• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrovedi Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrovedi Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Pesisir

Wilayah pesisir terdiri atas bermacam-macam ekosistem yang secara biologis produktif dan memiliki keanekaragaman yang tinggi. Selain itu sekarang wilayah pesisir dikembangkan sebagai kawasan perkotaan (waterfront city). Pada masa yang akan datang wilayah-wilayah pesisir dan sumber-sumber daya alam akan mengalami tekanan semakin besar untuk menanggulangi laju pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dan menunjang pengembangan dan diversifikasi ekonomi negara. Kesulitan terbesar dalam pengelolaan wilayah pesisir ini terletak pada pemanfaatannya yang beragam karena multifungsi dan seringkali saling bertentangan, khususnya antara kegiatan budidaya untuk pembangunan ekonomi dengan kepentingan konservasi (Saraswati, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati yang luar biasa, setidaknya sekitar 30% total luas hutan mangrove dunia dan 18% total luas terumbu karang dunia terdapat di Indonesia dan lebih dari 60% atau sekitar 140 juta penduduk Indonesia bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai.

(2)

alam seperti tsunami. Permasalahan ini secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan kemiskinan masyarakat pesisir, kebijakan yang tidak tepat, rendahnya penegakan hukum (law enforcement), dan rendahnya kemampuan sumberdaya manusia (SDM). Permasalahan di pesisir di atas bila dikaji lebih lanjut memiliki akar permasalahan yang mendasar. Ada lima faktor, yaitu pertama tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan kemiskinan, kedua konsumsi berlebihan dan penyebaran sumberdaya yang tidak merata, ketiga kelembagaan, keempat, kurangnya pemahaman tentang ekosistem alam, dan kelima kegagalan sistem ekonomi dan kebijakan dalam menilai ekosistem alam (Harahap, 2012).

Hutan Mangrove

Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp). Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di pantai atau muara sungai yang menyesuaikan diri pada keadaan asin. Kadang-kadang kata mangrove juga berarti suatu komunitas mangrove (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

(3)

Mangrove hidup di daerah antara level pasang naik tertinggi (maximum spring tide)sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Komunitas (tumbuhan) hutan mangrove hidup di daerah pantai terlindung

di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia tercatat ada sekitar 3,75 juta Ha (PHPA-AWB, 1987), yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia(Supriharyono, 2009).

Mangrove dapat tumbuh dan berkembang secara maksimum dalam kondisi dimana terjadi penggenangan dan sirkulasi air permukaan yang menyebabkan pertukaran dan pergantian sedimen secara terus menerus.Sirkulasi yang tetap (terus menerus) meningkatkan pasokan oksigen dan nutrien, untuk keperluan respirasi dan produksi yang dilakukan oleh tumbuhan. Perairan dengan salinitas rendah akan menghilangkan garam-garam dan bahan-bahan alkalin, mengingat air yang mengandung garam dapat menetralisir kemasaman tanah. Mangrove dapat tumbuh pada berbagai macam substrat (sebagai contoh tanah berpasir, tanah lumpur, lempung, tanah berbatu dan sebagainya). Mangrove dapat tumbuh pada berbagai jenis substrat yang bergantung pada proses pertukaran air untuk memelihara pertumbuhan mangrove (Rizky, 2015).

(4)

hutanmangrove. Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme lain baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak (Irwanto, 2006).

Peranan Ekosistem Hutan Mangrove

Ekosistem mangrove memiliki peran yangsangat penting dalam dinamika ekosistem pesisir dan laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem mangrove merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut. Peran ekosistem mangrove di wilayah pesisir dan laut dapat dihubungkan dengan fungsi ekosistem tersebut dalam menunjang keberadaan biota menurut beberapa aspek antara lain adalah fungsi fisik, biologi, dan sosial ekonomi. Salah satu alasan yang menjadikanekosistemmangrove sangat terkait dengan perairan disekitarnya adalah keunikanekosistem mangrove yang merupakan batas yang menghubungkan antara ekosistem darat dan laut (Kawaroe, 2001).

Secara ekologis hutan mangrove berfungsi sebagai daerah pemijahan dan daerah pembesaran berbagai jenis ikan, udang, kerang-kerangan, dan spesies lainnya. Selain itu serasah mangrove yang jatuh di perairan menjadi sumber pakan biota perairan dan unsur hara yang sangat menentukan produktivitas perikanan di perairan pesisir dan laut. Hutan mangrove dengan sistem perakaran dan canopy yang rapat serta kokoh berfungsi sebagai pelindung daratan dari gempuran gelombang, tsunami, angin topan, perembesan air laut dan gaya-gaya kelautan yang ganas lainnya (Rumapea,2005).

(5)

sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalahtanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon mangrove (Irwanto, 2006).

Mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuari sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan demikian, daerah mangrove merupakan daerah yang subur baik daratannya maupun perairannya karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut.Mangrove mempunyai berbagai fungsi, antara lain :

1. Fungsi fisik mangrove, yaitu untuk menjaga kondisi pantai agara tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar.

2. Fungsi biologis mangrove,yaitu sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan non-akuatik seperti burung, ular, kera, kelelawar dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah.

(6)

Konservasi dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove

Untuk meningkatkan pengelolaan ekosistem mangrove, perlu dilibatkan masyarakat dalam menyusunan proses perencanaan dan pengelolaan ekosistem ini secara lestari. Dalam pengelolaan secara lestari dapat dikembangkan metode-metode sosial budaya masyarakat setempat yang bersahabat dengan ekosistem mangrove, dalam bentuk penyuluhan, penerangan dan membangkitkan kepedulianmasyarakat dalam berperan serta mengelola ekosistem mangrove (Bengen dan Adrianto, 1998).

Jalur hijau (green belt) mangrove seperti tertera dalam UU No. 26 Tahun 2007 adalah salah satu bentuk zona preservasi. Selanjutnya pemanfaatan hutan mangrove untuk rekreasi merupakan terobosan baru yang sangat rasional diterapkan di kawasan pesisir karena manfaat ekonomis yang dapat diperoleh tanpa mengeksploitasi mangrove tersebut. Selain itu, hutan rekreasi mangrove dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan menstimulasi aktivitas ekonomi masyarakat setempat, sehingga diharapkan kesejahteraan hidup mereka akan lebih baik. Dari segi kelestarian sumberdaya, pemanfaatan hutan mangrove untuk tujuan rekreasi akan memberikan efek yang menguntungkan pada upaya konservasi mangrove karena kelestarian kegiatan rekreasi alam di hutan mangrove sangat bergantung pada kualitas dan eksistensi ekosistem mangrove tersebut.

(7)

mendukung perlindungan keanekaragaman hayati dan mereka artinya mengambil resiko untuk merubah masyarakat miskin pedesaan menjadi "karikatur" yang digunakan untuk memerankan fantasi film koboi pada kehidupan liar kaum bangsawan pada sebuah kawasan alam. Merubah pernyataan-pernyataan prinsip pada hak masyarakat lokal menjadi sebuah pelaksanaan bukanlah sesuatu yang mudah dan persoalan kritisnya adalah begaimana strategi konservasi itu dirumuskan dan diimplementasikan (Said, 2008).

Contoh upaya pengelolaan ekosistem mangrove yang pernah dilakukan yakni di sejumlah wilayah di pesisir Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dengan membuat ekosistem mangrove buatan (Artificial mangrove) di kawasan yang telah mengalami abrasi parah. Areal mangrove buatan yang terdapat di desa Panggung, Bulakbaru, Tanggultlare Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Areal di wilayah tersebut merupakan areal artificial hasil penanaman kembali pohon mangrove. Lokasinya yang berdekatan dengan lingkungan pemukiman dan aktivitas budidaya perikanan memungkinkan terjadinya pemanfaatan sumberdaya baik di dalam maupun di luar areal mangrove (Pariyono, 2006).

(8)

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategicplanner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini(Rangkuti, 2009).

Menurut Simanjuntak dkk. (2015), sebelum masuk ke matriks SWOT terlebih dahulu harus melakukan analisis lingkungan internal (internalfactors analysis summary atau IFAS) dan lingkungan eksternal (eksternal factors analysis

summary atau EFAS). Penentuan berbagai faktor, bobot setiap faktor dan tingkat kepentingan setiap faktor didapatkan dari hasil wawancara dan kuisioner dengan orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Hal ini dilakukan agar sifat obyektif dari analisis ini dapat diminimalkan.

Cara penentuan faktor strategi internal

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dari kegiatan yang berlangsung.

(9)

semua faktor kemudian dikali 100%. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 100% atau 1,00.

3. Menghitung rating atau Nilai Kesesuaian untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengembangan wisata mangrove di Pulau Kemujan (nilai : 4 = sesuai, 3 = cukup sesuai, 2 = kurang sesuai, 1 = tidak sesuai).

4. Mengalikan bobot dengan rating atau Nilai Kesesuaian untuk memperoleh skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

Cara Penentuan Faktor Strategi Eksternal

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman dari kegiatan yang berlangsung.

2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya atau tingkat manfaatnya.

3. Menghitung rating atau Nilai Kesesuaian.

4. Mengalikan bobot dengan rating atau Nilai Kesesuaian untuk memperoleh skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

Kuadran Analisis SWOT

(10)

penganekaragaman, situasi ini merupakan suatu keadaan dimana meskipun terdapat berbagai ancaman tetapi masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang dapat diterapkan dalam keadaan ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara melakukan diversifikasi / penganekaragaman produk/pasar.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian adalah tidak terdapat interaksi antara jenis pengolahan dan lama penyimpanan terhadap terhadap densitas, berat jenis, kadar air, kerapatan tumpukkan dan

Understand specific details and information in simple longer texts on a range of familiar topics. Guess the meaning of unfamiliar words in a variety of text types on

Hasil analisis rasio panjang-lebar palea-lemma menunjukan bahwa perlakuan sitokinin yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap rasio panjang lebar palea-

 Acquires good understanding of the listening skills in identifying the main ideas and specific details in a text.  Shows good understanding of classroom instructions,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian pupuk urea dan pupuk kandang ayam terhadap C-Organik, total dan serapan N serta pertumbuhan tanaman jagung ( Zea

Dengan berlakunya Undang-Undang No 7 tahun 2017 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang terkait dengan pengawasan yaitu Bahwa Bawaslu (Badan

 Board mikrokontroler jenis Arduino Uno yang terhubung dengan modul sensor IR, PIR, RFID reader, saklar tekan, dan buzzer.  Relay 5V yang terhubung dengan power

Hambatan apa saja yang dialami oleh Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata TWI dalam meningkatkan pengunjung wisata.. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana