Grooming Protokoler dalam Pencitraan Sekretariat Daerah
ProvinsiJawa Barat
Groomin Protocol Officers in The Image of The Secretariat of West Java Province
1
Fika Kartika Triani2Ani Yuningsih
1.2
Prodi Ilmu Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
email :1 fikakartikatriani@yahoo.com, 2yuningsihani@yahoo.com
Abstract.This research was conducted to find the importance of protocol officers grooming in the image of
The Secretariat of West Java Province through the understanding of self appearance, grooming content and context, and grooming management aspects.This research held with phenomenology approach and qualitative method, based on the theory of impression management from Erving Goffman. This research focused using a research question as an in-depth interview guidance of three protocol officers in the Secretariat of West Java Province as informants.The result shows that the protocol officers understand grooming as their duties and motivated to learn more about the protocol duties. Grooming and self appearance of the protocol officer on their daily activity is based on the regulations in the Secretariat of West Java Province. Protocol officer’s grooming build upon norm, wellgroomed and self confidence.
Keyword: Phenomenology, grooming comprehension, content and context comprehension, grooming management.
Abstrak. Penelitian ini membahas mengenai penampilan diri (grooming) protokoler dalam pencitraan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat dengan mengungkapkan aspek pemahaman penampilan diri (grooming), pemahaman konten dan konteks penampilan diri (grooming), dan pengelolaan grooming sebagai upaya membangun citra. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori impression management dari Erving Goffman. Penelitian ini memfokuskan dengan menggunakan pertanyaan penelitian sebagai panduan melakukan wawancara mendalam kepada tiga informan sebagai petugas protokol di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.Hasil penelitian ini adalah pemahaman para petugas protokol tentang grooming sebagai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) yang kemudian, dengan berjalannya waktu aktor semakin menjiwai dan termotivasi untuk belajar lebih banyak lagi mengenai protokoler. Pengelolaan penampilan diri petugas protokol tidak berdasarkan kreativitas sendiri, tetapi mengacu pada aturan yang berlaku di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Grooming protokoler mengedepankan norma, kerapian, dan juga rasa percaya diri.
Kata kunci : Fenomenologi, Pemahaman penampilan diri (grooming), Pemahaman konten dan konteks, Pengelolaan penampilan diri (grooming).
Pendahuluan
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan kriteria di atas terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Di bawah pemerintah daerah, ada Sekretariat Daerah Provinsi (Setda) merupakan unsur membantu pimpinan Pemerintah Provinsi yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Sekretariat Daerah Provinsi bertugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh Perangkat Daerah Provinsi.
Disetiap acara yang diselenggarakan atau undangan acara yang akan dihadiri oleh Gubernur, Wakil Gubernur ataupun Sekda diurus oleh Biro Humas, Protokol, dan Umum. Merujuk pada focus penelitian tentang protokoler Provinsi Jawa Barat, protokol menurut Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 9 Tahun 2010 tentang keprotokolan, diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan atau kedudukannya dalam negara, pemerintah, atau masyarakat.
Protokoler juga terlibat sebagai fungsi PR, sebagai jendela yang pertama kali dilihat keseluruhan institusi Pemerintah Daerah. Penilaian lembaga sendiri biasa dilihat dari kinerja seorang protokoler. Dengan demikian muncul rasa untuk mengelola
grooming atau tampilannya yang juga disebut oleh Impression management,
pentingnya Impression managementatau manajemen kesan merupakan bagian dari teori dramaturgi yang juga dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959.
Menurut Goffman, impression managementyang selalu berkaitan dengan sebuah pertunjukkan drama, yang seorang aktor pelakunya dibentuk oleh lingkungan dan audience yang bertujuan untuk memberikan sebuah kesan yang lebih konsisten sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu itu (http://elib.unikom.ac.id).
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana terbentuknya pemaknaan grooming pada diri para Protokoler Sekretariat Daerah, juga untuk memaparkan secara mendalam bagaimana proses pengelolaan grooming dikalangan Protokol Sekretariat Daerah.
A. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah:
1. Bagaimana pemahaman penampilan diri (grooming) petugas Protokol dalam pencitraan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat ?
2. Bagaimana pemahaman konteks dan konten penampilan diri (grooming) petugas Protokol dalam pencitraan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat ? 3. Bagaimana pengelolaan grooming sebagai upaya membangun citra dikalangan
B. Kajian Pustaka
Dalam proses komunikasi manusia tidak hanya menyampaikan pesan secara kata atau bahasa verbal, namun penyampaian pesan secara kata-kata atau bahasa verbal, namun penyampaian pesan bisa pula berupa nonverbal, atau isyarat yang memberi makna kepada segala hal dalam kehidupan manusia. Pesan nonverbal mencakup perilaku yang sengaja, maupun tidak sengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. (Dedy Mulyana, 2001:308).
Grooming sebagai bagian dari sistem komunkasi non verbal mencakup segala
sesuatu yang dipakai atau melakukan sesuatu terhadap tubuh untuk memodifikasi penampilannya. Grooming adalah penampilan diri seseorang yang terjaga, menarik, dan selalu rapi. Penampilan diri (grooming) sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Grooming juga adalah gambaran tentang diri seseorang (self image) dalam
memegang peranan penting dalam komunikasi, baik dengan orang lain (interpersonal) maupun dengan dirinya sendiri (intrapersonal).
Kegunaan berbusana, antara lain untuk pelindung kulit/badan dari cuaca dingin dan panas, sebagai alat/sarana penunjang penampilan, menyembunyikan bagian tubuh yang kurang baik dan menonjolkan bagian tubuh yang bagus, menutupi bentuk tubuh yang pendek, gemuk, tinggi, kurus dan sebagainya (John M. Ivancevich:2006).
Proses Pengolaan Kesan atau biasa disebut Impession Management, kesan adalah suatu proses yang ingin ditumbulkan oleh seseorang kepada publiknya dengan berbagai macam cara, mulai dengan sikap, sifat ataupun pakaian ia gunakan. Ingin seperti apakah ia dinilai oleh orang disekitarnya tersebut, orang lain menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang kita berikan dan dari penilaian itu mereka memperlakukan kita. Maka dari itu, kita secara sengaja menampilkan diri kita (self
presentation) seperti yang kita kehendaki.
Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri disebut front.
Front terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah
laku (manner) (Jalaluddin, 2009:96).
Jefkins dalam Yulianita (2001: 46) menyatakan tentang lima macam citra, salah satunya adalah Corporate Image. Citra perusahaan/organisasi/lembaga yang didasarkan pada:
1. Reputasi (baik buruknya nama perusahaan) 2. Aktivitas (kegiatan-kegiatannya)
3. Perilaku manajemen perusahaan
Dengan demikian image/citra yang ditimbulkan adalah oleh perusahaan itu sendiri yang berdasarkan pada ketiga hal tersebut diatas.
Menurut Gaotsi dan Wilson (2001), reputasi adalah evaluasi semua stakeholder terhadap organisasi sepanjang waktu yang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi.
Reputasi sangat bebeda dengan citra. Citra merupakan pandangan pihak luar terhadap satu oraganisasi. Namun reputasi adalah penilaian yang diberikan baik oleh pihak internal (karyawan) dan ekternal organisasai, dimana pihak internal inilah yang merupakan indentitas dari organisasai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reputasi adalah perpaduan antara identitas dan citra organisassi.
Carfi (2004) menulis bahwa reputasi dan kepercayaan adalah segalanya, karena berdasarkan reputasi itulah kita memberi kepercyaaan terhadap suatu barang yang kita ingini atau miliki.
Buah dari reputasi adalah nama baik dan akarnya adalah kepercayaan. Tanpa ada kepercayaan maka tidak akan ada penghormatan. Bila sudah dipercaya maka nama baikpun dapat dengan mudah kita miliki dan harus di jaga dengan baik.
Sumber : Hasil Penelitian 2015
C. Metode dan Sasaran Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang lebih menekankan terhadap fenomena yang terjadi pada masyarakat. Pendekatan ini menurut Nasution bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan penggambaran realitas yang kompleks (Nasution, 1992: 13).
Subjek penelitian adalah para petugas Protokoler Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Dan yang telah dipilih oleh peneliti terdapat tiga orang yang bersangkutan dengan apa yang diteliti oleh penulis. Ketiga orang tersebut merupakan karyawan yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat di bidang Protokol yang bekerja sebagai pimpinan, senior minimal bekerja 10 tahun, dan anggota Protokol.
D. Temuan Penelitian
1. Pemahaman penampilan diri (grooming) petugas Protokol dalam pencitraan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Memaknai kerapian sangat penting untuk menjembatani dirinya sebagai pembawa nama pimpinan dan instansinya dengan instansi lain atau dalam setiap kegiatan yang dihadiri oleh pimpinan. Kerapian bagi tim protokol bukan hanya dalam penampilannya saja, namun kerapian dalam bekerja juga mampu memberikan kesan baik untuk pimpinan. Berpenampilan baik adalah salah satu cara untuk memberikan kesan dan juga modal sebagai frontline pimpinan, selain penampilan diri adalah yang
FENOMENOLOGI
GROOMING PROTOKOLER DALAM PENCITRAAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI CITRA Reputasi (baik buruknya nama perusahaan) Aktivitas (kegiatan-kegiatannya) GROOMING Perilaku manajemen perusahaan
pertama kali dilihat, penampilan diri (grooming) juga sebagai penunjang dirinya untuk merasa percaya diri dihadapan khalayak disetiap acara atau kegiatan. Bukan hanya pada saat acara atau kegiatan berlangsung, namun penampilan diri bagi tim protokol juga sangat penting dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan aturan yang berlaku di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Pemahaman konteks dan konten penampilan diri (grooming) petugas Protokol dalam pencitraan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Pemahaman konteks dan konten, tim protokol Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat memahami ada berbagai macam konteks atau setting, atau berbagai macam kegiatan. Terbentuk menjadi dua bagian yakni formal dan non-formal, meskipun tidak ada dalam aturan acara atau kegiatan tersebut termasuk kedalam bagian yang mana, akan tetapi para petugas protokol membedakan dari cara berpakaiannya.
Pakaian yang digunakan oleh tim protokol tidak boleh melebihi pakaian pimpinan, dan diusahakan harus sama dengan apa yang dipakai pimpinan. Jika pimpinan memakai PSH (Pakaian Sipil Harian), maka tim protokol juga harus menggunakan pakaian yang sama. Begitupun pada acara non formal, jika pakaian yang dipakai pimpinan adalah memakai baju olahraga atau training, maka tim protokol pun harus berpakaian yang sama, mengapa demikian karena bukan hanya untuk menjaga nama baik pimpinan dan instansi, tetapi juga untuk membuat pimpinan tidak merasa salah kostum dan agar pimpinan merasa lebih percaya diri.
3. Bagaimana pengelolaan grooming sebagai upaya membangun citra dikalangan Protokoler Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat ?
Pengelolaan penampilan diri (grooming), pada tim protokol Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Terdapat kesamaan dalam menguraikan pernyataan, bahwa aturan yang berlaku di lingkungan Sekretarian Daerah Provinsi Jawa Barat adalah aturan dari Permendagri (Peraturan Menteri Dalam Negeri) No. 60 Tahun 2007 dan diperjelas lagi dalam Pergub (Peraturan Gubernur) Jawa Barat No. 64 Tahun 2010 mengenai peraturan berpakaian. Tidak adanya sanksi yang diberikan kepada karyawan yang melanggar atau tidak sesuai dengan peraturan, hanya teguran kecil dari atasan seperti baju yang digunakan kurang rapi.
Pengelolaan penampilan diri pada tim protokol, pada semua acara formal tidak berdasarkan kreativitas sendiri tetapi mengacu pada aturan yang berlaku dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Merujuk pada peraturan tersebut, petugas protokol menentukkan pakaian berwarna gelap yang dimakai PSH (Pakaian Sipil Harian), Pakaian Sipil Harian memiliki ciri yakni warna pakaian yang gelap, seperti coklat tua, abu tua, atau hitam. Sedangkan para pegawai lainnya memakai pakaian PDH (Pakaian Dinas Harian), yang biasa disebut Khaki ini memiliki ciri berwarna coklat muda.
PSH atau yang biasa disebut jastong adalah pakaian yang dipakai oleh para esselon II, yang memiliki status sosial atau jabatan yang lebih tinggi, juga menunjukkan kewibawaan seseorang pada saat menggunakan PSH.
Pakaian Sipil Harian pun digunakan oleh para pimpinan, baik Gubernur, Wakil Gubernur, ataupun Sekertaris Daerah. Dengan demikian, menunjukkan bahwa para petugas protokol adalah inhern atau melekat dengan keberadaan pimpinan sebagai tokoh tertinggi di Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dimana ada pimpinan, baik Gubernur, Wakil Gubernur, atau Sekertaris Daerah disitu ada petugas prtokol yang menjadi kesatuan tim kerja.
Dengan perbedaan warna pakaian antara PDH dan PSH, menimbulkan kesan yang ditimbulkan oleh Pakaian Sipil Harian yakni memiliki kedudukan yang lebih
tinggi, status sosial, dan memberikan kesan lebih berwibawa, juga menunjukkan bahwa para petugas protokol adalah salah satu bagian penting dari para pimpinan pada saat petugas protokol menggunakan PSH.
Penemuan utama ini adalah pemahaman para petugas tentang grooming protokol sebagai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) yang kemudian, dengan berjalannya waktu aktor semakin menjiwai dan termotivasi untuk belajar lebih banyak lagi mengenai protokoler. Pengelolaan penampilan diri petugas protokol tidak berdasarkan kreativitas sendiri, tetapi mengacu pada aturan yang berlaku dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Grooming protokoler mengedepankan norma, kerapian, dan juga rasa percaya diri.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro, dan Soemirat, Soleh. 2007. Dasar-dasar Public Relations. RemajaRosdakarya. Bandung
Atie Rachmiatie, 2007. Etiket Keprotokolan, www.kopertis 4.or.id diakses pada tanggal 30 Juni 2014
Bungin, Burhan. 2003. Analisa Data PenelitianKualitatif. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa
DeVito, Joseph. 1997. KomunikasiAntarManusia. Jakarta : Professional Books
DiahWardhani. 2008. Media Relations: SaranaMembangunreputasiOrganisasi.
Yogyakarta.GrahaIlmu.
Effendy, Oning Uchyana. 2002. Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Kuswanto, Engkus. 2009. Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi : Konsepsi,
Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjajaran.
Moleong, Lexy J. 2002. MetodePenelitianKualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy, 2002, IlmuKomunikasi :SuatuPengantar, Bandung : PT.
RemajaRosdakarya
Rakhmat, Jalaluddin. 1986, Teori-TeoriKomunikasi.Bandung :RemadjaKarya CV Band RosadyRuslan, 2006. ManajemenPublik Relations dan Media Komunikasi
KonsepsidanAplikasi, Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik, Perspektif Sosiologi Modern. Malang : Averroes Press.
Uchjana, Onong. 2002. DinamikaKomunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Yulianita, Neni. 2007. Dasar – Dasar Public Relations. Bandung : P2U – LPPM
UNISBA