• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Hukum Lingkungan terkait Class Act

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kasus Hukum Lingkungan terkait Class Act"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Lingkungan

Nama : Ken Luigi Bagaskara

NIM : 13/351885/HK/19707

Kelas : E

Tugas : Kasus Lingkungan terkait

Class Action, Legal Standing, dan

Citizen Law Suit

dengan Penyelesaiannya

Universitas Gadjah Mada

(2)

RUMUSAN MASALAH

1.

Mencari contoh kasus beserta penyelesaiannya terkait kasus yang

berhubungan dengan

Class Action

. Apakah diterima atau ditolak oleh

majelis hakim?

2.

Mencari contoh kasus beserta penyelesaiannya terkait kasus yang

berhubungan dengan

Legal

Standing. Apakah diterima atau ditolak oleh

majelis hakim?

3.

Mencari contoh kasus beserta penyelesaiannya terkait kasus yang

berhubungan dengan

Citizen Law Suit.

Apakah diterima atau ditolak oleh

majelis hakim?

4.

Jelaskan apa yang dimaksud

Strict Liability & Fault Based Liability

?

5.

Jelaskan apa yang dimaksud

Polutter Pays Principle

?

(3)

1.

Contoh kasus beserta penyelesaiannya terkait kasus yang berhubungan dengan Class Action. Apakah diterima atau ditolak oleh majelis hakim?

1.1

Definisi, Syarat, Unsur-unsur, dan Mekanisme Class Action menurut Perma No. 1 Tahun 2002

Definisi Class Action PERMA No 1 Tahun 2002 merumuskan Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) sebagai suatu prosedur pengajuan gugatan , dimana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau kesamaan dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.

Syarat-syarat menurut Perma No. 1 Tahun 2002 agar sebuah gugatan dapat dilakukan melalui acara gugatan perwakilan kelompok harus memenuhi :

1. Jumlah anggota kelompok atau orang yang merasa mengalami kerugian begitu banyak sehingga tidak efektif dan efisien apabila gugatan dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara bersama dalam suatu gugatan menurut prosedur biasa.

2. Terdapat kesamaan fakta atau peristiwa dan kesamaan dasar hukum yang digunakan bersifat substansial, serta terdapat kesamaan jenis tuntutan di antara wakil kelompok dengan anggota kelompok.1

Unsur-Unsur Class Action :2

1. Adanya suatu tata cara pengajuan gugatan berdasarkan pasal 2 gugatan dapat diajukan dengan mempergunakan tata cara gugatan perwakilan kelompok apabila :

a. Jumlah anggota kelompok sedemikian banyak sehingga tidaklah efektif dan efisien apabila gugatan dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama dalam satu gugatan.

1 Prof. Dr. Rahmadi, Takdir, S.H. LLM. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta. Penerbit : Rajawali Pers. 2011. Halaman 273.

(4)

b. Adanya kesamaan fakta, atau peristiwa dan kesamaan dasar hukum yang digunakan yang bersifat substansial,serta terdapat kesamaan jenis tuntutan diantara yang wakil kelompok dengan anggota kelompok . Adanya Kerugian yang nyata-nyata diderita Untuk dapat mengajukan class action Baik pihak wakil kelompok (Class Repesentatif ) maupun anggota kelompok (Class Members) harus benar-benar atau secara nyata mengalami kerugian atau diistilahkan concrete injured parties. Pihak-pihak yang tidak mengalami kerugian secara nyata tidak dapat memiliki kewenangan untuk mengajukan Class Action. Kesamaan peristiwa atau fakta dan dasar hukum Terdapat kesamaan fakta (peristiwa) dan kesamaan dasar hukum (Question Of Law) antara pihak yang mewakilili (Class Representative) dan pihak yang diwakili (Class Members). Wakil Kelompok dituntut untuk menjelaskan adanya kesamaan ini. Namun bukan berarti tidak diperkenankan adanya perbedaan, hal ini masih dapat diterima sepanjang perbedaan yang subtansial atau prinsip.

c. Wakil kelompok memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakilinya

d. Hakim dapat mengajukan kepada wakil kelompok untuk melakukan penggantian pengacara, jika pengacara melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dnegan kewajiban membela dan melindungi kepentingan anggota kelompoknya.3

Pada UU No 32 tahun 2009 masalah penyelesaian sengketa lingkungan hidup diatur pada bagian ke tiga Undang-undang ini.Dimana secara perdata undang-undang ini membatasi aturan-aturan mengenai pengajuan gugatan oleh pihak-pihak tertentu saja,sebagai upaya pencegahan dan usaha pelestarian lingkungan hidup,yaitu :

1. Hak Gugat Masyarakat (Class Action) · Pasal 91 (1)

(5)

Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

· Pasal 91 (2)

Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa ,dasar hukum,serta jenis tuntutan diantara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.4

Mekanisme Class Action :5

1.2

Contoh Kasus yang berhubungan dengan Class Action di Indonesia

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan dan pengelolaan lingkungan hidup.

5 Intisari dari Jurnal Resmi

(6)

Contoh kasus gugatan perwakilan kelompok adalah perkara gugatan oleh Dedi dan kawan-kawan (sebanyak delapan orang termasuk Dedi) terhadap Presiden RI, Menteri Kehutanan, Perum Perhutani, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Garut di Pengadilan Negeri Bandung.

Para penggugat dan orang – orang yang diwakili mereka adalah korban tanah longsor Gunung Mandalawangi Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut dan telah menderita kerugian berupa hilangnya harta benda, rusaknya lahan pertanian dan lading, meninggalnya sanak saudara dan rusaknya fasilitas umum serta kerusakan ekosistem setempat.

1.3

Pertimbangan Hakim

Majelis Hakim Pengadilan Negeri dalam pertimbangannya (No.49/Pdt.G/2003/PN.BDG, Tanggal 28 Agustus 2003)

1. Negara memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup. Tanggung jawab Negara itu dilaksanakan oleh pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia > Menteri Kehutanan > Perum Perhutani Jawa Barat > Pemerintah Provinsi Jawa Barat & Pemerintah Kabupaten Garut sesuai dengan lingkup tugas masing-masing.

2. Majelis Hakim mengatakan bahwa kerugian lingkungan dan kerugian materiil para penggugat yang disebabkan oleh banjir dan longsor di Gunung Mandalawangi telah faktual sehingga tidak perlu dibuktikan lagi.

3. Majelis Hakim juga dalam pertimbangannya merujuk pada prinsip keberhati-hatian (precautionary principle) yaitu prinsip pada Deklarasi Rio.

1.4

Amar Putusan
(7)

1. Mengabulkan gugatan perwakilan (class action) dari para wakil kelompok masyarakat korban longsor Gunung Mandalawangi Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut untuk sebagiannya.

2. Menyatakan bahwa Tergugat I (Direksi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat), tergugat III (Menteri Kehutanan), Tergugat IV (Pemerintah Provinsi Jawa Barat) dan Tergugat V (Pemerintah Kabupaten Garut) bertanggung jawab secara mutlak atas dampak yang ditimbulkan oleh adanya longsor Gunung Mandalawangi Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.

3. Menghukum Tergugat I, Tergugat III, Tergugat IV, dan Tergugat V tersebut untuk pemulihan keadaan lingkungan di areal hutan Gunung Mandalawangi tempat terjadinya longsor dan seketika dengan ketentuan sebagai berikut :

1.5

Penyelesaiannya

Pertama: Pemulihan (Recovery) di kawasan Gunung Mandalawangi dibebankan kepada tergugat I dan Tergugat III dengan perintah supaya dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan agar memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan daya dukung, produktivitas, dan peranannya. Tidak boleh kurang dari jumlah Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah)

Kedua: Menghukum Tergugat I, Tergugat III, Tergugat IV, dan Tergugat V secara tanggung renteng membayar ganti kerugian kepada korban longsor Gunung Mandalawangi tersebut sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Ketiga: Melaksanakan prosedur pelaksanaan pemulihan kawasan longsor di Gunung Mandalawangi serta tata cara pengalokasian dana ganti kerugian kepada wakil kelompok dan masyarakat kelompok tergabung.

(8)

Kelima: Memerintahkan kepada tim untuk melakukan pemantauan dan upaya hukum manakala proses pemulihan tidak sesuai dengan perintah putusan ini.

4. Menyatakan putusan atas perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya hukum dari Para Tergugat.

5. Menolak gugatan selain dan selebihnya.6

2.

Contoh Kasus beserta penyelesaiannya terkait kasus yang berhubungan dengan Legal Standing. Apakah diterima atau ditolak oleh majelis hakim?

2.1

Definisi Legal Standing menurut Undang-Undang, Perbedaannya dengan

Class Action,

Diatur di dalam UU No.41 Tahun l999 tentang Kehutanan, yang diatur di dalam Pasal 73 .Menurut ketentuan Pasal ini :

(l) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan hutan,organisasi bidang kehutanan berhak mengajukan gugatan perwakilan untuk kepentingaan pelestarian fungsi hutan.

(2) Organisasi bidang kehutanan yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan :

a. berbentuk badan hukum

b. organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tegas menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi hutan dan

c. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.7

6 Prof. Dr. Rahmadi, Takdir, S.H. LLM. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta. Penerbit : Rajawali Pers. 2011. Halaman 281-284

7 Boediningsih, Widyawati, “Hukum Lingkungan” http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=21&cad=rja&ved=0CCcQFjAAOBQ&url=http%3A %2F%2Fmfile.narotama.ac.id%2Ffiles%2FM.%2520Sholeh%2FFile%2520Campuran

%2FHUMUM%2520LINGKUNGAN

%2520word.doc&ei=GACaUurZFcGJrQf03IGoBg&usg=AFQjCNEab4j3kEPaL0xWrNIsPz6c20Tyr

(9)

Gugatan organisasi (legal standing) adalah Legal standing, Standing tu Sue, IusStandi, Locus Standi dapat diartikan sebagai hak seseorang, sekelompok orang atau organisasi untuk tampil di pengadilan sebagai penggugat dalam proses gugatan perdata (Civil Proceding) disederhanakan sebagai “hak gugat”. Secara konvensional hak gugat hanya bersumber pada prinsip “tiada gugatan tanpa kepentingan hukum” (poit d’interest point d’action). Kepentingan hukum (legal interest) yang dimaksud di sini adalah merupakan kepentingan yang berkaitan dengan kepemilikan (propietary interest) atau kepentingan material berupa kerugian yang dialami secara langsung (injury in fact).

Perbedaan antara Legal Standing dengan Class Actionadalah diantaranya :

Jenis Gugatan

Penggugat Tergugat Bentuk Tuntutan Keterangan Legal Standing Badan Hukum NGO/LSM *Pemerintah *Perusahan *Badan hukum *Individu Pemulihan Lingkungan

Harus sesuai dengan tujuan organisasi dalam Anggaran Das ar Class Action Individu Kelompok Masyarakat *Pemerintah *Perusahan *Badan hukum *Individu Pemulihan Keadaan Lingkungan dan Ganti Rugi

Mengalami Kerugian langsung maupun berpotensi mengalami kerugian

• Penggugat tidak tampil sebagai penderita (aggrieved party) dan bukan sebagai kuasa para penderita à tetapi sebagai organisasi mewakili kepentingan publik.

Pasal 92 UUPPLH

(10)

(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

(3) Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan:

a. Berbentuk badan hukum;

b. Menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

c. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun

2.2

Contoh Kasus yang berhubungan dengan Legal Standing di Indonesia

Contoh kasus dimana WALHI sebagai penggugat terhadap tergugat PT FreePort Indonesia (Mei 2000) atas insiden Danau Wanagon.

Tuntutan Penggugat ( WALHI ) terhadap Tergugat ( PT FreePort )

Dalam putusan persidangan itu, majelis hakim menjelaskan bahwa empat masalah utama yang dituntut penggugat (Walhi), Mengenai tuntutan penggugat yaitu

1. Tidak berfungsinya alarm banjir,

(11)

3. Serta perbedaan informasi curah hujan, menurut majelas hakim, itu hanya semata-mata pengungkapan latar belakang permasalahan.

4. Dugaan keterlibatan PT Freeport dalam melakukan pencemaran lingkungan.

Hakim menilai hanya satu yang dapat atau memenuhi persyaratan gugatan, yaitu mengenai dugaan keterlibatan PT Freeport dalam melakukan pencemaran lingkungan. Hakim menilai “Melihat analisa alat-alat bukti, saksi ahli, dan fakta di lapangan dalam persidangan terbukti bahwa PT FreePort melakukan pencemaran lingkungan. Karena itu tergugat melanggar hukum,” 8

2.3

Penyelesaiannya

Pada tanggal 28 Agustus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan bahwa Freeport bersalah telah melanggar Undang-Undang Lingkungan Hidup (UU No. 23, Tahun 1997). Perusahaan tersebut diperintahkan untuk memperbaiki pengaturan sistim pembuangan limbahnya. Pengadilan mengatakan bahwa Freeport telah dengan sengaja menyembunyikan informasi dan memberikan penjelasan palsu dan tidak akurat sehingga menyesatkan masyarakat.

Pengadilan memerintahkan Freeport untuk meminimalisasi resiko batu longsor berikutnya di Wanagon. Perusahaan juga harus mengurangi produksi limbah beracunnya agar kualitas air dapat memenuhi standar.

WALHI menuntut agar perusahaan diberi hukuman harus mengeluarkan permohonan maaf kepada masyarakat melalui media nasional dan internasional, tapi ditolak pihak pengadilan.9

8 Intisari dari http://nasional.tempo.co/read/news/2001/08/28/05537779/Hakim-Menangkan-Gugatan-Walhi-Terhadap-Freeport

(12)

3.

Contoh kasus beserta penyelesaiannya terkait kasus yang berhubungan dengan Citizen Law Suit. Apakah diterima atau ditolak oleh majelis hakim?

3.1

Definisi, Bentuk, Unsur-Unsur Citizen Law Suit

Citizen Law Suit (CLS) pada awalnya belum dikenal di Indonesia serta masing-masing SDM pada setiap Pengadilan Negeri belum mendapatkan dasar hukum untuk bisanya dilaksanakan suatu gugatan dalam versi Citizen Law Suit (CLS). Mengapa CLS sekarang bisa digunakan oleh individu setiap warga Indonesia ? Jawabannya adalah adanya beberapa putusan Pengadilan Negeri (PN) yang dapat dijadikan sebagai Yurisprudensi diantaranya adalah :

1. Gugatan atas ujian nasional yang diputuskan Mahkamah Agung (putusan No. 228/Pdt.G/2006/PN.Jkt/Pst),

2. Gugatan atas penyelenggaraan Jaminan Sosial (putusan No. 278/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst),

3. Putusan PN dalam perkara perlindungan hukum kepada pekerja rumah tangga (putusan No. 146/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst)

Ketiga putusan perkara ini, sebenarnya telah menggunakan versi gugatan CLS yaitu sebagai putusan yang melindungi warga Negara dari kemungkinan kerugian moril dan materil dari sebagai akibat atas adanya penelantaran, pembiaran dari penyelenggara Negara atau Negara. Kemudian ada lagi (Hendra Setiawan Boen) yurisprudensi dari Mahkamah Agung RI No. 229K/Sip/1975 bertanggal 18 Mei 1977 serta surat Edaran Mahkamah Agung No. MA/Pemb/0159/77 bertanggal 25 Pebruari 1977 yang menegaskan bahwa setiap perkara gugatan kepada pemerintah, pengadilan bawah harus mencermati apakah pemerintah sudah bertindak berdasarkan hukum publik atau telah melakukan perbuatan sebagai badan privat.

(13)

gugatan kepada Pemerintah/Negara atau institusi pemerintah yang terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap undang-undang atau pemerintah terbukti telah gagal ataupun lalai/abai untuk memenuhi kewajibannya sesuai amanat UU. Kemudian kepada seluruh Pengadilan Negeri di Indonesia, sudah dapat menyelenggarakan acara peradilan dan menerima gugatan versi Citizen Law Suit (CLS) ini. Terlepas dari adanya pro dan kontra atas penyebutan apakah yang pantas dengan sebutan Citizen Law Suit atau dengan sebutan Actio Popularis atau Vexatious Suit/litigation. Menurut beberapa para pakar hukum, dengan sebutan gugatan Citizen Law Suit sudah bisa dipakai oleh seluruh masyarakat dan dapat diajukan gugatannya pada setiap Pengadilan Negeri. 10

Bentuk Gugatan Warga Negara

1. Warga pribadi dapat membawa gugatan terhadap seorang warga, perusahaan, atau badan pemerintah untuk terlibat dalam perilaku yang dilarang oleh undang-undang. misalnya, seorang warga negara dapat menuntut sebuah perusahaan di bawah Clean Water Act (CWA) untuk secara ilegal mencemari jalur air.

2. Warga swasta dapat mengajukan gugatan terhadap badan pemerintah karena gagal untuk melakukan tugas non-discretionary. Misalnya, warga biasa bisa menuntut Badan Perlindungan Lingkungan karena gagal mengumumkan regulasi bahwa CWA diperlukan untuk menyebarluaskan.

3. Bentuk kurang umum, warga bisa menuntut sebuah perintah untuk mengurangi potensi membahayakan dekat dan substansial yang melibatkan generasi, pembuangan atau penanganan limbah, terlepas dari apakah atau tidak perilaku terdakwa melanggar larangan hukum.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

Pertama, penggugat harus mengalami "cedera pada kenyataannya" invasi -sebuah dari kepentingan yang dilindungi secara hukum yang (a) beton dan particularized dan (b) "sebenarnya atau dekat, tidak 'dugaan' atau 'hipotetis'".

(14)

Kedua, harus ada hubungan kausal antara cedera dan perilaku mengeluh-cedera harus "cukup ... jejak mampu untuk aksi menantang dari terdakwa, dan tidak hasil [dari] aksi independen dari beberapa pihak ketiga tidak sebelum pengadilan. "

Ketiga, harus "kemungkinan", sebagai lawan hanya "spekulatif", yang cedera akan "segera diperbaiki oleh keputusan yang menguntungkan"

Karakteristik Citizen Law Suit :

1. Citizen Law Suit merupakan akses orang perorangan atau warga negara untuk mengajukan gugatan di Pengadilan untuk dan atas nama kepentingan keseluruhan warga negara atau kepentingan publik;

2. Citizen Law Suit dimaksudkan untuk melindungi warga negara dari kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat dari tindakan atau pembiaran dari negara atau otoritas negara;

3. Citizen Law Suit memberikan kekuatan kepada warga negara untuk menggugat negara dan institusi pemerintah yang melakukan pelanggaran undang-undang atau yang melakukan kegagalan dalam memenuhi kewajibannya dalam pelaksanaan (implementasi) undang-undang;

4. Orang perorangan warga negara yang menjadi penggugat dalam Citizen Law Suit, tidak perlu membuktikan adanya kerugian langsung yang bersifat riil atau tangible;

5. Secara umum, peradilan cenderung reluctant terhadap tuntutan ganti kerugian jika diajukan dalam gugatan Citizen Law Suit.

(15)

Gugatan Citizen Law Suit atas kemacetan di Jakarta dan ketidaknyamanan transportasi 2011 dua warga Jakarta yang berprofesi sebagai advokat, Agustinus Dawarja dan Ngurah Anditya menggugat sejumlah pihak atas kemacetan yang terjadi di Ibukota. Gugatan citizen law suit yang didaftarkan 31 Januari 2012 lalu itu ditujukan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dipimpin Foke dan Pemerintah RI di mana Presiden SBY menjadi Kepala Pemerintahannya. Tiga pihak yang menjadi tergugat dalam CLS ini. Presiden RI menjadi Tergugat I, Gubernur DKI Jakarta menjadi Tergugat II, sedangkan 10 partai politik di DPRD DKI Jakarta menjadi Tergugat III.11

Keduanya mengajukan gugatan sebagai warga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Register Perkara No. 53/PDT.G/2012 tanggal 31 Januari 2012/PN.JKT.PST. Dalam permohonan citizen law suit ini, mereka meminta SBY dan Foke membuat kebijakan untuk menanggulangi macet. diharapkan Pemprov DKI dan Pemerintah RI mengeluarkan kebijakan dengan segera untuk mengatasi kemacetan Jakarta

Menurutnya, akibat kemacetan tersebut telah merugikan masyarakat Jakarta pada umumnya dan penggugat pada khususnya. Kerugian dimaksud tidak saja kerugian materiil seperti pemborosan bahan bakar. Tetapi juga kerugian immateriil misalnya kelelahan fisik, stres, tidak nyaman, terpotongnya jam kerja, lingkungan yang tidak bersih, dan banyak lagi persoalan sosial lainnya.

Materi gugatan yang disampaikan Dawarja dan Firnanda, antara lain menghukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III untuk mengeluarkan kebijakan dengan segera untuk mengatasi kemacetan di DKI. Jakarta, antara lain,

(16)

a. Menambah jumlah angkutan umum yang ada saat ini;

b. Menaikkan pajak kendaraan bermotor dengan sangat tinggi, baik itu roda empat maupun roda dua milik pribadi;

c. Menaikkan tarif parkir di pinggir-pinggir jalan di DKI. Jakarta dan melarang parkir seluruh kendaraan di badan jalan.

d. Menertibkan (sterilisasi jalan) parkir liar yang ada di ruas-ruas jalan di DKI. Jakarta;

e. Melarang seluruh pedagang kaki lima, untuk berjualan di trotoar atau di pinggir jalan-jalan utama di DKI. Jakarta;

f. Melarang angkutan umum berhenti (ngetem) di pinggir jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, kecuali memang tersedia tempat yang diperuntukan untuk hal tersebut.

g. Pembatasan kendaran bermotor berdasarkan usia kendaraan; dan h. Moratorium kendaraan baru di wilayah Jabodetabek selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan ke depan.

3.3

Penyelesaiannya

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan citizen lawsuit (CLS) terkait Kemacetan Jakarta yang diajukan kantor hukum Lex Regis.

Majelis hakim yang diketuai Kasianus Telaumbanua dalam putusan sela menyatakan menerima gugatan warga negara tersebut dan persidangan akan diteruskan dalam materi pokok permasalahan.

(17)

Adapun yang menjadi pertimbangan hakim, meskipun gugatan warga belum diatur dalam hukum acara di Indonesia, hakim dapat melakukan perbandingan dengan CLS yang diberlakukan di beberapa negara, seperti USA, India, dan Australia. Gugatan CLS ini diajukan oleh para penggugat untuk mengkritisi permasalahan kemacetan di Jakarta yang tidak kunjung usai dan terselesaikan.

Kemacetan yang sehari-hari dirasakan oleh masyarakat Jakarta umumnya dan para Penggugat khususnya telah banyak menyebabkan kerugian baik materiil seperti pemborosan bahan bakar maupun kerugian immateriil, seperti waktu yang terbuang, kelelahan fisik, stress dan ketidaknyamanan yang dihadapi selama perjalanan. Terhadap persoalan itu, penggugat berharap bahwa melalui jalur hukum ini, pemerintah disadarkan kembali akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan publik.

Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat untuk meminta maaf secara tertulis kepada Para Penggugat dan Warga Kota Jakarta dalam sekurang-kurangnya 2 media cetak Nasional;

Memerintahkan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat untuk membayar biaya perkara.12

4.

Jelaskan apa yang dimaksud

Strict Liability & Fault Based Liability

?

Pasal 88 UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.

Pasal 88 UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

12

(18)

Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya.

Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu.

Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan perundang-undangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup13.

Tanggung Gugat Mutlak (Strict Liability)

Strict Liability mengandung makna bahwa tanggung gugat timbul seketika pada saat terjadinya perbuatan, tanpa mempersoalkan kesalahan tergugat. Namun demikian tidak semua kegiatan dapat diterapkan dengan asas ini, melainkan diperuntukkan bagi kasus-kasus tertentu yang besar dan membahayakan lingkungan.

Pengaturan Strict Liability dalam undang-undang lingkungan sudah ada seja UULH 1982 (Pasal 21) , Pasal 35 UUPLH 1997, dan terakhir pada Pasal 88 UUPPLH 2009 yang menentukan :

“Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”

Lebih jauh lagi penjelasan pasal di atas menyatakan Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada

(19)

umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibeb ankanterhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu. Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan perundang- undangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup.

Kata-kata sampai “batas tertentu” di atas diberikan penekanan karena disitulah karakter strict liability yang terbatas pada batas tertentu. Hal ini berbeda degan absolute liability dengan jumlah yang tidak terbatas atau penuh

Jadi jelaslah bahwa konsep ini diterapkan secara terbatas pada kasus tertentu yang berbahaya seperti pencemaran minyak di laut, dan/atau perusakan sumber daya alam di wilayah ZEE Indonesia (UU ZEE) dan seperti yang ada dalam Pasal 88 UUPPLH 2009 mengenai pencemaran dan perusakan yang menggunakan B3.

Tanggung Gugat Berdasarkan Kesalahan (Liability based on Fault / Schuld Aansprakelijkheid Tort Liability )

Dalam hukum perdata konsep ini tertuang dalam 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melawan hukum, ketentuan ini kemudian diadopsi dalam Pasal 87 (1) UU PPLH 2009. Dalam konsep ini Tanggung gugat yang didasarkan atas kesalahan (act or omission) yang menyebabkan terjadinya risiko bagi pihak lain, beban pembuktian ada pada penggugat.

Kelemahan dalam konsep ini adalah sulitnya membuktikan unsur perbuatan melawan hukum tersebut, terutama kesalahan dan hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan, apalagi beban pembuktian ada pada pihak korban/penggugat. Oleh karena itu, gugatan ganti rugi dengan dasar perbuatan melawan hukum berupa pencemaran atau perusakan lingkungan yg diatur dalam Pasal 87 (1) UU PPLH 2009 jo. 1365 KUHPerdata cenderung gagal di pengadilan. 14

5.

Jelaskan apa yang dimaksud

Polutter Pays Principle

?

(20)

Pencemar semata-mata merupakan seseorang yang berbuat pencemaran yang seharusnya dapat dihindarinya. Mulai tahun 1972 prinsip pencemar membayar dianut dan dikembangkan oleh negara-negara anggota organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan (organization of economic cooperation and development/OECD), yang pada intinya menyebutkan, bahwa pencemar harus menanggung beban atau biaya pencegahan dan penggulangan pencemaran yang ditimbulkan. Sebagai instrument ekonomi, prinsip pencemar membayar menggunakan internalisasi biaya dalam proses produksi yang dimaksudkan sebagai tindakan preventif kemungkinan munculnya pencemaran. Prinsip ini mewajibkan kepada pelaku untuk membayar dan bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktifitasnya, tidak peduli apakah ia telah mengikuti standart lingkungan atau tidak. bahkan asas ini secara resmi dipakai oleh Persatuan bangsa-bangsa (PBB).

“Asas pencemar membayar” adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.15

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, per- masalahan yang dirumuskan, yaitu: 1) seberapa banyak guru program studi IPA dan IPS di SMA/ MA khususnya yang mengampu

Tog du själv eller en anhörig pengar som inte tillhörde dig eller gjorde du något annat olagligt för ditt penningspelande under år 2017. Finns det i ditt liv en person som skulle

KESAN PEMBERIAN DIET BUAH PITAYA MERAH DAN LOVASTATIN TERHADAP PROFIL LIPID, JUMLAH ANTIOKSIDAN KESELURUHAN DAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS YANG DIARUH HIPERKOLESTEROLEMIK Pengenalan

Hak tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang yang memberikan kedudukan istimewa kepada seseorang kreditur terhadap kreditur-kreditur lain. Hak

Satu hal yang tidak baik yang disikapi oleh pengguna layanan di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Manado, adalah pada bagian layanan pengumutan denda yang

Mengelola Transaksi Sistem Informasi Posyandu + POSYAND U POSYAND U POSYAND U POSYAND U POSYAND U 3 Merekapitulasi Laporan dan Monitoring 1 PASIEN 2 POSYANDU 3 PUSKESMAS 4

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jadwal Ujian Skripsi November 2015

Penelitian (Syahindra et al., 2020) pada masa pandemic kemandirian anak ditanamkan melalui pemberian tugas dari guru. Konsep pembelajaran anak usia dini adalah belajar yang