa dalam

mengikuti sistem poin

1, 3, 4, 7, 8, 9 &

10 7

2 Kedisiplinan siswa

Pemahaman siswa

terhadap kedisiplinan 18 & 25 2

Keteraturan siswa dalam belajar 14, 15, 17, 20 & 22 5 Kesungguhan siswa dalam belajar 13, 16, 19, 21, 23 & 24 6 Jumlah 25

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1.

Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data tentang angket, penulis menempuh cara sebagai berikut:

a. Editing

Mengedit adalah kegiatan memeriksa data yang terkumpul, apakah sudah terisi secara sempurna atau tidak, cara pengisiannya

44

(44)

sudah benar atau tidak. Yang belum lengkap atau belum benar pengisiannya dapat disisihkan untuk tidak ikut dianalisis atau menyempurnakannya dengan jalan melakukan pengumpulan data ulang ke sumber-sumber data bersangkutan.45

Mengedit yang penulis maksud disini adalah memeriksa daftar pertanyaan berupa angket yang telah diberikan kepada responden, dalam hal ini adalah siswa kelas IX dan diserahkan kembali kepada penulis. Dan apabila ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuannya ialah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pernyataan yang telah diselesaikan. Serta mengolah data dari hasil wawancara yang diperoleh dari informan dalam hal ini adalah guru dan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan yang ada di MTs Annajah Petukangan Selatan ini.

b. Koding

Yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden dengan cara menandai masing-masing kode tertentu. Bila analisis kuantitatif maka kode yang diberikan adalah angka. Bila angka itu berlaku sebagai skala pengukuran maka disebut skor.

c. Tabulasi

Yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang. Dalam hal ini penulis menggunakan tabel distribusi frekuensi. 46

45 Sayidati Umi Hanik, op. cit., h. 33. 46

Gambar

Tabel 3.2  Kisi-kisi Instrumen
Gambar 1: Papan tata tertib sekolah sistem poin di setiap lantai gedung   MTs Annajah
Gambar 2: Siswa-siswa dikenakan poin dan sanksi sholat di lapangan  karena  bercanda saat shalat dhuhur berjamaah
Gambar 3: Siswa diberi sanksi belajar di luar kelas karena gaduh saat  KBM

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kualitas produk, lokasi, harga dan promosi

Melihat dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara gaya mengajar guru terhadap minat belajar siswa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penggunaan media flashcard terhadap kemampuan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran pendidikan adalah proses manajemen yang dilakukan oleh pengelola lembaga pendidikan dalam bentuk

Skripsi Saudara : SUKARDI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408030 yang berjudul: PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP

Latar belakang masalah penelitian ini adalah dengan hasil kurang dan partisipasi mengikuti pelajaran rendah, kurang antusias, siswa kurang aktif dan lebih

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII MTs Nurul Hidayah Jampang, 2013, Skripsi, Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 3, tidak

dengan baik, artinya semua option belum dipilih oleh 5% seluruh peserta tes. Dari ketiga penelitian diatas maka sangat jelas bahwa penelitian ini memiliki