• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebutan SISMINBAKUM yang merupakan suatu sistem online yang diciptakan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebutan SISMINBAKUM yang merupakan suatu sistem online yang diciptakan oleh"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Sistem Administrasi Badan Hukum atau SABH (dulu disebut Sisminbakum) adalah jenis pelayanan jasa hukum yang diberikan kepada masyarakat dunia usaha dalam proses pengesahan badan hukum PT, pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar PT, penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar PT dan perubahan data PT, serta pemberitahuan informasi lainnya secara elektronik (melalui jaringan komputer dan internet), yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.1

Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) pada awalnya dikenal dengan sebutan SISMINBAKUM yang merupakan suatu sistemonlineyang diciptakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, untuk mempercepat proses pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas, persetujuan anggaran dasar maupun pelaporan anggaran dan atau data Perseroan Terbatas. TransformasiSISMINBAKUM menjadi Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) merupakan bentuk optimalisasi pelayanan hukum oleh pemerintah kepada masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan jejaring teknologi informasi secara online.

1 Iswi Hariyani,R.Serfianto Dibyo Purnomo dan Cita Yustisia Serfiyani.,Panduan Praktis SABH Sistem Administrasi Badan Hukum,Yogyakarta, Pustaka Yustisia, Cetakan Pertama, 2011, hal. 13.

(2)

Dimana Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum terus bergerak memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat”2

Secara substansi, proses dan permohonan pengesahan Badan Hukum, persetujuan perubahan anggaran dasar, penyampaian pemberitahuan perubahan anggaran dasar, dan perubahan data Perseroan sebagaimana yang diatur dalam Permenkumham Nomor 4 Tahun 2014 adalah sama. Permenkumham Nomor 4 Tahun 2014 mengatur tata cara yang cenderung lebih efektif bila dibandingkan dengan tata cara sebelumnya, sebagaimana diatur dalam Permenkumham Nomor 01 Tahun 2011.

Penerapan Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum/SABH) adalah prosedur permohonan pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT) dengan menggunakan komputer atau dengan fasilitas home page / website. Anggota atau pelanggan sisminbakum adalah Notaris, Konsultan hukum dan pihak lain yang telah memiliki username dan kode password tertentu serta telah memenuhi persyaratan administratif yang ditetapkan berdasarkan keputusan Ditjen AHU.3

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 tahun 2014, untuk selanjutnya disebut Permenkumham nomor 4 tahun 2014 mengatur bahwa persetujuan maupun penolakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia disampaikan secara elektronik kepada pemohon. Untuk itu, Notaris dapat mencetak sendiri keputusan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi 2 SABH-NG Menjawab Tantangan Zaman, Diapresiasi Banyak Negara, Majalah Renvoi Nomor 7/79, Desember Th 07/2009.

3

(3)

Manusia Republik Indonesia tersebut. Dalam hal pemohon berkewajiban untuk menyampaikan dokumen pendukung dalam mengajukan suatu permohonan, maka si pemohon diwajibkan untuk menyampaikan surat pernyataan secara elektronik yang menyatakan bahwa dokumen pendukung telah lengkap. Namun demikian, dokumen-dokumen pendukung tersebut dalam bentuk fisik akan disimpan oleh Notaris. Hal ini berbeda dengan Permenkumham Nomor 01 Tahun 2011, yang mewajibkan pemohon untuk menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dengan dokumen pendukung.

Notaris memiliki peran penting dalam pengurusan administrasi badan hukum PT. Hal ini disebabkan antara lain karena pendirian badan hukum tersebut harus dibuat dalam bentuk akta otentik (akta Notaris). Masyarakat yang membutuhkan pengesahan badan hukum PT juga tidak dapat mengakses SABH secara langsung tetapi harus melalui Notaris yang telah terdaftar dalam SABH.4

Tugas Notaris adalah melayani masyarakat untuk membuat setiap perjanjian yang dikehendaki oleh para pihak untuk dituangkan dalam suatu akta otentik.5 Berdasarkan peraturan perundang-undangan tindakan hukum tertentu wajib dibuat dalam bentuk akta otentik,6 yang apabila tidak dibuat dalam bentuk akta otentik,

4Ibid., hal. 15. 5

Akta otentik adalah akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang diperbuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat dimana akta itu diperbuat,lihat R. Subekti, R. Tjitrosudibio, 2009, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 475

6Notaris sebagai Pejabat Umum berwenang untuk membuat akta otentik sebagaimana yang dimaksud dalam UUJN. Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Notaris mempunyai kewajiban menerapkan apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para

(4)

maka tindakan hukum tersebut tidak sah. Salah satu bentuk akta dimaksud adalah akta mengenai pendirian Perseroan Terbatas.7

Menurut Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang terdapat dalam pasal 1 angka (1) adalah sebagai berikut :

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya”.8

Pengertian dan definisi badan hukum lahir dari doktrin ilmu hukum yang dikembangkan oleh para ahli, berdasarkan pada kebutuhan praktek hukum dan dunia usaha, hal ini pada akhirnya melahirkan banyak teori tentang badan hukum yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam kepustakaan Hukum Belanda istilah badan hukum dikenal dengan sebutan “recthspersoon” dalam kepustakaanCommon Lawsering disebut dengan istilahLegal Entity, Juristic Person, Artificial Person.9

Dari pengertian yang diberikan di atas dapat dilihat bahwa, badan hukum merupakan penyandang hak dan kewajibannya sendiri yang memiliki suatu status yang dipersamakan dengan orang-perorangan sebagai subjek hukum dalam pengertian sebagai

pihak, yaitu dengan cara membacakannya, sehingga isi dari Akta Notaris menjadi jelas, lihat Sjaifurracman dan Habib Adjie,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung, 2011, hal. 11

7 Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal tertentu, yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya, lihat Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Perseroan Terbatas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 7

8 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, LN No.106 Tahun 2007, TLN No. 4756, Pasal 1 ayat (1)

9Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2003, hal. 17.

(5)

penyandang hak dan kewajiban, Badan Hukum dapat digugat ataupun menggugat di pengadilan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa keberadaannya sebagai badan hukum tidak digantungkan pada kehendak pendiri atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.10

Sebagai badan hukum, perseroan lahir dan dicipta melalui proses hukum sehingga menurut M. Yahya Harahap perseroan merupakan badan hukum buatan (artificial legal person) yang membedakannya dengan manusia sebagai legal person yang dilahirkan melalui proses alamiah dan melekat haknya sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.11

Badan Hukum pada dasarnya adalah suatu badan yang dapat memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan perbuatan seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri, digugat dan menggugat di depan pengadilan.12Pentingnya peranan Notaris dalam membantu menciptakan kepastian hukum serta perlindungan hukum bagi masyarakat lebih bersifatpreventifyaitu bersifat pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara menerbitkan akta otentik yang dibuat dihadapannya terkait dengan status hukum, hak, dan kewajiban seseorang dalam hukum yang berfungsi sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan apabila terjadi sengketa atas hak dan kewajiban terkait.13

Wujud pendirian perseroan dalam bentuk akta pendirian yang dibuat di hadapan Notaris yang telah disepakati oleh para pendiri memuat sekaligus anggaran dasarnya, sejak ditandatanganinya akta pendirian perseroan oleh para pendiri

10Ibid,hal. 18.

11M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Sinar Grafika, Cetakan Ketiga, 2011, hal. 53.

12Chidir Ali,Badan Hukum,Bandung, Alumni, 1999, hal. 19 13Sjaifurrachman dan Habib Adjie,Op., Cit, hal. 7

(6)

sebenarnya perseroan telah berdiri. Sifat hubungan antar pendiri adalah hubungan kontraktualkarena perseroan belum memperoleh status badan hukum.14

Perseroan Terbatas merupakan bentuk usaha yang sangat ideal, karena bentuk usaha ini sudah merupakan konsentrasi modal, tidak mempertimbangkan lagi latar belakang dari pemegang sahamnya terutama pada jenis Perseroan Terbatas terbuka. Hubungan antar pribadi para pemegang saham bukan lagi menjadi pertimbangan utama, karena yang diutamakan adalah besarnya dana yang ditanam dalam saham Perseroan Terbatas tersebut. Faktor kelaziman merupakan salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi seseorang dalam memilih pembentukan Perseroan Terbatas.15

Selama perseroan belum memperoleh status badan hukum, semua pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut. Oleh karena itu Direksi perseroan hanya boleh melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum dengan persetujuan semua pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.

Perseroan sebagai badan hukum diciptakan dan dilahirkan melalui prosedur sebagaimana ditentukan dalam UUPT. Perseroan sah secara hukum dengan hak dan kewajiban yang melekat kepadanya setelah memperoleh pengesahan dari Menteri

14Udin Silalahi,Badan Hukum Dan Organisasi Perusahaan,Jakarta, Badan Penerbit Iblam, 2005, hal. 26.

15Rudhi Prasetya.Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 1995, hal. 49.

(7)

Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pasal 7 ayat (4) Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan: “perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan”.

Sejak Perseroan Terbatas memperoleh status sebagai badan hukum, maka semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan, menjadi tanggung jawab perseroan, bukan tanggung jawab pribadi dari direksi, komisaris atau pemegang saham, sebagai organ perseroan tersebut.

Permohonan pengesahan pendirian Perseroan Terbatas melalui Sistem Administrasi Badan Hukum yang selanjutnya disingkat SABH kepada Menteri Hukum dan HAM yang diajukan Notaris sebagai dokumen pendukungnya menurut pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 meliputi : 1. Salinan Akta Pendirian Perseroan;

2. Bukti pembayaran PNBP untuk pengesahan; 3. Bukti pembayaran PNBP untuk pemakaian nama;

4. Fotokopi bukti setoran modal dalam rekening perusahaan yang telah di stempel sesuai aslinya oleh Notaris;

5. Bukti Pembayaran Berita Negara Republik Indonesia (lembar rangkap ketiga); 6. Surat Keterangan Alamat Lengkap Perseroan.

Dalam hal perusahaan baru yang belum memiliki nomor rekening perusahaan maka bukti pernyataan penyetoran modal harus dilengkapi atau ada bukti setoran dari buku tabungan pemegang saham yang dapat di buktikan dengan fotocopi nya sebesar nilai modal dasar yang di tempatkan. Karena melihat sistem yang ada perseroan belum

(8)

memungkinkan membuka rekening atas nama perusahaan, karena untuk membuka rekening atas nama perusahaan, Bank akan meminta surat keputusan pengesahan Perusahaan menjadi Badan Hukum oleh Mentri Hukum dan Hak Azasi Manusia dan Berita Negara sebagai salah satu syaratnya16

Permohonan pengesahan badan hukum wajib diajukan secara elektronik kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal penandatanganan akta pendirian. Permohonan tersebut dilakukan dengan mengisi format pendirian Perseroan. Pemohon berkewajiban untuk membayar biaya permohonan pengesahan badan hukum melalui bank persepsi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Selain itu, Pemohon juga wajib untuk menyampaikan surat pernyataan secara elektronik yang menyatakan bahwa format pendirian perseroan dan dokumen pendukung telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan, dokumen pendukung terkait dengan permohonan pendirian Perseroan akan disimpan oleh Notaris.

Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia mengenai pengesahan badan hukum diterbitkan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tersebut disampaikan secara elektronik kepada Pemohon dan dapat langsung dicetak oleh Notaris dengan dibubuhi cap jabatan oleh Notaris.

16Wawancara Dengan Notaris Suprayitno

(9)

Selain itu, surat keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tersebut juga harus memuat frasa yang menyatakan “Keputusan Menteri ini dicetak dari SABH”.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah banyak membawa perubahan dalam pengaturan Perseroan Terbatas di Indonesia, termasuk dalam hal ini menyangkut tata cara pendirian Perseroan Terbatas. Pendirian Perseroan Terbatas harus dilakukan dalam bentuk akta otentik yang dibuat oleh Notaris. Dalam Pasal 10 ayat (1) jo Pasal 10 ayat (9) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 disebutkan bahwa Akta Pendirian Perseroan Terbatas tersebut harus dimohonkan pengesahannya sebagai badan hukum kepada Menteri Hukum dan HAM RI dalam jangka waktu tertentu, apabila tidak dilakukan maka Akta Pendirian Perseroan Terbatas tersebut dianggap telah gugur atau batal demi hukum. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, tidak mengatur tentang tata cara pengesahan Perseroan Terbatas melalui media elektronik dan jangka waktu yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan pengesahan suatu Perseroan Terbatas sebagai badan hukum.

Proses pengesahan badan hukum perseroan dalam Sistem Administrasi Badan Hukum melalui sarana internet yang dilakukan oleh Notaris dimana Notaris cukup dengan mengakses program aplikasi Sistem Administrasi Badan Hukum melalui internet. Dalam rangka melakukan proses pendaftaran Perseroan menjadi badan hukum tidak selamanya berjalan mulus, seperti mengalami gangguan pada jaringan,

(10)

hal ini mengakibatkatkan terhambatnya proses permohonan pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas sehingga mengakibatkan tertundanya proses permohonan pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas.

Keterlambatan dalam proses pengesahan Perseroan Terbatas dapat disebabkan oleh;

1. SABH yang masih kurang cepat dan kurang akurat;

2. Kelalaian Notaris dalam pengisian Data Pengesahan PT pada SABH; 3. Keterlambatan data dari pihak pendiri Perseroan Terbatas.

4. Gangguan pada sistem jaringan atau padaserveraplikasi SABH

Atas keterlambatan proses pengesahan Perseroan Terbatas akan berdampak pada keberadaan PT yang didirikan. Apabila prosesnya ternyata lebih dari 60 hari sejak ditandatanganinya akta pendirian, maka akta tersebut menjadi batal demi hukum.

Berdasarkan uraian latar belakang ini dan untuk menjawab mengenai peranan dan tanggung jawab Notaris dalam proses pengesahan badan hukum terkait dengan Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH), yang dituangkan dalam judul tesis.

“Peranan Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Kepastian Proses Pengesahan Badan Hukum ” yang nantinya diharapkan dapat memberikan saran dan masukan terhadap praktek Notaris khususnya dan lembaga kenotariatan umumnya, serta lembaga yang terkait dalam penegakan hukum di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, maka agar lebih jelasnya perlu dirumuskan pokok masalahnya sebagai berikut:

(11)

1. Bagaimana Mekanisme Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) terhadap proses Pendirian Perseroan Terbatas?

2. Bagaimana Tanggung Jawab Notaris terhadap masalah yang timbul terkait Pengesahan Perseroan Terbatas melalui SABH ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Mekanisme Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) terhadap proses Pendirian Perseroan Terbatas .

2. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Notaris terhadap masalah yang timbul terkait Pengesahan Perseroan Terbatas melalui Sistem (SABH).

D. Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Secara akademis-teoritis, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi ilmu pengetahuan, khususnya ketentuan tentang Peranan dan Tanggung Jawab Notaris dalam kepastian proses Pengesahan Badan Hukum.

2. Secara sosial praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran terhadap mahasiswa-mahasiswa atau praktisi-praktisi hukum dalam melaksanakan Peranan dan Tanggung Jawab Notaris dalam Kepastian proses Pengesahan Badan Hukum.

(12)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatra Utara, khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatra Utara Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Peranan Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Kepastian Proses Pengesahan Badan Hukum Menurut Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan”. Akan tetapi ada beberapa penelitian yang menyangkut masalah Peranan dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Kepastian Badan Hukum antara lain penelitian yang dilakukan oleh :

1. Saudari Sylvi Yeriza (NIM. 037011083), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatra Utara, dengan judul penelitian “Aspek Hukum Penyelesaian Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT) Melalui SISMINBAKUM (Pengesahan, Persetujuan, Pelaporan, Pemberitahuan Anggaran Dasar PT)”, dengan pokok permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah penyelesaian Badan Hukum Perseroan Terbatas melalui Sisiminbakum ?

b. Bagaimanakah tingkat keabsahan dan kepastian hukum yang diberikan kepada masyarakat terhadap dokumen yang dihasilkan melalui jalur Sisiminbakum tersebut?

(13)

Oleh karena itu, maka penelitian yang dilakukan jelas dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi sebagai peneliti ataupun akademisi.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu.17 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.18

Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut :19

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta ; b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;

c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.

Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis penelitian ini adalah teori Tanggung Jawab Hukum. Teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah teori dari Hans Kelsen

17Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, hal.122

18M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80 19Soerjono Soekanto,Op. Cit.,hal.121

(14)

tentang tanggung jawab hukum. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.20

Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa: Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan.21

Hans Kelsen selanjutnya membagi tanggung jawab menjadi 4 (empat) bagian yang terdiri dari:22

a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.

Apabila dihubungkan dengan penelitian ini maka teori Tanggung Jawab diperlukan untuk dapat menjelaskan tanggung jawab Notaris yang berkaitan proses

20Hans Kelsen (Alih Bahasa oleh Somardi),General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Jakarta, BEE Media Indonesia, 2007, hlm. 81.

21Ibid,hlm.83.

22Hans Kelsen, (Alih Bahasa oleh Raisul Mutaqien),Teori Hukum Murni,Bandung: Nuansa & Nusamedia, 2006, hal.140.

(15)

suatu perseroan menjadi badan hukum mulai dari pembuatan akta perseroan, kebenaran data perseroan yang di masukkan sewaktu pengisian data melalui SABH dan juga terhadap masalah masalah yang mungkin timbul terkait pengesahan Perseroan Terbatas melalui SABH.

Peranan Notaris dalam membidani perusahaan menjadi badan hukum menuntut kecermatan dan ketelitian. Dan jika dilakukan tanpa kehati-hatian dapat menimbulkan kerugian kepada masyarakat, baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak. Untuk itu maka Notaris harus mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut ,baik secara perdata, pidana atau administratif sesuai dengan akibat hukum yang ditimbulkannya.

Kemudian juga teori kepastian hukum digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang ada. Merupakan suatu kenyataan bahwa hidup bermasyarakat diperlukan aturan-aturan yang bersifat umum. Aturan hukum, baik berupa undang-undang maupun hukum tidak tertulis dengan demikian berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi pedoman bagi individu untuk bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan semacam itu dalam pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.

Digunakanya teori kepastian hukum guna untuk mendapatkan kepastian hukum tentang kedudukan akta pendirian perusahaan yang dibuat Notaris guna mendapat pengesahan oleh Menteri yang berakibat menjadi perusahaan yang berbadan hukum dan bertanggung jawab terbatas ataulimited liability.

(16)

Menurut Gustav Radbruch, terdapat dua macam pengertian kepastian hukum, yaitu kepastian hukum oleh hukum dan kepastian hukum dalam atau dari hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam masyarakat adalah hukum yang berguna. Kepastian hukum oleh karena hukum memberi tugas hukum yang lain, yaitu keadilan hukum serta hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam hukum tercapai apabila hukum tersebut sebanyak-banyaknya dalam undang-undang. Dalam undang-undang tersebut terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-undang berdasarkan suatu sistem yang logis dan praktis). Undang-undang dibuat berdasarkan rechtswerkelijkheid (keadaan hukum yang sungguh-sungguh) dan dalam undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang dapat ditafsirkan secara berlain-lainan.23

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma.24

23Afner Juwono, Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan Dalam Hukum, http://afnerjuwono.blogspot.com/2013/07/keadilan-kepastian-dan-kemanfaatan.html, Diakses Tanggal 23 April 2015.

24 Patuju La, Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian Hukum Serta Hubungan Diantara Ketiganya, http://lapatuju.blogspot.com/2013/03/keadilan-kemanfaatan-dan-kepastian.html, diakses tanggal 23 April 2015.

(17)

Aturan aturan yang ada dalam UUPT no 40 tahun 2007 dan Permenkumham Nomor 4 Tahun 2014 memberikan kepastian hukum pada Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) pada proses pengesahan perseroan menjadi badan hukum.

Hukum Perseoan Terbatas memerlukan adanya kepastian terhadap pengesahan akta pendirian perseroan oleh Menteri.Dalam kepastian hukum untuk kepentingan umum, masyarakat menginginkan kejelasan dari suatu peraturan perundang undangan sebagai payung hukum bagi kepentingan orang banyak. Dan di harapkan hak-hak dan kewajiban serta kepentingannya dapat terlindungi,sehingga tujuan hukum dapat terwujud.

Selain Teori Tanggung Jawab dan Teori Kepastian Hukum yang dipergunakan dalam membahas permasalahan yang dirumuskan , dalam penelitian ini juga menggunakan Teori manfaat.

Teori manfaat yang paling terkenal dikemukakan dari Jeremy Bentham dalam karyanya berjudul “An Introduction to the Principles of Morals and Legislation adalah karya klasik yang menjadi rujukan (locus classicus) tradisi utilitarian. Utilitarisme berasal dari kata latin utilis yang berarti “manfaat”. Diktum Bentham yang selalu dikenang, yakni bahwa mereka diharapkan mampu memaksimalkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Menurut Bentham: Alam telah menempatkan umat manusia di bawah kendali dua kekuasaan, rasa sakit dan rasa senang. Hanya keduanya yang menunjukkan apa yang seharusnya kita lakukan, dan menentukan apa yang akan kita lakukan. Standar benar dan salah di satu sisi, maupun rantai sebab akibat pada sisi lain, melekat erat pada dua kekuasaan itu. Keduanya menguasai kita

(18)

dalam sumua hal yang kita lakukan, dalam semua hal yang kita ucapkan, dalam semua hal yang kita pikirkan: setiap upaya yang kita lakukan agar kita tidak menyerah padanya hanya akan menguatkan dan meneguhkannya. Dalam kata-kata seorang manusia mungkin akan berpura-pura menolak kekuasaan mereka tapi pada kenyataannya ia akan tetap berada dibawah kekuasaan mereka. Asas manfaat (utilitas)mengakui ketidakmampuan ini dan menganggapnya sebagai landasan sistem tersebut, dengan tujuan merajut kebahagiaan melalui tangan nalar dan hukum. Sistem yang mencoba untuk mempertanyakannya hanya berurusan dengan kata-kata ketimbang maknanya, dengan dorongan sesaat ketimbang nalar, dengan kegelapan ketimbang terang.25

Asas manfaat melandasi segala kegiatan berdasarkan sejauh mana tindakan itu meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan kelompok itu atau dengan kata lain meningkatkan atau melawan kebahagiaan itu sendiri. Sehingga tujuan hukum untuk mencapai kesejahteraan akan tercapai.26

Teori utilitiarisme berpandangan bahwa kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan kesejahteraan bersama. Perbuatan yang baik diukur dari hasil yang bermanfaat, jika hasilnya tidak bermanfaat, maka tidak pantas disebut baik.27 Pengambilan keputusan berdasarkan etika dengan pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya yang dikenal dengan

25Ian Saphiro, Asas Moral dalam Politik,Jakarta, Yayasan Obor Indonesia yang bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Fredom Institusi, 2006, hal. 13.

26Ibid.,hal. 14

(19)

istilahthe greatest good for the greatest number. Semakin bermanfaat akan semakin banyak orang dan perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan adalah manfaat terbesar sehingga sering disebut dengan aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi pada hasil perbuatan.28

Teori utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai baik atau buruk. Baik buruknya kualitas moral suatu perbuatan bergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan oleh mereka sebagai pengemban amanah atau orang-orang yang dipercaya. Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar, artinya paling memajukan kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan masyarakat, maka perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya, jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian daripada manfaatnya, maka perbuatan itu dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan di sini menentukan seluruh kualitas moral.29

Utilitarisme ini tidak bisa dimengerti dengan cara egoistis. Sebab kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar atau perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Masalahnya adalah mengapa dalam pengambilan keputusan bisnis dari otoritas suatu lembaga misalkan otoritas pengawas perbankan merupakan tanggung jawab moral individu dari orang-orang yang dipercaya? Jika dijawab melalui teori utilitarisme, karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai keseluruhan (masyarakat) khususnya

28Erni R. Ernawan, Business Ethics,Etika Bisnis,Bandung, CV. Alfabeta, 2007, hal. 93. 29K. Bertens,Loc. cit.

(20)

nasabah atau konsumen bank. Jawaban ini dapat diterima untuk menciptakan suatu konsep yang sering disebut sebagai upaya pembangunan berkelanjutan (sustainable development).30

Alasan di gunakan Teori manfaat di dasari karena kemudahan proses Sistem Administrsi Badan Hukum (SABH) di banding sistem sebelumnya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada masyarakat pada umumnya dan khususnya yang bergerak di bidang usaha. Dengan adanya Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) memberikan kemudahan bagi Notaris dalam proses pengesahan badan hukum, sehingga dapat memperlancar kegiatan perekonomian di Indonesia.

2. Konsepsi

Konsepsi merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut.

Konsep diartikan sebagai penggambaran antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah yang akan diteliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah.

Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah : a. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila

seseorang yang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.31

b. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya).32 30Ibid.,hal. 66.

31Ras Eko Budi Santoso,Pengertian Peranan , http://www.ras-eko.com/2013/05/pengertian-peranan.html, Diakses Tanggal 23 April 2015.

(21)

c. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.

d. Kepastian adalah perihal (keadaan) pasti yang merupakan tujuan dari hukum; ketentuan; ketetapan. Kepastian dapat mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan dapat dilaksanakan.

Dikaitkan dengan hukum merupakan perangkat hukum suatu negara yg mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara33

e. Pengesahan adalah proses, cara, perbuatan mengesahkan; pengakuan berdasarkan hukum; peresmian.34

f. Badan Hukum (rechtpersoon) Menurut E. Utrecht, adalah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak, dan selanjutnya dijelaskan bahwa badan hukum itu adalah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau lebih tepat yang bukan manusia.35

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian.

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitis, bersifat analisis deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan

32Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi online/daring (dalam jaringan),

http://kbbi.web.id/tanggung%20jawab, Diakses Tanggal 23 April 2015.

33Kamus Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id/pasti, Diakses Tanggal 23 April 2015.

34 artikata.com, Definisi pengesahan, http://www.artikata.com/arti-376284-pengesahan.html,

Diakses Tanggal 23 April 2015. 35Chidir Ali,Op., Cit, hal. 18

(22)

berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.36

Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner yang mengacu kepada norma-norma hukum,37 maka penelitian ini menekankan kepada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat, sehingga ditemukan suatu asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang dibahas,38 yang dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini, yaitu mengenai Peranan dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Kepastian Proses Pengesahan Badan Hukum.

2. Sumber Data

Berdasarkan sifat penelitian tersebut diatas, maka data yang dikumpulkan berasal dari data sekunder. Data sekunder dimaksud antara lain meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier berupa Norma Dasar, perundang-undangan, hasil penelitian ilmiah, buku-buku dan lain sebagainya.39

36 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung, Alumni, 1994, hal. 101

37

Bambang Waluyo,Metode Penelitian Hukum,Semarang, PT. Ghalia Indonesia, 1996, hal. 13 38Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 13

39Amiruddin dan Zainal Asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 30

(23)

a. Bahan hukum primer.40

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini adalah Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 tahun 2014.

b. Bahan hukum sekunder.41

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan Peranan dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Kepastian Pengesahan Badan Hukum

c. Bahan hukum tertier.42

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh data yangrelevandengan permasalahan yang diteliti maka dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik studi pustaka, sedangkan alat pengumpulan data adalah studi dokumen, studi dokumen dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis literarur buku-buku, peraturan peraturan 40 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1990, hal. 53

41Ibid. 42Ibid.

(24)

perundang-undangan, website Ditjen AHU, wawancara lisan,tulisan ataupun menggunakan media telepon dengan Notaris yang berkaitan dengan penulisan tesis.

4. Analisa Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Adanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).43

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.44 Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.45

Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya ditarik hal-hal yang khusus, dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus,46 guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

43Burhan Bungin,Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi,Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003, hal.53

44Lexy J.Moleong,Metode Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 103 45Ibid.,hal. 3

46 Mukti Fajar, dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010, hal.109.

Referensi

Dokumen terkait

Bahkan keadaan penduduk yang paling miskin dikota barangkali jauh lebih baik daripada lapisan berpendapatan rendah dipedesaan (Manning, 2001). Memang sulit dirumuskan

Dengan membandingkan nilai t tersebut maka t hitung lebih besar dari pada t tabel artinya hipotesis kerja diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar

Teknik yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan data dalam penelitian yang berkaitan dengan program pembelajaran remedial bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar

Stabilitas sistem tenaga listrik adalah kemampuan suatu sistem selama beroperasi untuk mempertahankan keadaan normal setelah mengalami gangguan. Sistem tenaga merupakan

Dalam prakteknya, implementasi ISO 50001:2011 di perusahaan akan lebih efektif dengan mengintegrasikannya dengan sistem manajemen yang telah diterapkan diperusahaan.. Agar

Dalam kerangka pengembangan kajian PKn – termasuk akhlak kewargaan – pada lembaga pendidikan (berbasis) Islam, penulis berpandangan dan mengajak kepada komunitas

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menguasai materi bina diri untuk pengembangan diri Memberi contoh komunikasi non verbal pada anak. keilmuan yang mendukung

Kesimpulan : Spesies kandida yang paling banyak ditemukan pada penderita KVV di Puskemas Pancurbatu adalah Candida albicans.. Kata kunci : kandidiasis vulvovaginal,