• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN

PEMERINTAH DI INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Sigit Harjanto

115020115111004

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PERTUMBUHAN

EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA

Yang disusun oleh :

Nama

: Sigit Harjanto

NIM

: 115020115111004

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Jurusan

: S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juli 2014

Malang, 24 Juli 2014

Dosen Pembimbing,

Setyo Tri Wahyudi, SE., M.Ec., Ph.D.

(3)

Analisis Hubungan Kausalitas antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia

Sigit Harjanto

sight.yes@gmail.com

Setyo Tri Wahyudi

setyo.tw@ub.ac.id

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: sight.yes@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to find out how the relationship of causality between economic growth and government expenditure. Government expenditure is divided according to the functions of the general services, the functions of defense, security and public order, the economic function and the function of education. Using the Toda-Yamamoto Causality Test, that can be used in time-series data with different levels of integration, we found unidirectional causality relationship between economic growth and government expenditure in which government expenditure affect economic growth that supports Wagner’s Law. On expenditure by function, we found the relationship that supports Keynessian aproach between economic growth and the government expenditure in economic functions . In another functions of government expenditure we not found the existence of a relationship of causality with economic growth.

Keyword: Economic Growth, Government Expenditure, Toda-Yamamoto Causality Test

A. LATAR BELAKANG

Keberhasilan suatu negara dalam meningkatkan kesejahteraan warganya diukur melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai. Tinggi rendah laju pertumbuhan ekonomi suatu negara menunjukkan tingkat perubahan kesejahteraaan ekonomi warganya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil dari tahun ke tahun berarti kesejahteraan ekonomi meningkat, sementara perekonomian yang menurun atau pertumbuhan ekonomi dengan nilai negatif berarti turunnya kesejahteraan ekonomi. Disisi lain tingkat pertumbuhan ekonomi juga digunakan untuk mengevaluasi tepat atau tidaknya kebijakan yang telah diambil sehubungan dengan peran pemerintah dalam perekonomian.

Pemerintah memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kegagalan pasar mendorong pemerintah untuk lebih jauh masuk dalam pasar dan melakukan intervensi. Merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menciptakan efisiensi ekonomi dan menjamin keadilan dalam berusaha. Peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) peran alokasi (2) peran distribusi, dan (3) peran stabilisasi (Musgrave dan Musgrave, 1993).

Bentuk intervensi atau campur tangan pemerintah dalam perekonomian terkait dengan peran alokasi, dimana pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan barang publik. Hal ini terjadi karena mekanisme pasar tidak akan berminat menyediakannya. Konsekuensi dari peran alokasi pemerintah adalah ketersediaan anggaran yang pada akhirnya berwujud pada pengeluaran pemerintah.

Menurut Keynes pemerintah masuk kedalam perekonomian melalui kebijakan-kebijakan yang diambil dan dilaksanakan. (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia ditunjukkan oleh besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan. Permasalahannya adalah lokasi anggaran belum memberikan arah perubahan bagi

(4)

terciptanya pertumbuhan ekonomi serta masih besarnya porsi pengeluaran tidak produktif seperti pembayaran bunga utang serta pinjaman pemerintah.

Terlihat pada gambar 1 dibawah pertumbuhan ekonomi dan porsi pengeluaran pemerintah keduanya sama-sama memiliki pola yang fluktuatif, namun pertumbuhan ekonomi memiliki deviasi yang lebih besar dibanding porsi pengeluaran pemerintah. Pada suatu periode, pertumbuhan ekonomi dan porsi pengeluaran pemerintah memiliki arah pergerakan yang sama, namun pada periode berikutnya memiliki arah pergerakan yang berlawanan.

Gambar 1: Perbandingan antara Porsi Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia Tahun 1971-2013

Sumber: Kementerian Keuangan RI, berbagai tahun (diolah)

Keterkaitan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian dari banyak peneliti sebelumnya dan menghasilkan dua pendapat mengenai hubungan antara kedua variabel. Keynes dan para pendukungnya menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sesuai dengan persamaan identitas perekonomian terbuka. Sementara Hukum Wagner (Wagner’s Law) menyatakan bahwa peningkatan perekonomian yang terjadi mempengaruhi pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Perdebatan berlanjut dengan dilakukannya penelitian-penelitian lanjutan untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan. Berbagai penelitian mengenai hubungan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi menghasilkan simpulan beragam yang menciptakan pendukung untuk masing-masing teori. Keberagaman hasil yang didapat disebabkan oleh perbedaan tempat penelitian, jenis data, metode penelitian, serta devinisi operasional masing-masing variabel yang digunakan (Peacock dan Scott, 2000).

Sebagaimana penjelasan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan kausalitas yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah di Indonesia. Selanjutnya penelitian ini diharapkan mampu melengkapi penelitian sebelumnya dengan penggunaan variabel pengeluaran pemerintah secara agregat dan disagregat yang belum banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

B. KERANGKA TEORI

Keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran yang dilakukan pemerintah akan mempengaruhi berbagai sektor dalam perekonomian. Adanya pengeluaran pemerintah secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa. Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi.

-20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 '71 '74 '77 '80 '83 '86 '89 '92 '95 '98 '01 '04 '07 '10 '13 Pertumbuhan Ekonomi Porsi Pengeluaran Pemerintah

(5)

Pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa. Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi. Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun.

Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara. Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full employment). Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya dengan pola defisit anggaran.

Paham Keynesian menyatakan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional ditentukan oleh besarnya pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan net ekspor. Menurut Keynes untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diukur pada peningkatan pendapatan nasional, diperlukan peningkatan permintaan konsumsi, permintaan pengeluaran pemerintah, permintaan investasi, serta permintaan ekspor dan impor.

Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa:

Y = C + I + G + X-M

Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan identitas pendapatan nasional, dimana Y adalah pendapatan nasional sekaligus sebagai penawaran agregat, G menyatakan pengeluaran pemerintah, I menyatakan investasi, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional.

Ekonom lain, Adolf Wagner, menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan pemerintah semakin lama semakin meningkat. Wagner mengukur perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap produk nasional kepada negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19. Hasilnya terbukti menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian mengalami kecenderungan yang semakin meningkat. Kecenderungan ini oleh Wagner disebut dengan hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah (law of ever increasing state activity).

Berlawanan dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (GY), Wagner menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomilah yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah (YG). Jelasnya, dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut: GpC YpC > GpC YpC > GpC YpC > ⋯ > GpC YpC Dimana:

GpC = Pengeluaran pemerintah perkapita

YpC = Produk atau pendapatan nasional perkapita

t = Indeks waktu

Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic theory of state yaitu teori organis yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat lain.

(6)

Penelitian Terdahulu

Studi empiris mengenai kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah mendapatkan hasil yang beragam. Disatu pihak penelitian yang dihasilkan mendukung teori Keynes, antara lain: Loizides dan Vamvoukas (2005), Manik dan Hidayat (2010), pihak lain menghasilkan kesimpulan yang mendukung Hukum Wagner, misal: Pahlavani et al. (2011), Sukartini dan Saleh (2012) Attari dan Javed (2013). Sesuai dengan analisis kausalitas yang memungkinkan terjadinya kausalitas dua arah, sebagian peneliti mendapati berlakunya teori Keynes dan Hukum Wagner bersama-sama, seperti: Samudram et al., (2009) Olaiya et al., (2012) sementara peneliti lain tidak menemukan adanya hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah seperti penelitian Bagdigen dan Cetintas (2004) dan Anasmen (2009).

Loizides dan Vamvoukas (2005) meneliti pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah dan inflasi atau pengangguran sebagai variabel ketiga di Yunani (1948-1995), Inggris Raya dan Irlandia (1950-1995). Menggunakan bivariat dan trivariat causality dengan metode kointegrasi, ECM dan kausalitas Granger. Dari uji kausalitas bivariat antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah ditemukan hasil bahwa di Yunani berlaku hukum Wagner dimana pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengaluaran pemerintah, sementara di Irlandia dan Inggris Raya berlaku teori Keynes. Sementara untuk Yunani dan Irlandia berlaku kausalitas searah yaitu pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran pemerintah.

Penelitian Manik dan Hidayat (2010) di Sumatra Utara menggunakan data runtun waktu pada periode 1972-2006 dengan metode cointegration test dan Granger causality test menemukan hubungan keseimbangan jangka panjang antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi, serta kausalitas searah antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi dimana pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pahlavani et al., (2011) meneliti keseimbangan jangka panjang dan hubungan kausalitas antara ukuran pemerintah yang diproksi dengan persentase total pengeluaran terhadap GDP dan pertumbuhan ekonomi di Iran periode tahun 1960-2008. Uji empiris menggunakan metode kointegrasi dan kausalitas Granger menemukan terjadi kausalitas searah, yaitu pertumbuhan ekonomi menyebabkan meningkatnya ukuran pemerintah.

Sukartini dan Saleh (2012) melakukan pengujian hukum Wagner di Indonesia. Kajian dalam penelitian ini dibagi dua, untuk pemerintah pusat, menggunakan data time series tahunan periode 1991-2010 dan untuk pemerintah daerah menggunakan data panel terdiri dari 26 propinsi dan 10 periode. Hasilnya, ditemukan berlakunya hukum Wagner, di tingkat pusat maupun tingkat daerah (provinsi) yang berarti pengeluaran pemerintah menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian Attari dan Javed (2013) di Pakistan, menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah dan inflasi dengan metode ARDL pada periode tahun 1980-2010, menemukan hubungan jangka panjang antara inflasi, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah. Pada jangka pendek pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi tidak. Penelitian ini juga menemukan hubungan kausalitas searah antara tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi, dimana inflasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi, serta pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi menyebabkan meningkatnya pengeluaran pemerintah (Wagner Law).

Samudram et al., (2009) meneliti hubungan antara pengeluran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia dengan menggunakan data tahunan periode 1970-2004. Analisis yang dilakukan meliputi pengujian stasioneritas menggunakan Philip-Peron unit root test (PP-test), Gregory-Hansen

structural break test dan dilanjutkan analisis dengan metode Autoregresive Distributed Lag (ARDL).

Ditemukan hubungan jangka panjang antara total belanja pemerintah dan GNP. Menggunakan Structural break di tahun 2008, karena krisis ekonomi yang melanda Asia (termasuk Malaysia), terdapat kausalitas dua arah antara GNP dan belanja pemerintah sektor administrasi dan kesehatan yang berarti mendukung hukum Wagner maupun teori Keynes. Kausalitas searah terjadi dari GNP ke belanja pemerintah sektor pendidikan, pertahanan, pertanian dan pembangunan sebagaimana hukum Wagner.

Kerangka Pikir

Perekonomian Indonesia bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantab dan stabil. Pengeluaran pemerintah sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal dalam perekonomian

(7)

digunakan pemerintah untuk menjaga kestabilan perekonomian dari fluktuasi/siklus ekonomi yang terjadi. Keynes menyatakan pengeluaran pemerintah berlaku sebagai salah satu unsur permintaan agregat dan sekaligus sebagai instrumen kebijakan fiskal memiliki peran besar dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dipihak lain Wagner sebagaimana dinyatakan dalam Wagner Law berpendapat bahwa perkembangan perekonomilah yang menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah.

Selanjutnya penelitian ini mencoba untuk menguji hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dapat membantu pengambilan kebijakan publik yang tepat bagi perekonomian Indonesia.

Gambar 2: Kerangka Pikir Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

Sumber : Ilustrasi Peneliti (2014)

C. METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan permasalahan pada penelitan ini adalah pendekatan kuantiatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Kemenkeu, Bank Dunia, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, berupa data tahunan periode untuk periode 1971-2013. Pembahasan mengacu pada hasil pengujian secara empiris dan faktual. Uji kausalitas Toda-Yamamoto digunakan untuk menjelaskan hipotesis yang menjelaskan bagaimana hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah.

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan adalah :

1. Pertumbuhan ekonomi (GROWTH), diukur dengan pertumbuhan GDP harga tetap dan dinyatakan dalam satuan persen , menggunakan selisih antara GDP tahun berjalan dan tahun sebelumnya;

2. Pengeluaran Pemerintah (GOVEXP), merupakan rasio dan diukur menggunakan perbandingan antara belanja pemerintah pusat terhadap GDP yang dinyatakan dalam satuan persen. Belanja pemerintah pusat terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, namun tidak termasuk pengeluaran transfer ke daerah;

3. Pengeluaran fungsi pelayanan umum (GENEXP), diukur menggunakan rasio pengeluaran pelayanan umum terhadap GDP dalam persentase;

4. Pengeluaran fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban (DEFEXP), diukur menggunakan perbandingan antara pengeluaran pertahanan, keamanan dan ketertiban terhadap GDP dan dinyatakan dalam satuan persen;

5. Pengeluaran fungsi ekonomi (ECOEXP), digunakan dalam upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, diukur menggunakan perbandingan antara pengeluaran ekonomi terhadap GDP dan dinyatakan dalam persentase;

Kebijakan Publik dan Komposisi APBN Keynessian view : G Y

Wagner view : Y  G Pertumbuh an Pengeluara n Perekonomian

(8)

6. Pengeluaran fungsi pendidikan (EDUEXP) mencerminkan upaya pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang pendidikan dan diukur menggunakan perbandingan antara pengeluaran pendidikan terhadap GDP dan dinyatakan dalam satuan persen.

Terdapat dua uji kausalitas yang sering digunakan yaitu uji kausalitas Grager dan uji kausalitas Toda-Yamamoto. Uji kausalitas Granger akan mendapatkan hasil yang dapat dipercaya jika digunakan pada data time-series yang terintegrasi pada derajat yang sama, namun akan mendapatkan kesimpulan yang tidak valid jika diterapkan pada data dengan derajat integrasi yang berbeda-beda. Pemilihan uji kasalitas Toda-Yamamoto didasarkan pada sifat data time series yang memiliki kemungkinan untuk terintegrasi pada derajat yang sama, berbeda atau bahkan tidak terkointergrasi sama sekali. Toda dan Yamamoto (1995) mengembangkan uji kausalitas yang dapat diterapkan pada data dengan berbagai tingkat derajat integrasi namun tetap mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, yang selatjutnya terkenal dengan uji kausalitas Toda-Yamamoto. Uji kausalitas metode Toda Yamamoto akan diterapkan pada fungsi yang diadopsi dari penelitian Samudram et al., (2009) sebagai berikut:

= ( ) +

Dimana untuk Wagner’s Law Yt = pengeluaran pemerintah dan Xt = pertumbuhan ekonomi. Untuk

paham Keyness Yt = pertumbuhan ekonomi dan Xt = pengeluaran pemerintah.

Berdasarkan Pahlavani et al., (2011) fungsi diatas dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan yang akan diuji dengan kausalitas metode Toda Yamamoto menjadi:

= α + α +

= α + α +

Dimana k adalah optimum lag, dmax adalah derajat integrasi tertinggi, Yt adalah pertumbuhan

ekonomi pada periode t, dan Gt adalah pengeluaran pemerintah pada periode t. Untuk pengujian kausalitas pada pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, pertahanan dan keamanan, ekonomi dan pendidikan, variabel pengeluaran pemerintah akan disubstitusi dengan pengeluaran pemerintah berdasarkan fungsi terpilih.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Stasioneritas dan Derajat Integrasi

Uji stasioneritas data dilakukan untuk memastikan ada tidaknya akar unit pada variabel-variabel yang diteliti. Pengujian stasioneritas dilakukan dengan menggunakan metode ADF-test. Setiap variabel diuji secara berurutan, mulai dari derajat I(0) atau derajat level dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho = variabel memiliki akar unit H1 = variabel tidak memiliki akar unit

Ketika nilai t-statistic ADF lebih besar dari critical value maka Ho ditolak atau menerima Ha yang berarti variabel tidak memiliki akar unit. Data runtut waktu yang tidak memiliki akar unit berarti data telah stasioner. Nilai kestasioneritas data juga dapat diketahui dari nilai probabilitas Mac-Kinnon dimana jika nilai prob. Mac-Kinnon kecil dari nilai derajat kepercayaan α = 1%, 5% atau 10%, maka Ho ditolak dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil uji ADF dapat diketahui bahwa beberapa variabel telah stasioner pada derajat level dan beberapa lainnya baru stasioner pada derajat first difference-nya. Variabel GROWTH,

(9)

nilai t-statistic lebih besar dari critical value. Sedangkan variabel DEFEXP, ECOEXP DAN EDUEXP baru dapat menolak H0 pada derajat first difference dengan tingkat kepercayaan 1%.

Tabel 1:Hasil Uji Stasioneritas dengan Uji ADF

Variabel Level Critical Value

(Level)

First Difference Critical Value

(1st Diff) GROWTH -4.627609*** -4.192337 (1%) - -4.198503 (1%) GOVEXP -3.917752** -3.520787 (5%) - -3.523623 (5%) GENEXP -4.459207*** -3.191277(10%) - -3.192902(10%) DEFEXP -2.341819 -7.041718*** ECOEXP -2.400130 -6.335673*** EDUEXP -3.200078* -6.915255***

Sumber: Hasil estimasi Eviews 7.2 (diolah)

***, **, * signifikan pada derajat kepercayaan 1, 5 dan 10

Pemilihan Lag Optimal

Pemilihan panjang lag digunakan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh sebuah variabel agar dapat merespon perubahan yang terjadi pada variabel lainnya. Pemilihan panjang lag menjadi sangat penting karena pemilihan lag yang tepat akan menghasilkan residual yang terbebas dari masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 2 dibawah panjang lag optimal untuk persamaan dengan variabel pertumbuhan dan pengeluaran pemerintah yang disarankan dari empat kriteria yaitu LR, FPE, AIC dan HQ adalah lag tiga. Adapun untuk persamaan dengan variabel pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum lag yang disarankan adalah satu. Lag yang sama disarankan untuk persamaan dengan variabel pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban, persamaan dengan variabel pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi, serta persamaan dengan variabel pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan.

Tabel 2: Hasil Pemilihan Panjang Lag Optimal

Endogenous Var Lag LR FPE AIC SC HQ

Growth 1 13.59265 72.95076 9.964695 10.23133 10.05674 Govexp 2 12.70366 60.2193 9.769811 10.21420* 9.923213 3 11.19486* 51.09786* 9.598566* 10.22071 9.813329* Growth 1 16.55231* 14.50183* 8.349186* 8.615817* 8.441227* Genexp 2 0.739483 17.83725 8.553108 8.997493 8.706509 Growth 1 37.43216* 0.531768* 5.043364* 5.309995* 5.135405* Defexp 2 4.818147 0.57093 5.11133 5.555715 5.264732 Growth 1 65.94808* 7.710226* 7.717458* 7.984089* 7.809499* Ecoexp 2 5.734581 8.028988 7.754877 8.199262 7.908279 Growth 1 18.87859* 0.614349* 5.187719* 5.454350* 5.279760* Eduexp 2 4.554298 0.665419 5.26448 5.708865 5.417882

Sumber: Hasil estimasi Eviews 7.2 (diolah)

Uji Kointegrasi

Pengujian kointegrasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan jangka panjang di antara variabel-variabel penelitian. Jika variabel/series dalam penelitian terbukti terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika tidak ada kointegrasi maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat keterkaitan hubungan antar variabel dalam jangka panjang. Pengujian kointegrasi dengan metode Johansen memberikan hasil sebagai berikut:

(10)

Tabel 3: Hasil Uji Kointegrasi

Persamaan Trace Statistic Critical Value 5%

Growth-Govexp 15.64978 15.49471

Growth-Genexp 20.42933 15.49471

Growth-Defexp 21.04305 15.49471

Growth-Ecoexp 19.07369 15.49471

Growth-Eduexp 27.0988 15.49471

Sumber : Hasil estimasi Eviews 7.2 (diolah)

Berdasarkan output hasil uji kointegrasi Johansen diketahui bahwa untuk masing-masing padangan variabel, trace statistic menunjukkan nilai yang lebih besar dari critical value. Dengan demikian, H0 yang menyatakan tidak ada hubungan kointegrasi dapat ditolak, dan H1 yang menyatakan bahwa terdapat kointegrasi antar variabel dapat diterima. Artinya masing-masing pasangan variabel yaitu pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah , pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi serta pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang.

Uji Kausalitas Toda-Yamamoto

Uji kausalitas Toda-Yamamoto digunakan untuk melihat arah hubungan atau keterkaitan diantara variabel yang diteliti. Uji kausalitas Toda-Yamamoto yang dilakukan meliputi pemilihan derajat integrasi menggunakan ADF root test, penentuan optimum lag berdasarkan kriteria LR, FPE, AIC, SC dan HQ serta uji Wald untuk mengetahui hubungan kausalitas diantara masing-masing variabel. Hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antar variabel, dapat ditolak jika nilai probabilitas kurang dari 5%.

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan satu arah dari pertumbuhan ekonomi ke pengeluaran pemerintah dan dari pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi kepertumbuhan ekonomi dengan derajat kepercayaan di bawah 5%. Antara ertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban serta antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan tidak ditemukan adanya hubungan kausalitas diantara variabel.

Tabel 4: Hasil Uji Wald

Dependent Variable Excluded Chi-sq Probability

GROWTH GOVEXP 7.131302 0.0678 GOVEXP GROWTH 18.11423 0.0004 GROWTH GENEXP 0.674668 0.4114 GENEXP GROWTH 0.511768 0.4744 GROWTH DEFEXP 0.010606 0.9180 DEFEXP GROWTH 0.444296 0.5051 GROWTH ECOEXP 4.152246 0.0416 ECOEXP GROWTH 0.386400 0.5342 GROWTH EDUEXP 0.060380 0.8059 EDUEXP GROWTH 0.091092 0.7628

(11)

Intepretasi Hasil Analisis

Berdasarkan hasil uji stasioneritas dan kointegrasi diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah, secara agregat maupun berdasarkan fungsi adalah stasioner dan memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang sehingga analisis kausalitas yang dilakukan mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, bukan nonsense regression (Gujarati dan Porter, 2012: 437). Dari uji kausalitas Toda-Yamamoto yang dilakukan ditemukan adanya hubungan kausalitas searah dimana pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran pemerintah dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pada pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, pertahanan dan keamanan, dan pendidikan, masing-masing tidak memiliki hubungan kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi pada derajat kepercayaan 5%.

Manik dan Hidayat (2010) mengemukakan bahwa peranan pemerintah dalam kegiatan ekonomi sebagian besar merupakan konsekuensi dari semakin kompleks dan saling ketergantungan dalam masyarakat modern. Meningkatnya pengeluaran pemerintah antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan atas peningkatan kebutuhan perlindungan keamanan dan pertahanan, naiknya tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi seiring pertumbuhan ekonomi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

Penjelasan diatas sejalan dengan Birds (1971), Dimitrios & Richter (no date) dalam Sukartini dan Saleh (2012) yang mengemukakan tiga alasan (justifikasi) berlakunya hukum Wagner. Pertama, perkembangan aktivitas pemerintah berkaitan dengan fungsi administrasi dan fungsi perlindungan terhadap warga negara. Kondisi ini juga diindikasikan oleh perubahan-perubahan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, dan peningkatan arus urbanisisasi. Perubahan tersebut akan membutuhkan lebih banyak penyediaan fasilitas publik (perumahan, fasilitas sanitasi, sarana pendidikan, kesehatan, dan lain-lain) serta peraturan-peraturan baru yang harus disediakan oleh pemerintah. Kedua, seiring dengan semakin bertambahnya kesejahteraan individu, yang diindikasikan oleh peningkatan permintaan terhadap barang-barang yang berkualitas lebih baik, penyediaan pemerintah atas sarana dan prasara pendidikan, kesehatan dan pelayanan umum lain juga harus responsif terhadap peningkatan kuantitas maupun kualitas permintaan dari masyarakat. Ketiga, diperlukan lebih banyak peraturan untuk mencegah timbulnya perusahaan yang bersifat monopoli akibat peningkatan teknologi dan perubahan pola investasi.

Pada gambar dibawah terbukti pendapatan perkapita masyarakat cenderung naik dari satu periode ke periode berikutnya. Hal tersebut mendorong peningkatan kualitas maupun kuantitas kebutuhan publik yang dibutuhkan masyarakat dan itulah harus disediakan pemerintah.

Gambar 3 : Perkembangan Pendapatan Perkapita di Indonesia Tahun 1981-2012

Sumber: World Bank, 2013 (data diolah)

Hubungan satu arah antara pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dimana pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menunjukkan berlakunya teori Keynes. Artinya bahwa kebijakan yang diambil dan diterapkan pemerintah menyangkut pengeluaran fungsi ekonomi telah mencapai tujuan yaitu sebagai salah satu upaya dalam percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memperkuat daya tahan ekonomi. Hasil ini mendukung penelitian Samudram et al (2008) yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah adalah salah satu

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 1 9 8 1 1 9 8 3 1 9 8 5 1 9 8 7 1 9 8 9 1 9 9 1 1 9 9 3 1 9 9 5 1 9 9 7 1 9 9 9 2 0 0 1 2 0 0 3 2 0 0 5 2 0 0 7 2 0 0 9 2 0 1 1 M ill io n s GDP per kapita

(12)

komponen dari kebijakan fiskal dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah terus melakukan upaya untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Pada periode waktu 2005-2013 anggaran belanja pada fungsi ekonomi mengalami peningkatan dari Rp25,9 triliun (1,0 persen terhadap PDB) pada tahun 2005, menjadi Rp118,5 triliun (1,3 persen terhadap PDB) pada tahun 2013. Peningkatan porsi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut terutama berkaitan dengan ditempuhnya upaya pemerintah untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Sementara itu, pada periode waktu 2006-2011, realisasi anggaran belanja pada fungsi ekonomi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 22,0 persen, yaitu dari sebesar Rp38,3 triliun (1,1 persen terhadap PDB) pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp103,3 triliun (1,4 persen terhadap PDB) dalam APBN-P tahun 2011. Peningkatan realisasi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut terutama berkaitan dengan upaya yang ditempuh pemerintah dalam rangka mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Tidak adanya hubungan (independency) antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, antara pertumbuhan ekonomi dan fungsi pertahanan keamanan dan ketertiban, serta antara pertumbuhan ekonomi dan fungsi pendidikan berarti bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban dan fungsi pendidikan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena PDB sebagai proksi dari pertumbuhan ekonomi lebih banyak disusun oleh kegiatan ekonomi swasta, seperti konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto, dan kegiatan ekspor barang dan jasa, dibanding pengeluaran pemerintah. Terlihat pada gambar 4 dibawah, pada periode tahun 2011-2013 rata-rata nilai penyusun PDB komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai 55,03 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 32,09 persen, kegiatan ekspor barang dan jasa sebesar 24,79 persen, sedangkan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah bernilai lebih paling kecil yaitu sebesar 9,02 persen.

Gambar 4: Komponen PBD menurut Pengeluaran Tahun 2011-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, (2014)

Secara teori pelayanan umum pemerintah kepada masyarakat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, namun hal tersebut tidak terbukti pada penelitian ini. Tidak adanya hubungan antara pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum dan pertumbuhan ekonomi mungkin terjadi karena masalah efisiensi dan efektifitas dalam pemerintahan dan birokrasi. Meskipun pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum terus meningkat (dijelaskan pada bagian sebelumnya), namun ternyata hal tersebut belum mampu untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan. Reformasi birokrasi telah berjalan di beberapa instansi, namun secara keseluruhan birokrasi di Indonesia belum dapat dinyatakan bersih dan transparan terbukti dengan banyaknya kasus korupsi dan ketidakpuasan masyarakat atas layanan yang diberikan. Selanjutnya ketiadaan hubungan antara pengeluaran fungsi pelayanan umum dengan pertumbuhan

(13)

ekonomi mungkin terjadi karena pengeluaran fungsi pelayanan umum antara lain digunakan untuk membayar pinjaman yang harus ditanggung pemerintah dan subsidi yang kurang tepat sasaran.

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Hal ini mungkin terjadi karena pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban memiliki dampak yang bervariasi terhadap ekonomi. Belanja alutsista (alat utama sistem senjata) serta sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan negara merupakan belanja tidak produktif yang bersifat membebani anggaran sehingga berdampak negatif terhadap perekonomian. Disisi lain usaha pemerintah untuk menjaga keamanan dan ketertiban umum akan memberikan rasa aman kepada masyarakat. Adanya rasa aman dalam berusaha akan mendorong kegiatan ekonomi dan masuknya investasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan tidak memiliki hubungan kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat terjadi karena pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan dimana konstitusi mengamanatkan untuk mengalokasikan 20 persen dari jumlah anggaran pemerintah bagi anggaran pendidikan, lebih dialokasikan pada pendidikan formal seperti pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (misal: pada periode 2006-2011 mencapai 87,5 persen terhadap alokasi fungsi pendidikan) sehingga tingginya angkatan kerja tidak diimbangi dengan ketrampilan yang dimiliki untuk terjun ke dunia kerja yang pada akhirnya muncul masalah pengangguran yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

E. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah berlaku hubungan kausalitas satu arah dimana pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran pemerintah sesuai dengan hukum Wagner yang menyatakan bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah terjadi seiring dengan meningkatnya perekonomian. Hal ini dapat terjadi karena pengeluaran pemerintah digunakan sebagai alat atau kebijakan penyeimbang (countercyclical) untuk menanggapi perkembangan ataupun siklus perekonomian yang terjadi.

Pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban, serta pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan tidak memiliki hubungan kausalitas. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, fungsi pendidikan dan fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban memberikan output yang tidak berhubungan langsung dengan pertumbuhan ekonomi yaitu terciptanya birokrasi yang bersih, sumberdaya manusia yang berkualitas dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi memiliki hubungan kausalitas satu arah dimana pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan teori Keynes. Hal ini menunjukkan alokasi pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi telah diperuntukkan untuk kegiatan yang secara langsung menunjang kegiatan perekonomian seperti infrastrukutur dan transportasi.

Saran

Untuk mendukung perekonomian yang terus berkembang, perhatian pemerintah harus difokuskan kepada administrasi pemerintah untuk membentuk: (i) Pusat pemerintahan yang lebih kuat untuk mengelola proses kebijakan dan menyelesaikan konflik kebijakan, (ii) Birokrasi yang lebih ramping demi terwujudnya peningkatan akuntabilitas (iii) Peningkatan pengelolaan strategis sumber daya manusia pada administrasi pemerintahan, (iv) Tata cara perencanaan dan penganggaran yang lebih baik demi peningkatan realisasi belanja pemerintah

Pemerintah diharapkan meningkatkan kualitas semua tingkatan pendidikan dan fungsi pusat-pusat pelatihan untuk menutup kesenjangan tenaga terampil, menyediakan lebih banyak informasi bagi siswa dan lulusan tentang kesempatan di pasar tenaga kerja, membuat pendidikan kejuruan lebih tanggap terhadap kebutuhan pasar dan memperbaiki alokasi pengeluaran pendidikan pada sektor formal dan non formal.

(14)

DAFTARPUSTAKA

Anasmen. 2009. Pengaruh Belanja Modal Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat: 2000-2006. Tesis Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Kekhususan Ekonomi Keuangan Negara dan Daerah. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Attari, M I Javaid dan Javed, Attiya Y. 2013. Inflation, Economic Growth and Government Expenditure of Pakistan: 1980-2010. International Converence on Applied Economics (ICOAE) 2013. Procedia Economics and Finance 5. (2013) 58-67.

Badan Pusat Statistik. 2014. Berita Resmi Statistik. No. 16/02/Th.XVII, 5 Februari 2014.

Bagdigen, M. dan Cetintas, H. 2004. Causality between Public Expenditure and Economic Growth: Te Turkish Case. Journal of Economic and Social Research. Vol 6: 53-72

Due, John F. 1985. Keuangan Negara Perekonomian Sektor Pemerintahan. Jakarta: UI Press

Govindaraju, C. Rao, R. & Anwar, S. 2010. Economic Growth and Government Spending in Malaysia: A Re-examination of Wagner and Keynesian Views, . Econ Change Restruct. 203-219

Gujarati, Damodar N dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa Jiranyakul, Komain dan Barahmasrene, Tantatape. 2007. The Relationship Between Government

Expenditure and Economic Growth in Thailand. Journal of Economics and Economic Education

Research . Vol 8. No. 1. 2007.

Kementerian Keuangan RI. Nota Keuangan Pemerintah (berbagai tahun). http://www.bappenas.go.id/ terakhir diakses 13 Februari 2014.

Loizides, Jhon. dan Vamvoukas, George. 2005. Government Expenditure and Economic Growth: Evidence from Trivariate Causality Testing. Journal of Applied Economic. Vol VIII. No. 1. Mei 2005. 125-152

Mangkoesubroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE UGM

Manik, Rikwan E.S. dan Hidayat, Paidi. 2010. Analisis Kausalitas antara Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara (Metode Cointegration Test dan Granger Causality Test). Jurnal Keuangan dan Bisnis Volume 2. No.1. Maret 2010

Mankiw, Gregory. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta. Erlangga

Musgrave, Richard A. dan Musgrave, Peggy B. 1993. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga

Muthui, JN. Kosimbei, G. Maingi, J. Thuku, GK. 2013. The Impact of Publik Expenditure Componen on Economic Growth in Kenya 1964-2011. International Journal of Business and Social Science. Vol. 4. No 4. April 2013.

(15)

Pahlavani, M. Abed, D. & Pourshabi, F. 2011. Investigating the Keynesian View and Wagner’s Law on the Size of Government and Economic Growth in Iran. International Journal of Business and

Social Science. Vol. 2. No. 13. (Special Issue – Juli 2011).

Peacock, Alan. dan Scott, Alex. 2000. The Curious Attraction of Wagner’s Law. Public Choice. 102: 1-17.

Samudram, M. Nair, M. Vaithilingan, S. 2009. Keynes and Wagner on Government Expenditures and Economic Development: the Case of Developing Economy. Empir Econ (2009) 36: 697-712 Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 2004. Ilmu Makroekonomi. Jakarta: Media Global

Edukasi

Sinha, Dipendra. 1998. Government Expenditure and Economic Growth in Malaysia. Journal of

Economic Development. Vol. 23 No.2 December 1998

Sukartini, Ni Made. dan Saleh, Samsubar. 2012. Pengujian Hukum Wagner dalam Perekonomian Indonesia Kajian Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi. Jurnal Bisnis dan

Ekonomi (JBE). Vol. 19. No. 1. Maret 2012. Hal. 1-24. ISSN: 1412-3126

Sukirno, Sadono. 2005. Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga

Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Supangat, E. dan Gaol HS. 1991. Pengantar Ilmu Keuangan Negara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Suparmoko. 2000. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE.

Toda, Hiro Y. dan Yamamoto, Taku. 1995. Statistical Inference in Vector Autoregressions with Possibly Integrated Processes. Jurnal of Econometrics 66 (1995) 225-250.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. World Bank. 2013. WDI. www.worldbank.org terakhir diakses tanggal 6 Januari 2014.

Gambar

Gambar 1:  Perbandingan antara Porsi Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi di  Indonesia Tahun 1971-2013
Gambar 2: Kerangka Pikir Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 1:Hasil Uji Stasioneritas dengan Uji ADF  Variabel  Level  Critical Value
Tabel 4: Hasil Uji Wald
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien

Untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan BMT dalam memberdayakan UMKM di Jawa Tengah, penelitian ini juga melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan

Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah penggunaan media kartu mainan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Al Mahmud

Effects of Lactohacillus Plantarum Dad 13, lnulin and lts Combination on Fecal Short Chain Fatty Acid Profile of Wistar.. Rats

UPK menghasilkan laporan penggunaan dana sebagai bentuk pertanggung jawaban UPK, akuntabilitas kepada pemerintah atas dana yang digunakan dan disalurkan untuk

[r]

Dan untuk membuat program ini digunakan J2ME bahasa pemrograman yang memang dikhususkan untuk kapasitas memori kecil seperti pada telephone selular dan Personal Data

Didalamnya terdapat sejarah mengenai industri video game, review dan preview game yang banyak diminati, serta strategi dalam menamatkan game.Aplikasi ini dikemas dalam bentuk