• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat pada Program Pembangunan Berbasis Lingkungan - Membangun Prasarana Lingkungan dan Sosial (Pbl Mapalus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Partisipasi Masyarakat pada Program Pembangunan Berbasis Lingkungan - Membangun Prasarana Lingkungan dan Sosial (Pbl Mapalus)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298 , Volume 13 Nomor 1 A, Februari 2017 : 305 ± 312

305

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM PEMBANGUNAN BERBASIS

LINGKUNGAN - MEMBANGUN PRASARANA LINGKUNGAN DAN SOSIAL

(PBL MAPALUS)

Christiviany Gracanti Tatuh

Esry O. H. Laoh

Gene H. M. Kapantow

ABSRACT

This study aims to identify the shape and level of community participation in the planning,

implementation, and supervision of Environmental Based Programs - Building Environmental and

Social Infrastructure (PBL-Mapalus). The data used in conducting this research are primary data

and secondary data. Primary data is data obtained directly in the field, through interviews and

observations using questionnaires / questionnaires. Secondary data is data obtained from related

institutions such as the Community Empowerment and Manpower Board of Manado City, Office of

Lurah Bumi Nyiur and Tuminting Urban Village Office. Sampling technique in this research used

Purposive Sampling. This method is done by taking the people who are selected by researchers

according to the specific characteristics possessed by the sample. The result of this research can be

concluded that community participation in Environment Based Development Program - Building

Environmental and Social Infrastructure (PBL-Mapalus) shows the activity of society is big enough.

Although there are still a handful of people who do not know about Environmental-Based

Development - Building Environmental and Social Infrastructure (PBL-Mapalus) so it is advisable to

the relevant agencies to provide more socialization to the community.

Keywords:

Form, Level, Community Participation, PBL Mapalus, Tuminting Sub-district, Wanea

Sub-district, Manado City

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat

dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan Program Berbasis Lingkungan - Membangun

Prasarana Lingkungan dan Sosial (PBL-Mapalus). Data yang digunakan di dalam melaksanakan

penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat

langsung di lapangan, melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan daftar

pertanyaan/kuesioner. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait seperti

Badan Pemeberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Manado, Kantor Lurah Bumi

Nyiur dan Kantor Lurah Tuminting. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling

. Metode ini dilakukan dengan

mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh

sampel itu. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam program

Pembangunan Berbasis Lingkungan - Membangun Prasarana Lingkungan dan sosial (PBL-Mapalus)

menunjukan keaktifan masyarakat cukup besar. Walaupun masih ada anggota masyarakat yang tidak

mengetahui tentang Pembangunan Berbasis Lingkungan - Membangun Prasarana Lingkungan dan

sosial (PBL-Mapalus) sehingga disarankan kepada instansi terkait untuk lebih banyak memberikan

sosialisasi kepada masyarakat.

Kata kunci: Bentuk, Tingkat, Partisipasi Masyarakat, PBL Mapalus, Kecamatan Tuminting,

Kecamatan Wanea, Kota Manado

(2)

Partisipasi Masyarakat pada Program Pembangunan... (Christiviany Tatuh, Esry Laoh, Gene Kapantow)

306

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Orientasi pembangunan di Indonesia

yang masih terfokus pada pertumbuhan

ekonomi

menyebabkan

ketergantungan

masyarakat

terhadap

kebijakan-kebijakan

pembangunan pemerintah masih kuat dirasakan.

Sehingga peran serta masyarakat dalam

aktivitas pembangunan tidak terlihat.

Ukuran-ukuran yang dipakai dalam pertumbuhan

ekonomi sendiri belum bisa menjelaskan dan

menyelesaikan

masalah

ketimpangan

pendapatan dan pengangguran di Indonesia.

Fenomena lemahnya peran serta masyarakat

sekarang

tidak

hanya

terjadi

dibidang

pembangunan tetapi sudah meluas ke berbagai

bidang baik ekonomi, sosial, politik dan hukum

VHUWD SHUWDKDQDQ GDQ NHDPDQDQ 0X¶PDQ

Syarif Ibrahim, 1999). Ini bisa dilihat dengan

meningkatnya angka kemiskinan, kriminalitas,

epidemi berbagai penyakit menular hingga

maraknya konflik yang terjadi. Oleh karena itu

saat

ini adalah

sebuah keharusan

bagi

pemerintah untuk menjadi lebih responsif

terhadap kebutuhan masyarakat dan sektor publi

k dengan modernisasi program yang dapat

memberikan

peluang untuk partisipasi warga.

Sehingga

masyarakat

tidak lagi

dilihat sebagai penerima program pembangunan

melainkan ditempatkan

sebagai pelaku atau

subyek utama dalam pembangunan.

Paradigma baru yang berkembang

lebih menekankan kepada proses-proses

partisipatif dan kolaboratif yang ditujukan

untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan

material, termasuk meningkatnya keadilan

dalam distribusi pemilikan, pengelolaan dan

manfaat pembangunan serta kebebasan dan

keterlibatan

penduduk

dalam

proses

pembangunan dapat pula diartikan bagaimana

penduduk

memanfaatkan

program

pembangunan yang telah diprogramkan oleh

pemerintah, tetapi juga berarti bagaimana

prakarsa dan kreativitas penduduk sendiri

kemandirian (Rustiadi, Saefulhakim dan

Panuju, 2011). Hal ini dimaksudkan agar

pemerintah tidak lagi melakukan intervensi

terlalu jauh dalam

berbagai aspek kehidupan

masyarakat. Korten (1986) menegaskan bahwa

pembangunan masyarakat akan efektif apabila

dilaksanakan dengan memanfaatkan organisasi

masyarakat. Dan pemerintah berperan sebagai

regulator, fasilitator dan motivator ada di

tingkat lokal (Suradi, 2006).

Setelah reformasi banyak daerah yang

mendapatkan hak Otonomi Daerah sebagai

kelanjutan dari proses perubahan. Otonomi

Daerah yang secara efektif mulai dilaksanakan

pada tahun 2001 merupakan upaya untuk

memangkas mata rantai proses pembangunan

yang panjang dan sentralistik, sebagaimana

diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya.

Otonomi Daerah untuk mendekatkan hubungan

fungsional antara pemerintah daerah dengan

masyarakat.

Kebijakan

otonomi

daerah,

pertama adalah UU No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pusat dan Daerah. Dalam perjalanannya sesuai

dengan kebutuhan demokrasi dan pembangunan

daerah, UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25

Tahun 1999 telah dinilai baik dari segi

kebijakan dan implementasinya, dan seiring

kondisi zaman ternyata UU No. 22 Tahun 1999

dan UU NO. 25 Tahun 1999 mengalami

kelemahan sehingga undang-undang tersebut

mengalami revisi menjadi UU. 32 Tahun 2004

dan UU No. 33 Tahun 2004. Pada dasarnya

semangat dan tujuan Undang-Undang Otonomi

Daerah dan sesentralisasi, memberikan ruang

(kewenangan)

pemerintah

daerah

untuk

merencanakan dan melaksanakan kebijakan dan

program yang sesuai dengan potensi daerahnya

masing-masing.

Demokratisasi diera otonomi daerah

telah

mendesain

ulang

pola-pola

relasi

pembangunan

antara

negara

(pemerintah

daerah) dan masyarakat ke arah yang

lebih

setara dan seimbang. Hubungan yang

seimbang antara pemerintah dan masyarakat

tidak hanya manifestasi dari pelaksanaan

otonomi daerah, tetapi model hubungan yang

demikian

itu

juga

merupakan

tuntutan kebutuhan

masyarakat,

sehingga

memudahkan

pencapaian

kemajuan

pembangunan daerah dan kesejahteraan

masyarakatnya. Bertemunya antara akses

pembangunan yang datang dari atas dan

respon dari bawah merupakan inti dari

partisipasi

penduduk

dalam

proses

pembangunan

. Keterlibatan penduduk dalam

(3)

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298 , Volume 13 Nomor 1 A, Februari 2017 : 305 ± 312

307

proses pembangunan dapat menempatkan

penduduk

baik

subyek

maupun

obyek

pembangunan. Sebagai subyek pembangunan

penduduk diharapkan ikut serta menentukan

pilihan-pilihan pembangunan di daerahnya.

Sedangkan

sebagai

obyek

pembangunan,

penduduk

ditempatkan

sebagai

sasaran

pembangunan (Rustiadi, Saefulhakim dan

Panuju, 2011)

Di Sulawesi Utara khususnya di Kota

Manado yang dahulunya merupakan kesatuan

dari kabupaten Minahasa adalah salah satu

contoh dari sistem pemerintahan Otonomi

daerah yang ingin memekarkan diri dengan

tujuan agar program pembangunan lebih

tersentuh dan terfokus kepada masing-masing

kelurahan.

Kota

Manado

sejak

masa

kemerdekaan telah beberapa kali mengalami

perubahan status dalam struktur pemerintahan.

Semula masuk dalam kategori Kotapraja

(1957-1958),

Daerah

Tingkat

II

(1958-1965),

Kotamadya (1965-1974), Kotamadya Daerah

Tingkat II (1974-1999),

Kota Manado (1999 -

saat ini). Kota Manado dihuni oleh penduduk

berjumlah 425.634 jiwa (data BPS Provinsi

Sulawesi Utara tahun 2015). Bertambahnya

jumlah

penduduk

setiap

tahun

dan

peningkatan rasio pertumbuhan ekonomi

memunculkan masalahan-masalah baru yang

dampaknya dapat dilihat pada meningkatnya

angka kemiskinan dan pengangguran. Begitu

juga ketersediaan anggaran menyebabkan

pemerataan pembangunan selama ini belum

menjangkau seluruh wilayah di Kota Manado,

sehingga memunculkan dikotomi

Utara-Selatan akibat dari

pembangunan sarana

prasarana lebih banyak diserap wilayah

daratan

khususnya di bagian Selatan daripada

wilayah kepulauan dan bagian Utara. Untuk

menjawab

tantangan

permasalahan

pembangunan prasarana dan sosial yang belum

merata, khususnya di tingkatan pemerintahan

yang terbawah yang seringkali tidak terjangkau

pembangunannya melalui anggaran Pemerintah

Kota Manado, membuat suatu terobosan baru

sebagai acuan dalam upaya pembangunan

infrastruktur dan sosial yang berbasis pada

pemberadayaan masyarakat serta meningkatkan

kapasitas masyarakat baik secara individu

maupun kelompok dalam memecahkan berbagai

pesoalan terkait upaya peningkatan kualitas

hidup,

kemandirian

dan

kesejahteraan

masyarakat.

Dasar filosofi program ini adalah

³0DSDOXV´

\DQJ

GDODP

EDKDVD

0LQDKDVD

memiliki arti semangat gotong royong. Program

yang

diberi

nama

dengan

Program

Pembangunan

Berbasis

Lingkungan

-

Membangun Prasarana Lingkungan, Sosial dan

Ekonomi (PBL-Mapalus), ini bertujuan selain

untuk

mempercepat

dan

meratakan

pembangunan prasarana dasar permukiman juga

sekaligus mengajak secara aktif masyarakat

untuk terlibat secara langsung dalam

kegiatan-kegiatan pembangunan prasarana dasar di

lingkungannya.

Melalui

program

ini

diharapkan masyarakat akan merasa terpanggil

untuk melaksanakan kegiatan pembangunan

mulai tahap perencanaan proyek, tahap evaluasi

sampai tahap pelaksanaannya.

Diawal pelaksanaannya Tahun 2012

program ini diberi nama Pembangunan Berbasis

Lingkungan

-

Membangun

Prasarana

Lingkungan, Sosial dan Ekonomi

(PBL-MAPALUSE) di tahun berikutnya 2013 diubah

menjadi Pembangunan Berbasis Lingkungan -

Membangun Prasarana Lingkungan dan Sosial

(PBL-MAPALUS)

dan

hingga

sekarang

menggunakan nama PBL-MAPALUS. Sesuai

kebijakan Pemerintah Kota Manado lokasi

sasaran Pembangunan Berbasis Lingkungan -

Membangun Prasarana Lingkungan dan Sosial

(PBL-MAPALUS)

mencakup

seluruh

lingkungan di 87 Kelurahan yang ada di Kota

Manado yaitu sebanyak 504 Lingkungan.

Pembangunan

Berbasis

Lingkungan

-

Membangun Prasarana Lingkungan dan Sosial

(PBL-MAPALUS)

berlandaskan

pada

Peraturan Walikota Manado Nomor 46 Tahun

2011 sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Walikota Manado

Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pembangunan

Berbasis Lingkungan - Membangun Prasarana

Lingkungan dan Sosial Di Kota Manado. Ruang

lingkup

kegiatan

Pembangunan

Berbasis

Lingkungan

-

Membangun

Prasarana

Lingkungan dan Sosial (PBL-MAPALUS)

terbagi

2

yang

terdiri

dari

Kegiatan

Pembangunan Prasarana Lingkungan dengan

Infrastruktur

sederhana

dan

pengadaan

(4)

Partisipasi Masyarakat pada Program Pembangunan... (Christiviany Tatuh, Esry Laoh, Gene Kapantow)

308

barang/peralatan serta kegiatan pembangunan

sosial kemasyarakatan. Program ini pada

hakekatnya

Pemerintah

Kota

Manado

memberikan anggaran stimulan terbatas untuk

pembangunan prasarana dasar kepada warga

masyarakatnya dilaksanakan secara mapalus

disetiap lingkungan dalam wilayah kelurahan.

Keterbatasan anggaran yang di

terima oleh

masyarakat

tersebut

diharapkan

akan

menimbulkan bentuk swadaya masyarakat

untuk

mewujudkan

prasarana

yang

dinginkannya. Subtansi dasar dititikberatkan

pada

penumbuhan

partisipasi

nyata

masyarakat dikelurahan untuk membangun

lingkungan sekitar tempat pemukuman serta

kepedulian dan solidaritas untuk bahu

membahu menanggulangi permasalahan yang

ada di lingkungan secara mandiri dan

berkelanjutan.

Pembangunan

Berbasis

Lingkungan

-

Membangun

Prasarana

Lingkungan

dan Sosial (PBL-MAPALUS)

sendiri mengunakan pendekatan Dari, Oleh dan

Untuk Masyarakat (ODUM). Secara umum

peran Pemerintah Kota Manado dalam kegiatan

PBL-Mapalus

adalah

sebagai

regulator,

dinamisator, koordinator dan fasilitator.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan,

maka yang menjadi permasalahan

penelitian ini adalah untuk menganalisis

bagaimana partisipasi masyarakat dalam

meningkatkan kualitas prasarana infrastruktur

melalui Program Pembangunan Berbasis

Lingkungan

-

Membangun

Prasarana

Lingkungan dan Sosial (PBL-MAPALUS) di

Kota Manado.

Tujuan Penelitian

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengidentifikasi

bentuk dan tingkat partisipasi

masyarakat

dalam

tahap

perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan Program Berbasis

Lingkungan

-

Membangun

Prasarana

Lingkungan dan Sosial (PBL-Mapalus).

Manfaat Penelitian

Manfaat

penelitian

ini

untuk

pelaksanaan program pembangunan selanjutnya

dan sebagai informasi tambahan bagi para

pemerintah.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian

ini

dilaksanakan

di

Kecamatan Tuminting (wilayah pesisir dan

berada di Wilayah Manado Utara) dan

Kecamatan Wanea (wilayah perkotaan dan

berada di Wilayah Manado Selatan) Kota

Manado Propinsi Sulawesi Utara

. Waktu

pelaksanaan penelitian dari bulan Februari 2016

sampai dengan bulan Juni 2016.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan di dalam

melaksanakan penelitian ini yaitu data primer

dan data

sekunder. Data primer merupakan

data yang didapat langsung di lapangan,

melalui wawancara dan observasi dengan

menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh

dari

instansi

terkait

seperti

Badan

Pemeberdayaan

Masyarakat

dan

Pemerintahan Kelurahan Kota Manado,

Kantor Lurah Bumi Nyiur

dan Kantor Lurah

Tuminting.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 5 (lima) variabel,

yaitu:

1. Partisipasi

masyarakat

dalam

bentuk

sumbangan

pikiran,

masyarakat

menyumbangkan ide atau gagasan dalam

RKL (Rapat Kerja Lingkungan).

2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk

sumbangan tenaga, masyarakat secara

sukarela turut serta dalam pembangunan

fisik.

3. Partisipasi masyarakat dalam bentuk

sumbangan keahlian, masyarakat rela

untuk menyumbangkan kemampuan dan

keterampilannya

dalam

pelaksanaan

pembangunan fisik dan masyarakat rela

untuk menyumbangkan kemampuan dan

keterampilannya

dalam

pembuatan

proposal.

4. Partisipasi masyarakat dalam bentuk

sumbangan barang, masyarakat secara

sukarela menyumbangkan peralatan dalam

pelaksanaan pembangunan fisik

dan

(5)

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298 , Volume 13 Nomor 1 A, Februari 2017 : 305 ± 312

309

menyumbangkan bahan-bahan bangunan

dalam pelaksanaan pembangunan fisik.

5. Partisipasi masyarakat dalam bentuk

sumbangan uang, masyarakat secara

swadaya menyumbangkan sejumlah uang

dalam pelaksanaan pembangunan fisik.

Metode Pengambilan Sampel

Teknik

pengambilan sampel atau

teknik sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah Purposive Sampling.

Metode ini dilakukan dengan mengambil

orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti

menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh

sampel itu (Nasution, 2006:98).

Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan

adalah analisis kuantitatif. Data penilitian

yang diperoleh dianalisa dengan distribusi

frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

1.

Keadaan Geografis

Berdasarkan PERDA Kota Manado

Nomor 2 Tahun 2012 Kota Manado dimekarkan

kembali menjadi 11 kecamatan dengan 87

kelurahan. Kelurahan Bumi Nyiur termasuk

dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Wanea

sedangkan Kelurahan Tuminting berada dalam

wilayah pemerintahan Kecamatan Tuminting.

Kelurahan Bumi Nyiur memiliki luas wilayah

paling besar 88,

20 Ha

sedangkan Kelurahan

Tuminting memiliki luas 43,83 Ha. Sebagai

bagian dari wilayah administratif Pemerintah

Kota Manado koordinat Letak geografis dan

batas wilayah Kelurahan Tuminting dan

Kelurahan Bumi Nyiur dapat dilihat pada tabel

1.

2.

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di tahun 2015 berdasarkan

data Prodeskel Kelurahan Tuminting 6.629 jiwa

sedangkan Kelurahan Bumi Nyiur memiliki

jumlah penduduk 3.549 jiwa. Persentase jumlah

penduduk menurut jenis kelamin di kedua

Kelurahan ditunjukkan pada Tabel 2.

HASIL PENELITIAN

1.

Karakteristik Responden

Hasil perhitungan frekuensi kondisi

sosial

ekonomi

berdasarkan

sampel

di

Kelurahan

Bumi

Nyiur

dan

Kelurahan

Tuminting, lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 3. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah

diedarkan

kepada

masyarakat

tentang

Partisipasi

masyarakat

Pada

Program

Pembangunan

Berbasis

Lingkungan

-

Membangun Prasarana Lingkungan Dan Sosial

(PBL-Mapalus), maka yang didapatkan jenis

kelami laki-laki sebanyak 47 orang (63%) pada

Kelurahan Bumi Nyiur dan 41 orang (55%)

pada Kelurahan Tuminting. Untuk jenis

kelamin perempuan sendiri 28 orang (37%)

untuk Kelurahan Bumi Nyiur dan 34 orang

(45%) untuk Kelurahan Tuminting.

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan

yang telah ditempuh oleh penduduk dikedua

kelurahan obyek penelitian maka presentase

terbanyak

adalah

berpendidikan

setingkat

SLTA. Di Kelurahan Bumi Nyiur jumlah

responden yang telah menamatkan sampai ke

jenjang setingkat SLTA adalah sebanyak 43

orang atau 57%, Kelurahan Tuminting sebanyak

40 orang (53%). Sementara pendidikan

Akademi memiliki persentase paling kecil

dimana sebanyak 8% untuk Kelurahan Bumi

Nyiur dan 4 % untuk Kelurahan Tuminting.

Untuk lebih jelasnya mengenai frekuensi

tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan pengamatan ini maka

semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat

maka akan semakin tinggi pula tipologi

kelurahanya. Kita dapat melihat perbedaan

yang disebabkan tingkat pendidikan dalam hal

partisipasi masyarakat dalam melaksanakan

program Pembangunan Berbasis Lingkungan -

Membangun Prasarana Lingkungan dan Sosial

(PBL-Mapalus), dimana dengan tersedianya

tenaga ahli dan terdidik sebagai inovator

pembangunan

semua

proses

mulai

dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta

pemeliharaan akan berjalan dengan baik.

2.

Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat

Pada Tahap Perencanaan. Hasil dari kuisioner

yang diberikan kepada warga berkaitan dengan

partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan

Program Pembangunan Berbasis Lingkungan -

(6)

Partisipasi Masyarakat pada Program Pembangunan... (Christiviany Tatuh, Esry Laoh, Gene Kapantow)

310

Membangun Prasarana Lingkungan Dan Sosial

(PBL-Mapalus),

77%

responden

pada

Kelurahan Bumu Nyiur ikut berpartisipasi

sedangkan 23% tidak ikut berpartisipasi. Untuk

Kelurahan Tuminting responden yang ikut

berpartisipasi 68% dan yang tidak berpartisipasi

32%. Ada beberapa alasan responden tidak ikut

berpartisipasi. Sebagian besar responden yang

tidak ikut berpartisipasi dikarena mereka tidak

mengetahui tentang Program Pembangunan

Berbasis Lingkungan - Membangun Prasarana

Lingkungan Dan Sosial (PBL-Mapalus) dapat

dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukan

bahwa responden di Kelurahan Bumi Nyiur

masih lebih tinggi persentasi partisipasi dalam

tahap perencanaan ini dibandingkan dengan

Kelurahan Tuminting. Slamet (1994) dalam

Sutami (2009) mengatakan bahwa tingginya

animo responden dalam berpartisipasi, agar

warga mampu mengontrol keputusan-keputusan

yang mempengaruhi nasib mereka.

3.

Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat

pada

Tahap

Pelaksanaan

Pembangunan.

Jawaban responden dengan pertanyaan apakah

ikut berpartisipasi pada tahap pelaksanaan

pembangunan pada Program Pembangunan

Berbasis Lingkungan - Membangun Prasarana

Lingkungan

dan

Sosial

(PBL-Mapalus)

sebanyak 83% responden Kelurahan Bumi

Nyiur berpartisipasi sedangkan pada Kelurahan

Tuminting hanya sebesar 73%, selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 6. Bila dibandingkan

dengan

partisipasi

masyarakat

pada

perencanaan pembangunan, maka pada

tahap ini partisipasi

masyarakat meningkat.

4.

Analisis Bentuk-bentuk Partisipasi

masyarakat

pada

tahap

pelaksanaan

pembangunan.

Bentuk-bentuk

partisipasi

masyarakat pada pelaksanaan pembangunan

dapat dilihat pada Tabel 7. Bentuk partisipasi

yang diberikan cukup tinggi, ini dapat dilihat

pada saat pelaksanaan Program Berbasis

Lingkungan

-

Membangun

Prasarana

Lingkungan dan Sosial (PBL-MAPALUSE).

Ini membuktikan bahwa manfaat dari dana

stimulan yang diberikan membuat masyarakat

termotivasi untuk turut serta

membangun

lingkungannya

dalam

berbagai

bentuk

partisipasi.

Tabel. 1 Koordinat Letak geografis dan Batas Wilayah

Kelurahan Koordinat Letak Geografis

Batas Wilayah

Utara Selatan Timur Barat

Bumi Nyiur 124.86952 LS/LU - 1.448796 BT/BB Kelurahan Wanea Kelurahan Pakowa Kelurahan Wanea Kelurahan Wanea Tuminting 124.861964 LS/LU - 1.527595 BT/BB Kelurahan Mahawu Kelurahan Bitung Karangria Kelurahan Sumompo Kelurahan Singkil Dua

Tabel. 2 Jumlah Penduduk

Kelurahan

Jumlah Penduduk

Laki-laki

Perempuan

Total

Tuminting

3.285

36

3.344

6.629

Bumi Nyiur

1.769

1.780

3.549

Tabel. 3 Frekuensi Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Kelurahan Bumi Nyiur Kelurahan Tuminting Responden Persentase Responden Persentase

1 Laki-Laki 47 63 41 55

2 Perempuan 28 37 34 45

(7)

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298 , Volume 13 Nomor 1 A, Februari 2017 : 305 ± 312

311

Tabel. 4 Frekuensi Tingkat Pendidikan

No Jenis Kelamin Kelurahan Bumi Nyiur Kelurahan Tuminting

Responden Persentase Responden Persentase

1 SD - - - - 2 SLTP 9 12 27 36 3 SLTA 43 57 40 53 4 Akademi 6 8 3 4 5 Perguruan Tinggi 17 23 5 7 JUMLAH 75 100 75 100

Tabel. 5 Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan

No Partisipasi Masyarakat Kelurahan Bumi Nyiur Kelurahan Tuminting Responden Persentase Responden Persentase

1 Ikut berpartisipasi 58 77 51 68

2 Tidak ikut berpartisipasi 17 23 24 32

JUMLAH 75 100 75 100

Tabel. 6 Partisipasi Masyarakat pada Pelaksanaan Pembangunan

No

Partisipasi Masyarakat

Kelurahan Bumi Nyiur

Kelurahan Tuminting

Responden

Persentase

Responden

Persentase

1

Ikut berpartisipasi

63

83

55

73

2

Tidak ikut berpartisipasi

13

17

20

27

JUMLAH

75

100

75

100

Tabel. 7 Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan

No Partisipasi Masyarakat Kelurahan Bumi Nyiur Kelurahan Tuminting Responden Persentase Responden Persentase

1 Tenaga 25 33 29 39 2 Keahlian 12 16 4 5 3 Peralatan 9 12 15 20 4 Material 16 22 7 9 5 Tidak Berpartisipasi 13 17 20 27 JUMLAH 75 100 75 100

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian dan kajian terhadap

partisipasi masyarakat pada pembangunan

melalui Program Berbasis Lingkungan -

Membangun

Prasarana Lingkungan dan Sosial

(PBL-

MAPALUSE) di Kelurahan Bumi

Nyiur

dan

Kelurahan

Tuminting

menunjukkan bahwa keaktifan masyarakat

untuk berpartisipasi cukup besar, hal ini

terlihat dari keikutsertaan masyarakat dan

pemberian bentuk partisipasi yang semakin

meningkat. Jika dilihat dari keikutsertaan

responden pada setiap tahapan pembangunan

menunjukkan

bahwa

responden

sudah

melakukan kerjasama yang baik dengan

pemerintah

sebagai

penggagas

adanya

program Program Berbasis Lingkungan -

Membangun Prasarana Lingkungan dan

Sosial (PBL-MAPALUSE). Indikasi adanya

kerjasama ini, menunjukkan bahwa partisipasi

masyarakat

telah

berada

pada

tingkat

(8)

Partisipasi Masyarakat«««« ... (Christiviany Gracanti Tatuh, Esry O. H. Laoh, Gene H. M. Kapantow)

312

Saran

Bagi pemerintah, dalam hal ini diwakili

oleh lurah, ketua KMM dan Instansi terkait

diharapkan

agar

lebih

giat

lagi

mensosialisasikan program Program Berbasis

Lingkungan

-

Membangun

Prasarana

Lingkungan dan Sosial (PBL-MAPALUSE)

agar tingkat partisipasi masyarakat lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Hetifah Sj Sumarto. 2003.

Inovasi, Partisipasi

Dan Good Governance 20 Prakarsa

Inovatif Dan Partisipatif Di Indonesia

, ed. 1, Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta

Korten, David C. 1989. Pembangunan

Berpusat Pada Rakyat. Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta

1XU\DQD

0X¶PDQ

3ROD UHNRQVLOLDVL

masyarakat antar

Etnis Di Daerah

Konflik Di Indonesi. Balatbang

Sosial. Jakarta

Peraturan Walikota Manado Nomor 12 Tahun

2015 Tentang Pembangunan Berbasis

Lingkungan - Membangun Prasarana

Lingkungan Dan Sosial Di Kota

Manado

Perda Kota Manado No. 2 Tahun 2012

Tentang Pemekaran Wilayah

Rustiadi, Saefulhakim dan Panuju. 2011.

Perencanaan

dan

Pengembangan

Wilayah. Crestpent Press dan Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

. Jakarta

Suradi.

2006.

Jurnal

penelilian

dan

Pengembangan Usaha Kesejahteraan

Sosial. Vol. 11. Pusat penelitian dan

pengembangan Kesejahteraan Sosial

Departemen Sosial RI. Jakarta

Simon Bolivar Manalu. 2015. Konsep Otonomi

Daerah,

Good

Governance,

dan

Reinventing

Government

dalam

Pembangunan

Daerah

http://www.kompasiana.com/simonman

alu/konsep-otonomi-daerah-good-

governance-dan-reinventing-

government-dalam-pembangunan-daerah

UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan

Daerah

UU No.25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan

Keuangan antara Pusat dan Daerah

UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merekomendasikan terapi Natural Relaxation Music untuk menurunkan kelelahan pasien dan saran untuk manajemen rumah sakit agar terapi musik sebagai

Penggunaan tepung zirkon tipe 2 dan pasir zirkon tipe c dengan distribusi ukuran partikel yang lebih merata dapat menghasilkan produk cor yang bebas cacat penetrasi

Arboretum Sumber Brantas ASB yang merupakan ekosistem alami terdapat banyak jenis serangga aerial yang berperan sebagai predator antara lain adalah dari ordo Coleoptera, Hymenoptera

yang tertera pada tabel. Dengan nilai tegangan yang sama. Nilai arus dan kecepatan pada dua kondisi ini sangat berbeda. Nilai arus dan kecepatan saat kondisi backward

Sebuah penelitian tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan penelitian ini pasti memiliki banyak kekurangan. Peneliti mengalami beberapa

Anjak piutang adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan baik dalam bentuk piutang maupun promes atas dasar diskonto dari klien dengan syarat recound atau

Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan hara pada tanah gambut adalah jerapan hara yang lemah sehingga hara yang diberikan melalui pupuk tidak efisien karena sebagian

social cognitive theory (SCT) yang dikaitkan dengan perilaku diet termasuk kepatuhan Latihan mindfulness-based on eating bekerja pada outcome diet yang positif