• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang." Sedangkan Badudu dan Zain (1994:1031) menyatakan:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang." Sedangkan Badudu dan Zain (1994:1031) menyatakan:"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Pengertian Pengaruh

Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:849): "Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang."

Sedangkan Badudu dan Zain (1994:1031) menyatakan:

"Pengaruh dalam penelitian ini menyatakan (1) daya yang menyebabkan sesuatu terjadi, (2) sesuatu yang dapat membentuk mengubah sesuatu yang lain, dan (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain."

Pengertian pengaruh pada skripsi ini adalah suatu daya yang timbul untuk mengubah atau menyebabkan sesuatu berubah

2.2 Auditing

2.2.1 Pengertian Auditing

Menurut Mulyadi & Puradiredja (2010:9) auditing adalah:

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan."

(2)

Pengertian auditing juga telah dirumuskan oleh beberapa akademisi, Arens et al. (2010:4) yang mendefenisikan auditing adalah sebagai berikut:

”Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukung dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Menurut Konrath (2002:6) dapat diuraikan 5 (lima) karakteristik dalam pengertian auditing, sebagai berikut:

1. Informasi Yang Dapat Diukur Dari Kriteria Yang Telah Diterapkan dalam proses pemeriksaan, kriteria-kriteria informasi yang diperlukan harus ditetapkan dan informasi tersebut dapat diverifikasi kebenarannya untuk dijadikan buktu audit yang kompeten.

2. Entitas Ekonomi

Proses pemeriksaan harus jelas dalam hal penetapan kesatuan ekonomi dan periode waktu yang diaudit. Kesatuan ekonomi ini sesuai dengan entity theory dalam ilmu akuntasi yang menguraikan posisi keuangan suatu perusahaan terpisah secara tegas dengan posisi keuangan pemilik perusahaan.

3. Aktivitas Mengumpulkan Dan Mengevaluasi Bahan Bukti

Auditor pelaksana selalu mencakup aktivitas mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang dianggap kompeten dan relevan dengan proses pemeriksaan yang sedang dilakukan. Aktivitas tersebut diawali dari penentuan jumlah bukti yang diperlukan sampai pada proses evaluasi atau penilaian kelayakan informasi dalam pencapaian sasaran kegiatan audit.

(3)

4. Independensi Dan Kompetensi Auditor Pelaksana

Auditor pelaksana harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya, informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini publik tidak biasa, pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas (independen) dari kepentingan mana pun. Independensi adalah syarat utama agar laporan audit objektif.

5. Pelaporan Audit

Hasil aktivitas pemeriksaan adalah pelaporan pemeriksaan tersebut. Laporan audit berupa komunikasi dan ekspresi auditor terhadap objek yang diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tersebut dapat dimengerti. Laporan ini harus mampu menyampaikan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperoleh dan diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti yang berhubungan dengan informasi suatu entitas ekonomi yang akan diukur dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Auditing bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena tujuan akhir auditing adalah memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan suatu kesimpulan mengenai reabilitas dari asersi yang tertulis yang merupakan salah satu bentuk assurance.

(4)

2.2.2 Jenis-jenis Audit

Menurut Arens et al. (2010:16) ada tiga jenis audit, yaitu: a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh klien untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu dan menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan GAAP, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnnya.

b. Audit Kepatuhan (Compilance Audit)

Audit kepatuhan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit kepatuhan ini biasanya dilaporkan kepada pihak yang berwenang dalam membuat kriteria.

c. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode organisasi. Audit ini melakukan review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya

(5)

mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atau struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.

2.2.3 Standar Auditing

Standar Auditing terdiri dari sepuluh standar dari semua Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang berlaku. Sepuluh Standar Auditing dibagi menjadi tiga kelompok: (1) standar umum; (2) standar pekerjaan lapangan; (3) standar pelaporan. Standar umum menekankan pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor, standar pekerjaan lapangan menyangkut pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya, dan standar pelaporan mengharuskan auditor menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informatif. Menurut Arens et al. (2010:43), Standar Auditing disajikan berikut ini

a. Standar Umum

1) Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.

2) Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang berhubungan dengan audit.

3) Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.

(6)

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.

2) Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan karena kesalahan atau kecurangan, dan merancang sifat, waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya.

3) Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1) Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2) Auditor harus mengidentifikasi dalam laporan auditor mengenai keadaan di mana prinsip-prinsip tersebut tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan periode sebelumnya.

3) Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informatif belum memadai, auditor harus menyatakannya dalam laporan auditor.

4) Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan, secara keseluruhan, atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan

(7)

dalam laporan auditor. Jika tidak dapat menyatakan satu pendapat secara keseluruhan, auditor harus menyatakan alasan-alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua kasus, jika nama seorang auditor dikaitkan dalam laporan keuangan, auditor itu harus dengan jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor, dalam laporan auditor.

2.2.4 Jenis-jenis Auditor

Mulyadi & Puradiredja (2010:28) mengemukakan bahwa orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan: auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor internal.

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditor, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak). 2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah audit profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

(8)

3. Auditor Internal

Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.3 Audit Internal

2.3.1 Pengertian Audit Internal

Audit Internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai "adik" dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas (Sawyer, 2005:3).

Penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian audit internal untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, diantaranya:

Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004:5), mengartikan audit internal sebagai berikut:

(9)

"Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance."

Menurut Agoes (2012:221) definisi audit internal:

"Proses menentukan apakah kebijakan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi."

Jadi dengan demikian audit internal adalah proses menentukan apakah kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi sesuai dengan ketentuannya.

2.3.2 Tujuan Audit Internal

Audit internal bertujuan untuk membantu anggota organisasi membentuk pertanggung jawaban yang efektif. Uraian berikut adalah mengenai tujuan audit internal.

Menurut Tugiman (2006:11) tujuan pemeriksaan internal adalah:

"Membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif."

Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analitis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.

(10)

Menurut Agoes (2012:222) tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah:

"Membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya."

Jadi dari tujuan audit internal di atas dapat dikatakan secara umum tujuan audit internal adalah membantu manajemen menjalankan tugasnya, yaitu dengan menyediakan informasi tentang kelayakan dan keefektivan dari pengendalian intern perusahaan.

2.3.3 Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal

Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudaian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil keputusan atau tindak selanjutnya.

Ruang lingkup audit internal menurut Tugiman (2006:99) adalah:

"Menilai keefektifan sistem pengendalian intern serta mengevaluasi terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian intern serta mengevaluasi terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian intern yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan."

(11)

Definisi tersebut menjelaskan bahwa ruang lingkup fungsi auditor internal luas dan fleksibel, yang sejalan dengan kebutuhan dan harapan manajemen. Dapat diketahui bahwa sebagian besar auditor bertugas untuk menentukan, memverifikasi, atau memastikan apakah sesuatu itu ada atau tidak, menilai, menaksir, atau mengevaluasi pengendalian dan atau operasi berdasarkan kriteria yang sesuai dan merekomendasikan tindakan korektif kepada manajemen. Tanpa fungsi audit internal, dewan direkasi dan atau pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi (Tugiman, 2006:13).

2.3.4 Kriteria Audit Internal yang memadai

Menurut Tugiman (2006:16) kriteria audit internal adalah sebagai berikut: 1. Indepedensi

Independensi yaitu sikap mental yang bebas. Suatu kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian pendapatnya auditor harus obyektif dan tidak berprasangka. Independensi menyangkut dua aspek :

a. Status Organisasi, haruslah berperan sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas dengan baik serta mendapat dukungan dari pimpinan tingkat atas, status yang dikehendaki adalah bahwa bagian audit internal harus bertanggung jawab pada pimpinan yang memiliki wewenang yang

(12)

cukup untuk menjamin jangkauan audit yang luas, pertimbangan dan tindakan yang efektif atas temuan audit dan saran perbaikan.

b. Obyektivitas, yaitu bahwa auditor internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggungjawab harus memperhatikan sikap netral dan kejujuran dalam melaksanakan pekerjaannya. Agar dapat mempertahankan sikap tersebut hendaknya auditor internal dapat dibebaskan dari tanggung jawab operasionalnya.

2. Kemampuan Profesional

Seorang auditor internal harus memiliki tingkat kemampuan teknis yang tinggi agar dapat mempertanggungjawabkan dengan benar. Kemampuan teknis meliputi penyusunan staf, pengetahuan, kererampilan dan disiplin ilmu, keseuaian dengan standar profesi, hubungan antar manusia, pendidikan berkelanjutan, serta keahlian profesional. Kemampuan profesional meliputi: 1. Departemen Audit Internal

a. Penyusunan staf

Adanya kesesuaian antara kemampuan teknis dan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para auditor internal

b. Pengetahuan, keterampilan, dan disiplin

Dalam melaksanakan tanggung jawab audit bagian audit internal harus memiliki atau mendapatkan penegtahuan, keterampilan dan disiplin ilmu yang diperlukan.

(13)

c. Supervisi

Bagian audit internal harus memberikan keyakinan bahwa audit internal telah disupervisi dengan benar.

2. Audit Internal

a. Ketaatan terhadap standar perilaku

Standar professional harus ditaati oleh semua auditor internal. b. Pengetahuan, keterampilan, dan disiplin ilmu

Dalam melakukan audit internal para auditor harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu yang esensial.

c. Hubungan dan komunikasi antar karyawan

Para auditor internal harus terampil dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.

d. Pendidikan yang berkelanjutan

Para auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan.

e. Keahlian professional

Dalam pelaksanaan audit internal para auditor harus menggunakan keahlian professional.

3. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan audit internal meliputi keandalan informasi, kesesuaian dengan kebijaksanaan, perlindungan terhadap harta, penggunaaan sumber

(14)

daya secara ekonomis dan efisien, serta pencapaian tujuan. Lingkup pekerjaan meliputi:

a. Keandalan Informasi

Auditor internal harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dengan cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.

b. Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan

Auditor internal harus memeriksa sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan.

c. Perlindungan terhadap harta

Auditor internal harus memeriksa kesesuaian sarana yang digunakan untuk melindungi harta kekayaan organisasi.

d. Penggunaaan sumber daya secara ekonomis dan efisien

Auditor internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang digunakan.

e. Pencapaian tujuan

Agar tujuan dan sararan yang telah ditetapkan sesuai dengan apa yang dicapai maka auditor internal harus memeriksa operasi dan program.

(15)

4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

a. Perencanaan pemeriksaan

Setiap audit harus direncanakan terlebih dahulu oleh auditor internal. b. Pengujian dan pengevaluasian informasi

Untuk mendukung hasil audit auditor internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mendokumentasikan informasi.

c. Penyampaian hasil pemeriksaan

Auditor internal harus menyampaikan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.

d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan

Auditor internal harus meninjau untuk memastikan bahwa telah dilakukan tindakan yang tepat atas temuan audit yang dilaporkan.

5. Manajemen Bagian Internal Audit

Agar dapat bekerja secara efektif, fungsi audit internal harus dikelola secara tepat. Pimpinan audit internal bertanggungjawab mengelola bagian audit internal secara tepat, sehingga pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan.

(16)

a. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab

Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.

b. Perencanaan

Pimpinan audit internal harus merencanakan segala sesuatu untuk pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.

c. Kebijaksanaan

Sebagai pedoman bagi para staf audit maka pimpinan audit internal harus membuat kebijakan dan prosedur secara tertulis.

d. Manajemen personel

Untuk memilih dan mengembangkan sumber daya manusia bagian audit internal maka pimpinan audit internal harus menetapkan program. e. Auditor eksternal

Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan upaya antara auditor internal dan auditor eksternal.

f. Pengendalian mutu

Untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal, pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas.

Jadi kriteria audit internal yang memadai harus terpisah dari kegiatan yang diperiksanya, harus teliti dan ahli di bidangnya, harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan sistem pengendalian internal, harus meliputi perencanaan,

(17)

pemeriksaan pengujian, pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan follow up, bagian audit internal juga harus dikelola secara tepat.

2.3.5 Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan secara lebih terperinci mengenai tanggung jawab auditor internal dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) (2001:322) auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan, rekomendasi dan informasi kepada manajemen entitas dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara weweanang dan tanggung jawabnya tersebut. Auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.

Menurut Tunggal (2000:21), tanggung jawab auditor internal adalah :

"menerapkan program audit internal, mengarahkan personel, dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal juga menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan."

Secara garis besar tanggung jawab seorang auditor internal dalam melaksanakan tugasnya adalah sebagi berikut:

1. Memberikan informasi dan saran-saran kepada manajemen atas kelemahan-kelemahan yang ditemukannya.

2. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan untuk mencapai tujuan audit dan tujuan organisasi atau perusahaan.

(18)

2.3.6 Kedudukan dan Peran Auditor Internal

Kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi sangat mempengaruhi keberhasilannya menjalankan tugas, sehingga dengan kedudukan tersebut memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan baik serta dapat bekerja dengan luwes dalam arti independen dan objektif. Struktur organisasi penetapan bagian auditor internal secara jelas disertai dengan job description yang jelas akan membawa dampak yang positif dalm proses komunikasi antara auditor internal dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer. Namun sebaliknya, penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya arus pelaporan dari auditor internal karena itu perlu ditentukan secara tegas kedudukan auditor internal ini.

Menurut Agoes (2012:243), ada empat alternatif kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi yaitu:

"a. Bagian internal audit berada dibawah direktur keuangan, b. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama, c. Bagian internal audit merupakan staf dari dean komisaris,

d. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang internal audit director."

Peranan auditor internal dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi terhadap kecurangan sangat besar. Jika auditor internal menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka ia harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika indikasi tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer, investigator, security dan spesialis dari luar perusahaan (misalkan ahli komputer, ahli perbankan dan lain-lain).

(19)

Hasil investigasi tim harus dilaporkan secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta, temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan.

2.3.7 Pelaksanaan Audit Internal

Pelaksanaan audit internal menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:16), dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

Menurut Tugiman (2006:53), tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit internal adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan audit

Tahap awal dalam melaksanakan kegiatan internal adalah melakukan perncanaan audit. Perencanaan ini bertujuan untuk menentukan objek yang akan diaudit, arah dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, lalu merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses audit. b. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi

Tahap kedua dalam kegiatan internal haruslah mengumpulkan, menganalisa, menginterpretasikan dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit.

(20)

c. Penyampaian Hasil Audit

Audit internal harus melaporkan kepada manajemen apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam suatu fungsi perusahaan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikannya.

d. Tindak Lanjut (follow up) Hasil Audit

Audit internal terus menerus meninjau tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terjadi temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit internal juga harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemn senior telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.

2.3.8 Kode Etik Auditor Internal

Institute Of Internal Auditors (IIA) mempublikasikan standar kode etik auditor pada tahun 2000, menggantikan standar tahun 1988 (yang menggantikan standar tahun 1968). Standar ini disajikan secara lebih ringkas dari dua standar yang dipublikasikan sebelumnya dan berlaku bagi semua individu maupun entitas (termasuk anggota dan penerima atau kandidat penerima sertifikasi dari IIA) yang menyediakan jasa pengauditan internal. Pihak yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik ini akan dikenakan sanksi disiplin. Standar ini menekankan aspek integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi bagi profesi auditor internal.

(21)

1. Integritas

a. Auditor internal harus melakukan pekerjaannya dengan jujur, sungguh-sungguh, dan bertanggung jawab.

b. Auditor internal harus mematuhi hukum dan memberikan penjelasan sesuai dengan yang diharapkan oleh ketentuan hukum dan profesi.

c. Auditor internal dilarang, secara sadar terlibat dalam kegiatan ilegal, atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal ataupun organisasi tempat bekerjanya.

d. Auditor internal harus menghormati dan memberikan dukungan kepada tujuan organisasi yang sah dan etis.

2. Objektivitas

a. Auditor internal tidak boleh berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat, atau patut diduga dapat, mengurangi kemampuannya untuk melakukan penilaian (assessment) secara objektif. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan atau hubungan apapun yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan dengan organisasinya.

b. Auditor internal dilarang menerima apapun, yang dapat atau patut diduga dapat, mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.

c. Auditor internal harus mengungkapkan semua fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta yang jika tidak diungkapkan, dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview.

(22)

3. Kerahasiaan

a. Auditor internal harus bersikap hati-hati (prudent) dalam menggunakan dan menjaga informasi yang diperolehnya selama melaksanakan tugas.

b. Auditor internal dilarang menggunakan informasi, untuk mendapatkan keuntungan pribadi, atau dengan cara apapun yang bertentangan dengan hukum atau merugikan tujuan organisasi yang sah dan etis.

4. Kompetensi

a. Auditor internal hanya akan memberikan jasa yang dapat dilaksanakan dengan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman penting yang dimilikinya. b. Auditor internal harus memberikan layanan jasa audit internal sesuai

dengan Standar Profesi Audit Internal.

c. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan keahlian dan efektivitas, serta kualitas jasa yang diberikannya.

2.3.9 Laporan Audit Internal

Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik dan teratur. Laporan ini merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban kepada manajemen.

Menurut Arens et.al. (2010:6) tahap terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit (audit report) yang menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberi tahu pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi

(23)

dan kriteria yang telah ditetapkan. Laporan juga memiliki bentuk yang berbeda dan dapat bervariasi mulai dari jenis yang sangat teknis yang biasanya dikaitkan dengan audit laporan keuangan hingga laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional atau efektivitas suatu departemen kecil.

2.4 Kinerja Manajemen

Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah kinerja manajemen. Kinerja manajemen merupakan seberapa jauh manajer melakukan fungsi-fungsi manajemen, apakah telah melakukan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing agar tujuan organisasi dapat tercapai.

2.4.1 Pengertian Kinerja

Arti performance atau kinerja menurut Prawirosentono (1999:2) adalah sebagai berikut:

"performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika." Kinerja diartikan pula oleh Simamora (2004:327) yaitu suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan. Soeprihanto (2000:7) menyebutkan istilah kinerja dan prestasi kerja yaitu hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran.

(24)

Menurut Mangkunegara (2001:67) istilah kinerja berasal dari Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Jadi dengan demikian kinerja (performance) adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang pada periode tertentu berdasarkan alat ukur yang digunakan baik kualitas maupun kuantitas dengan membandingkan antara target dan hasil yang dicapai.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mathis dan John yang dialih bahasakan oleh Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001:82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu; 1) kemampuan mereka, 2) motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5) hubungan mereka dengan organisasi.

Sedangkan menuru Mangkunegara (2001:67) faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

"a. Faktor kemampuan

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha untuk mencapai potensi kerja secara maksimal."

(25)

Dari kedua pernyataan dapat disimpulkan bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor kemampuan yaitu IQ dan pendidikan, faktor motivasi sebagai alat penggerak untuk mencapai tujuan kerja, adanya audit internal dapat memotivasi para anggota organisasi dengan memberikan konsultasi yang independen dan objektif agar tujuan kerja dapat tercapai.

2.4.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Arep dan Tanjung (2003:203):

"tujuan penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dn otentik tentang perilaku dan kinerja karyawan sehingga semakin besar pula potensi nilainya bagi perusahaan."

Disamping tujuan di atas, menurut Mulyadi (2010:416), penilaian kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen untuk:

"1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan dan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Mengadakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

(26)

2.4.4 Pengertian Manajemen

Menurut Terry (2001:1) manajemen adalah:

"Suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata."

Kemudian arti manajemen menurut James A. F. Stoner. dalam Wiludjeng (2007:3) sebagai berikut:

"Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the effect of organization members and the use of other organizational resource in order to achieve statied organizational gold."

Hasibuan (2004:2) menyebutkan istilah manajemen sebagai berikut:

"Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatn sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu."

Jadi dari ketiga definisi manajemen diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah sebagai suatu proses, karena dalam manajemen terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. Misalnya planning yang merupakan kegiatan perencanaan, organizing atau kegiatan pengorganisasian, leading atau kegiatan pengarahan, controlling atau kegiatan pengawasan.

(27)

2.4.5 Tingkatan Manajemen

Menurut Wiludjeng (2007:10) dalam organisasi terdapat 3 tingkat atau level manajemen, yaitu:

"1. Manajemen puncak (top management) yang merupakan level tertinggi dalam manajemen suatu perusahaan. Orang yang ada dalam posisi top management disebut top manager yang bertanggung jawa terhadap perusahaan secara keseluruhan.

2. Manajemen menengah (middle or administrative management) bertanggung jawab terhadap pekerjaan dari suatu departemen atau divisi. Tugas mereka adalah melaksanakan tujuan, strategi, dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh top manager serta mengkoordinasikan dan mengarahkan aktivitas manajer lini pertama dan juga karyawan operasional.

3. Manajemen lini pertama (lower management) mengawasi karyawan secara langsung."

2.4.6 Penilaian Kinerja Manajemen

Menurut Mahoney et.al. (1963) yang dimaksud kinerja adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pengaturan staf (staffing), negosiasi, dan representasi.

1. Perencanaan, yaitu suatu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang guna mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Investigasi, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan menginformasikan dalam bentuk laporan-laporan, catatan dan analisa pekerjaan untuk dapat mengukur hasil pelaksanaannya

(28)

3. Koordinasi, yaitu menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.

4. Evaluasi, yaitu penilaian atas usulan dan atau kinerja yang diamati dan dilaporkan

5. Supervisi, yaitu mengarahkan, memimpin, dan megembangkan potensi bawahan serta melatih dan menjelaskan aturan-aturan kerja kepada bawahan. 6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bahwa dalam suatu unit

kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerja tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya.

7. Negosiasi, yaitu upaya untuk memperoleh kesepakatan, dalam hal pembelian, penjualan, atau kontrak barang dan jasa

8. Perwakilan, yaitu menyampaikan infromasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri kelompok bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lain.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kinerja manajemen dihasilkan oleh perpaduan perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, dan perwakilan/representasi (Mahoney et.al, 1963). Apabila salah satu diantara kedelapan faktor tersebut dilaksanakan, maka kualitas dan kinerja manajemen akan menjadi rendah.

(29)

Kualitas dan kinerja manajemen yang rendah akan menghasilkan output yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui kualitas dan kinerja manajemen diperlukan audit internal yang bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja manajemen. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha (Sawyer et.al.,2005).

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Audit Internal (x) INDIKATOR :  Independensi  Kemampuan Professional  Lingkup Pekerjaan  Kegiatan Pemeriksaan  Manajemen Bagian Audit Internal Hiro Tugiman (2006)

Kinerja Manajemen (y) INDIKATOR :  Perencanaan  Investigasi  Koordinasi  Evaluasi  Supervisi  Staffing  Negosiasi  Perwakilan

(30)

Tabel 2.1

Rekapitulasi Penelitian Terdahulu

Ha: Audit internal berpengaruh terhadap kinerja manajemen. No Nama Peneliti, Judul dan Tahun Sampel Variabel Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dan Persamaan 1 Widener dan Selto, Management control systems and boundaries of the firm: Why

do firms outsource internal auditing activity, 2002 600 Perusahaan publik dengan 500 karyawan didalamnya SPM, Audit Internal Audit Internal berpengaruh terhadap kinerja Perbedaan : Pengukuran Kinerja Manajemen Persamaan : Variabel Audit Internal 2 Lilis dan Puspitawati, Pengaruh Audit Internal dan Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan, 2010 10 Bank BUMN Audit Internal, Intellectual Capital, Kinerja Keuangan Semua Variabel berpengaruh Perbedaan :

Study Kasus berbeda Persamaan : Indikator Audit Internal 3 Dian, Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Manajemen, 2013 Perusahaan Manufaktur Kota Padang Sistem Pengukuran Kinerja, Kompensasi, Kinerja Manajemen Semua Variabel berpengaruh Perbedaan : Penyebaran hanya 10 sampel Persamaan : Kinerja Manajemen diukur menggunakan Indikator Mahoney et. al.

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Alir Program Pembangkit Kunci Tanda Tangan Digital.. Universitas Kristen Maranatha

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Internalisasi nilai-nilai agama islam, 2) Pembentukan sikap, 3) Perilaku siswa, dan 4) kegiatan ekstrakurikuler

Hanya peserta yang dinyatakan lulus seleksi administrasi dan membawa Kartu Ujian serta bukti identitas diri asli berupa KTP (sesuai dengan data saat registrasi online) yang

Untuk keuntungan dalam trading forex, Anda harus mengenali pasar dengan baik setelah Anda mengenali diri Anda sendiri.. Langkah pertama untuk mendapatkan kesadaran diri

Emulator 1 Form Tampilan Awal Berjalan Baik 2 Form Kriptografi DES Berjalan Baik 3 Form Enkripsi dan Dekripsi Kriptografi DES Berjalan Baik 4 Form Contoh Kriptografi DES

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017, dengan ini kami

Hasil Analisa Gugus Fungsi dengan FTIR dari Campuran 80 phr.. Polipropilena : 20 phr Resipren dengan Penambahan 2

Pelaksanaan kebijakan pengendalian penyakit demam berdarah dengue di kota Semarang dilakukan secara menyeluruh di setiap tingatan pemerintah dan lapisan