• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG

Sari Anggita Rahmawati1), Nenny Harijani 2), Mirni Lamid 3) 1) Mahasiswa, 2)Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner

3)Departemen Peternakan

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem manajemen usaha sapi madura dan sapi madrasin. Menganalisis pendapatan peternak antara sapi madura dan sapi madrasin di Desa Taman Sareh Kecamatan Sampang. Responden terdiri dari 15 peternak sapi madura dan 15 peternak sapi madrasin di Desa Taman Sareh Kecamatan Sampang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari laporan ilmiah, literatur atau referensi yang relevan dengan penelitian tersebut. Data primer merupakan hasil wawancara dengan peternak berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan, meliputi identifikasi peternak responden, komponen investasi usaha ternak, biaya usaha ternak (biaya tetap dan biaya variabel), penerimaan dan pengeluaran dalam usaha peternakan sapi madura dan sapi madrasin. Analisis data menggunakan analisis diskriminan untuk mengetahui perbedaan B/C ratio, Break Event Point harga (BEP harga) dan Break Event Point produksi (BEP produksi) antara peternak sapi madura dan sapi madrasin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi madrasin lebih menguntungkan dibandingkan usaha peternakan sapi madura.

Kata kunci : pendapatan peternak, sapi madura, sapi madrasin, analisis diskriminan.

PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK). Salah satu langkah percepatan swasembada daging di Jawa Timur adalah melalui pelaksanaan program “Sapi Berlian” yang berarti sapi beranak lima juta dalam lima tahun. Pengembangan usaha sapi potong difokuskan di Madura yang mempunyai potensi dan peluang untuk pengembangan Sapi Madura (Nurgiatiningsih, 2011).

Pulau Madura dikenal sebagai daerah produksi ternak potong khususnya Kabupaten Sampang. Populasi ternak sapi Madura tiap tahun mengalami peningkatan. Data populasi ternak sapi potong dari Dinas Peternakan Kabupaten Sampang, tahun 2011 menunjukkan populasi ternak sapi Madura sebesar 10.902 ekor dan tahun 2012 menunjukkan populasi ternak sapi Madura sebesar 10.932 ekor (Dispet Sampang, 2013). Sapi Madura sebagai sapi lokal Indonesia merupakan salah

(2)

satu sumber daya genetik yang ada di Indonesia. Sapi Madura mempunyai beberapa keunggulan yaitu daya adaptasinya tinggi terhadap panas dan penyakit caplak, mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah, mempunyai kinerja reproduksi lebih baik dibandingkan dengan sapi persilangan, serta dagingnya banyak yang disukai oleh konsumen (Suryana, 2009).

Perkawinan silang antara Sapi Madura dengan Sapi Limousin untuk memperbaiki mutu genetik dan produktivitas sapi lokal (Wijono, 2004). Perkawinan silang itu menghasilkan produksi sapi dengan kualitas lebih bagus dari sapi lokal yang dikenal dengan “Sapi Madrasin “. Sapi Madrasin memiliki penampilan eksterior tubuh dan berat badan lebih baik dibanding sapi Madura. Peternak sapi Madura cenderung memilih IB yang menggunakan pejantan unggul sapi Limousin sebagai sumber semen beku. Kondisi ini tentu kurang menguntungkan terutama terkait dengan upaya mempertahankan eksistensi kemurnian sapi Madura sebagai salah satu plasma nutfah sapi asli Indonesia. Hal ini dipertegas oleh Siswijono dkk., 2014 tentang kelembagaan konservasi sumberdaya genetik hewan sebagai upaya untuk menjaga kelestarian sapi Madura telah diterbitkan oleh Pemerintah. Keputusan Direktur Jenderal

Peternakan Nomor:

18020/Kpts/PD.420/F2.3/02/2013 memuat tentang pedoman pelaksanaan pembibitan sapi potong di Pulo Raya, Pulau Sapudi, dan Pulau Nusa Penida merupakan salah

satu bentuk upaya pemerintah untuk menjaga kelestarian plasma nutfah ternak sapi.

Usaha peternakan sapi Madura yang dikelola peternak sebagian besar berorientasi pembibitan dan sebagai dana cadangan rumah tangga dan tenaga kerja. Musim penghujan peternak sapi biasanya mengandalkan rumput gajah, rumput lapang, daun-daunan, sedangkan musim kemarau pakan yang diberikan limbah pertanian kering, daun kering, dan sebagainya (Siswijono dkk., 2014). Sistem pemeliharaan menggunakan sistem semi intensif. Pengenalan sapi Limousin masuk ke pulau Madura melalui inseminasi buatan (Hartatik,2009). Masuknya sapi Limousin melalui inseminasi buatan perlu diperhatikan performan produksi dan reproduksinya, mengingat bahwa sapi Limousin kurang beradaptasi dengan kondisi daerah yang kering, panas dan kekurangan pakan (Nugiartiningsih dkk., 2010). Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari (Hoddi, 2011).

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem manajemen dan pendapatan antara sapi Madura dan sapi Madrasin di wilayah Kabupaten Sampang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan sapi madura dan sapi madrasin.

(3)

Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling berdasarkan kepemilikan ternak untuk masing-masing lokasi yaitu 15 peternak sapi Madura dan 15 sapi Madrasin. Sampel akan diambil dari Desa Taman Taman Sareh, Kecamatan Sampang.

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara dengan peternak berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Sampang. Analisis data yang digunakan untuk menganalisa sistem manajemen dan pendapatan pada usaha Sapi Madura dan Sapi Madrasin di Kabupaten Sampang adalah analisis multikorespondensi (optimal scale) bertujuan untuk melihat keterkaitan atau kedekatan suatu kategori pada satu peubah terhadap kategori peubah lainnya dan analisis diskriminan bertujuan untuk mengklasifikasikan suatu individu atau observasi ke dalam kelompok yang saling bebas (mutually exclusive/disjoint) menyeluruh (exhaustive ) berdasarkan sejumlah variabel penjelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerimaan usaha peternakan sapi madura dan sapi madrasin berasal dari penjualan sapi. Harga jual sapi madura per ekor sebesar Rp 10.700.000,00 dan sapi madrasin per ekor sebesar Rp 22.233.333,33. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan peternak sapi Madrasin lebih besar dibandingkan dengan penerimaan peternak sapi Madura. Rata-rata keuntungan (laba) peternak

sapi Madura sebesar Rp -982.722,22 dan peternak sapi Madrasin sebesar Rp 4.692.796,29.

Rata-rata B/C Ratio peternak sapi Madura sebesar 0,92. Hal ini berarti untuk setiap biaya sebesar Rp. 1.000,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 920,00 untuk peternak sapi Madura. B/C ratio pada peternak sapi Madrasin sebesar 1,27. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap biaya sebesar Rp. 1.000,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 127,00 untuk peternak sapi Madrasin.

Usaha peternakan sapi Madura tidak akan merugi dan tidak akan untung apabila harga jual sapinya sebesar Rp 11.682.722,22 per ekornya atau jumlah sapi yang dipelihara sebesar 1,09 ekor. Peternak sapi Madrasin tidak akan mengalami kerugian atau untung jika memelihara sapi sebanyak 0.79ekor atau menjual sapinya seharga Rp17.540.537,04 per ekornya.

Berdasarkan analisis B/C ratio, BEP bagi usaha peternakan sapi madura ternyata mengalami kerugian. Hal ini disebabkan biaya variabel (terdiri dari biaya bibit, tenaga kerja, pakan, obat-obatan, listrik,air dan transportasi) yang besar dan harga jual sapi Madura yang rendah. Komponen yang paling besar adalah biaya pakan, bibit dan tenaga kerja. Peternak pada umumnya hanya memperhitungkan biaya pembelian sapi, sedangkan pakan dan tenaga kerja tidak dihitung sehingga peternak hanya merasa rugi jika harga jual sapinya menurun (fluktuasi harga

(4)

ditentukan kondisi regional). Jumlah kepemilikan ternak maksimal 3 ekor dan yang dijual umumnya hasil produksi ternaknya yaitu pedet dan bakalan. Lama pemeliharaan juga dapat mempengaruhi biaya tidak tetap, semakin lama pemeliharaannya maka semakin meningkat biaya tidak tetap yang dikeluarkan.

Sapi Madrasin cenderung lebih disukai para peternak di Pulau Madura karena harga jualnya tinggi. Peternak di lokasi penelitian pada umumnya lebih senang beternak sapi Madrasin sebab memberikan keuntungan yang besar bagi peternak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi harga awal pembelian sapi Madrasin maka semakin kecil keuntungan yang akan diperoleh (Risqina dkk, 2011).

Tabel 1. Pendapatan Peternak Sapi Madura dan Sapi Madrasin

Hasil analisis optimal scale menunjukkan bahwa terdapat kekerabatan antara peternak sapi

madura dan sapi madrasin. Karakteristik peternak sapi Madura terdiri dari beternak sapi merupakan turunan dari orang tua, jumlah sapi yang dipelihara 1-3 ekor, kepemilikan sapi merupakan sistem bagi hasil, penanganan medis dilakukan jika ada kasus, pendidikan tidak sekolah, pengetahuan ternak termasuk kategori paham, penyuluhan dilakukan jika ada kunjungan, sumber pakan berasal dari lapangan.

Karakteristik peternak sapi madrasin meliputi beternak sapi atas kehendak sendiri, jumlah sapi yang dipelihara 1-2 ekor, kepemilikan sapi merupakan milik sendiri dan milik orang lain, penanganan medis dilakukan jika ada kunjungan Dinas Peternakan, pendidikan sekolah dasar (SD), pengetahuan ternak termasuk kategori cukup paham, penyuluhan dilakukan jika ada program dari Dinas Peternakan setempat, dan sumber pakan berasal dari lahan sendiri.

Indikator Peternak

Sapi Madura Sapi Madrasin

Harga beli 7.286.666,67 13.000.000,00 Harga jual 10.700.000,00 22.233.333,33 Biaya tetap 9.099.388,89 14.849.870,37 Biaya total 11.682.722,22 17.540.537,04 Laba -982.722,22 4.692.796,29 BC ratio 0,92 1,27 BEP harga (Rp) 11.682.722,22 17.540.537,04 BEP produksi (ekor) 1,09 0,79 Modal total 16.322.722,22 22.407.203,70

(5)

Gambar 5.1. Hasil analisis multikorespondensi (optimal scale) dari data kuisioner peternak sapi madura dan sapi madrasin di Desa Taman Sareh.

Keterangan : 1. Jika ada kunjungan d = jika ada kunjungan Dinas Peternakan, 2. Turunan dari orang t = turunan dari orang tua, 3. Jika ada program dar = jika ada program dari Dinas Peternakan setempat.

Usaha peternakan secara umum sebagai usaha sampingan yang dimanfaatkan sebagai sumber nafkah ekonomi tambahan, sebab mata pencaharian utama adalah petani dan nelayan. Peternak memelihara sapi madura bertujuan sebagai sumber tenaga kerja terutama pengolahan tanah dan penarik barang (Hartono,2012). Sapi Madura memiliki nilai tersendiri dan kebanggaan tersendiri serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama terhadap tradisi sapi betina pajangan yang dikenal sebagai sapi Sonok dan lomba sapi jantan yang dikenal sebagai Kerapan. Peternak memlihara sapi Madrasin bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada sapi lokal. Sapi

Madrasin cocok untuk usaha peternakan yang mecari keuntungan besar dengan postur tubuhnya yang besar dan pertambahan berat badan lebih besar daripada sapi lokal (Siswijono dkk., 2010).

KESIMPULAN

1. Manajemen peternakan sapi madura dan sapi madrasin di Desa Taman Sareh belum diterapkan dengan baik. Manajemen yang perlu diperhatikan dalam usaha peternakan yaitu pemilihan bibit. Hasil analisis optimal scale menunjukkan perbedaan antara peternak sapi madura dan sapi madrasin dilihat dari pola beternak sapi, jumlah sapi, kepemilikan sapi,

penanganan medis,

pendidikan, pengetahuan ternak, penyuluhan dan sumber pakan. Tingkat pendidikan dan pola beternak sapi Madrasin lebih baik daripada sapi Madura.

2. Pendapatan peternak sapi

Madrasin lebih

menguntungkan dibandingkan dengan peternak sapi Madura sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan, sedangkan pendapatan peternak sapi Madura di Desa Taman Sareh masih belum memberikan keuntungan bagi peternak berdasarkan analisis B/C Ratio dan BEP, karena pada

umumnya peternak

(6)

bertujuan sebagai tenaga kerja dan kebanggaan tersendiri. DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Sampang. 2013. Profil

Kabupaten Sampang

Pemerintah daerah Kabupaten Sampang.

Dinas Peternakan Kabupaten Sampang. 2013. Data Jumlah Ternak Dan Peternak Di Kabupaten Sampang.

Departemen Pertanian, 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

54/Permentan/OT.140/10/200 6 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practice).

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2012. Realisasi TA 2012 dan Rencana TA 2013 Kegiatan Fasilitas Pengembangan Kawasan Agropolitan Bidang Peternakan. Surabaya.

Hartono, B. 2012. Peran Daya Dukung

Wilayah Terhadap

Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Madura. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012, hlm.316-326. Hartatik, T., Mahardika Dhany A, M.

W Tri Satya dan B Endang. 2009. Karakteristik dan Kinerja Induk Sapi Silangan Limousin-Madura dan Limousin-Madura di Kabupaten Sumenep dan

Pamekasan. Buletin Peternakan Vol. 33(3): 143-147. Hoddi, A.H., M.B.Rombe, Fahrul.

2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal Agribisnis Vol. X (3).

Kutsiyah, F. 2012. Analisis Pembibitan Sapi Potong di Pulau Madura. Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian, Universitas Madura. Wartazoa vol. 22 no. 3.

Minchin W., F. Buckley, D.A. Kenny, M.G. Keane, L. Shalloo and M. O’Donovan. 2009. Prediction of cull cow carcass characteristics from live weight and body condition score measured pre slaughter. Irish Journal of

Agricultural and Food

Research 48: 75–86.

Nurgiartiningsih, V. M. A. 2010.

Sistem

Breeding

dan

Performans Hasil Persilangan

Sapi Madura di Madura. Jurnal

Ternak

Tropika,

Fakultas

Peternakan UB. Vol. 11 / No.

2.

Nurgiatiningsih VMA. 2011. Peta Potensi Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten Madura. J. Ternak Tropika. Vol. VII, No 67(3): 17-22.

Riszqina., L. Jannah, Isbandi, E. Rianto, S.I. Santoso. 2011. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong dan Sapi Bakalan

(7)

Karapan di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep. JITP Vol.1 No 3.

SiswijonoS.B., V. M. Ani Nurgiartiningsih dan

Hermanto. 2014.

Pengembangan Model Kelembagaan Konservasi Sapi Madura. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 33 – 38.

Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1), hal. 29-37. Wijono, D.B dan S Bambang. 2004.

Potensi dan Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi Madura. Lokakarya Nasional Sapi Potong dan Balai Penelitian Ternak. Pasuruan. Bogor. 14-142.

Gambar

Tabel  1.  Pendapatan  Peternak  Sapi  Madura dan Sapi Madrasin
Gambar  5.1.  Hasil  analisis  multikorespondensi  (optimal  scale)  dari  data  kuisioner  peternak  sapi  madura  dan  sapi  madrasin  di  Desa  Taman Sareh

Referensi

Dokumen terkait

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh faktor ini menunjukkan hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pasien yaitu dengan diperolehnya nilai kebermaknaan sebesar

Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari beberapa

Dari pembahasan mengenai pengaruh Dukungan Sosial dari guru (dukungan emosional, dukungan appraisal, dukungan informasi dan dukungan instrumental) terhadap School

Kandungan C-organik, N- total, P-total, P-tersedia, K-tukar, KTK, KB tanah pada masing-masing sub grup tergolong dalam kriteria sangat rendah hingga rendah kecuali KTK pada Typic

bahwa untuk menunjang keberhasilan pemberian tugas belajar

“ PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA” (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).. B.

CIVILWEEK HMS UNS mengadakan Bridge Modelling Competition for College Student (BMC College) sebagai wadah inovasi pengembangan jembatan dalam rangka mencapai visi pembangunan