• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidup sehat merupakan idaman setiap manusia di dunia dalam kehidupan

sehari-hari, namun seiring dengan perkembangan jaman dan pertambahan jumlah

penduduk, juga menyebabkan jumlah penderita suatu penyakit pun semakin tinggi.

Salah satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang tinggi adalah

penyakit degeneratif (Potter, 2005).

Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak

memengaruhi kualitas hidup serta produktifitas seseorang, dimana progresifitas

penyakit akan bertambah seiring bertambahnya usia si penderita. Penyakit-penyakit

degeneratif tersebut antara lain penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh

darah) termasuk hipertensi, diabetes mellitus dan kanker. Berdasarkan hasil Riskesdas

tahun 2013 prevalensi penyakit tidak menular terjadi peningkatan dari 2007 ke tahun

2013. Dari beberapa penyakit degeneratif yang ada penyakit diabetes mellitus

merupakan salah satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang

cukup tinggi (Balitbang Kemenkes RI, 2013).

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Penyakit tersebut akan

membawa sebagian komplikasi yang serius, seperti penyakit jantung, stroke,

(2)

kejadian diabetes mellitus akan meningkat menjadi 333 juta dalam 25 tahun

mendatang (Soegondo, 2011).

Menurut World Health Organitation (WHO) Indonesia menempati urutan ke

6 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak

setelah india, china, amerika, jepang dan brazil. Tercatat pada tahun 2005 jumlah

penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan

sebanyak 230 ribu penderita. Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan

jumlah penderita diabetes mellitus di indonesia meningkat dua kali lipat dari

2.598.000 pada tahun 2007 dan akan menjadi 5.210.000 penderita pada tahun 2025.

WHO memastikan peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama pada tipe II

yang banyak dialami oleh Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diabetes

mellitus tipe II tanpa gngguan insulin muncul pada usia diata 45 tahun, karena pada

usia 45 tahun keatas karena tubuh sudah mengalami bnyak perubahan terutama

padaorgan pancreas yang memproduksi insulin dalam darah (Suyono, 2009).

Penyakit DM mempunyai 2 Tipe, Pertama Diabetes Tipe I, yaitu Diabetes

tergantung insulin, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami

kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. DM tipe 1 disebabkan

faktor genetik, penyakit auto imun, dan infeksi virus. Kedua Diabetes Tipe II, yaitu

Diabetes tidak tegantung insulin terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak

cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadi

gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Orang yang terkena penyakit diabetes tipe 2

(3)

keturunan (sebesar 5%), obesitas akibat konsumerisme masyarakat dan gaya hidup

yang dijalani, kelebihan berat badan, kurang olahraga, umur, jenis kelamin, geografis,

latar belakang ras dan etnik, stress, hipertensi dan obat-obatan. DM tipe 2 adalah jenis

yang paling banyak di temukan (lebih dari 90%) dan prevalensi meningkat setelah

umur 40 tahun. Diabetes melitus tipe II yaitu diabetes resisiten, lebih sering terjadi

pada dewasa di atas umur 45 tahun, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan

penderita kelebihan berat badan atau obesitas, pola hidup yang tidak sehat, kurang

olahraga, dan faktor keturunan (riyadi, 2007).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 data epidemiologi di

Indonesia prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2013 sangat mengejutkan yaitu

mengalami kenaikan sebesar 1,1% dari tahun 2007 ke tahun 2013, sedangkan untuk

prevalensi diabetes mellitus pada umur > 15 tahun untuk provinsi hampir semua

propinsi mengalami kenaikan prevalensi diabetes mellitus diantaranya Maluku

mengalami kenaikan dari 0,5% menjadi 2,1%, selawesi selatan dari 0,8% menjadi

3,4%, NTT dari 1,2 menjadi 3,3% (Balitbang Kemenkes RI 2013).

Data diatas menunjukan bahwa jumlah penyandang diabetes di Indonesia

sangat besar dan mengingat bahwa DM akan memberikan dampak yang sangat besar

terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup

besar, maka semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah sudah seharusnya ikut

serta dalam usaha penanggulangan diabetes mellitus, khususnya dalam upaya

pencegahan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi

(4)

lama maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa organ seperti pembuluh darah

(stroke), pembuluh mata (kebutaan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung

koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal kronik), pembuluh darah kaki

(gangrene/amputasi). Penderita diabetes mellitus memiliki resiko stroke dan PJK dua

kali lebih besar, lima kali lebih besar terkena gangrene, 7 kali lebih besar terkena

gagal ginjal dan 25 kali lebih besar terkena kebutaan (Soegondo, 2008).

Tingginya angka prevalensi diabetes mellitus terutama diabetes mellitus tipe

II perlu dilakukan pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Pengelolaan diabetes

mellitus merupakan upaya awal dalam mencegah, mengkontrol dan mengatasi

diabetes mellitus dengan melakukan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.

Pengelolaan farmakologis dilakukan dengan pemberian obat atau pemberian insulin

dengan obat hipoglikemik oral. Sedangkan terapi non farmakologs melalui

pengendalian berat badan, olahraga, dan diet. Penanganan diabetes menggunakan

terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan memang secara efektif mampu

menstabilkan kadar gula darah penderita, namun perlu diingat bahwa kadar gula

darah stabil tersebut hanya bertahan dalam waktu singkat. Dengan kata lain jka

penderita ingin agar gula darahnya tetap stabil maka ia harus secara kontinyu

menjalani pengobatan tersebut. Intinya pengobatan medis yang dijalani cendrung

menimbulkan efek ketergantungan kepada penderita. Efek ketergantungan yang

timbul akibat pengobatan medis sebenarnya dapat dianggap sebagai efek samping.

(5)

pengobatan secara kontinyu juga belum mengatasi akar penyebab kencing manis

(Soegondo, 2008).

Perubahan gaya hidup seperti diet dan kebiasaan olah raga yang salah

merupakan predisposisi terjadinya resistensi insulin. Supaya kadar gula darah dapat

selalu terkendali, diabetisi perlu mengupayakan gaya hidup sehat yakni dengan

mengatur cara makan supaya makan tidak berlebihan serta meningkatkan aktivitas

fisik sehingga tubuh tetap sehat dan terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi.

Komplikasi yang sering terjadi apabila dibetes tidak terkendali dan tidak ditangani

dengan baik adalah timbulnya berbagai penyakit penyerta pada berbagai organ tubuh

seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki dan sistem syaraf. Untuk itu perlu

kerjasama yang baik antara pasien, keluarga, masyarakat dan juga petugas kesehatan

dalam menangani dan mengelola penderita diabetes (Sidartawan Soegondo, 2008).

Aditama (2010) menyatakan semakin banyak masyarakat di perkotaan hal itu

akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat, khususnya masalah penyakit

degenerative seperti diabetes mellitus. Faktor risiko antara lain terjadi karena

keturunan,usia diatas 40 tahun, obesitas dan aktifitas fisik yang rendah.

Menurut Depkes RI (2007) umur salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

prevalence diabetes mellitus terutama pada tipe II karena pada umumnya secara

fisiologis seorang setelah mencapai umur 40 tahun akan mengalami penurunan yang

drastis dank arena kurangnya aktifitas dan pola makan yang baik menyebabkan berat

badan berlebih sering terjadi sehingga tubuh tidak peka lagi terhadap insulin sehngga

(6)

Selain itu menurut Azwar (1983) pendidikan merupakan suatu faktor yang

mempengaruhi prilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seorang serta

berprilaku dan membuat seutu keputusan yng lebih tepat. Dengan pendidikan yang

tinggi seorang diharapkan dapat berprilaku sehat yaitu mencegah penyakit diabetes

mellitus pada dirinya dan menghindari faktor-faktor risiko diabetes sehingga dapat

berjaga-jaga untuk tidak terkena diabetes mellitus. Dengan pendidikan yang tinggi

diharapkan memiliki pengetahuan yang baik juga karena pengetahuan merupakan

ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau berlangsung lama (Notoadmojo,

2007). Selanjutnya menurut Notoadmojo menyatakan bahwa pengetahuan adalah

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang baik

akan memengaruhi tindakan seseorang tidak terlepas dari tindakan dalam pencegahan

dan pengendalian diabetes mellitus.

Selain itu ahli promkes menemukan cara dalam pengendalian diabetes

mellitus. Salah satunya dengan melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik pada

penderita DM memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan kadar

gula dalam darah, dimana saat melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan

pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan

(7)

badan, meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi, menurunkan LDL dan

meningkatkan HDL sehingga mencegah penyakit jantung koroner apabila latihan

fisik ini dilakukan secara benar dan teratur. Anjuran olahraga atau latihan fisik

sebetulnya bukan merupakan hal yang baru sebelum ditemukannya insulin pada tahun

1921, namun pada waktu itu belum jelas batasan latihan fisik yang harus dilakukan

seperti jenis latihan, dosis, frekuensi maupun intensitas dari latihan (Sidartawan

Soegondo, 2008).

Jenis olah raga yang dianjurkan pada penderita DM adalah olah raga aerobik

yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh khususnya

meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Olah raga aerobik seperti

jogging, berenang, senam kelompok dan bersepeda tepat dilakukan pada penderita

DM karena menggunakan semua otot – otot besar, pernapasan dan jantung. Pada

senam aerobik misalnya, dari variasi gerakan - gerakan yang banyak terutama

gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat memenuhi kriteria CRIPE (continous,

rhythmical, interval, progresif dan endurance) sehingga sesuai dengan tahapan

kegiatan yang harus dilakukan. Disamping itu senam aerobik yang dilakukan secara

berkelompok akan memberi rasa senang pada anggota dan juga dapat memotivasi

anggota yang lain untuk terus melakukan olah raga secara kontinue dan teratur

(Sidartawan Soegondo, 2008).

Untuk itu ahli kesehatan maasyarakat mempromosikan senam diabetes

sebagai suatu terapi secara non farmakologis atau terapi obat karena dengan berolah

(8)

penanganan diabetes mellitus seseorang yang obesitas dan menderita diabetes

mellitus tidak memerlukan terapi farmakologis, karena jika mereka menurunkan berat

badannya dan melakukan olahraga secara teratur maka orang tersebut akan

mengalami penurunan berat badan dan penurunan kadar gula darah dalam tubuhnya

(Soebardi, 2007).

Senam diabetes secara langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, lebih banyak jala-jala kapiler terbuka

sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih

aktif dalam memengaruhi penurunan gula darah pada penderita diabetes mellitus

(Ilyas, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puji indrayani (2004) dengan

judul “Pengaruh Latihan Fisik Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Dara

Pada Penderita DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas Bukateja Purbalingga tahun

2004”, hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh latihan fisik senam aerobic

terhadap penurunan kadar gula darah penderita DM tipe II dengan menurunkan

rata-rata sebesar 30,14 mg%. Jadi latihan fisik berpengaruh terhadap penurunan gula

darah penderita diabetes mellitus.

Aktifitas fisik secara teori kesehatan merupakan kebutuhan penderita diabetes

mellitus yang harus dipenuhi dalam mengatasi masalah yang timbul akibat dari

diabetes mellitus (Potter, 2005). Senam diabetes merupakan sebuah promosi

kesehatan yang mengandalkan gerakan fisik dalam menurunkan kadar gula darah

yang merupakan senam aerobic low impact dan ritmis yang telah diperkenalkan dan

(9)

bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani yang optimal untuk penderita diabetes

mellitus tanpa komplikasi berat (Susanto, 2008).

Pengelolaan diabetes mellitus yang dilakukan dirumah sakit untuk mengatasi

hal tersebut, selain dengan pengelolaan farmakologis yang meliputi pemberian obat

hipoglikemik oral dan insulin, juga perlu dilakukan pengelolaan non farmakolofis

yang diantaranya melakukan program senam diabetes.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Abdul Manan

Simatupang didapati bahwa data kunjungan rawat jalan di rumah sakit jumlah

kunjungan terbanyak merupakan penderita diabetes mellitus yaitu sebesar 4015,

sedangkan pada diagnose penyakit pada pasien rawat inap diabetes mellitus masuk

dalam sepuluh terbesar dengan jumlah sebanyak 301 pada tahun 2013. Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Abdul Manan Simatupang merupakan salah satu rumah sakit

pemerintah yang melakukan senam diabetes dalam mengatasi penderita diabetes

mellitus. Senam diabetes dilakukan di RSUD Abdul Manan Simatupang satu kali

dalam seminggu secara terpimpin dengan durasi 30 – 60 menit,. Berdasarkan hasil

wawancara kepada beberapa peserta senam diantaranya menyatakan senang dengan

kegiatan senam tersebut karena setelah mereka melakukan senam diabetes mereka

merasa tubuhnya lebih segar, lebih bugar dan fit, namun mereka ragu apakah senam

yang mereka lakukan berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah mereka. Hal

itu sejalan dengan yang terlihat dari sekian banyak penderita diabetes mellitus tipe II

yang ada di RSUD Abdul Manan Simatupang hanya berkisar 20-40 orang yang aktif

(10)

penderita diabetes mellitus belum mengetahui dampak langsung dari senam diabetes

terhadap penurunan kadar gula darah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Faktor-faktor yang memengaruhi Kadar Gula Darah Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe II di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun

2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan estimasi yang dilakukan WHO bahwa penderita diabetes akan

meningkat menjadi dua kali lipat dalam 25 tahun mendatang dan Indonesia

merupakan Negara peringkat keenam di dunia sebagai Negara penderita diabetes

mellitus terbanyak. Gaya hidup yang kurang sehat dan kurangnya pengetahuan

tentang diabetes dan faktor resikonya menyebabkan penderita diabetes berprilaku

yang berisiko terhadap peningkatan kadar gula darah.

Banyaknya faktor yang dapat meningkatkan kadar gula darah yang masih

belum diketahui sehingga perlu dilakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang

memengaruhi Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di RSUD

H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-faktor yang memengaruhi

kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di RSUD H. Abdul Manan

(11)

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya Faktor-faktor yang memengaruhi

kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe II di RSUD H. Abdul Manan

Simatupang tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan ada memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kadar gula darah pada penderita

diabetes mellitus tipe II

2. Memberikan masukan kepada RSUD H. Abdul Manan Simatupang mengenai

pengaruh faktor-faktor yang memengaruhi kadar gula darah sehingga disusun

program yang berkaitan dengan diabetes.

3. Sebagai bahan refrensi penelitian untuk memperkaya khasanah keilmuan pada

Referensi

Dokumen terkait

Rektor Liniversitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih, kepada :. Nama : Bambang Sulistyo,

Berdasarkan karakteristiknya, art fashion dapat di buat dengan cara mengadopsi dari suatu bentuk, seperti pembuatan art fashion yang terinspirasi dari bentuk bouquet

1) Program pengajaran Penjas Adaptif disesuaikan dengan jenis dan karateristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang

Perhitungan waktu dan biaya pada sebuah warnet dengan menggunakan billing untuk warnet dapat mengurangi kesalahan dalam perhitungan waktu dan biaya agar lebih teliti, efisien dan

[r]

[r]

[r]

Dengan adanya konsep kecerdasan buatan, diharapkan komputer dapat menganalisis beberapa masukan yang tidak lengkap menjadi informasi yang cukup memberikan arti hingga taraf