• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan...yosephine Dina dkk TINGKAH LAKU PREHENSI, MASTIKASI, DAN REMASTIKASI PADA DOMBA GARUT YANG DIKANDANGKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan...yosephine Dina dkk TINGKAH LAKU PREHENSI, MASTIKASI, DAN REMASTIKASI PADA DOMBA GARUT YANG DIKANDANGKAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk TINGKAH LAKU PREHENSI, MASTIKASI, DAN REMASTIKASI PADA

DOMBA GARUT YANG DIKANDANGKAN

Yosephine Dina*, Denie Heriyadi, An An Nurmeidiansyah Universitas Padjadjaran

*Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 e-mail : yosephinedina@yahoo.com

ABSTRAK

Tingkah laku ingestif adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh domba. Diawali dengan prehensi, yaitu aktivitas pengambilan atau perenggutan makanan ke dalam mulut dengan menggunakan bibir, lalu dilanjutkan oleh mastikasi atau pengunyahan dan remastikasi. Mastikasi berfungsi memotong untuk memperluas permukaan makanan sehingga kerja enzim lebih intensif. Remastikasi adalah proses pengunyahan kembali, sama dengan proses mastikasi, akan tetapi proses remastikasi atau pengunyahan kembali ini lebih lama dibandingkan waktu mastikasi. Penelitian mengenai Tingkah laku prehensi, mastikasi, dan remastikasi pada Domba Garut betina yang dikandangkan dilaksanakan pada Tanggal 12 s.d 19 Desember 2014 bertempat di Kandang Domba Laboratorium Produksi Ternak Potong Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi prehensi, mastikasi, dan remastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif prospektif dengan melakukan pengamatan langsung selama 12 jam, yaitu pada Pukul 06.00 s.d 18.00 WIB. Pakan diberikan secara ad libitum. Pengamatan dilakukan dengan bantuan dua buah kamera CCTV (Closed Circuit Television) yang dipasangkan pada pojok bagian atas kandang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa frekuensi prehensi terjadi sebanyak 750 kali per hari atau 63 kali per jam, frekuensi mastikasi terjadi sebanyak 13.998 kali per hari atau 1.166 kali per jam, dan frekuensi remastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan terjadi sebanyak 10.584 kali per hari atau 882 kali per jam.

(2)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk

BEHAVIOURS OF PREHENTION, MASTICATION, AND REMASTICATION OF GARUT SHEEP IN THE CAGE

Yosephine Dina*, Denie Heriyadi, An An Nurmeidiansyah Padjadjaran University

*Alumnus Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University 2015 e-mail : yosephinedina@yahoo.com

ABSTRACT

Ingestive behavior is one of the most often activities in sheep. It starts with obtaining feed in to their mouths, and followed by mastication or chewing. The function of mastication is to chop and to extending surface of the forage so that the enzime can work intensively. Remastication is re-chewing process, it seems the same but remastication needs longer time than mastication. The research about behaviors of prehention, mastication, and remastication of Garut Sheep in the individual cage was implemented in December 12th until 19th, 2014 at The Sheep Farm of Animal Production Laboratory, The Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran, West Java, Indonesia. The purposes of this research were to know the frequencies of prehention, mastication, and remastication of Garut Sheep in the individual cage. The observation method used was descriptive prospective by doing live observation for 12 hours at 06.00 am until 06.00 pm. The result was taken in every one hour and the forage was given ad libitum to each Garut Sheep. The observation was helped by a pairs of CCTV (Closed Circuit Television) on top of each corner of the cage. The result shows that prehention frequency of Garut Sheep in the cage was 750 times per day or 63 times per hour, mastication frequency was 3.998 times per day or 1.166 times per hour, remastication frequency was 10.584 times per day or 882 times per hour.

Keywords : Garut Sheep, Prehention, Mastication, Remastication.

(3)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk PENDAHULUAN

Domba Garut adalah rumpun domba asli Jawa Barat, dengan ciri khas memiliki kuping rumpung (< 4 cm) atau ngadaun hiris (4 - 8 cm) dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, dkk., 2011). Beternak Domba Garut dapat memberikan keuntungan yang cukup besar, karena dapat berkembang biak tiga kali dalam dua tahun, dengan jumlah anak perkelahiran antara satu hingga dua ekor. Domba Garut mempunyai daya adaptasi tinggi sehingga untuk pemilihan tempat pemeliharaan dan pemberian pakan relatif mudah. Domba Garut sebagai ruminansia memiliki lambung yang terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Domba termasuk ke dalam ruminansia karena proses pencernaannya dilakukan dengan menelan bahan pakan terlebih dahulu, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dalam perutnya dan mengunyahnya kembali. Ruminansia berasal dari kata ruminare yang artinya memamah biak.

Salah satu dari banyak klasifikasi tingkah laku hewan adalah tingkah laku ingestif. Tingkah laku ini mempunyai arti yang lebih luas dari sekedar mencari makan, seperti halnya ternak mamalia yang masih muda yang mendapat makanan dalam bentuk susu cair. Tingkah laku ingestif meliputi makan atau merumput (prehensi, mastikasi, dan deglutisi), minum, ruminasi, dan menjilat (Rasyid, 2008). Prehensi adalah suatu proses gerakan untuk memperoleh (mengambil) pakan dan memasukannya ke dalam mulut. Proses ini umumnya berbeda pada beberapa jenis ternak. Bagian-bagian gigi, bibir, dan lidah berfungsi sebagai organ untuk prehensi (Rahmadi, dkk, 2003).

Mastikasi disebut juga chewing, pakan seolah digerus antara geraham bawah dan geraham atas dengan frekuensi yang berbeda-beda tergantung pada jumlah pakan dan kondisi pakan. Jenis gigi, susunan rahang, dan kebiasaan

(4)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk mengunyah akan mempengaruhi variasi dari mastikasi. Tujuan mastikasi adalah memperkecil ukuran partikel pakan dan sekresi saliva (Rahmadi, dkk, 2003).

Proses remastikasi terjadi secara lebih lambat dibandingkan mastikasi yaitu 55 kali per menit. Seekor domba rata-rata melakukan ruminasi selama delapan jam, walaupun aktivitas ini bisa dikendalikan sesuai kehendak, misalnya remastikasi pada saat pengeluaran bolus bergantung juga pada keadaan sekitar. Bolus yang terbentuk setelah regurgitasi dan pengunyahan akan dikeluarkan untuk diremastikasi. Material yang di regurgitasi biasanya terdiri atas hijauan dan cairan. Satu kali remastikasi biasanya berlangsung rata-rata satu menit (Frandson, 1993). Adams dkk (1992) menyatakan bahwa proses remastikasi biasanya lebih lama dan lebih sedikit dari mastikasi, dan pada umumnya remastikasi biasanya dilakukan saat domba sedang istirahat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain bobot badan, jenis kelamin, genetik, umur, lingkungan, dan makanan yang diberikan (Parakkasi, 1999). Rasa lapar merangsang konsumsi ransum menjadi tinggi, sedangkan rasa kenyang menurunkan konsumsi ransum. Pengambilan pakan baik zat cair maupun padat diatur oleh rasa lapar, nafsu makan, kebutuhan zat pakan, dan haus (Andriani dkk, 2010). Netty (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun, sebaliknya pada temperatur lingkungan yang lebih rendah ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas.

(5)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk BAHAN DAN METODE

Objek penelitian ini mengamati dua ekor Domba Garut betina dengan umur satu hingga dua tahun. Domba yang diamati berumur di atas satu tahun dengan bobot badan 28 (Domba A) dan 26 kg (Domba B). Domba tidak dalam keadaan estrus atau bunting. Dua ekor domba tersebut diamati masing-masing dua hari ulangan. Domba yang digunakan adalah Domba Garut betina yang ada di Kandang Domba Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jawa Barat.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif prospektif. Penelitian deskriptif sendiri mempunyai arti yaitu untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diamati, yang memiliki ciri-ciri akumulasi data dasar dengan dalam pengembangannya tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan atau mendapatkan makna walau penelitian bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut (Suryabrata, 2010). Deskriptif prospektif dalam penelitian ini sendiri mempunyai pengertian suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan tingkah laku makan berdasarkan jumlah prehensi, mastikasi, dan remastikasi pada Domba Garut betina yang dikandangkan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati tingkah laku prehensi, mastikasi, dan remastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan dalam waktu 12 jam yaitu mulai pukul 06.00 sampai 18.00 WIB. Data diambil satu jam sekali pengamatan. Pengamatan dilakukan selama empat hari berturut-turut, dilakukan pengamatan secara langsung dan juga menggunakan kamera CCTV yang ditempatkan pada bagian sudut atas bagian dalam kandang. Perhitungan jumlah prehensi, mastikasi, dan remastikasi dilakukan menggunakan hand counter.

(6)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkah laku ingestif pada ruminansia meliputi beberapa aktivitas di antaranya prehensi, mastikasi, dan ruminasi. Prehensi merupakan awal dari aktivitas makan yaitu memasukkan segala jenis pakan untuk dicerna lebih lanjut. Jumlah konsumsi biasanya berkaitan dengan frekuensi prehensi dan mastikasi, oleh sebab itu dengan mengetahui jumlah konsumsi maka akan diketahui pula berapa frekuensi prehensi pada pakan yang diberikan pada domba.

Tabel 1. Frekuensi Prehensi pada Domba Garut yang Dikandangkan Domba Hari Konsumsi

(gram)

Frekuensi Prehensi Rerata Konsumsi/Prehensi

(gram) kali/hari (12 jam) kali/jam

A 1 2.890 766 64 3,7 B 2 2.650 720 60 3,7 A 3 2.750 780 65 3,5 B 4 2.750 732 61 3,7 Jumlah 11.040 2.998 250 Rerata 2.760 750 63 3,65

Berdasarkan hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 1, Rerata konsumsi Domba Garut betina yang dikandangkan per hari adalah 2.760 gram per hari. Rerata konsumsi hijauan per prehensi pada hari kesatu, kedua, dan keempat mempunyai jumlah yang sama yaitu 3,7 gram. Perbedaan konsumsi per prehensi terjadi pada hari ketiga yaitu jumlah konsumsinya hanya sebesar 3,5 gram.

Frekuensi prehensi pada Domba Garut betina yang dikandangkan yaitu 2.998 kali per hari atau 250 kali per jam, dengan rerata 750 kali per hari atau sebanyak 63 kali per jam. Frekuensi prehensi tertinggi pada Domba Garut betina terdapat pada hari ketiga dengan objek pengamatan domba A, yaitu 780 kali per hari atau 65 kali per jam. Frekuensi prehensi yang berada di bawah rata-rata terdapat pada domba B di hari kedua yaitu 720 kali per hari. Frekuensi prehensi

(7)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk pada kedua domba umumnya mengalami peningkatan pada pengulangan kedua pemberian pakan.

Mastikasi merupakan proses perombakkan pertama dalam siklus pencernaan. Makanan dipecah menjadi partikel yang lebih kecil pada proses mastikasi. Frekuensi mastikasi ditentukan oleh beberapa hal di antaranya besar kecilnya partikel pakan yang dikonsumsi, banyaknya pakan yang diambil saat prehensi dan keadaan sekitar.

Tabel 2. Frekuensi Mastikasi pada Domba Garut yang Dikandangkan

Domba Hari Frekuensi Mastikasi

kali/hari (12 jam) kali/jam

A 1 14.388 1.199 B 2 12.758 1.063 A 3 15.413 1.284 B 4 13.434 1.119 Jumlah 55.993 4.665 Rerata 13.998 1.166

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa jumlah frekuensi mastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan yaitu 55.993 kali per hari atau 4.665 kali per jam, dengan rerata 13.998 kali per hari atau 1.166 kali per jam. Frekuensi mastikasi yang berada di atas rata-rata terdapat pada hari pertama yaitu 14.388 kali per hari atau 1.199 kali per jam, dan pada hari ketiga yaitu 15.413 kali per hari atau 1.284 kali per jam. Frekuensi mastikasi yang berada di bawah rata-rata, terdapat pada hari kedua yaitu 12.758 kali per hari atau 1.063 kali per jam, dan hari keempat yaitu 13.434 kali per hari atau 1.119 kali per jam. Frekuensi mastikasi tertinggi terdapat pada hari ketiga yaitu 15.413 kali per hari atau 1.284 kali per jam, dan frekuensi mastikasi terendah terdapat pada hari kedua yaitu 12.758 kali per hari atau 1.063 kali per jam.

Frekuensi remastikasi bergantung pada kandungan serat kasar dan besar kecilnya partikel. Frekuensi remastikasi akan lebih sedikit bila dibandingkan

(8)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk dengan frekuensi mastikasi karena bolus sudah merupakan partikel yang lebih halus dan sudah melalui proses mastikasi sebelumnya.

Tabel 3. Frekuensi Remastikasi pada Domba Garut yang Dikandangkan

Domba Hari Frekuensi Remastikasi

kali/hari (12 jam) kali/jam

A 1 11.244 937 B 2 11.553 963 A 3 8.385 699 B 4 11.155 930 Jumlah 42.337 3.529 Rerata 10.584 882

Berdasarkan hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 3, jumlah frekuensi remastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan, yaitu 42.337 kali per hari atau 3.529 kali per jam dengan rerata 10.584 kali per hari atau 882 kali per jam. Frekuensi remastikasi yang berada di atas rata-rata terdapat pada hari pertama yaitu 11.244 kali per hari atau 937 kali per jam, hari kedua 11.553 kali per hari atau 963 kali per jam, dan hari keempat yaitu 11.155 kali per hari atau 930 kali per jam. Frekuensi remastikasi yang berada di bawah rata-rata terdapat pada hari ketiga saja yaitu 8.385 kali per hari atau 699 kali per jam.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui waktu tertinggi dari prehensi, mastikasi, dan remastikasi. Frekuensi prehensi dan mastikasi tertinggi terjadi pada Pukul 07.00 sedangkan frekuensi mastikasi dan prehensi terendah terdapat pada Pukul 14.00. Puncak remastikasi berada pada waktu yang berbeda yaitu terdapat pada pukul 12.00. Hasil dari perhitungan frekuensi prehensi, mastikasi, dan remastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan dapat dilihat pada Ilustrasi 1.

(9)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk 0 500 1000 1500 2000 2500 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00

Frekuensi Prehensi, Mastikasi, dan Remastikasi

Prehensi Mastikasi Remastikasi

Ilustrasi 1. Frekuensi Prehensi, Mastikasi, dan Remastikasi pada Domba Garut yang Dikandangkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa frekuensi prehensi, mastikasi, dan remastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan secara berturut-turut adalah 750 kali per hari atau 63 kali per jam, 13.998 kali per hari atau 1.166 kali per jam, dan 10.584 kali per hari atau 882 kali per jam. Frekuensi prehensi, mastikasi, dan remastikasi dapat dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, ukuran pakan dan jenis kelamin.

Saran yang dapat diberikan adalah pemberian pakan untuk Domba Garut disarankan lebih banyak diberikan pada pagi dan sore hari, karena pada waktu tersebut frekuensi prehensinya terjadi paling banyak berarti aktivitas makan banyak terjadi pada pagi hari. Hijaun sebaiknya dicacah terlebih dahulu sebelum diberikan pada domba.

(10)

Tingkah Laku Prehensi, Mastikasi, dan………...Yosephine Dina dkk

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu, bimbingan, dorongan, dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, B., D. Hinch, G., N. Lynch J. 1992. The Behaviour Of Sheep. CAB International and CSIRO Australia. New Zeland. 19- 21.

Adriani, L., E. Hernawan., K.A Kamil.,A. Mushawwir. 2010. Fisiologi Ternak. Widya Padjadjaran. Bandung. 193-213.

Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-3. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandonob & K. Praseno). 600-609

Heriyadi, D. 2011. Pernak – Pernik Senarai Domba Garut. Unpad Press. Bandung. 1-20

Netty L Tobing. 2010. Kandungan Pakan Ternak Rumunansia. Manajemen dan Teknologi.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta. hlm : 2.

Rahmadi, Didiek. Sunarso. Achmad, Joelal. Pangestu, Eko. 2003. Nutrisi dan Makanan Ternak. Universitas Diponegoro. Semarang. Vol 4.

Rasyid, Ilhami. N. I. Tingkah Laku Ternak. 2008. Fakultas Peternakan Jendral Sudirman. Purwokerto. Vol 1

Suryabrata, Sumadi.2010.Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel 1. Frekuensi Prehensi pada Domba Garut yang Dikandangkan
Tabel 2. Frekuensi Mastikasi pada Domba Garut yang Dikandangkan
Tabel 3. Frekuensi Remastikasi pada Domba Garut yang Dikandangkan
Ilustrasi  1.  Frekuensi  Prehensi,  Mastikasi,  dan  Remastikasi  pada  Domba  Garut yang Dikandangkan

Referensi

Dokumen terkait

ekstrim pada saat tanda-tanda lain tidak kelihatan, tanda ini masih dapat digunakan. Untuk tingkah laku estrus pada pengamatan penurunan nafsu makan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah kesejahteraan ternak, dengan judul Respon Fisiologis, Tingkah Laku dan Hematologi

Hubungan antara tingkah laku sekitar beranak clan tingkah anak setelah lahir dengan bobot induk, bobot lahir, suhu udara dan kelembaban serta hubungan antara suhu rektal anak

Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkah laku beranak dengan pengaruh penambahan minyak biji bunga matahari pada induk domba garut yang sebelumnya pernah beranak,

KESIMPULAN DAN SARAN Pemeliharaan puyuh pada umur 20-60 hari berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tingkah laku makan tertinggi adalah pada perlakuan

Pada Tabel 27 terlihat bahwa induk domba dengan tingkah laku SUARA tinggi (frekuensi suara lebih banyak ketika dipisahkan dengan anaknya) mempunyai total bobot

Hubungan antara tingkah laku sekitar beranak, waktu sukses berdiri dan menyusu dengan bobot induk dan bobot lahir anak dianalisis dengan regresi linier.. Hubungan antara lama

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah tingkah laku istirahat (saat berhenti beraktivitas/diam dan tidur), tingkah laku makan (saat memakan makanan), tingkah