• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Fase Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Fkg Usu Periode April-Mei 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Fase Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Fkg Usu Periode April-Mei 2016"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan terjadi setelah seseorang mengalami

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, baik indera pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan.

Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu:

5,6

1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

5

2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

5

3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan

sebagai penggunaan hukum-hukum , rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi lain.

5

4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

(2)

tersebut dan masih berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis

ditandai dengan penggunaan kata kerja diantaranya dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5. Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada,

misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada.

5

6. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada, misalnya

dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan,dan sebagainya.

5

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penilitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau

diukur, dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

5

5,6,7

2.2 Pencabutan Gigi

Menurut Pedlar dan Frame, pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah

yang dapat dilakukan dengan menggunakan tang dan elevator.2 Pencabutan gigi

adalah pengambilan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi dilakukan jika gigi terlihat

jelas dan tampak mudah dicabut, untuk kasus pada gigi terpendam dapat dilakukan

pembedahan

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus,

dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan

gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan lunak dari rongga

mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi. Pencabutan gigi merupakan tindakan

yang melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut. Pada tindakan

pencabutan gigi diperlukan tindakan-tindakan asepsis.

2,4

(3)

Gambar 1. Pencabutan gigi8

Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan

biasa tidak mungkin dilakukan, atau apabila gigi tersebut impaksi (terpendam).

Pembedahan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar terhindar dari efek

samping/komplikasi yang tidak diinginkan seperti perdarahan, edema, trismus, dry socket dan masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigiyang dilakukan merupakan suatu tindakan yang ideal dan untuk

mencapai tujuan itu dokter gigi harus menyesuaikan tekniknya agar dapat

menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat

(4)

2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi 2.2.1.1 Indikasi

Pencabutan dapat dilakukan pada gigi dengan karies yang besar atau gigi

patah yang sudah tidak dapat direstorasi lagi. Pada beberapa pasien lebih memilih

pencabutan gigi sebagai alternatif yang lebih murah daripada dilakukan perawatan

dengan penambalan atau pembuatan mahkota pada gigi dengan karies yang besar.

Berikut adalah beberapa contoh indikasi pencabutan gigi:

11,13

a. Persistensi gigi sulung dan gigi berlebih

Persistensi gigi sulung dan gigi berlebih harus segera dicabut karena keadaan

tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Juga merupakan

predisposisi terjadinya penyakit periodontal yang prematur pada gigi geligi

permanen karena adanya akumulasi dental plak dan kalkulus serta akan

menyebabkan trauma pada jaringan lunak.

b. Penyakit periodontal yang parah

11,13

Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal

yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa

waktu, maka akan terlihat kehilangan tulang yang akan berlebihan dan

mobilitas gigi yang sangat tinggi. Dalam situasi seperti ini, gigi yang

mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut. Penyakit periodontal yang

parah, misalnya apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang

meluas ke apeks gigi ataupun yang menyebabkan gigi goyang, maka harus

dilakukan pencabutan gigi.

c. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal

11,13

Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal yang perlu

dilakukan pencabutan adalah apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan

endodontik atau bila pasien menolak perawatan endodontik.

d. Karies yang parah

(5)

Gigi dengan kerusakan enamel dan dentin yang parah atau disebut juga karies

dentin apabila sudah tidak dapat direstorasi maka perlu dilakukan

pencabutan. Alasan paling umum yang dapat diterima secara luas untuk

pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi

yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk

dilakukan tindakan pencabutan.

e. Nekrosis pulpa

11,13

Nekrosis pulpa yang tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik,

dikarenakan perawatan saluran akar yang berliku-liku dan tidak dapat diobati

dengan teknik endodontik standar. Dengan kondisi seperti ini, perawatan

endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa

sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.

f. Gigi impaksi

11

Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan pada

masalah ortodontik atau rasa sakit. Dentigerous cyst dapat juga terjadi akibat gigi impaksi. Kista ini dapat ekspansi hingga mengakibatkan asimetri wajah,

pergeseran gigi yang ekstrim dan resorbsi akar yang berdekatan. Dentigerous cyst dapat juga menjadi ameloblastoma. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak

memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut.

Namun jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi

seperti pada kasus kompromis medis atau pada pasien dengan usia lanjut,

maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.

g. Alasan ortodontik

11,13

asien yang menjalani perawatan ortodontik biasanya melakukan pencabutan

gigi untuk memberikan ruang. Gigi yang biasanya dicabut adalah gigi

premolar satu rahang atas atau rahang bawah.

h. Gigi yang mengalami malposisi

11

Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam

(6)

ditangani oleh perawatan ortodontik, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh

umum kasus ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar kearah bukal

dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak dipipi. Dalam situasi

gigi yang mengalami malposisi ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan

pencabutan.

i. Pra-prostetik ekstraksi

11,13

Gigi yang mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan

prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi

tiruan cekat. Ketika hal ini terjadi pencabutan sangat diperlukan.

j. Estetik

11,13

Pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik, contoh kondisi

seperti ini adalah gigi yang berwarna karena tetrasiklin atau fluorosis, atau

mungkin malposisi yang berlebihan dan sangat menonjol. Meskipun ada

teknik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah pewarnaan dan prosedur ortodontik atau osteotomi dapat digunakan untuk memperbaiki

tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk rekonstruksi

ekstraksi dan prostetik.

k. Ekonomis

11,13

Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua

indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika

pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung

keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidak mampuan pasien

untuk membayar perawatan lain memungkinkan untuk dilakukan pencabutan

gigi.

2.2.1.2 Kontraindikasi Pencabutan Gigi

11,13

Kontraindikasi pencabutan gigi atau tindakan bedah lainnya disebabkan oleh

faktor lokal atau sistemik.

1. Kontraindikasi sistemik

o Kelainan jantung

(7)

o Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukimia,

haemoragik purpura, hemophilia dan anemia.

o Diabetes mellitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

o Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan

ekstraksi gigi akan menyebabkan keadaan akut.

o Penyakit hepar (hepatitis)

o Pasien dengan penyakit sifilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh

sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan

memakan waktu yang lama.

o Alergi pada anstesi lokal.

o Rahang yang baru saja diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun

sehingga dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan bisa fatal.

o Kehamilan. Pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada saat ini mempunyai

efek terhadap janin.

o Psikosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena

dapat berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi.

o Terapi dengan antikoagulan.

2. Kontraindikasi lokal

o Radang akut, keradangan akut dengan sellulitis, terlebih dahulu keradangannya

harus dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh

langsung dicabut.

11,13

o Infeksi akut. Perikoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat gigi molar

ketiga rahang bawah erupsi terlebih dahulu.

o Malignancy oral. Adanya keganasan tumor dikhawatirkan pencabutan akan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu. Sehingga luka

bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasanya harus diatasi terlebih

(8)

o Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi,

endodontik.

2.3 Perawatan Pasca Pencabutan

Berdasarkan prosedur setelah dilakukan pencabutan gigi, ada beberapa hal yang

harus di instruksikan kepada pasien, sebagai berikut:

1. Pasien dianjurkan beristirahat setelah pencabutan gigi.

1,2,3

2. Untuk mengontrol perdarahan, gigit tampon, kasa atau kapas 30 menit – 1

jam setelah pencabutan.

3. Untuk menghilangkan rasa sakit resepkan analgesik.

4. Resepkan antibiotik bila dibutuhkan.

5. Anjurkan makan makanan yang lunak, tidak panas dan tidak pedas.

6. Jangan sering meludah dijam-jam pertama pasca pencabutan.

7. Jangan menghisap darah bekas pencabutan.

8. Jangan sikat gigi disekitar bekas pencabutan.

9. Jika terjadi pembengkakan lakukan kompres dingin.

10.Jika dilakukan penjahitan instruksikan pasien untuk kembali lagi setelah satu

minggu untuk membuka jahitan.

2.4 Luka

2.4.1 Pengertian

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses

patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu. Luka

adalah kerusakan kontiniuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh

yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti hilangnya seluruh

atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,

(9)

2.4.2 Jenis Luka

Berdasarkan lama waktu penyembuhannya, luka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Luka Akut

Luka akut adalah luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan

biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut

adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang

diperkirakan. Contohnya adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk.

14

b. Luka Kronik

Luka akut adalah luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali

(rekuren) atau terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan

oleh masalah multi faktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada

waktu yang diperkirakan, tidak merespon baik terhadap pengobatan dan dapat timbul

kembali. Contohnya adalah ulkus tungkai, ulkus vena, ulkus arteri (iskemi), penyakit

vaskular perifer ulkus dekubitus, neuropati perifer ulkus dekubitus.

14

2.5 Proses Penyembuhan Luka

Berdasarkan klasifikasinya, penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi

penyembuhan primer, penyembuhan sekunder dan penyembuhan tersier.

Penyembuhan primer terjadi bila kehilangan jaringan minimal pada susunan anatomi

disekitar tepi luka, luka bersih dan tidak terinfeksi dan luka diusahakan segera

melekat biasanya dengan penjahitan, plester, skin graft atau flap. Reepitelisasi

sempurna dalam 10-14 hari, menyisakan jaringan parut tipis. Penyembuhan sekunder

terjadi apabila luka yang terjadi meninggalkan celah cukup luas diantara tepi luka.

Tidak ada tindakan aktif untuk menutup luka, luka sembuh secara alamiah. Pada

keadaan ini terjadi remodelling selama perbaikan jaringan, penyembuhan berjalan

lambat dan terdapat bekas luka bila dibandingkan dengan bekas luka penyembuhan

primer. Penyembuhan tersier adalah penyembuhan yang terjadi pada luka dengan

(10)

dibiarkan terbuka selama 3-5 hari untuk penanganan kontaminasi dan infeksi. Bila

tepi luka telah sehat dilakukan penutupan dengan penjahitan. 15

Gambar 2: Tahap penyembuhan luka primer,sekunder16

Proses perbaikan jaringan setelah terjadi luka secara fisiologi terdiri dari tiga fase

yaitu:

1. Fase inflamasi/fase reaktif

11,13,16

Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima dan

terdiri atas fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah

yang ruptur pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan

mencoba menghentikannya melalui vasokonstriksi, pengerutan ujung

pembuluh darah yang putus dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi

(11)

pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis.11 Leukosit

mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan debris

pada luka. Beberapa jam setelah luka, terjadi invasi sel inflamasi pada

jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN) bermigrasi menuju daerah luka

dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear atau

makrofag yang merupakan sel paling dominan pada fase ini selama lima hari

dengan jumlah paling tinggi pada hari ke-dua sampai hari ke-tiga. Pada fase

ini, luka hanya dibentuk oleh jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses

inflamasi selesai, maka akan dimulai fase proliferasi pada proses

penyembuhan luka.15

Gambar 3. Fase inflamasi

2. Fase proliferasi

15

Fase ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah proses

proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai

kira-kira akhir minggu ketiga yang ditandai dengan deposisi matriks

ekstraselular, angiogenesis dan epitelisasi. Fibroblas memproduksi matriks

(12)

sel.11 Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,

menghasilkan mukopolisakarida, asam amino-glisin dan prolin yang

merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.16

Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang ditandai dengan

terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya pertumbuhan

saraf pada ujung luka. Pada saat ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi

dari tepi luka untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan luka,

menyediakan barier pertahanan alami terhadap kontaminan dan infeksi dari

luar. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal, terlepas dari dasarnya dan

berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru

yang terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru terhenti ketika sel epitel

saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya

permukaan luka dan dengan pembentukan jaringan granulasi, maka proses

fibroplasia akan berhenti dan dimulailah proses pematangan dalam fase

remodeling.15

Gambar 4. Fase proliferasi

3. Fase remodelling/fase pematangan

15

Fase ini merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada jaringan

(13)

perubahan bentuk, kepadatan dan kekuatan luka. Selama proses ini,

dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan dari

dasarnya. Terlihat pengerutan maksimal dari luka, terjadi peningkatan

kekuatan luka dan berkurangnya jumlah makrofag dan fibroblas yang

berakibat terhadap penurunan jumlah kolagen. Secara mikroskopis terjadi

perubahan dalam susunan serat kolagen menjadi lebih terorganisasi. Fase ini

dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua

tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua

yang abnormal karena adanya proses penyembuhan.15,19

Gambar 5. Fase remodelling

2.6 Proses Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi

15

Penyembuhan pada soket pencabutan hampir sama dengan penyembuhan

secara umum, hanya saja ada sedikit karakteristik khusus karena melibatkan tulang

dan jaringan lunak. Tahap penyembuhan dari soket setelah pencabutan adalah

:

a. Terjadi proses epitelisasi pada hari ke-4

16,17,18,20

b. Pergantian pembentukan bekuan darah oleh jaringan granulasi pada

(14)

c. Pembentukan osteoid pada dasar soket gigi pada hari ke-14

d. Penggantian jaringan granulasi oleh jaringan ikat pada hari ke-20

e. Pengisian 2/3 soket gigi oleh trabekula pada hari ke-28

Berikut urutan proses berlangsungya penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi:

1. Sesaat setelah dilakukan pencabutan akan terjadi pembentukan bekuan darah

pada soket alveolar. Selama 24-48 jam setelah pencabutan terjadi dilatasi

pembuluh darah, migrasi leukemik dan pembentukan lapisan fibrin.

2. Minggu pertama setelah pencabutan bekuan darah akan membentuk tahanan

sementara, dimana pada saat yang sama sel-sel inflamasi melakukan migrasi.

Epitel dipinggir luka mulai tumbuh, osteoklas menumpuk pada puncak tulang alveolar yang akan menyebabkan resopsi tulang serta terjadi angiogenesis

pada sisa ligamen periodontal.

16,19

3. Pada minggu kedua setelah pencabutan, pembuluh darah yang baru mulai

masuk kedalam bekuan darah, trabekula osteoid meluas dari alveolar ke

bekuan darah, serta resorbsi margin kortikal soket alveolar terlihat lebih

jelas.

17

4. Minggu ketiga setelah pencabutan, soket telah terisi jaingan granulasi, epitel

permukaan telah terbentuk sempurna dan remodelling tulang terus berlanjut sampai beberapa minggu berikutnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang

telah dilakukan penyembuhan tulang secara total akan selesai 4-6 bulan

setelah pencabutan.

16,17

Kriteria tercapainya proses penyembuhan luka pada soket bekas pencabutan

gigi diawali dengan pembentukan bekuan darah pada soket tersebut, karena kualitas

dan kuantitas bentuk bekuan darah mempengaruhi kelanjutan proses penyembuhan

seperti reepitelisasi, angiogenesis, deposisi matriks dan remodelling, yang mendukung proses penyembuhan luka pada soket bekas pencabutan gigi. Kualitas

dan kuantitas bekuan darah yang terbentuk pada soket bekas pencabutan gigi

dipengaruhi faktor lokal maupun faktor sistemik.

16,17

(15)
(16)

KERANGKA TEORI

Pencabutan

gigi

Proses Penyembuhan

Luka Pasca Ekstraksi

Gigi

Indikasi dan

Kontraindikasi

(17)

KERANGKA KONSEP

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut

FKG USU

Proses Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi

• Fase Inflamasi

• Fase Proliferasi

Gambar

Gambar 2: Tahap penyembuhan luka primer,sekunder16
Gambar 3. Fase inflamasi15
Gambar 5. Fase remodelling
Gambar 4. Penyembuhan soket pasca pencabutan20,21

Referensi

Dokumen terkait

11 Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 36% responden mengetahui tentang pernyataan yang berkaitan dengan penggunaan simpul dalam penjahitan luka, dimana surgeon’s knot

Pengetahuan responden tentang pencegahan terjadinya dry socket setelah pencabutan gigi termasuk kategori baik (76% - 100%) dalam defenisi dry socket , nama lain dari dry socket

Hasil penelitian tentang pengetahuan responden pada penanganan trauma maksilofasial secara umum mencakup dalam hal definisi, anatomi, etiologi,

lokal untuk pencabutan gigi tetap oleh dokter gigi di kota Manado.. Samodro R, Sutiyono D,

Komplikasi pada proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa posisi saat pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah kursi pasien di miringkan ke belakang sedikit agak tegak dari rahang atas

Dry socket merupakan komplikasi umum setelah pencabutan gigi, terbukanya dinding soket disebabkan adanya gangguan pembentukan bekuan darah normal yang terjadi pada tahap

Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi dan arahan