• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spedagi: Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar Papringan Melalui Modal Sosial pada Masyarakat Desa Carubanabupaten Temanggung T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spedagi: Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar Papringan Melalui Modal Sosial pada Masyarakat Desa Carubanabupaten Temanggung T1 Full text"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 “SPEDAGI”

(Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar

Papringan Melalui Modal Sosial Pada Masyarakat Desa Caruban,

Kabupaten Temanggung)

JURNAL

Oleh

WIWIT KHOIRINA 352012006

POGRAM STUDI SOSIOLOGI

POGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

2 “SPEDAGI”

(Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar

Papringan Melalui Modal Sosial Pada Masyarakat Desa Caruban,

Kabupaten Temanggung)

Oleh:

Wiwit Khoirina1, Royke R. Siahainenia2, Elly E. Kudubun3

ABSTRAC

The village today is in a serious degradation process, as happened in the village Caruban that the behavior of people throw plastic waste in a bamboo forest. Bamboo forests should not as a landfill but instead must be preserved. A movement "Sepeda Pagi" see the bamboo forest as a potential village and transform the forest into Papringan market through the concept of social capital.

The purpose of this study was to elucidate the role of the actor in facilitating market development Papringan through social capital in society Caruban village, Temanggung regency. This research uses descriptive research method, a method that is used to describe the role of the actor in facilitating market development Papringan through social capital in rural communities Caruban, district of Temanggung using a qualitative approach, the research model that generates the data description of the words spoken or written, and behavior that can be observed from the people studied. The unit of observation in this study is the actor in facilitating villagers Caruban. The unit of analysis in this study is the role of the actor in facilitating market development Papringan through social capital in society Caruban village, Temanggung regency.

The survey results revealed that the actor's role in facilitating market development Papringan that by negotiating, dialogue between actors in society as well as governments through door to door, facilitating the bringing mentor training experts and product development in the village Caruban. Social capital occurs because of the accumulation of capital, namely cultural actors, symbolic, economic and network building trust and harmony between the actors and villagers Caruban.

Keywords: Role of Actors, Facilitation, Papringan Market, Social Capital, Village Of Caruban.

1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi Program Studi Sosiologi UKSW, Salatiga.

2

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi UKSW, Salatiga. 3

(6)

3

1. PENDAHULUAN

Pembangunan adalah visi terpenting dari suatu bangsa untuk menuju

negara yang makmur dan sejahtera. Indonesia adalah salah satu negara

berkembang, jika berbicara tentang keterbelakangan bangsa Indonesia maka

alamat utama yang harus dituju adalah desa-desa beserta masyarakatnya. Hal

tersebut dapat dimaklumi karena sebagian besar warga masyarakat Indonesia

berdomisili di wilayah pedesaan (Raharjo, 2004).

Sejak jaman Kolonial, Orde Lama dan Orde Baru pembangunan selalu

dibuat dengan model sentralistik, yang menjadikan masyarakat sebagai obyek

pembangunan. Pelaksanaan pembangunan masa lalu menempatkan pemerintah

seolah-olah sebagai agen tunggal pembangunan, sedang masyarakat desa

dianggap tidak memiliki kemampuan dan masih tertinggal (Wastutiningsih, 2004).

Namun mulai masa reformasi model pembangunan kemudian beralih menjadi

desentralisasi yakni masyarakat menjadi subyek pembangunan. Masyarakat

kemudian diharapkan terlibat dalam rencana proyek pembangunan atau

pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif erat kaitannya dengan modal

sosial yang menggerakan masyarakat. Proyek pembangunan partisipatif pada

masa reformasi seperti sekarang ini khususnya era pemerintahan Jokowidodo

telah mengagendakan program Nawa Cita4 dari tahun 2014 sampai 2019 mendatang. Dimana dalam program pemerintah tersebut pada butir ke 3

menegaskan bahwa “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan5”. Hal ini tentunya akan berdampak positif pada peningkatan mutu kehidupan masyarakat desa dengan

menggali potensi-potensi yang ada di desa serta memungkinkan desa untuk

berdikari sehingga masyarakat desa tidak perlu berurbanisasi kekota untuk mencari

pekerjaan.

4

Sembilan agenda prioritas pemerintah untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dirumuskan agenda prioritas dalam pemerintahan Jokowidodo-Jusuf Kala.

(7)

4

Dampak Industrialisasi modern juga turut merambah desa Carubanterbukti

dengan adanya fenomena penumpukan sampah plastik pada hutan bambu.

Aktivitas masyarakat dengan membuang sampah sembarangan ini akan

berdampak pada kerusakan ekosistem lingkungan dan kesehatan manusia.

Masyarakat desa Caruban perlu diberikan edukasi agar dapat memelihara dan

memanfaatkan sumber daya yang ada di desa melalui

pendampingan-pendampingan yang dilakukan oleh peran aktor. Mengingat sebenarnya

masyarakat Indonesia terutama desa sangatlah komunal dan mempunyai banyak

sekali nilai-nilai yang sangat mendukung pengembangan dan penguatan modal

sosial. Modal sosial memberikan pencerahan tentang makna kepercayaan,

kebersamaan, toleransi dan partisipasi sebagai pilar penting pembangunan

masyarakat.

Bapak Singgih Susilo Kartono6akhirnya pada awal tahun 2014 beliau resmi membentuk gerakan revitalisasi desa yang bernama Spedagi7 yang berarti sepeda pagi bertujuan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan bersama

sumber daya yang ada. Gerakan ini juga sekaligus menjadi nama dari produk

sepeda yang ia buat sendiri sebagai media promosi, uniknya sepeda ini terbuat

dari bahan dasar bambu. Berbekal modal ekonomi, sosial, kultural, dan simbolik

Bapak Singgih Susilo Kartono kemudian mecoba memfasilitasi kebutuhan

masyarakat baik secara materil maupun moril, tanpa mengesampingkan norma

yang ada dalam masyarakat.Proyek pertama yang digarap Spedagi yaitu membuat

sebuah pasar dibawah hutan bambu di desa Caruban yang diberi nama pasar

Papringan. Berangkat dari keadaan sosial masyarakat yang ada di desa Caruban

tersebut, maka penulis ingin meneliti lebih dalam tentang peran aktor dalam

memfasilitasi pembangunan pasar Papringan melalui modal sosial di desa

Caruban kabupaten Temanggung.

6

Seorang pengusaha sekaligus desainer produk lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) penerima beberapa penghargaan internasional lewat karya radio kayu “Magno” dan penggagas Spedagi. 7

(8)

5

2. KAJIAN TEORITIS

2.1Konsep Aktor dan Perannya dalam Masyarakat

2.1.1 Konsep Aktor Pierre Bourdieu

Bourdieu melihat arena sebagai sebuah arena pertarungan dan juga

lingkungan perjuangan, arena adu kekuatan, sebuah medan dominasi dan

konflik antar individu, antar kelompok demi mendapatkan posisinya. Posisi

posisi ini ditentukan oleh banyaknya kapital atau modal yang mereka miliki.

Modal merupakan aset yang dimiliki individu dalam lingkungan sosialnya

yang digunakan untuk menentukan posisi dalam suatu ranah. Modal itu harus

selalu di produksi dan direproduksi kembali. Menurut Bourdieu terdapat empat

jenis modal, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal kultural, dan modal

simbolik (Bourdieu, 1990).

Konsep aktor yang dimaksud diatas adalah seorang individu yang

memiliki modal dalam dirinya yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal

budaya dan modal-modal simbolik sehingga melalui modal tersebut

memungkinkan dirinya atau seorang aktor memiliki power untuk menduduki

suatu ranah. berdasarkan modal-modal yang dimiliki oleh aktor dimana dalam

pasar Papringan disebutkan adalah pak Singgih memiliki modal, seperti

pengalaman, pengetahuan, modal simbolk seperti status pendidikan, prestasi,

penghargaan, jabatan dan lain-lain. Serupa dengan yang dikatakan oleh

Bourdieu bahwa modal simbolik ini berupa, akumulasi prestasi, penghargaan,

harga diri, jabatan, status, kehormatan, wibawa, reputasi, termasuk gelar

akademis (Bourdieu, 1993).

2.1.2. Teori Tindakan Aktor

Upaya Bourdieu untuk menjembatani antara objektivisme dengan

subjektivisme, dapat dilihat dari konsep Bourdieu tentang habitus dan

(9)

6

Menurut Beurdieu habitus merupakan hasil dari keterampilan yang

menjadi tindakan praktis (tidak harus selalu disadari, etos misalnya), lalu

diterjemahkan menjadi kemampuan yang kelihatannya ilmiah dan berkembang

dalam lingkugan sosial tertentu. Habitus juga berfungsi sebagai prinsip

penggerak dan mengatur praktik-praktik hidup dan merepresentasi masyarakat

(Soyomukti, 2010). Habitus berada di dalam pikiran aktor sedangkan ranah

berada di luar pikiran aktor. Meskipun sebenarnya semua konsep dari Bourdieu

saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Seperti yang diterapkan oleh aktor

pada pasar Papringan dari dirinya (pak Singgih) yakni seorang

pengusaha,wiraswasta, seseorang yang kreatif dan senang berinovasi pada

hal-hal baru dan unik kemudian ia terapkan pada kehidupan masyarakat desa

Caruban yang notabene habitus masyarakatnya adalah bercocok tanam, pasif

dalam berinovasi, kemudiania internalisasikan melalui aktifitas pada rangkaian

acara di Pasar Papringan. mereka tidak lagi meniru habitus petani yang pasif

melainkan habitus wirausahawan.

2.1.3 Konsep Fasilitasi

Adapun penjelasan dalam teori tindakan aktor diatas sebenaarnya

sejalan dengan konsep “Fasilitasi”, dalam proses fasilitasi seorang aktor harus

memiliki modal-modal yang dapat memberi ranah baginya. Fasilitasi secara

harfiah merujuk pada “Upaya dalam memberikan kemudahan” kepada siapa

saja agar mampu mengerahkan kemampuan dan sumber daya dengan

tujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Sumpeno, 2009).

Sedangkan fasilitator adalah peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi,

kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. beberapa tugas yang berkaitan

dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi,

memberi dukungan, membangun konsensus bersama,serta melakukan

pengorganisasian dan pemanfaatan sumber (Suharto, 2009).

Dalam upaya pembangunan pasar Papringan di desa Caruban, seorang

(10)

7

baik. Adapun teknik dasar fasilitator adalah8Pembelajaran, Membelajarkan

merupakan kegiatan sistematis dan dilakukan secara sengaja oleh seseorang

(fasilitator) untuk membantu peserta agar melakukan kegiatan belajar. Belajar.

Tidak menggurui, karena itu , tak ada „ guru‟ dan tak ada „murid yang

digurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah „guru

sekaligus murid‟ pada saat yang bersamaan. Dialogis, karena tidak ada lagi

guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses „ mengajar – belajar‟ yang bersifat satu arah, tetapi proses „komunikasi‟ dalam berbagai

bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media

(peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan

terjadinya dialog kritis antar semua orang.

Model pendekatan pendidikan menurut Knowles adalah andragogi.

Andragogi atau pendekatan pendidikan „orang dewasa‟ merupakan pendekatan

yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. (Rahardjo,

2000).Dalam membangun pasar Papringan di desa Caruban pendekatan

andragogi dipakai untuk memberikan kebebasan orang dewasa untuk

mengembangkan kreatifitas juga untuk lebih merangsang imajinasi dan

kreatifitas masyarakat dalam mengembangkan produk sesuai dengan gaya

berfikir masing-masing.

2.2 Teori Modal Sosial

2.2.1. Konsep Modal Sosial

Modal sosial menunjuk pada jaringan sosial, norma sosial, dan

kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat (Field, 2011).

Modal sosial yang ada di Pasar Papringan desa Caruban mempengaruhi

kelancaran kegiatan dan keberlangsungan pasar yang terdiri dari kepercayaan,

jaringan, dan norma sosial. Dengan adanya modal sosial memungkinkan

terjalinnya kerja sama dan membentuk kerukunan di pasar Papringan dusun

Kelingan desa Caruban.

8 Modul Khusus Fasilitator Pnpm Mandiri Perkotaan Departemen Pekerjaan Umum : Teknik

(11)

8

Michaell Wollcock (dalam Field, 2011) membuat pemisahan yang

berguna dalam melihat modal sosial , antara lainmodal sosial yang mengikat,

yang berarti ikatan antar orang dalam situasi yang sama, seperti keluarga

dekat, teman akrab, dan rukun tetangga. Modal sosial yang menjembatani,

mencangkup ikatan yang lebih longgar dari beberapa orang, seperti teman jauh

dan rekan kerja, dan modal sosial yang menghubungkan, menjangkau

orang-orang yang berada pada situasi yag berbeda, seperti mereka yang sepenuhnya

ada di luar komunitas, sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak

sumber daya daripada yang tersedia didalam komunitas.

Ekonomi masyarakat desa Caruban akan sulit berkembang jika tidak

diimbangidengan adanya kerukunan dan kerja sama yang sinergi. Adapun tiga

unsur modal sosial tersebut menurut para ahli, yaitu:

2.2.2 Kepercayaan

Fukuyama (2002) mendefinisikan kepercayaan yaitu norma-norma

kooperatif seperti kejujuran dan kesediaan untuk menolong yang bisa

dibagi-bagi antara kelompok-kelompok terbatas masyarakat dan bukan dengan yang

lainnya dari masyarakat atau dengan lainnya dalam masyarakat yang sama.

Mollering merumuskan bahwa kepercayaan membawa konotasi aspek

negosiasi harapan dan kenyataan yang dibawakan oleh tindakan sosial

individu-individu atau kelompok dalam kehidupan kemasyarakatan

(Dharmawan, 2002). Dari rumusan Mollering itu trust membawa konotasi

aspek negosiasi harapan dan kenyataan yang dibawakan oleh tindakan sosial

individu-individu atau kelompok dalam kehidupan kemasyarakatan.

Terwujudnya kepercayaan dalam sistem pasar papringan juga nampak

dalam setiap individu antar pedagang dengan pedagang, antar pedagang dengan

aktor. Bagaimana mereka menjalin komunikasi yang baik dalam membangun

pasar Papringan sehingga terjadi kesepakatan kolektif dan saling bekerja sama

(12)

9

penyederhanaan pekerjaan juga dapat dilakukan, ketertiban, pemeliharaan

kohesivitas sosial terjalin dan berjalan dengan modal sosial yang utuh.

2.2.3 Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, di mana ikatan

yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan

sosial (Agusyanto, 2007). Sedangkan, (Fukuyama, 2002) mendefinisikan

jaringan sebagai sekelompok agen-agen individual yang berbagi norma-norma

atau nilai-nilai informal melampaui nilai-nilai atau norma-norma yang penting

untuk transaksi-transaksi pasar biasa. Granovetter (Ritzer, 2010) membedakan

antara “ikatan kuat dan lemah”. Ikatan kuat misalnya hubungan antara

seseorang dan teman karibnya, dan ikatan lemah misalnya hubungan antara

seseorang dan kenalannya. Ikatan lemah dapat menjadi sangat penting, seorang

tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang

ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi

di kelompok lain ataupun masyarakat luas.

Menurut Robert M.Z Lawang (Damsar, 2011), jaringan merupakan

gabungan kata net dan work, sehingga menjadi network, yang penekanannya

terletak pada kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja (bekerja) dalam

hubungan antar simpul-simpul seperti halnya jaring (net).

Terbentuknya sebuah jaringan tentunya didasari oleh sebuah

komunikasi yang kemudian menghasilkan sebuah interaksi sosial sehingga

terjadi hubungan antara satu dengan yang lainnya atau hubungan sosial antara

aktor dengan para relawan baik eksternal pasar maupun internal pasar

Papringan (masyarakat lokal desa Caruban).

2.2.4 Norma Sosial

Norma-norma masyarakat merupakan patokan untuk bersikap dan

berperilaku secara pantas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar,

yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib

(13)

10

menjadi norma sosial formal dan informal. (Fukuyama, 1995), norma

merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh

birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh

kharismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu

kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara

spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur

kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok.

Dalam pasar Papringan terdapat norma-norma yang mengikat para

pedagang dan pembeli dalam hubungan sosialnya. Semua sub sistem dalam

pasar Papringan saling terikat dengan norma-norma yang telah di tetapkan oleh

bapak Singgih beserta pasukan relawannya yang mewajibkan para pedagang

dan pembeli menaati setiap nilai nilai yang tertanam didalamnya.

3. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

konstruktivisme (Salim, 2006) mengungkapkan bahwa konstruktivisme

merupakan paham yang digunakan untuk menggambarkan realitas, karena setiap

realitas adalah unik serta khas, untuk mendapatkan validitasnya lebih banyak

tergantung pada kemampuan penelitian dalam mengkonstruksi realitas tersebut.

Realitas yang dimaksud adalah peran aktor dalam memfasilitasi pembangunan

pasar Papringan melalui modal sosial pada masyarakat desa caruban kabupaten

Temanggung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Kualitatif merupakan metode alamiah yang melihat realitas sebagai “apa adanya”,

khusus, spesifik dan berusaha mendiskripsikan kenyataan secara lebih mendalam

(Salim, 2006).

Sesuai dengan tujuan yang dicapai, penelitian ini menggunakan jenis

penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1999). Satuan

(14)

11

rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis (Ihalauw,

2003).Dalam penelitian ini satuan pengamatan yakni aktor dalam memfasilitasi

masyarakat desa Caruban. Satuan analisis adalah hakekat dari populasi yang

tentangnya hasil penelitian akan berlaku (Ihalauw, 2003). Oleh karena itu, satuan

analisis dalam penelitian ini adalah peran aktor dalam memfasilitasi pembangunan

pasar Papringan melalui modal sosial pada masyarakat desa caruban, kabupaten

Temanggung.

Informan kunci adalah inisiator Pasar Papringan adalah bapak Singgih

Susilo Kartono selaku aktor utama, dibantu oleh Sisca Calista sebagai manager

koordinator Pasar Papringan, dan Pak Samsudin selaku birokrat desa Caruban.

Penelitian ini dilakukan di “Pasar Papringan” desa Caruban, Kecamatan

Kandangan, Kabupaten Temanggung. Adapun pertimbangan penulis karena

tempat tersebut sangat menarik melihat tempat yang tergolong terpencil namun

didirikan pasar dengan sistem yang unik juga mengedukasi dengan memotifasi

kreatifitas dan kemandirian masyarakat lokal , serta memanfaatkan sumberdaya

alam dan manusia, juga akses yang terjangkau karena penulis berasal dari

kab.Temanggung.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Mengenal Spedagi

Spedagi adalah sebuah gerakan yang bergerak dalam bidang revitalisasi

desa yang melahirkan pasar Papringan. Spedagi berasal dari kata “sepeda pagi”.

Kegiatan bersepeda pagi yang ditekuni oleh bapak Singgih Susilo Kartonoselaku

pendiri Spedagi sekaligus penggagas pasar Papringan ini awalnya ditujukan

untuk menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuhnya. Tidak disangka, kegiatan

ini kemudian menjadi cara awal dalam mengembangkan desa. Pada tahun 2014,

desa Caruban menjadi desa pertama yang di gagas oleh Spedagi. Melalui Spedagi

dibuatlah sepeda bambu buatan pak Singgih. Sepeda yang kemudian menjadi ikon

(15)

12

Komunitas desa saat ini tidak mampu lagi memecahkan berbagai

permasalahan yang dihadapi akibat brain drain9 dari desa ke perkotaan. Perlu

upaya untuk membawa para “pemikir” desa untuk datang dan membantu

memecahkan masalah yang ada. Dengan pendidikan dan keahlian yang dimiliki

kehadiran pihak luar akan membantu masyarakat desa memecahkan permasalahan

sekaligus mengembangkan potensi desa. Spedagi membawa desa kembali

menemukan jati dirinya sebagai komunitas lestari dan mandiri. Peran Spedagi

adalah mengupayakan desa dalam keberhasilan membangun kehidupan yang

berkelanjutan di masa kini dan masa mendatang. Berikut adalah tiga Program

Spedagi: Melihat.Bertujuan menumbuhkan pemahaman lebih utuh tentang desa,

Terlibat.Kegiatan melihat diharapkan akan mendorong peserta untuk

terlibat dalam proyek-proyek revitalisasi desa,dan Sahabat. Partisipan kemudian

dapat menjadi sahabat desa, yang bersepakat untuk berkolaborasi dalam jangka

panjang.

Sebagai bukti keseriusannya dalam membangun desa, Spedagi kemudian

membuat konferensi tingkat Internasional pertama kali pada tahun 2014 yang

diberi nama ICVR (International Conference on Village Revitalization) dan

konferensi kedua dilakukan pada tahun 2016 di Jepang. ICVR adalah kegitan rutin

dua tahunan Spedagi yang berfokus pada Revitalisasi Desa meliputi aktivitas

ekskursi (studi banding), diskusi, presentasi/seminar dan workshop yang

melibatkan peserta lokal dan internasional. Spedagi dalam struktur organisasinya

sangat sederhana, hanya terdapat pak Singgih sebagai pendiri, dan selebihnya

dibawah pak Singgih adalah koordinator proyek Spedagi yang dapat dijabat oleh

siapa saja untuk menjadi tim relawan Spedagi. Tentunya dengan kriteria dan

loyalotas berdasarkan standarisasi yang ditentukan oleh pak Singgih.

4.2 Profil dan Sejarah Pasar Papringan

Pasar Papringan adalah pasar yang dibangun dibawah rumpun pohon

bambu, dalam bahasa jawa “papringan” berarti rumpun pohon bambu. Pasar ini

9

(16)

13

pertama dibuka pada tanggal 10 januari 2016 di dusun Kelingan desa Caruban

dengan luas lahan sekitar 1000 meter persegi dandigelar setiap 35 hari sekali atau

setiap hari minggu wage10 disebut juga “selapan sepisan”. Pasar Papringan

dibuka mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB.Pasar Papringan

memang terkenal karena keunikannya, tentang produk unggulan meliputi (kuliner,

hasil tani dan kerajinan), adanya workshop, tata tertib pasar, alat transaksi jual beli

dengan menggunakan koin pring dan hiburan kesenian yang diberikan.

Sejarah pasar papringan berawal dari kebiasaan masyarakat yang

menjadikan hutan bambu sebagai tempat pembuangan sampah, baik organik

maupun non organik. Hutan bambu juga dijadikan kandang ternak oleh

masyarakat sehingga keadaan lingkungan hutan bambu semakin kumuh dan

berbau tidak sedap. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan masyarakat karena

menjadi tempat bersarangnya nyamuk dan penyakit juga pencemaran lingkungan

karena sampah. Realitas tersebut kemudian membuat pak Singgih berinisiatif

ingin mengubah masyarakat menjadi masyarakat yang lestari dan berdaya guna

dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki termasuk hutan bambu.

Sehingga dengan digunakannya bambu sebagai sumber kehidupan maka

masyarakat akan lebih menghargai dan menjaga kelestarian hutan bambu yang

mereka miliki.

KedatanganSpedagi ke desa Caruban sempat menuai penolakan dari

masyarakat, rencana pembangunan pasar tidak di dukung oleh masyarakat melihat

desa Caruban adalah desa terpencil dan jauh dari keramaian.Namun pak Singgih

tidak menyerah begitu saja, setelah berbincang dengan salah satu warga yakni pak

Sam11 pak Singgih merasa gagasannya di dukung. Pak Sam sangat terbuka atas ide-ide kreatif yang bertujuan memajukan desa Caruban beliau juga salah satu

perangkat desa Caruban yang kesehariannya juga berternak. Beliau berperan

penting dalam membawa pak Singgih kepada pemerintah desa Caruban agar

diberi ijin membangun pasar Papringan.

10 Hitungan hari dalam kalender jawa, seperti wage,pon, kliwon, legi dan pahing.

11 Pak Sam adalah seorang perangkat desa Caruban yang juga aktif dalam membangun desa lewat

(17)

14

Sebelumnya pak Singgih mengadakan konferensi tingkat internasional

pada desa Caruban, membahas tentang revitalisasi desa dengan segala

permasalahan desa. Setelah melakukan konferesi, pak Singgih melakukan

pendekatan-pendekatan secara intensif kepada masyarakat dengan memberikan

penawaran-penawaran yang berpihak kepada masyarakat. Sadar bahwa dirinya

tidak dapat bekerja sendiri, pak Singgih dibantu oleh pak Sam sebagai

penyambung lidah dengan pemerintah desa setempat untuk mendapatkan

legitimasi baik dari pemerintah maupun masyarakat. Selain itu pak Singgih juga

dibantu oleh Fransisca Callista atau mbak Siska yang nantinya berperan sebagai

koordinator pasar Papringan, mbak Siska yang notabene bersifat ramah, gampang

bergaul dan humoris, kemudian tinggal dan berbaur dengan masyarakat setempat

demi mencapai kedekatan secara emosional dengan masyarakat desa Caruban.

Mbak Siska setiap harinya berdiskusi dengan masyarakat untuk memberi

pengertian tentang pentingnya melestarikan lingkungan sekaligus berwirausaha

melalui sumber daya lokal yang ada.

4.3 Peran Aktor

4.3.1 Negosiasi dengan Masyarakat Desa Caruban

Menciptakan jalinan kerjasama antara masyarakat desa Caruban dan

aktor dalam pasar Papringan merupakan tujuan utama Spedagi. Hal pertama

yang dilakukan pak Singgih adalah melakukan negosiasi kepada tuan tanah dan

masyarakat. Pak Singgih dalam komunikasinya bersama masyarakat

menawarkan modal ekonomi dan modal simbolik yang ia punya sebagai

pertaruhan. Modal ekonomi ini berupa uang sebagai modal awal

mengembangkan produk yang akan dipinjamkan kepada masyarakat. Selain itu

pak Singgih memanfaatkan jaringan ekslusif yang ia miliki, jabatan serta status

akademisnya untuk meyakinkan warga, modal ini masuk dalam modal simbolik.

Atas dasar modal-modal tersebut kemudian menghasilkan kepercayaan

masyarakat kepada pak Singgih yang memposisikan pak Singgih sebagai

(18)

15

Disisi lain dalam negosiasi bersama tuan tanah dan masyarakat pak

Singgih juga dibantu oleh pak Sam untuk berdialog secara terbuka antara pak

Sam dan masyarakatagar tercapai kesepakatan. Tuan tanah yang sebelumnya

tidak ingin tanahnya di gunakan secara cuma-cuma, oleh pak Sam kemudian

ditawarkan dua pilhan kepada tuan tanah atas kesepakatan pak Singgih yakni

adanya sistem sewa atau jual beli tanah. Dengan pilihan yang diberikan, tuan

tanah akhirnya menyetujui adanya sistem sewa yang diberikan. Upaya negosiasi

ini juga dilakukan pak Singgih demi memperoleh akses hierarki yang

menguntungkan bagi dirinya. Dimana dengan seluruh modal yang ia miliki

berpeluang untuk dapat mengkonversi antar modal. Pertukaran modal ini

diartikan seperti pak Singgih mempunyai modal ekonomi, modal sosial, modal

kultural, dan prestis yang di tawarkan dan diberikan kepada warga dengan

menampilkan kesan kedermawaan pak Singgih membantu warga desa Caruban

secara materil (modal ekonomi) dan moril yang bertujuan untuk memperoleh

image sebagai orang yang baik, mempunyai otoritas dan legitimasi sebagai

pembela orang miskin (modal simbolik). Selain itu pak Singgih memiliki

otoritas penuh dalam memamerkan produk yang ia miliki didalam pasar

Papringan sehingga menambah relasinya dalam berbisnis.

4.3.2 Negosiasi dengan Pemerintah Desa Caruban

Pemerintah dalam proses pembangunan di pasar Papringan tentunya

juga turut membawa angin segar bagi para aktornya dengan memberikan izin

atas pembangunan pasar Papringan. Meski demikian, keterlibatan pemerintah

di pasar Papringan tidak lebih hanya sebagai penyemangat. Sebelumnya dialog

antara kepala desa dan pak Singgih tidak begitu saja membuahkan hasil.

Pemerintah berdalih bahwa pembangunan pasar Papringan hanya membawa

manfaat dan keuntungan bagi beberapa orang saja yang bermain di dalamnya.

Artinya ada elite-elite yang bermain dalam pasar Papringan. Namun hal ini

dibantah keras oleh pak Singgih. Pak Singgih mengakuSemua upaya dilakukan

semata-mata untuk membangun desa. Audiensi juga dilakukan oleh pak Sam

bersama pemerintah. pak Sam mencoba meyakinkan kepala desa bahwa

(19)

16

ingin mengembangkan diri dalam pasar Papringan. Dengan alasan demi

kesejahteraan masyarakat, pihak pemerintah kemudian memberikan ijin untuk

mendirikan pasar di dusun kelingan desa Caruban kepada pak Singgih dan

kawan-kawan, juga memberikan kepercayaan kepada pak Sam untuk

memantau jika ada hal-hal yang menyimpang dalam sistem pasar Papringan.

Menurut pengakuan pak singgih sebelumya ia telah mengajukan

proposal ke bupati namun tidak mendapat respon positif. Hal inilah yang

membuat pak Singgih tidak ingin berharap lebih kepada pihak pemerintah dan

memutuskan untuk menjalankan proyek desa tanpa melibatkan pemerintah.

Pak Singgih bahkan sempat mengundang menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Indonesia untuk menghadiri pembukaan konferensi Internasional yang

ia buat juga gubernur Jawa Tengah bapak Ganjar Pranowo pada gelaran pasar

Papringan tanpa melibatkan pemerintah kabupaten Temanggung.Sikap ini dia

lakukan untuk membuktikan kepada pemerintah bahwa upayanya dalam

membangun desa Caruban tidaklah main-main. Berbagai media online serta

televisi turut hadir dalam kunjungan Gubernur Jawa Tengah tersebut.

Atas dasar realitas yang terjadi, penulis melanjutkan penelitian ke

balai desa Caruban untuk mengambil data wawancara dari pihak pemerintah.

Pemerintah desa Caruban mempunyai sudut pandang tersendiri mengenai

pembangunan pasar Papringan. Menurut ibu Ratna sebagai kepala desa

Caruban, bahwa12:

“jane apik (sebenarnya bagus) ya mbak kegiatan seperti ini. Tapi itu kan pengeolaannya pribadi mbak. Kita liat itu bisnis pribadi. Kita selaku pemerintah hanya sebatas menyemangati warga desa aja biar mereka semangat berwirausaha. saya juga

ndak (tidak) enak sama nduwurane (petinggi) saya to mbak. Jadi saya juga gak (tidak) berani mau gimana-gimana..”

Hasil wawancara di atas menunjukan adanya differences in perception

yakni cara pandang yang berbeda antara aktor dan pemerintah desa Caruban

dalam mengembangkan potensi desa Caruban. Namun kecenderungan

12 Wawancara bersama bu Ratna sebagai kepala desa Caruban di balai desa Caruban 30 januari

(20)

17

memiliki rasa segan dan takut terhadap petinggi pemerintah kabupaten

Temanggung atas tidak harmonisnya ikatan antara pak Singgih dan bupati

Temanggung membuat kepala desa Caruban tidak bisa berbuat apa-apa dalam

mensuportpasar Papringan secara materil. Hal ini tentunya sangat disayangkan

ketika kepentingan pribadi antara pemerintah (bupati) dan pak Singgih masuk

dalam kepentingan publik yang menyebabkan pejabat desa Caruban dalam

tekanan dilematis untuk mendukung pasar Papringan tanpa perintah dari

pemerintah kabupaten. Masyarkat yang seharusnya di bina bersama dan upaya

untuk mengembangkan desa agar lebih maju malah menjadi tumbal

perselisihan.

Hal yang menarik bagi peneliti dari realitas diatas adalah upaya

mendatangkan pejabat tinggi negara tersebut dilakukan pak Singgih sebagai

penanda bahwa ranah kekuasaan yang dimilikinya dapat melampaui kekuasaan

yang dimiliki bupati Temangung dalam mendukung pembangunan desa lewat

pasar Papringan. Menurut Bourdieu, agen mendapatkan kembali kreasinya

melalui posisi-posisi yang terdapat dalam sebuah ranah, maka situasi ini

membuka ruang yang besar bagi pelaku untuk menggunakan pelbagai strategi

(Fashri, 2014). Dalam hal ini aktor memanfaatkan modal-modal yang

dimilikinya yaitu modal simbolik, sebagai orang yang memiliki akumulasi

prestasi dan penghargaan, dan jaringan yang dimiliki melalui Spedagi.

4.3.3 Aktor Sebagai Fasilitator dalam Pembangunan Pasar Papringan

Fasilitasi menjadi inti dari kegiatan pendampingan yang dilakukan

oleh aktor untuk membantu masyarkat dalam meningkatkan kualitas hidup

desa Caruban. Untuk mempermudah dalam teknik fasilitasi, aktor

menggunakan modal Simbolik dalam interaksi sosial bersama masyarakat.

Modal simbolik ini bermacam-macam, mulai dari penggunaan bahasa untuk

membujuk masyarakat agar mau melakukan apa yang di inisiasikan aktor

seperti, melalui bahasa kemudian masyarakat mau bekerja bakti bersama, dan

mau menyepakati norma-norma yang ada dalam pasar Papringan. Bahasa juga

dapat menginternalisasikan suatu habitus yang dibawa dari aktor. Seperti

(21)

18

menghasilkan sebuah produk dan berinovasi untuk kemudian dijual kepada

khalayak publik, hal ini sama seperti yang dilakukan oleh pribadi pak Singgih

sebagai seorang wirausahawan, menciptakan sebuah produk yang kemudian

terinternalisasi kepada masyarakat desa Caruban.

Pak Singgih melalui mbak Siska kemudian berlanjut pada

pendampingan kepada warga yakni memberi gambaran umum tentang pasar

Papringan melalui sketsa pasar yang akan dibangun dan alat-alat yang

diperlukan dalam pembangunan pasar. Metode ini dilakukan untuk

mempermudah masyarakat memahami simbol-simbol yang ada dalam

gambaran umum pasar Papringan sehingga memungkinkan masyarakat untuk

berimajinasi. Selain itu mbak Siska bersama para relawan ahli lainnya

(jaringan ekslusif pak Singih) turut mendampingi masyarakat dalam

mengembangkan produk-produk lokal yang akan di jual melalui pasar

Papringan. Seperti yang dilakukan relawan ahli dari India bernama

Burhanuddin dengan memanfaatkan kembali kulit bambu yang biasa dibuang

oleh pengrajin bambu sebagai tas kranjang. Bersama masyarakat mbak Siska

juga mempersiapkan properti-properti yang dibutuhkan dalam oprasional pasar,

seperti tempat lapak, penunjuk lokasi pasar, tenda pasar, uang koin, meja

penukaran uang dan lain-lain.

4.4Aktor Meihat, Terlibat, dan Membangun Jaringan Sahabat

Program Spedagi yang di rancang aktor demi kemajuan desa Caruban

adalah Melihat, Terlibat dan sahabat melalui relawan baik aktor maupun jaringan

ekslusif aktor utama (pak Singgih) dalam membantu mendampingi masyarakat

selama proses pembangunan pasar Papringan. Keterlibatan seorang relawan ini

berfungsi sebagai inducing behavior yakni merangsang perilaku masyarakat untuk

menciptakan tatanan sosial yang tertib melalui pasar Papringan, seperti yang

dilakukan oleh mbak Siska dan teman-teman relawan lainnya dengan memberikan

motivasi terhadap warga, sharing, hingga pengembangan produk. Berikut adalah

skema ikatan simpul yang terjadi dalam proses modal sosial pada pasar

(22)

19

Bagan 1. Pola Konsep Modal Sosial Aktor

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

Seorang fasilitator mendedikasikan dirinya kepada desa Caruban dengan

menyumbangkan ide, ilmu, dan gagasannya yang kemudian menghasilkan pasar

Papringan. Adapun ekspresi modal sosial yang terkandung pada setiap konsep

melihat, terlibat dan sahabat, akan dijelaskan sebagai berikut.

4.4.1 Ekspresi Modal Aktor dalam Melihat Realitas

Konsep melihat berawal dari perilaku aktor yang mengamati tentang

permasalahan-permasalahan yang ada di desa Caruban sehingga mampu

merefleksikan kebutuhan sekaligus menyadari potensi yang ada di desa.

Realitas perilaku masyarakat yang membuang sampah pada hutan bambu

turut mengancam kelestarian hutan tersebut. Dari keadaan tersebut, munculah

visi aktor untuk memberikan nilai lebih kepada hutan bambu agar dapat

lestari dan dimanfaatkan oleh masyarakatdengan membuat pasar Papringan.

Bagan 2. Ekspresi Modal Aktor dalam Melihat Realitas

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

Bagan 2 menunjukan ekspresi modal aktor dalam melihat relaitas

yang ada di desa Caruban. Dengan modal simbolik yang dimiliki aktor pak

Singgih,seperti prestasi membuat inovasi dalam berwirausaha, jabatan

sebagai pemilik perusahaan Radio kayu yang mendunia, pengetahuan,

wawasan, serta memiliki jaringan eksklusif seperti orang-orang yang

sahabat terlibat

melihat

Aktor

(23)

20

berkompeten,dan pengalaman berwirausaha, Aktor kemudian membawa

modal-modal tersebut masuk terlibat kedalam masyarakat yang bertujuan

untuk mengelola hutan bambu dan sumber daya manusia yang ada di desa

Caruban.

4.4.2 Ekspresi Modal Aktor dalam Membangun Keterlibatan Jaringan

Konsep terlibat adalah refleksi dari konsep melihat yaitu dengan

melakukan tindakan sosial yang dilakukan aktor yaitu pak Singgih, pak Sam,

dan mbak Siska melalui negosiasi bersama pemerintah desa dan warga desa

Caruban untuk membangun pasar Papringan. Negosiasi ini dilakukan dengan

cara berdialog dari pintu ke pintu bersama masyarakat yang kemudian

menghasilkan kesepakatan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan terjalin

antara aktor dan masyarakat, serta aktor dan jaringan relawan. Namun, garis

keterikatan antara masyarakat dan relawan belum kuat dikarenakan keduanya

masih dalam tahap adaptasi satu sama lain. maka usaha aktor dalam proses

membangun kepercayaan masyarakat harus terus dilakukan. Jika melihat

korelasinya dengan teori Mollering yakni kepercayaan yang dibangun

berdasarkan tindakan sosial aktor.

Bagan 3. Ekspresi Modal Aktor dalam Membangun Keterlibatan

Jaringan

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

Aktor sengaja membuka jaringan dari luar (relawan ahli) agar

terjalin hubungan sosial yang bermanfaat yang menghasilkan “ikatan lemah”

yaitu hubungan baru antara warga desa dengan para relawan yang membuka

peluang informasi baru satu sama lain. Tanpa ikatan lemah ini seseorang akan

kekurangan informasi tentang perkembangan dunia atau masyarakat luar.

Norma sosial juga sangat penting dalam adanya keterlibatan antara aktor,

Aktor

(24)

21

relawan dan masyarakat agar terjadi suatu tatanan yang tertib dan mengarah

pada perubahan yang lebih maju. Seperti norma yang terkandung dalam tata

tertib pasar Papringan. Pada dasarnya norma dalam pasar Papringan ini

bersifat formal karena setiap individu atau kelompok diwajibkan untuk

mematuhi semua tata tertib dan visi yang telah dibuat.

4.4.3 Ekspresi Modal Aktor dalam Memperkuat Jaringan Persahabatan

Hubungan saling terlibat yang menghasilkan kerjasama ini kemudian

membawa seorang aktor dalam ranah “sahabat”. Sahabat membawa

masyarakat dan relawan kedalam sebuah keterlibatan secara continue atau

terus-menerus, berulang-ulang yang kemudian erat dalam sebuah ikatan yang

disebut “hubungan antar simpul”. Mbak Siska sebagai koordinator pasar berperan penting sebagai net atau jaring penghubung penguat ikatan antar

simpul dimana terdapat hubungan-hubungan sosial yang diikat dengan

kepercayaan. Kemudian menghasilkan kerjasama, kerjasama ini masuk dalam

ranah work atau bekerja yakni kerja sama bukan kerja bersama-sama atau

disebut kerja antar simpul.

Bagan 4. Ekspresi Modal Aktor dalam Memperkuat Jaringan

Persahabatan

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

Hubungan yang dilakukan karena adanya komitmen-komitmen yang

dipertahankan secara harmonis adalah ekspresi modal aktor dalam

mempertahankan jaringan persahabatan. Contohnya saja mbak Siska aktor

sekaligus relawan yang ikut dan tinggal bersama dengan warga desa Caruban

lebih dari satu tahun yang mendedikasikan dirinya untuk pasar Papringan

mulai tahun 2016 sampai dengan sekarang, juga aktivitas masyarakat yang

Jaringan Eksklusif Aktor (Relawan) Masyarakat

(25)

22

berkomitmen mengembangkan diri di pasar Papringan hingga waktu yang

tidak bisa ditentukan adalah bukti terjalinnya jaringan persahabatan yang

tidak terputus antara aktor, masyarakat,dan relawan.

4.5 Mengetahui Seberapa Jauh Peran Aktor dalam Melakukan Fasilitasi

Melalui Modal Sosial

Dalam melakukan fasilitasi aktor tentu tidak sendirian, aktor memiliki

tim yang mengemban masing-masing tugas. Pak Singgih memiliki peranan yang

sangat penting beliau adalah penggagas dan inisiator dalam pasar Papringan

sekaligus pemberi modal ekonomi selama proses fasilitasi berlangsung. Visi misi

yang dijalankan untuk mengembangkan potensi desa Caruban muncul dari

pemikiran pak Singgih Susilo Kartono

Setelah melihat realitas desa Caruban, pak Singgih kemudian menjalin

modal sosial bersama pak Samsudin, seorang birokrat desa Caruban yang juga

mendukung visi misinya dalam membangun desa Caruban. pak Sam sebagai aktor

kedua sangat berperan dalam membangunlegitimasi pemerintah dan masyarakat

desa Caruban. kepercayaan pemerintah terhadap kegiatan pasar Papringan yang

ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat desa Caruban. Atas keterlibatan pak

Sam dalam membangun kepercayaan pemerintah desa dengan piihak Sspedagi

kemudian terjalinlah izin kesepakatan pembukaan pasar Papringan.

Setelah mendapat dukungan secara moril dari pemerintah desa, pak

Singgih membawa mbak Siska masuk sebagai aktor ketiga yang terlibat dalam

proses pembangunan pasar Papringan. Dimana mbak Siska berperan sebagai

koordinator pasar Papringan, sekaligus pendamping untuk pengembangan produk

(26)

23 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran aktor dalam

memfasilitasi pasar Papringan melalui modal sosial pada masyarakat desa caruban

kabupaten temanggung, kesimpulan yang diperoleh adalah Aktor melihat

kebiasaan buruk masyarakat desa Caruban yaitu membuang sampah plastik pada

hutan bambu sebagai masalah yang krusial yang harus dihilangkan. Aktor juga

melihat potensi dari hutan bambu untuk di jadikan sumber kekuatan ekonomi

pada desa Caruban dengan melakukan fasilitasi dan pembangunan pasar

Papringan dibawah rumpun hutan bambu yan dimanfaatkan sebagai media atau

wadah pengembangan kreatifitas.

Pasar Papringan dibangun melalui pendekatan aktor yang merujuk pada

beberapa modal aktor, berawal dari peran aktor di desa Caruban yang melakukan

negosiasi dengan cara berdialog bersama masyarakat dengan menawarkan modal

kultural, dan modal simbolik dan mengajak masyarakat untuk melihat, terlibat,

dan menjadi sahabat, itulah basis modal sosial aktor. Namun modal-modal

tersebut tidak cukup dalam membangun jaringan dengan masyarakat sehingga

perlu ditambahkan modal ekonomi dibarengi dengan modal simbolik, dan modal

kultural yang dipakai untuk menjadi modal sosial sehingga terjalinlah

kepercayaan, jaringan, dan norma yang di implemetasikan dalam pembangunan

pasar Papringan di desa Caruban .

Peran masing-masing aktor yaitu pak Singgih sebagai inisiator sekaligus

penggagas pasar Papringan, pak Sam sebagai mediator kepada pemerintah untuk

mendukung inisiasi pak Singgih, dan mbak Siska sebagai eksekutor dilapangan

mengkoordinasi jalannya pasar Papringan termasuk proses pendampingan

masyarakat dan relawan yang berjalan atas dasar visi misi dari Spedagi yang

datang dari gagasan pak Singgih. Masing-masing memiliki modal sosial tersendiri

yang dibangun berdasarkan modal ekonomi, kultural, dan simbolik. Peran aktor

(27)

24

didapatkan atas hasil perjuangan melalui negosiasi terhadap masyarakat dan

pemerintah. Legitimasi warga desa Caruban yang telah di tingkatkan

kreatifitasnya oleh Spedagi menambah akumulasi modal ekonomi, kultural, dan

simbolik aktor sehingga dapat mengundang pemerintah provinsi dan pusat dengan

mendatangkan menteri dan gubernur ke desa Caruban.

5.2 Rekomendasi Penelitian

1. Pemerintah desa Caruban lebih baik jika pro aktif bekerja sama dengan

aktor-aktor yang ingin melakukan pengembangan desa dalam kegiatan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam kegiatan UKM

(usaha kecil dan menengah) dengan memberikan dukungan penuh dan

tulus iklhas tanpa ada interfensi dari pihak manapun.

2. Akan lebih baik jika pemerintah kabupaten Temanggung

mengenyampingkan masalah-masalah internal individual ataupun

kelompok yang berpotensi merugikan masyarakat atau menghambat

pembangunan serta turut memberikan support dana dan moril untuk

mengembangkan produk-produk unggulan desa seperti yang ada di desa

Caruban, misalnya memberikan pinjaman modal usaha atau melakukan

pendekatan aktivitas keseharian bukan hanya teori yang njlimet.

3. Bagi aktor alangkah baiknya jika melakukan penguatan modal sosial lewat

negosiasi kepada pemerintah terlebih dahulu, baik pemerintah desa

maupun kabupaten untuk menghindari kesalah pahaman di kemudian hari.

Aktor juga dapat merangkul dinas-dinas terkait seperti Balai Lingkungan

Hidup, dinas Pariwisata, untuk bekerjasama menyediakan fasilitas pasar.

4. Bagi masyarakat desa Caruban sebaiknya lebih bisa membuka diri

terhadap hal-hal yang baru terutama dalam hal pengembangan diri, seperti

pengembangan kreatifitas dan ilmu. Hal ini nantinya juga akan membawa

(28)

25

DAFTAR PUSTAKA

Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Bourdieu, Pierre. 1990. The Logic of Practice. California: Atanford University Press

---. 1993. The Field of Cultural Production: Essays on Art and Literature. Cambridge: Polity P

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Kencana

Dharmawan, Arya Hadi. 2002. Kemiskinan Kepercayaan (The Poverty of Trust), Stok Modal Sosial dan Disintegrasi Sosial. Makalah Seminar dan Kongres Nasional IV Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) bertemakan

Field, John. 2011. Modal sosial. Yogyakarta : Kreasi Wacana

Fukuyama, Francis.1995.The end of History and the last man.New York: Free Press

---.2002. The Great Disruption: Hakikat Manusia dan Rekontruksi Tatanan Sosial. Yogyakarta: Qalam

Modul Khusus Fasilitator Pnpm Mandiri Perkotaan,Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya: Teknik Fasilitasi

Nasir, Moh, 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rahardjo, Toto, et, al., (eds). 2000. Pendidikan Populer (Membangun Kesadaran Kritis). Yogyakarta : Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI)

Raharjo. 2004. Pembangunan Desa: Mengapa Selalu Sisip Dari Harapan?.

Dinamika Pedesaan dan Kawasan. Vol 4. No. 4 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808675/Jurnal- Kepatihan.pdf diakses pada 30 Juli 2016

Ritzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Jakarta: Rajawali Pers

Ritzer & Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

Salim, Agus, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif. Edisi ke-2. Jogyakarta: Tiara Wacana

Soekanto, Soerjono.2002.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafmdo Persada

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Wastutiningsih, Sri Peni. 2004. Pemberdayaan Petani dan Kemandirian Desa.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar dan Bangun Ruang

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk essay yang berjumlah tujuh butir soal.Setelah dilakukan wawancara secara langsung dengan guru mata pelajaran Fisika kelas

Aktivitas siswa kelas XI IPA MAN 3 Tulungagung saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran matematika pokok bahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Koordinasi antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Karantina Ikan dan Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana penyelundupan

udang fermentasi dapat digunakan sebagai alternatif pakan

D-sorbose is known as reactive reducing sugar to react with amino acids to.. generate

Kecilnya jumlah objek pengawasan yang dapat diawasi pada tahun 2007 yang berjumlah 120 perusahaan jika dibandingkan dengan jumlah objek pengawasan yang ada di Kota

Jika suhu maxsimum sudah ditentukan, semisal suhu lebih dari (>) 39˚C, maka FAN atau kipas dan alarm akan otomatis bekerja, FAN berguna untuk membuang panas yang