• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Faktor Risiko Karies Anak Usia Dibawah 2 Tahun Menurut American Academy of Pediatric Dentistry di Kecamatan Medan Selayang dan Medan Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Faktor Risiko Karies Anak Usia Dibawah 2 Tahun Menurut American Academy of Pediatric Dentistry di Kecamatan Medan Selayang dan Medan Sunggal"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ECC dan SECC

Karies merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi, hasil dari perlekatan bakteri spesifik pada gigi yaitu Mutans Streptococcus (MS), yang dapat memproduksi asam dari waktu ke waktu sehingga terjadi demineralisasi struktur gigi.1 Banyak istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan karies pada anak, antara lain karies rampan, karies botol, nursing mouth, bottle-mouth, karies desidui, comforter caries, maxillary anterior caries, dan lain-lain.3,9,22,23 AAPD dan ADA membuat kriteria karies pada periode gigi sulung yaitu pengalaman karies yang ditandai dengan adanya satu atau lebih gigi karies (lesi non-kavitas atau berkavitas), gigi hilang karena karies, atau tumpatan pada permukaan gigi setiap gigi sulung pada anak usia dibawah 6 tahun disebut sebagai Early Childhood Caries (ECC).1,2 Pada anak dibawah usia 3 tahun, Severe Early Childhood Caries (SECC) didefinisikan sebagai segala tanda karies pada permukaan halus. SECC pada anak usia 3-5 tahun ditandai dengan adanya satu atau lebih kavitas, gigi yang hilang karena karies, atau tumpatan pada permukaan halus pada gigi sulung anterior atau gigi karies, gigi yang hilang karena karies, atau skor tumpatan yang lebih besar atau sama dengan 4 untuk usia 3 tahun, lebih besar atau sama dengan 5 untuk anak usia 4 tahun, dan lebih besar atau sama dengan 6 pada permukaan halus untuk anak usia 5 tahun.1

(2)

Perkembangan ECC menurut Veerkamp dapat dilihat pada Tabel 1. yang membagi diagnosis berdasarkan 4 tahap berbeda sesuai gambaran klinis serta tanda dan gejala dari gigi yang terlibat karies, yaitu:

Tabel 1. Tahapan diagnosis ECC dan SECC 23

TINGKAT USIA GAMBARAN KLINIS TANDA DAN GEJALA

1 ≤10-20

bulan

Timbul lesi menyerupai kapur, berwarna putih opak pada

permukaan halus hasil

demineralisasi pada gigi insisivus sentralis maksila.

Garis putih dapat terlihat pada daerah servikal di permukaan vestibulum dan palatal dari gigi insisivus maksila

Tidak bergejala. Biasanya tidak dikenali oleh orang tua dan saat pemeriksaan klinis. Lesi dapat didiagnosis hanya pada saat gigi kering.

2 16-24

bulan

Dentin telah terlibat saat lesi putih pada insisivus berkembang cepat, menyebabkan enamel terlarut.

Dentin terekspos dan tampak warna kuning.

Pada gigi molar satu maksila timbul lesi di daerah servikal, proksimal, dan oklusal.

Anak mulai mengeluh

terhadap makanan atau minuman yang dingin.

Lesi membesar dan lebih dalam pada gigi insisivus maksila dan pulpa teriritasi

Anak mengeluhkan rasa sakit saat mengunyah atau menyikat gigi dan rasa sakit spontan saat malam hari. Pada tahap ini, molar satu maksila pada tahap 2, sedangkan tahap 1 dapat didiagnosis pada molar satu mandibular dan kaninus maksila

4 30-48

bulan

Karakteristik dari fraktur koronal pada gigi anterior maksila sebagai hasil dari kerusakan dentin. Pada tahap ini, biasanya gigi insisivus lateral maksila telah necrotized dan gigi molar satu maksila pada tahap 3. Gigi molar 2 dan kaninus maksila serta gigi molar pertama mandibula pada tahap 2

Beberapa anak menderita

tapi tidak dapat

(3)

2.2 Prevalensi ECC dan SECC

ECC dan SECC dapat dicegah dan perawatannya telah berkembang cepat, namun karies masih terdapat pada seluruh negara dengan prevalensi dan tingkat keparahan yang berbeda.6,14 Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 telah mengonfirmasi bahwa karies, termasuk ECC dan SECC menjadi penyakit infeksi dengan prevalensi tertinggi dari sekian banyak penyakit pada rongga mulut.4,5 Hal ini terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang. Tingkat keparahan karies dibeberapa penelitian cenderung lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.5 Pada Tabel. 2 berikut daftar prevalensi dan tingkat keparahan pada beberapa negara maju dan negara berkembang.31-40

Tabel 2. Prevalensi dan tingkat keparahan ECC pada negara maju dan negara berkembang 31-40

Negara Maju Prevalensi (%) Tingkat Keparahan

New York (USA)31 28 deft=1,68

Inggris32 33 deft = 1,35

Kanada33 71 deft=3.7

Australia34 34 deft = 2,95

Korea Selatan35 40,3 deft = 1,93

Negara Berkembang Prevalensi (%) Tingkat Keparahan

China36 85 deft = 5,7

India37 54.1 deft = 2.70

Lithuania38 85,4 defs = 12,03

Brazil39 40 defs = 3,0

Laos40 82 deft = 5,5

(4)

56,78%.41 Di kota Medan, khususnya di kecamatan Medan Denai, hasil penelitian menunjukkan prevalensi ECC 57,7 %, prevalensi SECC 16 %.18 Menurut Guinardi, prevalensi ECC pada anak usia 37-71 bulan di Kecamatan Medan Petisah sebanyak 89,38% dan rerata skor deft sekitar 6,8.42

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko ECC dan SECC

Karies merupakan penyakit yang bersifat kompleks dan dinamis karena multifaktorial dan memiliki berbagai risiko pendukung yang berkembang dalam waktu yang cukup lama.12 Menurut para ahli, terdapat 4 etiologi utama penyebab karies yaitu host, mikroorganisme, substrat dan waktu (Gambar 1).43,44

Gambar 1. Etiologi karies44

2.3.1 Host

(5)

inilah yang bisa didemineralisasi oleh asam hasil fermentasi dari bakteri dan menyebabkan karies.43,46,47 Pada gigi desidui, kekuatan enamel tidak seperti pada gigi permanen karena struktur organik dan air pada gigi sulung lebih banyak dibandingkan dengan struktur anorganiknya, sehingga hidroksi apatit yang terbentuk sedikit dan kekuatan enamel pun berkurang.46,47 Gigi sulung pun lebih mudah terkena karies dibandingkan dengan gigi permanen. Bentuk anatomis gigi anterior dan posterior pun memengaruhi proses karies. Pit dan fisur pada posterior gigi yang kasar dan memiliki celah menyebabkan plak mudah melekat sehingga lebih rentan terhadap karies dibandingkan dengan gigi anterior.43-45

Saliva juga bagian dari host yang ikut berperan dalam proses karies. Keberadaan saliva dapat membantu untuk mencegah terjadinya karies karena mempunyai sistem protektif imun dan non-imun serta kandungan seperti kalsium, fosfat, dan fluor untuk pembentukan mineral gigi.43 Perubahan kuantitas serta kualitas saliva seperti laju alir rendah serta pH dan buffer yang kurang dari 5,5 menyebabkan gigi mudah terdemineralisasi.43-45

2.3.2 Mikroorganisme

(6)

Semakin banyak jumlah bakteri yang ada, semakin tinggi pula kesempatan bakteri untuk memproduksi asam sehingga gigi mudah untuk didemineralisasi.43,50

2.3.3 Substrat atau Diet

Anak yang cenderung mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, dan polisakarida khususnya golongan disakarida yaitu sukrosa memiliki risiko karies tinggi dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi protein dan lemak.43-45 Hal ini terjadi karena karbohidrat dapat difermentasi oleh bakteri sehingga berubah jadi asam organik. Apabila rongga mulut dalam suasana asam baik karena hasil kerja bakteri ataupun makanan/minuman yang asam, dengan pH kurang atau sama dengan 5,5, maka struktur enamel dan dentin gigi akan mudah didemineralisasi.43,46,47

Diet juga dapat memengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel karena nutrisi dari diet yang dibutuhkan oleh manusia juga akan digunakan oleh mikroorganisme.44,45 Konsistensi makanan yang dikonsumsi juga bisa berpengaruh terhadap kecepatan pembentukan plak. Makanan yang lengket dan lunak cenderung menempel di gigi dengan mudah dan akan sulit dibersihkan sehingga menimbulkan efek pembentukan plak yang cepat.43

2.3.4 Waktu

(7)

maka karies dianggap sebagai penyakit kronis yang berkembang dalam waktu sekitar 6-48 bulan.22,47

2.3.5 Faktor Risiko ECC dan SECC

Selain faktor etiologi utama yang menjadi pemicu timbulnya karies, terdapat faktor risiko yang ikut mendukung perkembangan karies. Beberapa faktor tersebut antara lain; pola makan, pengalaman karies, penggunaan fluor secara topikal ataupun sistemik, oral higiene, kebiasaan membersihkan rongga mulut, karies aktif yang dimiliki ibu, saliva, usia, jenis kelamin, jumlah anak dalam keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, populasi minoritas, daerah pemukiman kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan gigi, serta akses ke pelayanan kesehatan gigi.1,43

Faktor risiko anak dapat dibagi dalam 3 kelompok utama yaitu faktor biologis, faktor perlindungan, dan faktor temuan klinis.1 Penjabaran faktor utama ini yaitu:

a. Karies aktif yang dimiliki oleh ibu

Tahapan dari karies secara umum dapat dibagi pada dua bagian besar yaitu karies aktif dan karies terhenti. Menurut Nyvad, et al, karies aktif merupakan lesi karies yang berkembang mulai dari kategori permukaan utuh (intact surface), surface discontinuity, dan pembentukan kavitas.51 Permukaan utuh (intact surface) memiliki ciri permukaan enamel menjadi white spot (opak), hilang kilauannya, sedikit rapuh saat sonde mendeteksi permukaan, dan tanpa hilangnya substansi enamel, sedangkan surface discontinuity memiliki ciri sama seperti permukaan utuh hanya saja terdapat kerusakan mikro yang terlokalisir pada enamel. Pada tahap selanjutnya, kavitas enamel dan dentin menjadi mudah terlihat dengan mata, permukaan kavitas bisa kasar ataupun lunak saat diprobing, dan pulpa bisa saja terlibat. Berbeda dengan tahap karies aktif, karies terhenti memiliki kriteria umum seperti warna permukaan enamel menjadi kecoklatan ataupun hitam, enamel menjadi keras saat sonde digerakkan, dan tidak ada kehilangan substansi gigi.51

(8)

yang dilakukan Ayiliath, et al menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan terhadap tingkat S.mutans dan Lactobacillus antara ibu dan anak. Aktifitas yang intens antara ibu dan anak menyebabkan bakteri mudah bertransmisi dari mulut ke mulut. Menurut penelitian tersebut 45% anak terkena karies karena ibunya memiliki karies aktif dibandingkan dengan anak dengan ibu yang tidak memiliki karies aktif.52 Hubungan transmisi karies ini juga dapat diteliti dengan melihat pengalaman karies ibu dengan karies yang dimiliki anak, semakin besar skor DMFT ibu maka semakin tinggi prevalensi karies yang dialami oleh anak.26,52

b. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga dapat dipertimbangkan melalui tingkat pendidikan dan penghasilan antara suami istri yang dapat memengaruhi kesehatan gigi dan mulut termasuk karies.14 Orang yang memiliki pendidikan tinggi biasanya mengerti dan peduli pada pola hidup sehat. Orang tua biasanya mengajarkan serta menerapkan kebiasaan menyikat gigi dari kecil serta memberikan makanan sehat yang ikut menunjang kesehatan gigi dan mulut anak.24

Status nutrisi dan perawatan dental membutuhkan biaya khusus sehingga penghasilan orang tua juga berpengaruh pada risiko karies anak. Di Sri Lanka, prevalensi anak yang karies dengan ibu yang memiliki pekerjaan dan tidak memiliki pekerjaan sekitar 15,1% dan 84,9%, sedangkan di India, ditemukan bahwa 53,2% anak mengalami ECC pada keluarga yang berpenghasilan rendah.9,10 Mahalnya perawatan dental dan kurangnya kepedulian orang tua pada keluhan sakit gigi anak menyebabkan gigi anak menjadi tidak teratasi sehingga tingkat keparahan karies ikut meningkat.10 Anak dengan status sosial ekonomi keluarga baik pada tingkat pendidikan maupun tingkat penghasilan cenderung memiliki pengalaman karies yang rendah dibandingkan dengan anak dengan status sosial ekonomi keluarga menengah ke bawah.9,10

c. Perilaku diet

(9)

Perilaku diet dapat memengaruhi risiko karies karena mendukung etiologi utama karies, terutama substrat dan waktu. Salah satu contoh perilaku diet yang berpengaruh pada risiko karies adalah anak yang mengonsumsi makanan dan minuman manis lebih dari 3 kali sehari cenderung memiliki risiko karies yang tinggi.1 Pada penelitian Hugar, et al menyatakan bahwa 91,4% anak terkena karies karena orang tua yang sering memberikan susu pada anak.53 Frekuensi serta banyaknya makanan/minuman yang dikonsumsi antara makan utama akan memengaruh karies anak karena proses demineralisasi gigi yang terjadi sesudah makan.1,46,47

Selain itu, konsumsi susu botol sebelum tidur juga menjadi kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko karies.16,53,54 Anak atau orang tua yang tidak membersihkan mulut setelah meminum susu akan membuat pH rongga mulut menjadi lebih asam karena pada saat tidur laju alir saliva lebih rendah, sehingga kemampuan saliva untuk melakukan cleansing dan sebagai penyeimbang pH akan berkurang dan risiko karies pun menjadi lebih tinggi. Orang tua juga biasanya memberikan susu botol sebagai pengantar tidur anak sampai anak tertidur. Hasil penelitian Hugar, et al juga mendapatkan bahwa 88,2% anak terkena karies karena orang tua yang membiarkan anaknya mengonsumsi susu sebelum tidur.53 Cairan susu mengalir dan merendam gigi ketika anak tertidur karena lidah menahannya untuk masuk ke dalam kerongkongan sehingga susu yang mengandung karbohidrat tersebut akan difermentasi oleh bakteri dan menyebabkan anak mudah mengalami karies.16

d. Penyakit sistemik

(10)

Lactobacillus pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dan sehat menyatakan bahwa orang yang menderita memiliki jumlah bakteri yang lebih banyak dibandingkan dengan yang sehat.56 Selain itu, penyakit yang berkaitan dengan penurunan sistem imun seperti lupus eritematus ikut memengaruhi sistem imun dari rongga mulut yang menyebabkan menyebabkan mekanisme pertahanan saliva untuk melawan bakteri khususnya bakteri Streptococcus mutans menjadi rendah sehingga gigi rentah terhadap karies.44,55 Pada penderita penyakit gagal ginjal hipokalsifikasi enamel karena fosfat, kalsium, vitamin D, serta zat mineral lain yang dapat membantu pembentukan enamel tidak terabsorbsi dengan baik oleh ginjal. Enamel yang tidak terbentuk dengan baik akan menyebabkan gigi mudah didemineralisasi oleh asam hasil fermentasi bakteri.44,55

e. Penggunaan fluor

Penggunaan fluor sebagai pencegah karies mulai digunakan sejak tahun 1878 dan dapat dibuktikan bahwa fluor mempunyai kemampuan mengubah susunan kimiawi gigi sehingga tidak mudah larut oleh pengaruh asam.43,57 Pemberian fluor dapat dilakukan baik secara sistemik (internal) yaitu dengan mengonsumsi minuman yang mengandung fluor (fluoridasi air minum), atau penggunaan tablet fluor, maupun secara lokal (eksternal) dengan kumur-kumur larutan fluor, melakukan tindakan aplikasi fluor (topikal aplikasi), atau menggunakan pasta gigi berfluor.43

(11)

(NaF) dengan konsentrasi 2,2%, stannous fluoride (SnF) dengan konsentrasi 8%, dan Acidulated Phosphate Fluoride (APF) dengan konsentrasi 1,23%.42,44 Penelitian Chu, et al menyatakan bahwa aplikasi fluor dapat menghentikan karies aktif pada anak yang mengalami ECC dan disarankan penggunaanya secara berkala.58 Pasta gigi berfluor juga dapat mengurangi 25% prevalensi karies pada negara industri terutama pada daerah interproksimal dan permukaan halus gigi sulung dengan konsentrasi fluor sekitar 1000-1100 ppm.44

Mekanisme fluor dalam mencegah karies lebih bermanfaat digunakan secara topikal selama proses remineralisasi pada gigi yang telah erupsi.44 Fluor dapat mencegah kehilangan mineral pada struktur kristal hidroksiapatit dan meningkatkan remineralisasi oleh kalsium dan fosfat.44 Saat remineralisasi terjadi, fluor membangun kembali enamel yang lebih resisten dari mineral sebelumnya karena mengubah ion hidroksi dari hidroksi apatit [Ca10(PO4)6 (OH)2] menjadi fluor apatit [Ca10(PO4)6 (F)2] dan perubahan ini terbukti bahkan saat konsentrasi fluor sangat rendah pada carian sekitar enamel gigi.42,44 Fluor juga mempunyai efek glikolitik pada mikroorganisme penghasil asam dan ikut berperan dalam regulasi enzimatik dari metabolism karbohidrat sehingga mengurangi akumulasi polisakarida intraselular dan ekstraselular.44

f. Pengalaman karies dan skor oral higiene anak

Hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang dapat menjadi faktor risiko karies karena gigi anak yang telah mengalami karies cenderung memiliki jumlah bakteri kariogenik yang banyak dan dapat menginfeksi gigi lain yang belum terinfeksi bakteri, akan tetapi risiko karies ini akan berbeda jika gigi yang telah karies dilakukan restorasi dengan penumpatan.49

(12)

gigi yang menjadi indikasi. Pemeriksaan gigi rutin dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.49

2.4 Dampak ECC dan SECC

Karies pada gigi sulung berdampak pada kualitas hidup anak karena berkurangnya beberapa fungsi aspek kehidupan seperti fungsi fisik, fungsi mental, fungsi sosial, dan fungsi emosional.19 Fungsi fisik yang dimaksud adalah rasa sakit yang dialami anak karena karies, bermasalah saat tidur, kesulitan untuk mengonsumsi makanan yang keras ataupun makanan yang panas dan dingin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Cunnion, et al, fungsi fisik merupakan aspek yang sangat dikeluhkan oleh penderita ECC dan SECC.19 Menurut Gradella, et al di Brazil, keluhan terbanyak adalah sakit gigi (25%) dan sulit untuk mengunyah makanan tertentu (21%).6 Efek yang paling banyak terjadi pada fungsi mental anak seperti marah atau kecewa karena sakit yang dialami dan merasa khawatir akan timbulnya rasa sakit pada giginya serta malu tersenyum sehingga timbul rasa rendah dirinya.6,19

Kehidupan sosial anak ECC dan SECC pun terganggu dan menyebabkan anak sering absen dari sekolah, tidak mau bermain bersama teman-temannya, membatasi bahkan membatalkan rencana kegiatan yang telah ia susun seperti acara ulang tahun, atau mengunjungi taman hewan, dan tidak ikut dalam acara keluarga. Fungsi sosial yang paling dominan menurut Gradella, et al adalah absen dari sekolah (7%), dan tidak mau bermain dengan teman (4%).1,6 Secara emosional, anak sering mengeluh tentang ejekan dari temannya karena giginya yang rusak dan susah untuk mengatakan beberapa huruf terutama jika kehilangan gigi anterior sehingga fungsi berbicara anak yang masih pada tahap awal akan menimbulkan pengucapan yang tidak sesuai.19

(13)

ditangani, biaya perawatan yang semakin mahal, serta sulit menemukan klinisi atau dokter gigi yang berkompeten untuk menangani prosedur yang lebih rumit.22

Tabel 3. Rangkuman konsekuensi dari karies yang tidak dirawat 22

2.5 Pencegahan ECC dan SECC

Salah satu pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan mengontrol dan meminimalisir pengaruh dari penyebab atau etiologi dan faktor risikonya. Tindakan untuk mencegah ECC dan SECC antara lain modifikasi diet, kontrol plak, pencegahan transmisi bakteri, penggunaan fluor, pengaplikasian pit dan fisur silen, vaksin karies, pengukuran risiko karies dengan melakukan penilaian terhadap faktor risiko karies.1,43,44,57

2.5.1 Modifikasi Diet

Telah banyak hasil penelitian menemukan pengaruh diet dengan ECC dan SECC , seperti kebiasaan mengemil diantara makan utama, frekuensi, durasi, jumlah, serta cara makan dan minum.54 Pola diet yang tidak tepat akan mendukung perkembangan karies dengan cara memperbanyak hasil fermentasi substrat pada waktu yang tidak tepat. Sebaiknya modifikasi diet yang baik dibiasakan dimulai dari usia dini seperti pemberian asi secara langsung dihindari setelah gigi sulung anak mulai tumbuh, tetapi apabila kebutuhan ASI perlu, maka ASI diberikan dengan jarak waktu 3 jam dan

Jangka Pendek Jangka Panjang Jarang Terjadi

1. Rasa sakit

2. Infeksi,abses, selulitis 3. Nafsu makan yang berkurang 4. Kesulitan tidur

5. Kemungkinan rawat inap

1. Kondisi kesehatan gigi yang buruk secara berkelanjutan hingga berganti pada gigi permanen

2. Gigi lain beresiko tinggi

1.Selulitis pada

terkena lesi karies baru 3. Berdampak pada kesehatan

menjalar hingga otak

7.Kemampuan konsentrasi dan belajar berkurang

8. Kebutuhan ekstraksi meningkat saat perawatan butuh anestesi umum

9. Premature loss, maloklusi

umum anak dan menghambat pertumbuhan serta

perkembangan anak khususnya dalam tinggi dan berat badan anak

4. Meningkatkan biaya dan lama

4. Media otitis akut 5. Kematian

Perawatan

(14)

setelah selesai anak meminum air putih untuk membersihkan rongga mulut.1,16,22 Jika anak mengonsumsi susu formula, sebaiknya tidak menambahkan gula agar kandungan karbohidrat tidak bertambah banyak. Susu formula yang diberikan menggunakan botol pada anak sebaiknya tidak dilakukan ketika anak mulai mengantuk agar cairan susu tidak tertinggal pada rongga mulut saat anak mulai tertidur dan kebiasaan meminum susu dengan botol ini diberhentikan ketika anak berusia 12 – 18 bulan.1,22 Anak yang mulai bisa mengonsumsi makanan selain ASI diperhatikan jarak waktu makan utama dengan mengemil yaitu sekitar 2-3 jam agar gigi dapat remineralisasi.54 Makanan kariogenik seperti coklat, permen (karamel), dan kue hanya diberikan pada anak dengan jumlah yang sedikit dan dibatasi pada hari tertentu dan diganti dengan makanan yang tinggi kadar protein, vitamin, dan mineral seperti buah-buahan, kacang-kacangan, serta sayuran.1,22,54

2.5.2 Kontrol Plak

(15)

2.5.3 Pencegahan Transmisi Bakteri

Bakteri rongga mulut pada anak yang baru lahir seperti Streptococcus viridan dan Streptococcus mitis memiliki potensi yang berbeda dengan Streptoccus mutans dalam menyebabkan karies.44,49 Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa Streptococcus mutans ditransmisikan dari orang dewasa pada bayi dan hanya ditemukan setelah gigi erupsi, sehingga transmisi bakteri ini perlu dikontrol agar dapat mencegah risiko karies yang tinggi pada anak.22,52 Transmisi bakteri terjadi secara vertikal dan horizontal. Transmisi vertikal adalah perpindahan bakteri rongga mulut dari ibu ataupun pengasuh utama kepada anak sedangkan transmisi horizontal merupakan perpindahan bakteri selain dari ibu ataupun pengasuh utama seperti ayah, saudara, atau kakek dan nenek.44,52 Transmisi ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti jarak rongga mulut yang terlalu dekat, peniupan makanan yang panas untuk anak, peralatan makan yang sama saat makan, penggunaan sikat gigi bersama, dan lain-lain. Pencegahan transmisi ini dilakukan dengan mengurangi bakteri rongga mulut dari ibu atau pengasuh utama dan orang yang sering bermain dengan anak seperti menggunakan obat kumur klorheksidin, tidak menggunakan peralatan makan dan sikat gigi bersama, tidak meniup ataupun menjilat makanan yang akan diberikan pada anak.22,44,52

2.5.4 Pemakaian fluor

(16)

0,3 ppm, maka anak butuh suplemen fluor sekitar 0,5 mg, dan jika konsentrasi fluor sekitar 0,3-,06 ppm maka anak hanya butuh 0,25 mg suplemen fluor.22,59 Selain suplemen dan air berfluor, penggunaan pasta gigi, topikal aplikasi, serta berkumur dengan larutan fluor juga disarankan kepada anak tetapi penggunaanya sesuai dengan rekomendasi dokter gigi.22,44

2.5.5 Aplikasi Pit dan Fisur Silen

Pit dan fisur merupakan daerah di bagian oklusal gigi posterior yang rentan mengalami karies, terutama jika pit dan fisur yang dalam karena daerah ini berkontak langsung dengan gigi untuk pengunyahan sehingga jika tidak dibersihkan dengan benar maka sisa makanan mudah tertinggal. Pengaplikasian bahan kimia pada daerah pit dan fisur telah banyak seperti penggunaan silver nitrat, potasium peroksida dengan zink kloride tetapi bahan tersebut tidak dapat bertahan.43,59 Penggunaan silen dari bahan resin yang diaplikasikan pada permukaan enamel gigi sehingga menutup pit dan fisur dari kemungkinan terjadinya karies telah digunakan sejak tahun 2000.43 Glass ionomer juga bisa diaplikasikan untuk menutupi pit dan fisur akan tetapi banyak penelitian mengatakan bahwa keberhasilannya lebih rendah dibandingan dengan bahan resin karena glass ionomer memiliki retensi yang buruk sehingga menimbulkan celah dengan gigi, mudah lepas dan tidak bertahan lama.43,59

2.5.6 Vaksin Karies

(17)

2.5.7 Pemeriksaan Risiko Karies

Pendeteksian dini dengan menilai risiko karies merupakan tindakan pencegahan primer yang dilakukan oleh dokter gigi dan tenaga kesehatan yang telah diberi pelatihan yang dinilai dari berbagai faktor etiologi dan predisposisi karies. Setiap anak memiliki keadaan rongga mulut dan kebiasaan berbeda yang dapat memengaruhi risiko terjadinya karies sehingga pemeriksaan risiko karies penting dilakukan. Risiko karies adalah peluang seseorang untuk mengalami beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu sehingga risiko karies tidak tetap seusia hidup dan dari hasil dari pengukuran ini berupa apakah seseorang tersebut memiliki risiko tinggi, normal, atau risiko rendah.1,43

Berbagai metode penilaian risiko karies telah ditemukan oleh peneliti dan lembaga seperti kariogram, Traffic Light-Matrix Model (TL-M), Caries Management By Risk Assessment (CAMBRA), dan Caries Risk Assessment Tools oleh AAPD. Penjelasan mengenai penilian risiko karies yaitu:

a.) Kariogram

(18)

Penelitian yang telah dilakukan oleh Amila, et al pada anak-anak Bosnia menunjukkan 25,7% anak yang tingkat sosial ekonominya tinggi memiliki risiko karies rendah (kesempatan terhindar dari risiko karies 81-100%), sedangkan 2,8% anak memiliki risiko karies tinggi (kesempatan terhindar dari risiko karies 0-20%). Pada anak yang tingkat sosial ekonominya rendah, 13,1% anak memiliki resiko tinggi dan 18,4% anak memiliki risiko rendah. Anak dengan sosial ekonominya menengah yang memiliki risiko tinggi berjumlah berjumlah 5,5%, sedangkan anak dengan risiko tinggi yaitu 18,4%.

b. Traffic Light-Matrix Model (TL-M)

Metode traffic light-matrix model ini terdiri atas dua elemen yaitu elemen lampu lalu lintas (traffic light) dan elemen tabel (matrix) sehingga tabel pemeriksaannya seperti lampu lalu lintas dengan warna merah, kuning, dan hijau pada kolomnya. Ada 5 faktor risiko yang diperiksa dan setiap faktor memiliki subfaktor sehingga terdapat 16 jumlah total subfaktor. Lima faktor risiko tersebut adalah saliva, diet, fluor, biofilm oral, dan faktor modifikasi.42

c. Caries Management by Risk Assessment (CAMBRA)

(19)

Tabel 4. Lembar pemeriksaan CAMBRA pada anak usia hingga 2 tahun27

Diagnostik Pencegahan intervensi Restorasi Kategori

Fluoride Xylitol Silen Anti- bacterial

(20)

Tabel 4. Lembar pemeriksaan CAMBRA pada anak usia hingga 2 tahun27

Diagnostik Pencegahan intervensi Restorasi Kategori

(21)

Tabel 4. Lembar pemeriksaan CAMBRA pada anak usia hingga 2 tahun27

Diagnostik Pencegahan intervensi Restorasi Kategori

Fluoride Xylitol Silen Anti- bacterial

(22)

Pemakaian CAMBRA telah dilakukan di salah satu kota di India pada anak usia sekolah. Pada penelitian tersebut yang dilakukan oleh Sudhir, et al dijelaskan bahwa anak yang memiliki risiko karies rendah sekitar 19,44% anak, sedangkan risiko sedang dan tinggi yaitu 22,22% dan 58,33%.63

2.6 Caries Risk Assessment Tools (CAT) oleh AAPD

American Academy of Pediatric Dentistry mengeluarkan protokol bagi para klinisi untuk menilai risiko karies sebelum tahun 2006 dengan nama Caries-risk Assessment Tool (CAT) untuk semua usia. Terdapat perbedaan faktor risiko sesuai usia, sehingga pada tahun 2006 AAPD kembali mengeluarkan penilaian faktor risiko karies dengan perbedaan usia, yaitu untuk anak 0-3 tahun, 0-5 tahun, dan lebih dari 6 tahun.28 Penilaian faktor risiko karies oleh AAPD ini bertujuan untuk melihat tingkat risiko karies berdasarkan analisis kebiasaan anak yang memengaruhi dan mendukung proses karies, membantu perkembangan perawatan dari proses penyakit, memberikan pemahaman faktor risiko karies anak secara spesifik, menetapkan pencegahan dan perawatan restorasi pasien, serta mengantisipasi progres karies atau sebagai stabilisasi. Faktor yang dinilai dalam penilaian ini adalah diet, terpaparnya gigi oleh fluor, host yang rentan, dan bakteri yang berperan, sosial budaya, dan faktor kebiasaan akan dijelaskan pada Tabel 5.28

(23)

mempunyai lesi white spot atau enamel defects, mempunyai kavitas dan tumpatan, serta plak dalam rongga mulut.1

Tabel 5. Caries-risk Asssessment Tools (CAT) untuk anak usia 0-3 tahun menurut AAPD

Faktor risiko Risiko

tinggi

Risiko rendah

Faktor Biologis

• Ibu mempunyai karies aktif

• Orang tua berstatus ekonomi rendah

• Anak mengonsumsi makanan minuman ringan yang manis antara makan utama lebih dari 3 kali sehari

• Anak mengonsumsi susu sebagai pengantar tidur tidak atau dengan penambahan bahan pemanis

• Anak membutuhkan perawatan kesehatan khusus

• Anak dan ibu baru berimigrasi

Faktor Perlindungan

• Anak menerima air yang mengandung fluor atau mengonsumsi tablet fluor

• Anak menyikat gigi setiap hari dengan pasta gigi berfluor

• Anak menerima topikal aplikasi fluor dari tenaga kesehatan

• Anak diantar untuk melakukan pemeriksaan gigi secara teratur

Faktor Temuan Klinis

• Anak mempunyai white spot atau defek enamel

• Anak memiliki kavitas yang terlihat atau tumpatan

• Anak memiliki plak pada gigi Hasil penilaian risiko keseluruhan

Lingkari semua kondisi yang sesuai pada masing-masing pasien yang membantu praktisi dan orang tua untuk mengetahui faktor yang berkontribusi atau faktor perlindungan dalam karies. Penilaian risiko karies dikategorikan dalam kategori rendah dan tinggi yang bergantung pada faktor yang lebih banyak. Meskipun demikian, penilaian klinis bisa memberikan pertimbangan kepada tingkat penilaian.64

(24)

tinggi pada orang tua yang berstatus sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan anak yang berstatus sosial ekonomi tinggi.65

Pada penelitian tersebut dari segi faktor perlindungan didapatkan 72,5% anak berisiko tinggi karena tidak melakukan pemeriksaan gigi secara teratur dan memiliki prevalensi karies lebih tinggi dibandingkan anak yang rutin melakukan pemeriksaan yaitu sebesar 77,7%. Berbeda hasilnya dengan frekuensi menyikat gigi. Risiko rendah pada anak yang menyikat gigi 2 kali sehari lebih banyak dibandingan anak yang menyikat gigi kurang dari 2 kali sehari yaitu 55,2%.65

(25)

2.7 Kerangka Teori

Dampak Etiologi & Pencegahan

Faktor Risiko

Etiologi Faktor Risiko

-Host - Aplikasi pit dan fisur

silen Caries Risk Assessment Tool (CAT)

(26)

2.8 Kerangka Konsep

Penilaian Faktor Risiko Karies:

Caries Risk Assessment Tool (CAT) oleh AAPD

-Karies aktif yang dimiliki ibu

-Status sosial ekonomi -Perilaku diet

-Penyakit sistemik -Perilaku menyikat gigi -Penggunaan fluor -Pengalaman karies -Skor OH anak

Prevalensi dan

pengalaman karies

pada anak

- SECC

- ECC (non-SECC)

- bebas karies

Gambar

Tabel 1. Tahapan diagnosis ECC dan SECC 23
Tabel 2. Prevalensi dan tingkat keparahan ECC pada negara maju dan negara  berkembang 31-40
Gambar 1. Etiologi karies44
Tabel 3. Rangkuman konsekuensi dari karies yang tidak dirawat 22
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penilaian risiko karies (CAT) dengan kejadian SECC, ECC (non-SECC) dan bebas karies usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan

Faktor kebiasaan anak yang menjadi risiko terjadinya gigi berlubang yang terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya karies gigi yaitu minum susu lebih