• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan penyempurnaan kain keras

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laporan penyempurnaan kain keras"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYEMPURNAAN KAIN KERAS

(Variasi PVA 5gr dan 10gr)

KELOMPOK 2 Nama Anggota:

Afrizal Nurdiansyah 15020063

Finny Harpin 15020065

Mika Emi Bernadeta 15020072

M.Tsabit Sidiq 15020077

Rofifah Fildzah Alifa 15020085

Grup : 2K3

Dosen : Wulan S.,S.ST.,M.T.

Assisten Dosen : Yayu E.,S.ST.

Desiriana

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG

(2)

PENYEMPURNAAN KAIN KERAS

I. TUJUAN

 Untuk mendapatkan kain kapas yang memiliki sifat keras yang baik

 Mengetahui pengaruh perbedaan variasi konsentrasi kanji (PVA)terhadap sifat keras kain.

II. TEORI DASAR

II.1Serat Kapas dan Krakterisiknya

Kapas tersusun dari polimer selulosa yang struktur kimianya

merupakan senyawa benzena yang mengandung gugus hidroksil yang mudah

menyerap air yang sebagian besar terdiri dari selulosa (komponen utama), lemak,

malam, pektin, dsb.Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul

1.580.000. Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2

gugus sekunder. Selulosa terdapat pada dinding primer dan dinding sekunder

Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul 1.580.000.

Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2 gugus sekunder.

Selulosa terdapat pada dinding primer dan dinding sekunder.

II.2

Polivinil Alkohol (PVA)

Poli(vinil alkohol) (PVA) dengan rumus molekul

-[CH2-CH(OH)-]n-merupakan salah satu jenis polimer Hidrofilik yang tidak toksis, tidak lamt dalam

air, dan larutdalam air panas > 80 °C pada batas konsentrasi < 20 % PVA yang

dipolimerisasi cara pemanasan, menghasilkangel yang jika dikeringkan pada suhu

kamar menghasilkanfilm transparan. Namun demikian, film ini dapat

menggembung kembali dalam air berupa gel yang rapuh. polivinil alkohol adalah

plastik yang paling penting dalam pembuatan film yang dapat larut dalam air. Hal

(3)

ini ditandai dengan kemampuannya dalam pembentukan film, pengemulsi, dan

sifat adesifnya. Polivinil alkohol memiliki kekuatan tarik yang tinggi, fleksibilitas

yang baik, dan sifat penghalang oksigen yang baik (Ogur 2005). Aplikasi dari

polivinil alkohol sudah meliputi banyak bidang.

II.3Penyempurnaan Kain Keras

Kain

interlining

atau kain keras adalah kain yang digunakan untuk pengeras

atau melapisi pada bagian-bagian tertentu sehingga membantu membuntuk siluet

pakaian. Jenis Kain Interlining ada yang mempunyai lem atau perekat sehingga

kain menjadi keras dan ada yang tidak berperekat. Interlining

sering digunakan

pada bagian-bagian pakaian seperti lingkar leher, kerah, belahan tengah muka,

ujung bawah pakaian, bagian pundak pada jas, pinggang dan lain-lain.

Kain

Interlining

ada berbagai jenis ukuran ketebalan dan jenis (non woven, knit,

woven).

Jika dilihat dari ketebalan, kain interlining yang tipis dapat digunakan untuk saku, belahan tengah muka dll, sedangkan kain interlining tebal dapat digunakan untuk pengeras kerah dan pengeras pinggang.

II.4Mekanisme Resin Self Cross Linking

Ikatan resin dengan selulosa yaitu ikatan silang yang akan terbentuk apabila

suhu polimerisasi sudah tercapai, pemanas-awetan pada suhu yang lebih tinggi

tidak memungkinkan terjadinya reaksi polimerisasi lebih lanjut, sehingga

diharapkan ketahanan kusutnya mencapai optimum, selanjutnya menjadi konstan

atau bahkan turun bila terjadi hidrolisasi terhadap polimer resin yang

terbentukoleh asam yang berasal dari penguraian katalis. Pada suhu yang makin

tinggi, ada kemungkinan terjadinya penurunan kekuatan yang lebih besar karena

katalis yang terurai membentuk asam memungkinkan terjadinya hidrolisa kapas

oleh asam.

(4)

Pengeringan berfungsi untuk mencegah migrasi zat-zat penyempurnaan baik

secara lateral maupun dari dalam ke permukaan serat pada suhu dan waktu yang

sesuai dengan teknik pemanas awetan.

III. ALAT DAN BAHAN III.1 Alat 1. Bak / nampan 2. Batangpengaduk 3. Gelaskimia 500 mL 4. Gelasukur 100 mL 5. Mesin pad 6. Mesinstenter 7. Neracaanalitik 8. Pipet volume III.2 Bahan 1. Air 2. Kainkapas 3. Katalis

4. Resin Kain Keras: a. SCL (sumitek) 5. PVA (kanji)

IV. CARA KERJA

1. Persiapan larutan anti kusut dalam 100 mL air.

2. Kemudian larutan kain keras dipindahkan pada nampan yang lebar.

3. Kain dimasukan ke dalam nampan yang berisi larutan kain keras, kemudian setelah rata di lewatkan pada mesin padder dengan WPU 70%.

4. Kain dikeringkan pada suhu 100oC selama 2 menit.

5. Kain di curring pada suhu 150oC selama 2 menit di dalam mesin stenter. 6. Kain dievaluasi terhadap kelengkungan.

V. PERCOBAAN V.1 Diagram alir

(5)

P

e

r

s

i

a

p

a

n

P

e

m

b

u

a

t

a

n

L

a

r

u

t

a

n

P

a

d

d

i

n

g

(

W

P

U

7

0

%

)

D

r

y

i

n

g

(

1

0

0

C

u

r

r

i

n

g

(

1

5

0

E

v

a

l

u

a

s

i

V.2 Skema Proses

V.3 Resep

1.

Bahan 1

PVA

= 5 gr

Resin

= 30 ml/l

Katalis

= 20 % dari resin

2.

Bahan 2

PVA

=10 gr

Resin

= 30 ml/l

Katalis

= 20 % dari resin

V.4 Fungsi Zat

(6)

1. Resin Kain Keras : sebagai resin yang akan berpolimerisasi membentuk ikatan silang (crosslink) dalam serat sehingga serat saling terikat dan menyebabkan kain keras dan kaku.

2. Katalis : untuk mempercepat proses polimerisasi resin dengankain.

3. Kanji (PVA) : untuk membantu kerja resin agar dapat membuat kain menjadi keras

V.5 Perhitungan Resep

1.

Bahan 1

PVA

= 5 gr

Resin

=

1000

30

x

100

=

3

ml

Katalis

=

100

20

x

3

=

0,6

ml

Kebutuhan air = 100ml

2.

Bahan 2

PVA

= 10 gr

Resin

=

1000

30

x

100

=

3

ml

Katalis

=

100

20

x

3

=

0,6

ml

Kebutuhan air = 100ml

V.6 Data Pengamatan Konsentrasi

PVA pengerjaan Lengkung Berat Kain 10cm x 10 cm 5 gr Tanpa Cuci 7,92 1,02 Cuci 2,35 1 10 gr Tanpa Cuci 8,41 1,05 Cuci 2,37 1,01

Gramasi

Bahan 1 =PVA 5gr

Gramasi Tanpa Cuci

=

100

x

100

10

x

10

x

1,02

= 102 g/m

2

Gramasi Cuci

=

100

x

100

10

x

10

x

1

,00

= 100 g/m

2

(7)

Bahan 2 =PVA 10gr

Gramasi Tanpa Cuci

=

100

x

100

10

x

10

x

1,05

= 105 g/m

2

Gramasi Cuci

=

100

x

100

10

x

10

x

1

,01

= 101 g/m

2

Kelengkungan

Bahan 1 = PVA 5gr

KonsentrasiTanpacuci = 0,1 x 90 x 0,5 x 7,92

= 35,64

KonsentrasiCuci

= 0,1 x 100 x 0,5 x 2,35

= 10,58

Bahan 2 = PVA 10gr

KonsentrasiTanpacuci = 0,1 x 90 x 0,5 x 8,41

= 37,85

KonsentrasiCuci

= 0,1 x 100 x 0,5 x 2,37

= 10,66

VI. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum penyempurnaan kain keras dengan kain kapas dengan variasi konsentrasi PVA yaitu 5gr/l dan 10gr/l didapatkan hasil evaluasi kelengkungan tanpa pencucian yaitu lebih bagus. Dari data yang didapatkan penggunaan PVA dengan konsentrasi 10gr/l lebih bagus baik yang di cuci dan tanpa pencucian namun data menunjukan lebih bagus tanpa pencucian. Semakin besar nilai kelengkungan maka kain semakin keras.

Kain yang dihasilkan akan menjadi kaku penyebabnya adalah resin didalam serat membentuk struktur tiga dimensi dan pengikatan serat-serat secara fisik pada permukaan serat. Pemberian resin menjadi kain menjadi kaku dan keras, namun dengan ditambahkannya katalis kain akan memiliki kekakuan yang lebih daripada tanpa pemberian katalis. Hal tersebut dilarenakan katalis dapat membantu kerja resin sehingga resin dapat terfiksasi kedalam serat.

Kondensasi akhir yaitu dengan menghasilkan produk amino aldehida merupakan tahap penting dalam penyempurnaan resin. Untuk mendapatkan hasil yang baik lagi maka dilakukan proses curing yang harus dikontrol dengan baik. Pada umumnya digunakan temperatur pemanasan ditentukan oleh macam katalis yang digunakan. Pada praktikum ini digunakan katalis MgCl2 yang memerlukan waktu sampai 3 menit pada suhu 150 oC dan

sesuai dengan menurut tebal kainnya. Tujuan pokok dari perlakukan panas adalah untuk mengawetkan sifat yang diiginkan, sehingga bersifat lebih permanen.

(8)

Pada penyempurnaan kain keras ini contoh uji dibagi menjadi dua untuk melalui proses pencucian dan tanpa pencucian. Hasil dari melalui pencucian dan tanpa pencucian didapatkan nilai kelengkungan pada contoh uji tanpa pencucian lebih tinggi dibandingkan dengan yang melalui proses pencucian. Contoh uji tanpa pencucian memiliki pegangan kasar, dan lebih keras dibandingkan dengan hasil kain setelah pencucian. Hal ini dikarenakan sebelum dilakukan pencucian resin yang digunakan untuk tahan kusut menghasilkan reaksi-reaksi organic yang tidak berlangsung secara berkesudahan, sehingga akan menempel pada permukaan bahan contoh uji maka hasil sebelum pencucican menghasilkan pegangan yang lebih keras.

VII. SIMPULAN

Setelah melakukan praktikum didapatkan kesimpulan pada penggunaan PVA dengan konsentrasi 10gr/l nilai kekakuan lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 5gr/l. Nilai kekakuan paling tinggi ditunjukan pada PVA konsentrasi 10gr/l tanpa pencucian.

DAFTAR PUSTAKA

 Bahan Kain. 2013. Kain Interlining (Kain Keras).

http://bahankain.com/2013/06/03/kain-interlining-kain-keras/. Diakses: 9 Mei 2017.  Bestekin. 2015. Resin Penukar Ion dan Cara Kerjanya.

http://bestekin.com/2015/11/19/resin-penukar-ion-dan-cara-kerjanya/. Diakses: 9 Mei 2017.

(9)

Lampiran

(10)

Referensi

Dokumen terkait