• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang menjadi landasan teori dalam penelitian yang berjudul Penggunaan Media

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang menjadi landasan teori dalam penelitian yang berjudul Penggunaan Media"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

9

Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang konsep maupun teori-teori yang menjadi landasan teori dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Big Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Bahasa Inggris Kelas III SDN Kalirejo 03 Lawang”

2.1Pengertian Pembelajaran

Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya yaitu Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna menarik dan member informasi kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh guru dapat membantu siswa dalam menghadapi tujuan. Definisi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dari beberapa definisi pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

(2)

Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua unsur dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik, dan juga lingkungan belajar.

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Inggris

Pembelajaran Bahasa Inggris bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Bahasa Inggris secara resmi bisa diajarkan di sekolah dasar sejak tahun ajaran 1994 sebagai mata pelajaran muatan lokal. Walaupun dalam kenyataannya ada sekolah dasar yang sudah memprogramkan pelajaran Bahasa Inggris bagi siswanya sebelum tahun tersebut, terutama sekolah-sekolah swasta yang mampu menyediakan pengajaran dan bahan ajarnya (Suyanto, 2010: 1)

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris kematangan siswa di kelas tidak hanya ditentukan oleh usia atau jenjang kelas mereka saja, tetapi juga oleh banyak faktor lain, seperti lingkungan (perkotaan atau pedesaan), budaya setempat, minat, dan pengaruh orang tua. Yang perlu diingat sebagai salah satu tujuan penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar adalah menumbuhkan minat anak dalam belajar Bahasa Inggris. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut kita perlu memahami karakteristik anak sehingga bisa memilih metode dan bahan pembelajaran yang tepat bagi mereka (Suyanto, 2010: 15)

Jadi pembelajaran Bahasa Inggris adalah usaha sadar yang dilakukan guru untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar bahasa Inggris, serta pemahaman karakteristik siswa sehingga guru dapat memilih metode dan bahan pembelajaran yang tepat bagi siswa.

(3)

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006, yaitu tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKLSP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan. Untuk matapelajaran bahasa Inggris, ruang lingkup yang dipelajari yaitu sebagai berikut (Haryati, 2009:285) :

1. Mendengarkan

Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar

2. Berbicara

Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.

3. Membaca

Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.

4. Menulis

Menulis kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.

(4)

2.1.2 Materi Pembelajaran Bahasa Inggris

Materi pembelajaran adalah apa saja yang digunakan guru untuk diberikan kepada siswa agar dapat mencapai kompetensi atau kemampuan tertentu, seperti yang telah direncanakan sebelumnya (Suyanto, 2002: 23). Materi pembelajaran Bahasa Inggris SD yang akan dikembangkan tergantung pada tujuan kegiatan dan jenis keterampilan berbahasa yang akan diajarkan. Keempat keterampilan berbahasa (listening, speaking, reading,dan writting) dan tiga komponen bahasa (structure,vocabulary, dan pronounciation) menentukan bentuk materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.

Berikut ini adalah materi pembelajaran Bahasa Inggris kelas 3 yang dikembangkan melalui SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) berdasarkan Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006.

Tabel 2.1 SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) Bahasa Inggris

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) Mendengarkan

1. Kemampuan memahami wacana

lisan yang berbentuk dialog atau monolog pendek yang sederhana.

1.1 Memahami kata-kata dan kalimat

sederhana yang berhubungan dengan tema.

1.2 Menirukan kata-kata atau kalimat

sederhana sesuai dengan tema. Berbicara

2. Kemampuan menghafal dialog atau

monolog pendek dan sederhana

2.1 Menghafalkan dialog atau monolog

pendek.

2.2 Melakukan percakapan pendek

sederhana sesuai dengan tema. Membaca

3. Kemampuan memahami makna

tertulis yang berbentuk dialog atau monolog pendek dan sederhana.

3.1 Membaca teks sederhana dengan

lafal dan intonasi yang benar sesuai dengan tema.

Menulis

4. Kemampuan mengungkapkan

gagasan secara tertulis dengan ejaan yang benar pada tingkat kata, frasa, dan kalimat sederhana.

4.1 Membuat dan melengkapi kalimat

atau huruf sederhana dengan benar. (Sumber : Silabus Bahasa Inggris kelas 3 SDN Kalirejo 03 Lawang, 2016/2017)

(5)

Pelaksanaan penggunaan media Big Book dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebagai berikut:

A. Standar Kompetensi

3. Kemampuan memahami makna tertulis yang berbentuk dialog atau monolog pendek dan sederhana.

B. Kompetensi Dasar

3.1 Membaca teks sederhana dengan lafal dan intonasi yang benar sesuai dengan tema.

C. Indikator

1. Membaca teks pendek sangat sederhana dengan lafal dan intonasi yang benar.

2. Mengeja kosa kata dalam teks dengan benar.

3. Memahami kosa kata dalam teks sesuai dengan tema. D. Materi Pembelajaran

Number ( angka ) a. Kegiatan Awal (10’)

1) Guru memberikan salam dan do’a. 2) Guru mengecek daftar hadir siswa.

3) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi number (angka) sekaligus mengarahkan dan memfokuskan siswa pada materi.

(6)

b. Kegiatan Inti (55’):

1) Guru mengatur tempat duduk siswa sebelum kegiatan membaca menggunakan media Big Book dimulai, agar mereka lebih mudah mengikuti kalimat yang diucapkan oleh guru.

2) Pada saat membaca dengan media Big Book guru menggunakan sebuah alat penunjuk (stick) untuk menunujuk kalimat pada saat membaca.

3) Guru memperkenalkan gambar pelaku dalam cerita yang ada pada Big Book seperti menyebutkan nama pelaku.

4) Guru membuka halaman cerita satu persatu mulai halaman pertama, kemudian guru mengajarkan cara mengeja huruf dari kata perkata dan melafalkan kata, frasa, dan kalimat yang ada pada teks cerita Big Book. 5) Guru membacakan kata, frasa, dan kalimat yang ada pada teks media Big

Book dengan intonasi yang benar dan suara yang keras.

6) Siswa diminta secara bersama-sama membaca kata, frasa, dan kalimat yang ada pada teks media Big Book dengan intonasi yang benar.

7) Siswa diminta maju satu persatu untuk membaca nyaring menggunakan media Big Book dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang benar. 8) Guru memberikan penilaian membaca kepada siswa yang sudah maju. c. Kegiatan Akhir (5’)

1) Guru memberikan refleksi dan penguatan tentang pelaksanaan tes menggunakan media Big Book.

(7)

2.2Desain Media Big Book

Big Book atau buku besar adalah buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan, dan gambar yang besar. Ukuran Big Book beragam mulai dari ukuran A3, A4, A5 atau dengan ukuran yang lebih besar lagi. Ukuran Big Book harus mempertimbangkan segi keterbacaan seluruh peserta didik di kelas.

Big Book dapat dibuat sendiri oleh guru. Berikut adalah langkah-langkah membuat Big Book:

1. Siapkan kertas minimal berukuran A3 sebanyak 8-10 halaman atau 10-15 halaman, spidol warna, lem dan kertas HVS.

2. Tentukan topik cerita.

3. Kembangkan topik cerita menjadi cerita utuh dalam kalimat-kalimat singkat. 4. Tentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman.

5. Buatlah desain cerita dan gambar/ilustrasi. 6. Tuliskan kalimat singkat di atas kertas HVS.

7. Tempelkan setiap kalimat tersebut di halaman yang sesuai dengan gambar/ilustrasi.

8. Ide cerita Big Book dapat diambil dari kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari di kehidupan peserta didik. Ide yang lain juga bisa diambil dari informasi penting yang berisi pengetahuan, prosedur, atau jenis teks lainnya yang sesuai dengan tema di setiap kelas yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan.

(8)

2.3Hasil Belajar Membaca Bahasa Inggris

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 22). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses seseorang memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Bloom (1976) dalam Haryati (2009: 22) ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, termasuk didalamnya kemam[uan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak prilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

Hasil belajar membaca Bahasa Inggris diperoleh dari tes membaca yang diukur dari ranah kognitif dan ranah psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980) (dalam Haryati, 2009: 22) kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hirarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan kemampuan kognitif membaca menurut Nurgiyanto (2009: 226) adalah aktivitas kognitif untuk memahami bacaan secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Hasil belajar membaca Bahasa Inggris yang bersifat ranah kognitif dapat diukur melalui Performance Assessment yaitu tes membaca secara individu. Performance Assessment merupakan hasil belajar

(9)

bentuk non tes, siswa diharapkan dapat menunjukkan keterampilan berbahasanya dari sajian atau kinerjanya, misalnya membaca cerita, dan menceritakan kembali secara lisan teks yang telah dibacakan guru (Kasihani, 2010: 143). Guru dapat melakukan observasi, merekam, atau mencatat serta memberikan penilaian terhadap apa yang ditunjukkan siswa secara lisan. Pada kegiatan ini guru mencatat hasil membaca siswa melalui lembar observasi penilaian membaca yang meliputi pelafalan, intonasi, kelancaran, dan kecepatan.

2. Ranah Psikomotor

Menurut Ryan (1980) dalam Haryati (2009: 26) penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, pertama melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar-mengajar (praktek berlangsung). Kedua setelah proses belajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ketiga beberapa waktu setelah proses belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Menurut Nurgiyanto (2009: 227) penilaian membaca yang berkaitan dengan ranah psikomotor dilakukan dengan mengamati aktivitas membaca siswa. Hasil belajar membaca yang bersifat ranah psikomotor dinilai dengan menggunakan lembar observasi psikomotor yang mengamati tentang aktivitas membaca siswa selama kegiatan membaca menggunakan media big book dengan memberikan tanda ceklist pada aspek yang diamati.

(10)

2.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 2.4.1 Faktor Internal

1. Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, dalam keadaan sehat jasmani, semuanya akan membantu proses dan hasil belajar. Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Munadi, 2008: 24-25).

Disamping kondisi-kondisi di atas, merupakan hal yang penting juga memperhatikan kondisi pancaindera. Bahkan dikatakan oleh Aminun Rasyad dalam (Munadi, 2008: 26) pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate or knowledge). Artinya, kondisi pancaindera tersebut akan memberikan pengaruh proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimulasi dalam proses belajar.

2. Faktor Psikologis

Menurut Munadi (2008: 26) ada beberapa faktor psikologis yaitu: a. Intelgensi

C. P. Chaplin dalam (Munadi, 2008: 26) mengartikan intelgensi sebagai: (1) Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.

(11)

b. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertimggi, jiwa mata-mata tertuju kepada suatu obyek (Slameto dalam Munadi, 2008: 27). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa.

c. Minat dan bakat

Minat diartikan oleh Hilgrad dalam (Munadi, 2008: 27) sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan baru ini akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata melalui belajar dan berlatih.

d. Motif dan motivasi

Menurut Aminuddin Rasyad dalam (Munadi, 2008: 28) setiap manusia pada umumnya mempunyai dua motif atau dorongan, yaitu motif yang sudah ada di dalam diri yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic motive. Bila motif dalam diri ini baik dan berfungsi pada setiap siswa, maka tingkah laku belajarnya menampakkan diri dalam bentuk aktif dan kreatif.

Motif yang datang dari luar diri, disebut extrinsic motive. Atas dasar motif inilah dianjurkan kepada para guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.

e. Kognitif dan daya nalar

Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu

(12)

kesan yang timbul dalam lingkungannya. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang yang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau (Munadi, 2008: 30).

Berfikir oleh Jalaludin Rakhmat dalam (Munadi, 2008: 30-31) dibagi dua macam, yakni berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic). Yang pertama (berpikir autistik) mungkin lebih tepat disebut melamun, fantasi, menghayal, wishful thinking adalah contohnya. Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri.

2.4.2 Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan kepengatan udara. Lingkungan fisik baik yang berwujud manusia maupun hal-hal yang lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Munadi, 2008: 31-32).

2. Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya

(13)

tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana, fasilitas, dan guru (Munadi, 2008:32).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar membaca Bahasa Inggris yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor psikologis yang meliputi intelgensi, motivasi, dan perhatian. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor instrumental yang meliputi sarana, fasilitas dan guru. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar membaca yang baik diperlukan media pembelajaran yaitu media big book.

2.5Media Pembelajaran

Menurut Martin dan Briggs dalam (Wena, 2011: 9) media pembelajaran adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti computer, televise, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut. Sedangkan menurut Gene L. Wilkinson dalam (Muslich, 2009: 133) media adalah segala alat dan bahan selain buku teks, yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai perantara atau saluran, atau jembatan, dalam kegiatan komunikasi, antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar (Muslich, 2009: 133).

(14)

2.5.1 Fungsi Media Pembelajaran

Media merupakan alat bantu yang diperlukan untuk pembelajaran bahasa Inggris terutama untuk anak-anak. Menurut Gene L. Wilkinson dalam (Muslich, 2009: 133) media memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa

2. Memenuhi keperluan siswa pada kegiatan pembelajaran 3. Memudahkan pemahaman materi pembelajaran, dan 4. Menambah kegembiraan

Menurut Suyanto (2010: 101) beberapa fungsi dari yaitu:

1. Membantu menyederhanakan proses pembelajaran bahasa dan menyempurnakannya.

2. Mengurangi bahasa ibu atau bahasa pertama. 3. Membangkitkan motivasi atau minat belajar siswa.

4. Menjelaskan konsep baru agar siswa dapat memahami tanpa kesulitan dan salah pengertian.

5. Menyamakan persepsi, apalagi kalau konsep baru tersebut mempunyai arti lebih dari satu.

6. Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris. 7. Membuat proses belajar lebih menarik dan interaktif.

2.5.2 Macam-Macam Media Pembelajaran

Menurut Suyanto (2010: 102) Secara umum, media dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) visual media atau media pandang, (2) audio media atau media dengar, dan (3) audio visual media atau media dengar dan pandang.

(15)

Media pandang adalah media yang dapat dipandang atau dilihat dan dapat disentuh oleh siswa, misalnya gambar, foto, benda sesungguhnya, peta, miniature, dan realita.

Media pandang yang paling banyak digunakan guru antara lain adalah gambar, flash cards, dan benda nyata. Sedangkan media dengar (audio) untuk keterampilan menyimak adalah media yang wacana atau isinya direkam dan dapat didengarkan. Media dengar digunakan untuk menyimak dan memahami wacana lisan, misalnya radio dan cassette recorder.

Media dengar dan pandang yang sekaligus merupakan media yang dapat dilihat dan juga dapat didengarkan, misalnya TV dan film. Media ini banyak digunakan untuk menayangkan cerita, peristiwa, atau keadaan di tempat lain.

Menurut Suyanto (2010: 104-110) berikut beberapa media sederhana yang dapat dikembangkan atau digunakan oleh guru EYL untuk mengajar:

1. Circular Cards

Media ini untuk memperkenalkan kosa kata baru atau pola kalimat baru atau untuk mementapkan pemahaman tentang bahan yang sudah diajarkan. Selain itu, penggunaan kartu itu bisa mendorong siswa menggunakan bahasa Inggris dalam berdialog atau kegiatan interaktif berpasangan atau berbicara secara berkelompok.

Dalam satu set circular cards terdiri dari dua lembar kertas tebal berbentuk lingkaran dan memiliki dua buah “telinga” yang fungsinya sebagai pegangan. Lembar pertama dibagi menjadi 6 atau 8 bagian, yang setiap bagiannya bisa dimanfaatkan untuk menampilkan gambar dengan atau tanpa kata. Lembar kedua dipotong 1/6 atau 1/8 untuk melihat gambar.

(16)

2. Flip Cards

Media ini digunakan untuk menunjukkan benda singular dan plural, untuk memperkenalkan konsep a few dan a lot of, untuk memperkenalkan numbers, dan untuk menarik perhatian siswa dengan gambar yang menarik (pemantapan kosa kata dan warna).

Media sederhana ini terbuat dari kertas tebal yang bentuknya bisa persegi panjang dengan ukurannya yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Bila flip cards digunakan untuk kegiatan seluruh kelas, ukurannya sekitar 60 x 30 cm yang bila dilipat menjadi dua bagian menjadi 30 x 30 cm.

3. Flash Cards

Media ini biasanya digunakan untuk memperkenalkan kosa kata baru, dilafalkan, kemudian dilatihkan dengan melihat sepintas. Latihan untuk pengayaan kosa kata sangat dianjurkan dengan menggunakan flash cards agar siswa dapat menambah kosa kata dan mengingat dengan mudah karena sambil melihat gambarnya. Untuk menghindari salah persepsi gambar-gambar yang ada di flash cards, sebaiknya flash cards dicoba atau ditunjukkan dahulu kepada orang lain sebelum dipakai mengajar anak-anak.

Flash cards adalah kartu ukuran besar, biasanya menggunakan kertas yang agak tebal, kaku, dan ukuran A4. Flash cards memperlihatkan gambar atau tulisan kata-kata. Biasanya flash cards terdiri atas perangkat yang dikelompokkan menurut jenis atau kelasnya, Misalnya kelompok gambar makanan, buah-buahan, sayuran, alat rumah tangga, alat transportasi, dan pakaian.

(17)

4. Realia

Merupakan alat bantu yang tepat untuk anak-anak belajar mendeskrisikan suatu benda. Media ini merupakan media tiga dimensi yang dapat dibawa ke kelas untuk alat bantu mengajar. Realita dapat berupa cangkir, kotak, mainan, dan benda-benda dari plastic, misalnya buah-buahan, alat dapur, boneka, dan mobil mainan.

5. Big Books

Media ini digunakan untuk memperkenalkan tata bahasa dan kosa kata yang dapat dikemas dalam bentuk cerita. Pola-pola tertentu dalam cerita sebaiknya diulang-ulang agar siswa menjadi biasa mendengarnya.

Big books merupakan media yang disenangi anak-anak dan dapat dibuat sendiri oleh guru. Buku dengan ukuran besar ini biasanya untuk anak kelas rendah. Di dalamnya ditulis wacana sederhana, singkat dengan huruf besar, dan diberi atau ditempeli gambar-gambar berwarna. Siswa sambil membaca atau mendengarkan cerita mereka juga melihat gambar-gambar yang dibuat berwarna dengan ukuran cukup besar agar penggunaannya lebih komunikatif dan mudah dilihat oleh siswa.

2.6Media Big Book

Salah satu media yang bisa digunakan dalam proses belajar dan mengajar membaca permulaan di kelas adalah Big Book. Big Book adalah salah satu media dalam pembelajaran membaca dengan pendekatan shared reading atau membaca bersama. Holdaway adalah orang pertama yang menciptakan Big Book sebagai

(18)

cara guru untuk menjadikan Big Book sebagai model yang bisa dilihat oleh peserta didik.

Menurut Karges-Bone (2006), sebuah Big Book akan membuat pembelajaran bahasa lebih efektif jika memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Cerita singkat (10-15 halaman) 2. Pola kalimat jelas

3. Gambar memiliki makna

4. Jenis dan ukuran huruf jelas terbaca 5. Jalan cerita mudah dipahami

6. Terdapat humor dalam ceritanya

Big book memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai media pembelajaran. Kelebihan menggunakan media big book yaitu bisa digunakan sebagai media cerita untuk melancarkan membaca siswa dalam mengenal huruf, kata, dan kalimat. Big book berisikan gambar-gambar dan tema-tema yang disukai peserta didik sehingga peserta didik akan lebih tertarik untuk membaca. Disamping itu big book memiliki kelemahan yaitu dalam pembuatan media membutuhkan waktu yang cukup lama karena pembuatan media hanya dilakukan secara manual. Sebelum media dilakukan memerlukan persiapan dan perencanaan sebaik mungkin agar perhatian peserta didik terpusat pada media yang digunakan.

2.6.1 Pengertian Media Big Book

Big book atau buku besar merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk memperkenalkan tata bahasa dan kosakata yang dikemas dalam bentuk cerita (Suyanto, 2010: 104). Dalam penggunaan big book sebagai media

(19)

pembelajaran harus dibuat sesuai dengan tema-tema yang akan diajarkan pada siswa.

Big book merupakan buku berukuran besar mulai dari ukuran A3, A4, A5 atau dengan ukuran yang lebih besar lagi. Di dalamnya terdapat wacana sederhana dengan ukuran huruf besar dan terdapat gambar-gambar yang penuh dengan warna. Biasanya big book digunakan untuk siswa kelas rendah. Peserta didik sambil membaca atau mendengarkan cerita, juga dapat melihat gambar-gambar yang dibuat berwarna dengan ukuran cukup besar agar penggunaannya lebih komunikatif dan mudah dilihat oleh anak (Suyanto, 2010: 104).

2.6.2 Penggunaan Media Big Book Pada Pembelajaran Membaca

Untuk menarik partisipasi siswa dalam kegiatan membaca, dapat digunakan suatu media pembelajaran yaitu big book. Dalam kegiatan ini, guru bercerita dengan bantuan buku besar atau big book yang dipegang atau diletakkan di atas meja, kursi, atau sebuah alat penyangga khusus. Pada saat membaca, guru menggunakan sebuah alat penunujuk (stick) untuk menunujuk kalimat yang sedang dibaca. Guru membaca sebagian, diulangi lagi, dan bertanya pada siswa untuk mengetahui apakah paham atau dapat mengikuti alur cerita (Suyanto, 2010: 128).

Agar siswa dapat mengikuti kalimat yang dibaca oleh guru, maka terlebih dahulu tempat duduk siswa diatur dengan baik. Kemudian guru membacakan cerita dengan tidak terlalu cepat dan apabila perlu berhenti sebentar, baru dilanjutkan kembali. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang isi atau alur cerita (Suyanto, 2010: 128).

(20)

Menurut Suyanto (2010: 129) dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris untuk siswa sekolah dasar, kegiatan membacakan cerita merupakan kegiatan dimana siswa menyimak bahasa lisan dengan pelafalan dan intonasi yang jelas dan benar. Selain dibaca oleh guru, big book juga dapat dibaca oleh siswa bila mereka menginginkannya. Biasanya cerita dalam big book mengenai binatang dengan kegiatan sehari-harinya.

Kegiatan membaca cerita tidak memerlukan alat bantu seperti puppet sebab biasanya big book sendiri sudah penuh gambar dan merupakan alat bantu yang benar-benar tepat untuk kegiatan semacam ini. Selain tulisan dengan huruf besar, buku didominasi dengan gambar yang besar dan berwarna. Siswa dapat membaca bersama-sama atau per kelompok menirukan guru, bahkan bisa juga untuk kegiatan membaca individual sesuai dengan minat siswa (Suyanto, 2010: 129).

Menurut Suyanto (2010: 129) pada saat membaca teks, guru melafalkan dengan suara yang cukup keras agar seluruh siswa mendengar dengan baik. Selain itu, guru perlu menyesuaikan suaranya dengan suara tokoh cerita, terutama kalau ada dialog dalam cerita itu. Kalau perlu, nada suara guru berubah sesuai dengan situasinya agar cerita terdengar lebih hidup. Biasanya dalam kegiatan membaca ini guru duduk di tengah-tengah siswanya agar lebih akrab dengan mereka.

Menurut Suyanto (2010: 128-129) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media big book adalah sebagai berikut:

1. Guru mengatur tempat duduk siswa sehingga mereka dapat mengikuti kalimat yang diucapkan oleh guru. Tempat duduk dapat diatur secara melingkar atau dalam satu kelas dibagi menjadi dua baris.

(21)

2. Pada saat membaca cerita guru menggunakan alat penunjuk (stick) untuk menunjukkan kalimat yang sedang dibaca.

3. Guru memperkenalkan beberapa tokoh yang ada dalam cerita.

4. Guru membuka halaman cerita satu persatu, kemudian mengajarkan cara mengeja huruf dari kata perkata dan melafalkan kata, frasa, dan kalimat yang ada pada teks cerita big book.

5. Guru mengajarkan membaca teks cerita yang ada dalam big book dengan lafal dan intonasi yang benar.

6. Guru melafalkan dengan suara yang yang cukup keras agar seluruh siswa mendengar dengan baik.

7. Sebagai penutup, guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang isi atau alur cerita dalam big book.

Penggunaan Big Book dalam pembelajaran membaca memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Memberi pengalaman membaca. 2. Membantu siswa memahami buku.

3. Mengenalkan berbagai jenis bahan bacaan kepada siswa. 4. Memberi contoh bacaan yang baik.

5. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

(22)

2.7Membaca

Menurut Tarigan (1990: 25), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis.

Menurut Dalman (2013: 7) membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraph dan wacana saja, tetapi membaca juga merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang / tanda / tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan melihat kumpulan huruf yang membentuk suatu kata atau kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu pesan atau informasi dari yang telah dibaca.

2.7.1 Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Menurut Suyanto (2010: 25) dalam melaksanakan kegiatan membaca, siswa hendaknya paham tujuan dari kegiatan tersebut, apakah merekan membaca untuk mengerti inti dari bacaan itu atau mereka harus membaca untuk mendapatkan suatu informasi tertentu saja. Siswa tidak harus mengerti arti kata per kata, yang penting mereka bisa mengerti konteks dari suatu bacaan. Penting bagi seorang guru untuk memberikan rambu-rambu agar siswa mempunyai strategi dalam membaca suatu wacana.

(23)

Pengetahuan umum dan perbendaharaan kata yang telah dimiliki serta penggunaan gambar diharapkan dapat membantu anak dalam mengerti isi suatu bacaan. Pengetahuan awal ini merupakan dasar yang kemudian ditambah dengan pengalaman belajar, akhirnya dia akan mendapatkan pengetahuan baru.

Sebaiknya untuk kegiatan membaca dipilih topic yang berhubungan dengan minat anak, sesuatu yang ada hubungan dengan lingkungannya, sesuatu yang indah dan menarik serta berhubungan dengan topik yang dibahas saat itu. Tingkat kesulitan maupun panjang bacaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa. Menurut Suyanto (2010: 26) beberapa hal yang dapat membantu agar kegiatan membaca menjadi lebih menarik, antara lain:

1. Menggunakan gambar sebagai alat bantu. 2. Memberikan pertanyaan-pertanyaan.

3. Menunjukkan judul dan meminta siswa untuk menebaknya.

4. Kalimat-kalimat tidak terlalu panjang agar tidak membingungkan siswa. Kegiatan membaca dalam kelas EYL biasanya meliputi kegiatan:

1. Membaca suatu wacana pendek dengan suara keras atau dalam hati. 2. Memasang kata atau kalimat pada gambar yang cocok.

3. Menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibaca. 4. Melengkapi kalimat yang belum lengkap.

Jika dalam kegiatan listening dan speaking siswa mampu menginterpretasikan konteks tanpa harus mengerti kata per kata dengan bantuan ekspresi wajah, intonasi, maupun bahasa tubuh maka pada kegiatan reading gambar yang tepat dan kata kunci akan banyak membantu siswa dalam memahami wacana bahasa Inggris (Suyanto, 2010: 26).

(24)

2.7.2 Keterampilan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Pada tingkat awal, kegiatan membaca biasanya dimulai dengan pengenalan bunyi alfabet dengan lafal bahasa Inggris. Anak-anak Indonesia sejak awal sudah belajar menulis bahasa Indonesia dengan huruf latin. Hal itu menguntungkan siswa-siswa di Indonesia sama hurufnya dengan bahasa Inggris. Lain halnya dengan anak-anak sekolah dasar di Jepang, Korea, dan Thailand yang belajar menulis mulai dengan huruf asli yang berlaku di negaranya. Ketika mereka belajar bahasa Inggris mereka masih harus belajar menulis huruf latin dahulu (Suyanto, 2010: 64-65)

Menurut Suyanto (2010: 64), proses belajar membaca pada umumnya dapat melalui tahap-tahap berikut:

1. Membaca (melafalkan) alfabet dengan bahasa Inggris.

2. Membaca kata yang bisa juga dibarengi dengan melafalkan atau mengeja, seperti:

apple  a – p – p – l – e horse  h – o – r – s – e

3. Membaca frasa diteruskan ke kalimat pendek: apple  an apple  It’s an apple

I have an apple

4. Membaca kalimat yang bermakna atau berisi pesan, baik berupa kalimat tanya (question) maupun kalimat pernyataan (statement).

5. Membaca wacana, tulisan pendek, atau bahan-bahan lain, seperti dialog, puisi, dan surat.

(25)

Keterampilan membaca diajarkan dari kata, frasa, kemudian, wacana dengan kosakat yang mudah ke kosakata yang lebih sulit, dari wacan yang pendek ke yang lebih panjang dengan tata bahasa yang lebih banyak ragamnya. Tingkat kesulitan dan panjangnya bahan bacaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan bahasa anak dan tingkat kelasnya.

2.8 Kerangka Pikir

Menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2008) Kerangka Berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

(26)

Kondisi Awal

Kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris SDN Kalirejo 03 Lawang tidak kondusif, siswa kurang memperhatikan guru, kemampuan siswa dalam membaca Bahasa Inggris masih kurang, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat.

Permasalahan

Dalam memahami isi bacaan Bahasa Inggris, siswa kelas III SDN Kalirejo 03 Lawang masih kurang. Sehingga hasil belajar membaca dalam Bahasa Inggris masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah SDN Kalirejo 03 Lawang.

Solusi

Menerapkan media Big Book dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan hasil belajar membaca Bahasa Inggris siswa kelas III SDN Kalirejo 03 Lawang. Karena Big Book memiliki alur cerita yang mudah ditebak, terdapat gambar-gambar yang menarik, dan penuh warna.

Tujuan

Untuk meningkatkan hasil belajar membaca siswa kelas III SDN Kalirejo 03 Lawang digunakan media Big Book agar siswa lebih memahami isi bacaan. Dan gambar-gambar yang penuh warna dapat menarik anak untuk membaca.

Hasil

Meningkatnya hasil belajar membaca Bahasa Inggris siswa kelas III SDN Kalirejo 03 Lawang dengan menerapkan media Big Book.

Kondisi Ideal

Pembelajaran Bahasa Inggris berlangsung secara kondusif, guru menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tema. Siswa memperhatikan penjelasan guru sehingga terjadi peningkatan dalam hasil belajar.

Gambar

Tabel 2.1 SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) Bahasa Inggris

Referensi

Dokumen terkait

Suprijono (2009: 111) mengungkapkan bahwa hakikatnya metode pembelajaran aktif untuk mengarahkan potensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Pembelajaran aktif

REKAPITULASI NILAI AKHIR SEMESTER SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DEWANTARA.. NO N I M NAMA MAHSISWA ABSENSI TM UAS UTS

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Satuan Kerja Kegiatan Pekerjaan Sub Pekerjaan Lokasi HARGA JUMLAH SATUAN HARGA ( Rp ) ( Rp ) I..

Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu pemeriksaan (editing), (coding), dan tabulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel frekuensi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

Intervensi (perencanaan) keperawatan adalah bagian dari tahap proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, penetapan rencana tindakan

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi data dan trianggulasi metode, dengan model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi model Context, Input, Process, Product