• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Citra Tubuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Citra Tubuh"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien

Gangguan Citra Tubuh

Dosen Pengampu :Endang Nurul Syafitri S. Kep.,Ns

Kelompok I

1. Veno Adrian (09130113)

2. Sarce Emiliyanti Naben (09130108)

3. I Gede Hendra Pradnyana (09130095)

4. Fredi Nopriandi (09130096)

5. Dwi Lestari (09130111)

6. Kiraman Abdulah (09130121)

PROGRAM STUDI KEPERWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah ini. Makalah ini kami buat dalam memenuhi tugas mata kuliah ”Keperawatan Jiwa I”. Makalah ini kami buat untuk membantu memahami tentang “Gangguan Citra Tubuh” baik teori maupun Asuhan Keperawatan Jiwa yang di buat berdasarkan contoh kasus.

Dengan adanya makalah ini, para pembaca diharapkan mampu mengembangkan dan menambah pengetahuan mereka disamping adanya buku– buku referensi dan makalah yang lain, makalah ini bukan suatu hasil yang sempurna, dengan adanya waktu - waktu yang akan datang diperlukan proses perbaikan dan penyempurnaan.

Apabila Makalah ini terdapat kekurangan - kekurangan, maka kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi semua pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk pembelajaran berikutnya.

Terima kasih.

Yogyakarta, 10 Desember 2011

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ).

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini tergantung pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama selama masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh (misalnya menopause selama masa dewasa tengah). Penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran, dan mobilitas; perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh.

Sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Mudah, cantik, dan utuh adalah hal-hal yang ditekankan dalam masyarakat Amerika, fakta yang selalu ditanyakan dalam program televisi, film bioskop dan periklanan, dalam kultur timur, penuaan dipandang sangat positif. Karena orang dengan usia tua dihormati, kultur barat (terutama di Amerika Serikat) telah dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses penuaan yang normal. Misalnya, monopouse dalam kultur yang lain dipandang sebagai waktu dimanan wanita mencapai kebiasaan dan kebijaksanaan akhir-akhir ini dalam kultur barat, monopouse adalah waktu ketika wanita kurang disenangi secara seksual.

Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan yang umum, dan wanita monopouse dan posmenopeuse mempertahankan rasa tentang diri mereka dan ketertarikan mereka sendiri bahkan lebih kuat.

(4)

Citra tubuh bergantung hanya sebagian pada realitas tubuh. Seseorang pada umumnya tidak mengadaptasi cepat terhadap perubahan dalam fisik tubuh. Perubahan fisik mungkin tidak dimasukkan ke dalam citra tubuh ideal seseorang. Seiring, misalnya saja, seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan tidak menganggap diri mereka kurus. Lansia sering mengatakan bahwa mereka tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri mereka dalam cermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan rambut memutih. Sering orang yang dulunya merasa bahwa mereka tetap dengan berat badan sebelumnya sampai diingatkan oleh pakaian yang semuanya menjadi kekecilan/ketika mereka bercermin.

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa sebagai calon perawat dapat mengetahui dan mampu mengatasi klien dengan “Gangguan Citra Tubuh”, dengan menggunakan standar asuhan keperawatan jiwa yang sesuai.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dimensi dan peranan citra diri, etiologi, tanda dan gejala, pengkajian keperawatan.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan jiwa pada pasien gangguan citra tubuh. 3. Menguraikan prosedur asuhan perawatan jiwa yang digunakan untuk pasien dengan

ganggua citra tubuh.

(5)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh.Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ).

Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).

Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa operasi seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain-lain.

(6)

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

B.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruh

i

1. Kegagalan fungsi tubuh.

Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau

asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. Waham yang

berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. Tergantung pada mesin.

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.

2. Perubahan tubuh berkaitan

Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.

3. Umpan balik interpersonal yang negatif

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

4. Standard sosial budaya

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

(7)

C. Dimensi Dan Peranan Citra Diri

1. Diri sebagai oleh diri sendiri, dapat diwujudkan dalam pernyataan-pernyataan berikut:

“Saya baik hati”

“Saya hangat dan bersahabat”

“Saya agresif”

“Saya tidak cermat”

Sudah barang tentu, perasaan dan keyakinan seperti itu mempunyai dampak besar terhadap apa yang diperbuat individu. Seseorang yang underachieved (hasil rendah dibanding kemampuan) di sekolah atau pun orang yang tidak cermat memilih karier akan memandang diri sangat tidak adekuat dan bereaksi secara tidak tepat dalam bidang-bidang tersebut.

2. Diri sebagai dilihat oleh orang lain atau “Beginilah saya kira orang lain memandang saya”, agaknya dapat diwujudkan dalam ungkapan-ungkapan:

“Anda memandang saya sebagai bersifat bersahabat”

“Kakak memandang saya sebagai percaya diri”

“Teman-teman menganggap saya sebagai menarik”

“Paman menganggap saya sebagai gegabah”

Setiap individu juga mengembangkan sikap-sikap menurut bagaimana orang lain memandang/menganggap dirinya, lalu dia cenderung berbuat sesuai dengan anggapan-anggapan yang dipersepsi atau diterimanya.

3. Diri idaman, mengacu pada “tipe orang yang saya kehendaki tentang diri saya”. Aspirasi-aspirasi tujuan-tujuan, dan angan-angan, semuanya tercermin melalui diri idaman. Ini agaknya terungkap dalam pernyataan:

(8)

“Saya pantasnya seorang guru”

“Saya seperti orang tua yang baik”

“Saya ini sepertinya akan menjadi orang kaya”

Diri idaman adalah perlu dalam penentuan cita-cita hidup. Sudah barang tentu tujuan atau ideal yang terlalu jauh atau sukar/tidak mungkin terjangkau merupakan citra diri yang tidak sehat.

Bagian lebih khusus citra diri, menurut Einsberg dan Delaney berkenaan dengan apa yang diketahui dan diyakini individu. Pandangan khusus seseorang berkenaan dengan diri meliputi penilaian deskriptif mengenai kemampuan dan keterbatasan, minat dan bukan minat, dan pola tingkah laku dominan. Ini mencakup pandangan terhadap diri sekarang, dan harapan serta peranggapan bagi masa depan. Ada dua jenis pernyataan dalam hal ini: “Some time these self-referent statement are idiographic (me looking at self); at other time they are nomothetic (me compared to others). Beberapa contoh pernyataan yang idiographic (diri saya memandang diri sendiri) adalah

“Saya tidak dapat membaca dengan baik”

“Saya senang memetik gitar, tapi tidak suka mendengarkan opera”

“Saya sangat marah jika saya merasa dihadapi secara tidak bersahabat, namun jarang saya memperlihatkan kemarahan”

Adapun contoh pernyataan yang nomothelic (diri saya dihubungkan pada orang lain) adalah:

“Saya terbaik dari antara teman sebaya dalam bergaul dengan lawan jenis (dan bangga atas kemampuan itu)”

“Saya sangat cemas jika menyatakan sesuatu dalam kelompok. Semakin besar kelompok, semakin cemaslah saya (saya tidak suka punya masalah begini dan ingin agar saya dapat mengatasi kekhawatiran ini)”

(9)

“Orang-orang sering tampak tersinggung oleh tindakan saya dan saya tidak tahu mengapa demikian (hal ini menyusahkan saya)”

“Saya tidak bisa bermain catur dengan baik dan agaknya akan selamanya demikian (kekurangan kemampuan ini tidaklah menyusahkan saya).”

Peranan Citra diri secara umum yaitu:

a) Citra diri memberikan gambaran tentang seseorang itu. ini tidak hanya meliputi perasaan terhadap diri seseorang, melainkan mencakup pula tatanan moral, sikap-sikap, idea-idea, dan nilai-nilai yang mendorong orang bertindak atau sebaliknya tidak bertindak. Oleh karena citra diri itu berbeda dari orang ke orang, maka citra diri dapat dianggap sebagai penunjuk pokok keunikan individu dalam bertingkah laku.

b) Citra diri sebagai sistem sikap pandang terhadap diri seseorang dan merupakan dasar bagi semua tingkah laku, dijelaskan lebih langsung oleh Ariety (1967) bahwa ”the self concept is basic in all behavior”. Bahwa citra diri juga sangat menentukan tingkah laku untuk masa depan seseorang terungkap dalam penyataan Einsberg dan Delaney (1977). “A person’s view toward self appears to be a powerful determinant of behavior, personal decision making, and aspirations for the future”. Jadi agaknya tidak ada keraguan bahwa citra diri sangat menentukan tingkah laku individu sekarang dan masa datang, serta menentukan pembuatan keputusan dan aspirasi-aspirasi individu bagi masa depannya.

E. Etiologi

1) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, pemasangan, alat di dalam tubuh.

3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan

(10)

5) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6) Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)

7) Kemungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)

8) Kekurangan umpan balik positif

9) Kegagalan yang dirasakan

10) Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)

11) Perkembangan ego mengalami ketardasi

12) Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi

13) Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-dinamikakeluarga.

F. Tanda dan Gejala

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah 2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi 3. Menolak penjelasan perubahan tubuh

4. Persepsi negatif pada tubuh

5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang

6. Mengungkapkan keputusasaan

7. Mengungkapkan ketakutan

8. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada keadaan berat badan normal atau sangat kurus

9. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah 10. Kesulitan menerima penguatan positif

11. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri. Pengobatan diri 12. Tidak berpartisipasi pada terapi

(11)

13. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan obat-obat pencahar dan diuretic, penolakan untuk makan

14. Kontak mata kurang

15. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri setelah episode dari pesta dan memicu perut

16. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-orang lain melihat diri mereka.

G. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien : nama, umur, alamat dll. 2. Alasan masuk

3. Faktor Predispdsisi dan Presipitasi 4. Pengkajian fisik

5. Psikososial a. Genogram

b. Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas Diri, Peran Diri, Ideal Diri, Harga Diri

c. Hubungan Sosial

d. Spiritual : Nilai, Keyakinan dan Ibadah 6. Status Mental

a. Penampilan b. Pembicaraan

c. Aktivitas Motorik : Hipomotorik, Hipermotorik, TIK, Agitasi, Grimaseren, Tremor atau Kompulsif

d. Alam Perasaan e. Afek

 Dari mana datangnya afek di dapatkan?  Jenis Afek : Appropriate atau inappropriate f. Interaksi selama wawancara

(12)

h. Proses berpikir : Sirkumtansial, Tangensial, Kehilangan asosiasi, Flight of Ideas, Blocking, Reeming, Perseverasi

i. Isi Pikir (dapat di ketahui dari?) : Obsesi, Phobia, Ide terkait, Depeersonalisasi, Waham ( agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistic, hipokondria, magik mistik ) atau Waham yang bizar (ada berapa?)

j. Tingkat kesadaran dan Orientasi

 Kesadaran Pasien (bingung, sedasi, atau stupor)  0rientasi terhadap waktu, tempat, orang

k. Memori ( Gangguan daya ingat jangka panjang, Gangguan daya ingat jangka pendek, Gangguan daya ingat saat ini, Konfabulasi )

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung (mudah dialihkan, tidak mampu berkomunikasi, atau tidak mampu berhitung )

m. Kemampuan Penilaian (gangguan kemampuan penilaian ringan, gangguan penilaian hermaka)

n. Daya Tilik Diri

7. Masalah Psikososial da Lingkungan 8. Pengetahuan

9. Aspek Medik

 Diagnosa Medis

 Program terapi obat yang diberikan

H. Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama

Sebagai penatalaksanaan pasien dengan gangguan ini. Maka psikoterapi memegang peranan yang penting. Psikoterapi berorientasi tilikan berguna untuk memperbaiki tilikan pasien terhadap dirinya. Selain juga tentunya obat-obatan terutama dari golongan antidepresan SSRI seperti Fluoxetine dan Sertraline dapat bermanfaat. Penelitian di Amerika mengatakan pengobatan dengan golongan SSRI seperti Fluoxetine dan juga golongan Clomipramine dapat menurunkan gejala kepada 50% pasien. Bila terdapat komorbiditas dengan gangguan mental lain, seperti gangguan depresi atau gangguan cemas, maka pengobatan secara psikofarmakologi dan psikoterapi yang tepat perlu juga dilakukan.

(13)

Pasien seringkali datang ke dokter bedah plastik untuk memperbaiki kekurangan yang dia milliki. Dari laporan yang ada, pembedahan dan perbaikan secara estetik terhadap apa yang dikeluhkan pasien tidak bermakna menghilang. Sehingga disarankan bagi beberapa pasien yang ingin melakukan bedah plastik estetik karena gangguan ini berkonsultasi terlebih dahulu dengan seorang psikiater. Hal ini untuk menilai apakah terdapat gangguan citra tubuh pada pasien ini. Bila ternyata ada maka segala usaha operasi untuk memperbaiki diri mereka juga tidak akan berhasil dan membuat puas si pasien karena sebenarnya yang menjadi masalah adalah bukan hasil operasinya atau bagaimana fisik mereka terlihat, tetapi lebih terhadap pandangan mereka terhadap citra tubuh mereka sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama antara dokter ahli bedah plastik dengan psikiater untuk menilai kesiapan para pasien bedah plastik estetik yang ingin menjalani operasi.

(14)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus Terkait

Nn. D 23 tahun datang ke Rumah Sakit Diponegoro tanggal 10 Desember 2011 pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya (bertambah gemuk). Klien mengatakan merasa cemas karena akhir-akhir ini berat badannya meningkat. Klien juga mengatakan sudah berusaha menggunakan obat pencahar dan mengurangi porsi makan bahkan kadang-kadang klien tidak makan agar postur tubuhnya tetap stabil. Klien mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi tubuhnya sekarang karena sudah tidak langsing seperti dulu dan dia stress dengan hal ini. Klien merasa bahwa dia tidak berguna lagi dan dia tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Saat pengkajian klien tampak gelisah , cemas, malu-malu dan kontak mata kurang. Klien juga tampak lemah dan pucat .

PENILAIAN TERHADAP STRESOR

KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL

 Klien mengatakan merasa takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya  Klien mengatakan tidak menerima kondisi tubuhnya yang sekarang karena tidak  Malu  Gelisah  Cemas  Afek terbatas  Lemah  Tampak pucat  Daya ingat baik  Penampilan luamayan rapi  Pasif  Interaksi cukup kooperatif  Kontak mata kurang  Aktivitas motorik terbatas  Klien jarang bicara dengan orang lain  Klien tidak punya banyak teman dan hanya dekat dengan saudara kandungnya

(15)

langsing lagi  Klien merasa bahwa sekarang dia tidak berguna dan tidak mampu melakukan sesuatu  Blocking  Tidak focus MEKANISME KOPING

MEKANISME KOPING JENIS

Saat ada masalah klien jarang bercerita pada orang lain

Supresi (Maladaptif)

B. Pengkajian

Tanggal masuk RS : 10 Desember 2011

Bangsal dirawat : Empati

No.Rekam Medik : 09130108

Tanggal pengkajian : 10 Desember 2011

A. Identitas

Pasien :

Nama : Nn.D

Agama : Islam

(16)

Pekerjaan :

Alamat : Jln. Mangga

B. Alasan masuk

Klien masuk dengan alasan takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya C. Faktor predisposisi dan presipitasi

1. Faktor predisposisi

BIOLOGI PSIKOLOGI SOSIAL

 Tidak ada riwayat gangguan jiwa dan dirawat di RSJ

 Klien merupakan tipe

kepribadian tertutup

 Jenis kelamin : Perempuan  Usia 23 tahun

 Pendidikan : lulusan SMA  Pekerjaan : -

 Tidak punya banyak teman dan hanya dekat dengan saudara kandungnya.

2. Faktor presipitasi

STRESOR SIFAT ASAL WAKTU JUMLAH

Perubahan yang terjadi

pada tubuhnya (Gemuk) Fisik Internal

Sekitar 2 minggu

yang lalu 1

D. Fisik

(17)

E. Psikososial 1. Genogram KETERANGAN : = Perempuan = Klien = Pria = perkawinan = meninggal = Keturunan / sedarah

(18)

2. Konsep diri

a. Gambaran diri atau citra tubuh

Nn. D takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya (bertambah gemuk). Klien

mengatakan merasa cemas karena akhir-akhir ini berat badannya meningkat dan Klien juga mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi tubuhnya sekarang karena sudah tidak langsing seperti dulu.

b. Identitas diri

Nn.D adalah seorang lulusan SMA , usia 23 tahun. c. Peran diri

Nn.D adalah anak sulung dari 2 bersaudara. d. Ideal diri

Nn.D ingin tubuhnya langsing seperti dulu. e. Harga diri

Nn.D merasa bahwa dia tidak berguna lagi dan dia tidak mampu untuk melakukan sesuatu

3. Hubungan sosial

Saudara klien mengatakan sejak klien merasa ada perubahan pada kondisi tubuhnya yaitu berat badan meningkat klien jarang berinteraksi dengan orang lain.

Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Nn.D adalah seorang muslimah. b. Kegiatan ibadah

Nn.D Jarang sekali melakukan sholat . F. Status mental

1. Penampilan

Rapi, sesuai usia dan jenis kelamin, tampak lemah dan pucat 2. Pembicaraan

Sering tidak fokus, kadang blocking, kontak mata kurang. 3. Aktivitas motorik

(19)

4. Alam perasaan Cemas dan gelisah 5. Afek

Tidak terbatas

6. Interaksi selama wawancara

7. Klien dapat berbicara dengan baik, mengerti apa yang ditanyakan dan dibicarakan, klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan menyampaikannya dengan baik. Terkadang pembicaraannya berhenti.

8. Persepsi

Klien beranggapan bahwa klien tidak bisa ke mana-mana sebelum kondisi tubuhnya kembali seperti semula.

9. Proses pikir

Tidak ada gangguan dengan proses piker klien,klien menjawab apa yang ditanyakan perawat dengan baik..

10. Isi pikir

Tidak ada gangguan dengan isi pikir klien, klien merasa tidak mampu melakukan sesuatu karena kondisi tubuhnya yang makin gemuk.

11. Tingkat kesadaran dan orientasi a. Kesadaran pasien

Compos mentis dan daya ingat baik b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang.

Klien memiliki daya ingat yang baik dan orientasi yang baik terhadap waktu, tempat, orang.

12. Memori

Klien memiliki ingatan yang baik, terkait jangka panjang, maupun pendek. 13. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Kemampuan berhitung dan kosentrasi klien baik 14. Kemampuan penilaian

Klien tidak memiliki gangguan kemampuan penilaian baik ringan maupun bermakna. 15. Daya tilik diri

(20)

G. Masalah psikososial dan lingkungan

Klien pasif dan jarang berinteraksi dengan orang lain. H. Pengetahuan

Klien merupakan lulusan SMA dank lien sewaktu masih SMA memiliki prestasi akademik yang bagus.

I. Aspek medic

(21)

C. Analisa Data

Data Problem

Subjektif :

- Klien mengeluh takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya

- Klien mengatakan merasa cemas karena

akhir-akhir ini berat badannya

meningkat.

Objektif :

- Klien tampak gelisah - Klien tampak cemas

Ansietas

Subjektif :

- Klien mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi tubuhnya sekarang karena sudah tidak langsing seperti dulu - Klien merasa bahwa dia tidak berguna

lagi dan dia tidak mampu untuk melakukan sesuatu

Objektif :

- Klien tampak malu-malu - Kontak mata kurang - Pasif

- Tidak focus

(22)

Subjektif :

- Klien juga mengatakan sudah berusaha menggunakan obat pencahar dan

mengurangi porsi makan bahkan

kadang-kadang klien tidak makan agar postur tubuhnya tetap stabil

- Klien mengatakan merasa stress dengan kondisinya sekarang

Objektif :

- Klien tampak lemah - Klien juga tampak Pucat

Koping Individu tidak Efektif

D. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas

2. HDR Situasional

(23)

BAB IV

PEMBAHASAN

Nn. D merasa takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya (bertambah gemuk) dan juga merasa cemas dengan peningkatan berat badannya. Setelah pengkajian klien di diagnose mengalami gangguan citra tubuh. Pada kasus ini klien di beri tindakan 1x24 jam.

Dari hasil pengkajian ditegakkan 3 prioritas diagnosa. Perencanaan dalam proses keperawatan jiwa dilaksanankan setelah data terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien, kemudian tujuan keperawatn ditetapkan, tujun di bagi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, harus jelas dan dapat diukur, dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan, pada penyusunan kriteria hasil penulis menyesuaikan waktu pemberian perawatan yang dilakukan oleh penulis yaitu selama 1 hari.

Pengkajian yang dilakukan pada Nn. D dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada Nn. D, pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori akan tetapi disesuaikan dengan kondisi Nn.D pada saat dikaji, pada saat dilakukan pengkajian Nn. D dan keluarga cukup terbuka dan membangun hubungan saling percaya.

Pembuatan rencana keperawatn kemudian dilanjutkan dengan pelaksanan, implementasi askep jiwa merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan pada Nn. D dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimiliki oleh seorang perawat. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik dan semua diagnosa keperawatan dilakukan dengan baik juga.

Diagnosa keperawatan Jiwa yang di tegakkan berdasarkan kasus: 1. Ansietas

2. HDR Situasional

(24)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.

Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).

Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa operasi seperti : mastektomi, amputasi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain-lain.

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguam citra tubuh:

1. Kegagalan fungsi tubuh. 2. Perubahan tubuh berkaitan

3. Umpan balik interpersonal yang negatif 4. Standard sosial budaya

Beberapa etiologi gangguan citra tubuh :

1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, pemasangan, alat di dalam tubuh.

3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasanga

4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh 5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

(25)

Beberapa Tanda dan gejala :

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah 2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi 3. Menolak penjelasan perubahan tubuh

4. Persepsi negatif pada tubuh

5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang

Diagnosa yang muncul :

1. Ansietas

2. HDR situasional

3. Koping Individu Tidak Efektif

B. Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan praktik asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya gangguan citra tubuh sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun keluarganya.

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan

 Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa agar dapat membantu dalam pembuatan asuhan keperawatan Jiwa.

 Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami gangguan citra tubuh serta asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan citra tubuh dan mempermudah masyarakat awam untuk mengetahui tentang gangguan tersebut tersebut.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.masbied.com/2010/06/04/gangguan-citra-diri/#more-3036 file://localhost/E:/SEMESTER%20V/Keperawatan%20Jiwa%20I/Jiwa/ASKEP.htm file://localhost/E:/SEMESTER%20V/Keperawatan%20Jiwa%20I/Jiwa/GANGGUAN-KONSEP-DIRI.htm http://www.masbied.com/2010/06/04/gangguan-citra-diri/ http://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/07/askep-klien-dengan-gangguan-konsep-diri.html

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : pada pengkajian didapatkan hasil terdapat lupa post operasi lumpektomi, ditegakkan diagnosa nyeri, resiko infeksi, gangguan citra tubuh.. Hasil

Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :.. Gangguan pada

Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot

enurut PPD7> III5 gangguan afektif 9ipolar a2alah suatu gangguan suasana  perasaan yang 2itan2ai oleh a2anya episo2e 9erulang @sekurang6kurangnya 2ua episo2e 2imana afek

Dalam buku ini akan memuat seluruh materi asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan yang meliputi konsep anatomi dan fisiologi cairan

Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan

Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot

Analisis Pengaruh Intervensi Generalis Tabel 7 Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan Citra Tubuh Terhadap Citra Tubuh Siswa Obesitas Di SMA Virgo Fidelis Kecamatan n=21 Variabel N