• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kompetensi Pedadodik Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kompetensi Pedadodik Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Siswa di MTs. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang Adibah

Fakultas Agama Islam Universitas Darul ‘Ulum Jombang e-mail: jauhariadibah@gmail.com

Siti Iin Lutfiyah

Fakultas Agama Islam Universitas Darul ‘Ulum Jombang e-mail: silutfiyah@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the relationship between Teacher's Pedagogical Competence and Student's Learning Motivation in MTs. Mamba'ul Ma’arif Denanyar Jombang. This type of research is quantitative, the data collection is done by observation, interviews, questionnaire and documentary distribution. While analyzing data is done by using Product Moment to find out is there any relationship between Teacher's Pedagogic Competence and Student's Learning Motivation in MTs. Mamba'ul Ma’arif Denanyar Jombang.

The results showed that the Pedagogic Competencies of the Teachers possessed on average had good Pedagogic Competencies, for there were various students with low, medium and high learning motivation and there was a significant correlation with the correlation coefficient of 0.444 between the Teacher's Pedagogic Competence and Student's Learning Motivation in MTs. Mamba'ul Ma’arif Denanyar Jombang.

Keywords : Teacher's Pedagogic Competence, Student Learning Motivation.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi, wawancara, pembagian angket dan dokumenter. Sedangkan penganalisisan data dilakukan dengan menggunakan Product Moment untuk mengetahui adakah Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.

(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kompetensi Pedagogik Guru yang dimiliki rata-rata memiliki Kompetensi Pedagogik baik, untuk Motivasi Belajar Siswa beragam ada yang rendah, sedang, dan tinggi dan ada hubungan signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,444 antara Kompetensi Pedagogik Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.

Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik Guru, Motivasi Belajar Siswa.

A.Pendahuluan

Sesuai undang-undang nomor 17 tahun 2010 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah1. Profesionalisme dalam pendidikan perlu

dimaknai bahwa guru haruslah orang yang memiliki insting sebagai pendidik, mengerti, dan memahami peserta didik.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengambil salah satu bentuk kompetensi yang dimiliki oleh guru salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis. menurut penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasioanl Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir (a) dijelaskan bahwa kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh guru.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu2. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak mungkin melakukan aktivitas belajar.

Menurut Mc. Donald,motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

1 Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2010, Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,

bab XII Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 171(Bandung; Citra Umbara, 2017), hlm. 379

2 H. Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya; analisis di bidang pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara, 2011), hlm. 23

(3)

tanggapan terhadap adanya tujuan3. Permasalahan yang sering terjadi adalah kebanyakan dari guru masih belum bisa menguasai kompetensi pedagogiknya sehingga belum dapat memotivasi siswa dan meningkatkan prestasi siswa.

Motivasi belajar adalah hasil dari suatu dorongan yang telah di lakukan oleh siswa untuk mencapai hasil usaha kegiatan belajar. Dalam hal ini berupa keinginan untuk bisa mempelajari mata pelajaran tertentu dengan baik dan benar serta mampu mengembangkan potensi dan bakatnya agar lebih semangat lagi dalam belajar. Motivasi belajar sendiri dibedakan menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah suatu motif yang muncul karena dorongan atau keinginan dari dalam diri siswa untuk melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah suatu motif yang muncul karena adanya dorongan dari luar individu seperti teman yang mampu memberikan hal positif untuk belajar.

Atas dasar pikiran tersebut di atas, penelitian ini difokuskan pada masalah Kompetensi Pedagogik Guru dan Motivasi Belajar Siswa serta hubungan antara keduanya di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.

B.Landasan Teori

1. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Secara etimologis, pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos” yang berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Dengan demikian, pedagogic secara harfiah berarti pembantu laki-laki pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogic ialah seorang ahli yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu. Menurut Hoogveld pedagogik adalah Ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan

tugas hidupnya.” Jadi, pedagogik adalah ilmu mendidik anak4.

Berdasarkan pengertian diatas, maka kompetensi pedagogik merupakan kompetensi instruksional-edukatif (mengajar dan mendidik) yang esensial dan fundamental bagi guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalanya, terutama tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasioanl Pendidikan, penjelasan

3 Sardiman, AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2011) hlm. 73

4 Nur Irwantoro & Yusuf Suryana, Kompetensi Pedagogik Untuk Peningkatan dan Penilaian

Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional, (Sidoarjo; Genta group, 2016),

(4)

pasal 28 ayat (3) butir (a) dikemukakan bahwa kompetensi pedagogic adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Komptensi

tersebut berhubungan dengan, yaitu : pertama, menguasai karakteristik

peserta didik; kedua, menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran; ketiga, mengembangkan kurikulum dan merancang pembelajaran; keempat,

menyelenggarakan pembelajaran; kelima, memfasilitasi pengembangan

potensi peserta didik; keenam, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan

santun dengan peserta didik; ketujuh, menyelenggarakan evaluasi dan

penilaian proses dan hasil belajar; kedelapan, memanfaatkan hasil evaluasi

dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran; dan kesembilan, melakukan

tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kemampuan ini sangat menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran5.

Dari pengertian kompetensi pedagogik tersebut, jelaslah bahwa kompetensi pedagogik sangatlah penting bagi guru, terutama dalam upaya memahami karakteristik peserta didik, mengelola (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti) pembelajaran, dan mengembangkan berbagai potensi npeserta didik secara efektif dan optimal. Kompetensi pedagogik sangat dibutuhkan oleh guru karena guru berhadapan dengan peserta didik yang belum dewasa yang menuntut bukan hanya pengajaran, melainkan juga pengembangan keprbadian peserta didik secara utuh.

Menurut Rusman (2012) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserrta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi

(5)

pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan peserrta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna6.

Dalam Undang - Undang no. 17 tahun 2010 tentang Guru dan Dosen dalam pasal 1 ayat 1 juga dijelaskan pengertian guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah7.

Jadi yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik guru adalah seperangkat pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik dan dapat meningkatkan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga dia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi al-ardh maupun ’abd). Pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini, sebagai tanggung jawab profesinya.

a. Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik

Adapun aspek-aspek kompetensi pedagogik adalah sebagai berikut: 1) Menguasai karakteristik peserta didik8

Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terikat dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya.Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.

Adapun indikator kompetensi atau kinerja menguasai peserta didik adalah sebagai berikut9 :

a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap

peserta didik di kelasnya.

b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran

6 Rusman, Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta; Rajawali Pers, 2012),hlm. 22

7 Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2010, Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,

bab XII Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 171(Bandung; Citra Umbara, 2017), hlm. 379

8 Nur Irwantoro & Yusuf Suryana, Kompetensi Pedagogik hlm. 8

(6)

c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.

d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan

perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.

e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi

kekurangan peserta didik.

f) Guru memperhatikan npeserta didik dengan kelemahan fisik

tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarginalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder dan sebaginya).

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik10.

Dalam menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik guru dituntut mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru menyesuaikan metode pembelajaran supaya sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar.

Adapun indikator kompetensi atau kinerja pada penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik tersebut adalah sebagai berikut11 :

a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.

b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik

terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.

c) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/

aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.

d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi

kemauan belajar peserta didik.

10Ibid, hlm. 52

(7)

e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik.

f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/

kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan

menggunakannya untuk memperbaiki rancangan

pembelajaran berikutnya.

3) Pengembangan kurikulum12.

Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Selanjutnya berdasarkan format Penilaian Kinerja Guru yang berlaku efekti 1 Januari 2013 ini, indikator kompetensi pengembangan kurikulum yang wajib dimiliki dan dilaksanakan oleh guru antara lain

mencakup kemampuan-kemampuan13 :

a) Menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum

b) Merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus

untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan

c) Mengikuti urutan materi pembelajaran dengan

memperhatikan tujuan pembelajaran.

d) Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran, tepat dan mutakhir, sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, dapat dilaksanakan di kelas dan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik14

Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap, guru mampu melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran.

12Ibid, hlm. 146-147

13Ibid, hlm. 147

(8)

5) Pengembangan potensi peserta didik15

Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka.

6) Komunikasi dengan peserta didik16.

Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik.

7) Penilaian dan Evaluasi17

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajaranya.

b. Indikator Kompetensi Pedagogik

Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan teori Kompetensi Pedagogik guru, maka selanjutnya untuk memudahkan proses penelitian, dibawah ini penulis mencantumkan indikator Kompetensi Pedagogik guru yang akan diteliti dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Indikator Kompetensi Pedagogik Variabel Indikator

Kompetensi Pedagogik Guru

1 Menguasai karakteristik peserta didik 2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik 3 Pengembangan Kurikulum

4 Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5 Pengembangan potensi peserta didik 6 Komunikasi dengan peserta didik. 7 Penilaian dan Evaluasi

15Ibid, hlm. 298

16Ibid, hlm. 390

(9)

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Oemar Hamalik motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan)

dan reaksi untuk mencapai tujuan18. Perubahan energi dalam diri seseorang

itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.

Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Kata “motif” diberikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip M. Ngalim Purwanto, motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang19.

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi instrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu. Adapun pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.

18Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta; Rineka Cipta, 2015), hlm. 148 19M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2014), hlm. 61

(10)

b. Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Sardiman menyebutkan macam-macam motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang antara lain20:

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja.

b) Motif-motif dipelajari

Motif-motif ini timbul karena dipelajari. Motif-motif ini sering dikenal dengan motif-motif yang disyaratkan secara sosial. sebagai contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat.

2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis21

a) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenis psikological drivers dari Frandsen seperti telah disinggung didepan.

b) Motif-motif darurat, yang termasuk dalam jenis motif ini adalah

antara lain : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburuh. Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar.

c) Motif-motif objektif, dalam hal ini menyangkut kebutuhan

untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat mengahadapi dunia luar secara efektif.

3) Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah22

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya reflex, insing otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.

20Ibid, hlm. 86

21Ibid, hlm. 88

(11)

4) Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik23 a) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi-nya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh Gurunya, Orang tua, Sahabat atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah.

c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Adapun beberapa bentuk dan cara yang menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar yaitu24:

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun sebagai guru haruslah mengetahui bahwa pemaparan angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, langkah yang dilakukan adalah guru memberi angka. Angka dapat dikaitkan dengan value yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi keterampilan dan afektifnya.

2) Hadiah

Hadiah dapat sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian, karena hadiah untuk sebuah pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berkat untuk pekerjaan tersebut.

23Ibid, hlm. 89

(12)

3) Saingan/ Kompetisi25

Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Ego-Involvement/ Harga diri

Membutuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan kepentingan tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga dirinya adalah salah satu bentuk motivasinya yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk memacu prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

5) Memberi ulangan

Para siswa akan menjaga giat belajarnya kalau mengetahui akan adanya ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan itu juga merupakan sarana motivasi, tetapi guru juga terlalu sering memberi ulangan karena bisa membosankan siswa. Maka sebelum ulangan guru sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan akan adanya ulangan.

6) Mengetahui hasil26

Dengan mengetahui hasil pelajaran apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk belajar terus menerus dengan harapan-harapan hasilnya terus meningkat.

7) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi. Pemberiannya harus tepat, dengan pujian yang tepat akan nampak suasana yang menyenangkan dan mempertimbangkan gairah belajar.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat, dan bijak akan menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

25Ibid, hlm. 93

(13)

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar adalah unsur kesengajaan, ada maksud untuk, hal ini lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat berarti ada pada diri seseorang.

10)Minat27

Motivasi erat hubungan dengan minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Begitu juga dengan minat, sehingga tepatlah bahwa minat merupakan alat motivasi yang pokok dalam proses belajar.

11)Tujuan yang di akui28

Rumusan tujuan yang diakui akan terima baik oleh siswa dan akan merupakan alat motivasi yang sangat penting sekali dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena disana sangat berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Guru mengembangkan dan mengarahkan hingga dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna

d. Indikator Motivasi Belajar

Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teori mengenai motivasi siswa, maka selanjutnya untuk lebih memudahkan proses penelitian, dibawah ini penulis mencantumkan indikator motivasi siswa yang akan diteliti sebagai berikut:

Tabel 2

Indikator Motivasi Belajar

Variabel Sub Variabel Indikator

Motivasi Belajar

Motivasi Intrinsik

1 Keinginan Belajar

2 Senang mengikuti pelajaran 3 Selalu menyelesaikan tugas 4 Mengembangkan bakat 5 Meningkatkan pengetahuan Motivasi

Ekstrinsik

1 Ingin mendapatkan perhatian 2 Ingin mendapatkan pujian

3 Ingin mendapatkan pengahargaan / hadiah dari guru atau sekolah

27Ibid, hlm. 94-95

(14)

C.Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari

hasilnya29. Sedangkan jenisnya adalah penelitian korelasional, yaitu

penelitian yang dilakukan antara dua variabel atau lebih. Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan itu.30 Penelitian korelasi juga bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran antara dua variabel yang berbeda sehingga dapat ditentukan tingkat antara variabel-variabel. Dari definisi tersebut, maka jenis penelitian ini adalah korelasional. Sebab, penelitian ini dirancang untuk

menentukan ada tidaknya hubungan variabel independen (kompetensi

pedagogik guru) dengan variabel dependen (motivasi belajar siswa) di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang kelas VIII sebanyak 50 siswa, dengan teknik penumpulan datanya melalui observasi, wawancara, angket dan dokumenter.

Adapun teknik analisis datanya adalah Korelasi Product Moment dengan

rumus31:

Keterangan :

N : Banyak Subyek

X : Angka pada Variabel Pertama Y : Angka pada Variabel kedua rxy : Nilai Korelasi Pruduct Moment D.Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini meliputi dua variabel, satu variabel bebas yaitu variabel Kompetensi Pedagogik Guru (variabel X), dan satunya lagi variabel terikat

29Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), hlm. 4 30Ibid. 31Ibid, hlm. 317 N∑ XY – (∑ X) (∑ Y) rxy =__________________________________________________ { N∑ X2 - (∑ X)2 } { N∑ Y2 - (∑ Y)2 }

(15)

yaitu variabel Motivasi Belajar Siswa (variabel Y). Data variabel X adalah hasil kuantitas terhadap jawaban responden dari angket yang disebarkan. Sama halnya data variabel Y adalah hasil kuantitas terhadap jawaban responden dari angket yang disebarkan.

1. Analisis Variabel

a. Analisis Data Kompetensi Pedagogik Guru

Untuk mengetahui tingkat Kompetensi pedagogik guru pada responden. Kategori pengukuran pada subjek dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori tinggi, kategori sedang, dan kategori rendah. Untuk mengetahui skor kategori maka diperoleh dari pembagian sebagai berikut:

1) Tinggi = X ≥ Mean + 1 SD

= X ≥ 78

2) Sedang = Mean – 1 SD ≤ X ≥ Mean + 1 SD

= 37 ≤ X ≥ 71

3) Rendah = X ≤ Mean – 1 SD

= X ≤ 30

Setelah diketahui nilai kategori tinggi, sedang dan rendah, maka akan dihitung dengan rumus prosentase sebagai berikut: P = __ x 100

Dengan demikian hasil analisis prosentase kompetensi

pedagogik guru dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3

Kategorisasi Kompetensi Pedagogik Guru

Kategori Kriteria Interfal F %

Tinggi X≥ Mean + 1 SD X ≥ 78 49 99%

Sedang Mean – 1 SD ≤ X ≥ Mean + 1 SD 37 ≤ X ≥ 71 1 1%

Rendah X ≤ Mean – 1 SD X ≤ 30 0 0%

Total 50 100%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru memiliktingkat rata-rata yang tinggi ditunjukkan

(16)

dengan adanya frekuensi yang paling banyak,mencapai 49 dari 50 subjek.

b. Analisis Data Motivasi Belajar

Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa pada responden. Kategori pengukuran pada subjek dibagi mejadi tiga kategori, yaitu kategori tinggi, kategori sedang dan kategori rendah. Untuk mengetahui skor kategori maka diperoleh dari pembagian sebagai berikut:

1) Tinggi = X≥ Mean + 1 SD

= 34

2) Sedang = Mean – 1 SD ≤ X ≥ Mean + 1 SD

= 18 ≤ X ≥ 33

3) Rendah = X ≤ Mean – 1 SD

= X ≤ 17

Setelah diketahui nilai kategori tinggi, sedang dan rendah, maka akan dihitung dengan rumus prosentase sebagai berikut: P = __ x 100

Dengan demikian hasil analisis prosentase kompetensi pedagogik guru dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4

Kategorisasi Motivasi Belajar Siswa

Kategori Kriteria Interfal F %

Tinggi X≥ Mean + 1 SD X ≥ 34 50 100%

Sedang Mean – 1 SD ≤ X ≥ Mean

+ 1 SD 18 ≤ X ≥ 33 0 0%

Rendah X ≤ Mean – 1 SD X ≤ 17 0 0%

Total 50 100%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada siswa MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang memiliki kategori yang tinggi hal ini ditunjukkan dengan adanya frekuensi yang paling banyak yaitu secara keseluruhan mencapai 50 subjek dengan nilai persentase sebesar 100 %

(17)

c. Korelasi Kompetensi Pedagogik Guru dengan Motivasi Belajar Untuk menganalisa hubungan antara variable tingkat Kompetensi Pedagogik Guru dan variabel tingkat Motivasi belajar, maka rumus yang digunakan dalam menganalisa hubungan kedua variabel tersebut adalah product moment dan hasil analisa kedua variabel disajikan dalam table berikut:

Deskriptive Statistics Mean SD N Kompetensi Pedagogik Guru 104.03 8.821 100 Motivasi Belajar 103.88 5.756 100 Correlations Kompetensi

Pedagogik Motivasi Belajar Kompetensi Pedagogik Guru Pearson Correlations Sig. (2-tailed) N 1 58 .588** .000 58 Motivasi Belajar Pearson Correlations Sig. (2-tailed) N .588** .000 58 1 58 ** Correlations is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil table diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,588 antara variabel Kompetensi pedagogic dengan motivasi belajar nilai sig (0,000), dengan r tabel (0,195) dan r hitung (0,588). R hitung (0,588) > R tabel (0,195) maka H0 ditolak, jadi hubugan kompetensi pedagogik guru dengan Motivasi belajar adalah signifikan, dan bila dilihat dari nilai sig P (0,000) <nilai α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima

(18)

2. Pembahasan

a. Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Semakin baik kompetensi pedagogik guru maka semakin baik pula kemampuan yang akan dimilikinya. Hal ini dikarenakan guru tersebut akan melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan baik, ia mampu menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan kurikulum, pengembangan potensi peserta didik, komunikasi dengan peserta didik serta mampu menggunakan hasil evalusi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerjanya.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa diagram hasil pengukuran tingkat Kompetensi pedagogik guru di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang sebagai berikut :

Diagram

Kompetensi Pedagogik Guru 1%

99%

Diagram diatas menunjukkan sebagian besar kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang yang masuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 49 dari 50 subjek 99 %. Sedangkan yang masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 1 dari 50 subjek, untuk yang memiliki kategori rendah tidak ada.

Seperti yang telah tergambarkan di atas, bahwa tingkat kompetensi pedagogik guru di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar

(19)

Jombang memiliki kategori yang tinggi yaitu sebanyak 99%.

Berdasarkan penghitungan dengan SPSS ver. 16 yang menyebutkan

bahwa dari 40 aitem, yang valid 36 dan sisanya 4 aitem yang dinyatakan tidak valid.

Dengan ini mengindikasikan bahwa semakin baik kemampuan guru dalam memberikan pengajaran kepada peserta didiknya maka akan semakin tinggi pula hasil kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh para guru.

Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar

pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi

pedagogik, Guru harus belajar secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik ini secara teori dan praktik. Ini berarti selain guru memberikan pembelajaran didalam kelas, guru harus mampu memberikan strategi saat mengajar didalam kelas sehingga apa yang akan dilakukan oleh guru dapat tersampaikan secara maksimal kepada anak didiknya.

b. Tingkat Motivas Belajar Siswa

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapainnya32, motivasi dibagi menjadi dua yaitu instrinsik dan ekstrinsik. motivasi instrinsik meliputi keinginan belajar, senang mengikuti pelajaran, selalu menyelesaikan tugas, mengembangkan bakat dan meningkatkan pengetahuan.sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi ingin mendapatkan perhatian, ingin mendapatkan pujian dan ingin mendapatkan penghargaan / hadiah dari guru atau sekolah. Dari dua jenis motivasi diatas sudah jelas bahwa motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

Motivasi belajar merupakan suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan)

dan reaksi untuk mencapainya33, dimana seorang siswa melakukan

sebuah pencapaian dalam hal yang lebih baik khusunya termotivasi dalam belajar sehingga menjamin kelangsungan dari kegiatan

32 Sardiman, AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta; Rajawali Pers, 2011) hlm. 73

(20)

belajar dan yang paling penting memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi instrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Diagram Motivasi Belajar Siswa

Diagram diatas menunjukkan sebagian besar Motivasi belajar siswa di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang masuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 35 siswa dari 50 subjek secara keseluruhan, Sedangkan untuk kategori sedang yaitu 25% 15 siswa

dan rendah tidak terlihat. Berdasarkan penghitungan dengan SPPS

ver 16 yang menyebutkan bahwa dari 40 aitem, yang valid 28 dan sisanya 12 aitem yang dinyatakan tidak valid atau gugur.

Ini mengindikasikan bahwa Tingkat motivasi belajar siswa di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang memiliki kategori yang sangat tinggi yaitu sebanyak 100%. Dari prosentase diatas bisa di jelaskan bahwa hasil dari tingginya kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru akan mempengaruhi tingginya motivasi belajar yang dimiliki oleh para siswa.

Tinggi Sedang Rendah

75 % 25 %

(21)

c. Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Motivasi Belajar Siswa

Dari tampilan SPSS model summary besarnya adjusted adalah 0,197, hal ini berarti 97 % variabel kompetensi pedagogik dapat dijelaskan oleh variabel motivasi belajar. Sedangkan sisanya ( 100% - 97 % = 3 % ) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar variabel diluar model.

Artinya disini dijelaskan bahwa variabel kompetensi pedagogik memberikan pengaruh 97% terhadap motivasi belajar. Nilai korelasi antara variabel kompetensi pedagogik dengan variabel motivasi belajar memliki nilai korelasi (R) sebesar 0,444. Variabel kompetensi pedagogik signifikan dengan variabel motivasi belajar Dengan nilai signifikansi 0,01 ini lebih kecil dari pada 0,05.

Selanjutnya dibahas secara lebih rinci mengenai hubungan dari variabel kompetensi pedagogik dengan motivasi belajar siswa, berdasarkan hasil dari analisis menyatakan bahwa ada hubungan positif signifikan dari variabel kompetensi pedagogik dengan motivasi belajar siswa kelas VIII MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang yang terbukti dalam analisa data menunjukkan bahwa thitung>ttabel dan signifikansi < (0,05). Hal ini berarti bahwa guru yang mempunyai kompetensi pedagogik baik maka motivasi yang diraih peserta didiknya juga akan tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, berikut dilakukan pembahasan tentang hasil pengujian hipotesis; hasil uji signifikansi menunjukkan besarnya pengaruh antara variabel kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan.Hal ini ditunjukkan oleh besarnya thitung (3,431) >ttabel ( 2,009) dan nilai signifikansi (0,001) < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atu Ha diterima. Dengan demikian, hasil uji signifikansi ini menunjukkan bahwa teori dan temuan-temuan para peneliti yang digunakan sebagai landasan penelitian ini adalah relevan.

Dari hasil analisis data yang telah dijabarkan diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara sendiri-sendiri (parsial) kompetensi pedagogik guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, Artinya, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki oleh guru, maka motivasi belajar siswanya semakin meningkat pula.

(22)

Dengan demikian temuan ini mengindikasikan bahwa untuk mencapai motivasi belajar yang baik, seorang guru harus bisa mengoptimalkan kompetensi pedagogik yang dimilikinya, karena hal tersebut sangatlah mempengaruhi motivasi belajar siswa bahkan mempengaruhi hasil belajar siswanya.

E.Kesimpulan

Sesuai dengan permasalahan yang telah uraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis kompetensi pedagogik guru di MTs

Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, masuk dalam kategori tinggi yaitu mencapai presentase sebesar 99%. Data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kompetensi pedagogik guru di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang berada dalam kategori yang tinggi. Artinya bahwa kemampuan guru dalam pembelajaran mengajar di kelas telah dicapai dengan baik dan maksimal.

2. Berdasarkan hasil analisis tingkat motivasi belajar siswa di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, masuk dalam kategori yang tinggi yaitu 100%. Data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang berada dalam kategori yang tinggi. Artinya bahwa motivasi belajar pada kelas IX telah dicapai dengan baik dan maksimal.

3. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana menyatakan bahwa

terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa. dari hasil penelitian diperoleh ℎ ( 3,341) > (2,009) dan nilai signifikansi (0,001) < (0,05), Besarnya kontribusi kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa kelas IX di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, dapat dilihat dari koefisien determinasi yaitu sebesar 0,197 yang berarti motivasi belajar siswa dapat dicapai akibat adanya kompetensi pedagogik yaitu sebesar 97% dan selebihnya yakni 3% dipengaruhi oleh faktor lain diluar kajian penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh positif signifikan kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar di MTs Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.

(23)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013)

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta; Rineka Cipta, 2015) Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya; analisis di bidang pendidikan,

(Jakarta; Bumi Aksara, 2011)

Irwantoro, Nur & Yusuf Suryana, Kompetensi Pedagogik Untuk Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional, (Sidoarjo; Genta group, 2016)

Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya Offset, 2014)

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta; Rajawali Pers, 2012)

Sardiman, AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2011)

Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2010, Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, bab XII Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 171(Bandung; Citra Umbara, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Target khusus dari program KKN-PPM ini adalah memberikan motivasi dan keterampilan para petani dalam pengolahan buah dengen menjadi sirup serta pengetahuan dalam pengemasan

Berdasarkan hasil analisis data dan grafik di atas dapat dilihat bahwa laju resapan biopori dari sejak sampah berumur 7 hari, laju resapan yang terjadi semakin menurun dan

Pendorong peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2014 adalah adanya tambahan pendapatan (THR dan gaji ke-13), namun masih didukung ekspektasi konsumen yang

4 Penelitian ini menguji sikap mahasiswa kesejahteraan sosial mengenai definisi berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap istri oleh suami serta faktor-faktor yang

Islam, tetapi telah menjadi masalah bersama bangsa Indonesia. Peran pemerintah dan masyarakat merupakan perwujudan amanah para pendiri bangsa, bahwa pendidikan adalah hak dasar

fi ndings in this study indicated that the foals had DOD lesions, including osteochondral fragmentation, subchondral bone cysts, and physitis.. These fi ndings indicate that there

Defisiensi enzim 3 -HSD merupakan penyebab kedua terbesar dari CAH, yaitu sekitar 10% dari kasus. Tidak seperti CAH karena defisiensi enzim 21-OH maupun 11 -OH yang hanya

Melati Budi Srikandi, D0212069, KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI: Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali,