- 1 -
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017
TENTANG
PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan terhadap media pembawa dan/atau hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan pedoman pemeriksaan dengan Keputusan Kepala Badan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media Pembawa dan/atau Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Wilayah Negara Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073);
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 Tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726; 6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
7. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2006 tentang Tindakan Karantina Dalam Hal Transit;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup sebagai Barang Bawaan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari Luar Negeri dan dari Suatu Area ke Area Lain di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
- 3 -
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
14. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 74/PERMEN-KP/2016 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2157);
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220); 16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan;
17. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa, dan Sebarannya;
18. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/KEPMEN-KP/2016 tentang Status Area Tidak Bebas Penyakit Ikan Karantina Di Wilayah Negara Republik Indonesia;
19. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 64/KEPMEN-KP/2016 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
- 4 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
KESATU : Menetapkan Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media Pembawa dan/atau Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan kepala Badan ini.
KEDUA : Pedoman Pemeriksaan sebagaimana dimaksud diktum KESATU bertujuan untuk menyamakan pemahaman dan persepsi serta menjadi acuan bagi petugas karantina di seluruh Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan.
KETIGA : Kegiatan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sebagai dasar pelayanan sertifikasi karantina ikan, mutu dan hasil perikanan dalam rangka pengendalian masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina, maupun masuknya hasil perikanan yang tidak memenuhi standar mutu ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
KEEMPAT : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 2017
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
ttd.
RINA Lembar Pengesahan
No. Nama Pejabat Paraf 1 Sekretaris BKIPM
2 Kepala Pusat Standarisasi Sistem dan Kepatuhan
3 Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama dan Humas
PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan era globalisasi dengan sistem perdagangan bebas, maupun perkembangan teknologi informasi dan transportasi, akan berdampak terhadap meningkatnya arus lalulintas barang termasuk komoditi perikanan baik antar negara maupun antar area di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Salah satu tugas dan fungsi Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan adalah melaksanakan tugas pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) serta pengendalian mutu hasil perikanan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, antar area dan yang keluar dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Sebagai ujung tombak dan benteng terdepan dalam menyelamatkan sumber daya alami hayati Indonesia, maka Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan (BKIPM) perlu bertindak secara hati-hati dalam pelaksanaan pengamanan sumberdaya hayati dengan memperhitungkan setiap resiko yang dapat terjadi dalam pelaksanaan ekspor-impor dan lalu lintas antar area media pembawa dan hasil perikanan agar keamanan sumber daya hayati negara ini senantiasa terjaga.
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017 TENTANG
PEDOMAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LABORATORIUM TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Peluang terjadinya penyebaran hama dan penyakit ikan karantina maupun kemungkinan pengeluaran jenis-jenis media pembawa yang dilarang/dibatasi/dilindungi serta hasil perikanan yang tidak memenuhi standar mutu tanpa melalui prosedur yang ditetapkan sangat besar, sehingga tindakan karantina sebagai langkah awal pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit ikan karantina serta pengendalian mutu hasil perikanan mutlak diperlukan.
Dalam melaksanakan tindakan karantina tersebut, tantangan terbesar bagi petugas karantina adalah bagaimana menerapkan tindakan karantina secara cepat, tepat dan efisien, sehingga di satu sisi hama dan penyakit ikan berbahaya tidak dapat masuk, dan di lain pihak arus kelancaran keluar masuknya barang di tempat pemasukan dan pengeluaran tidak terhambat.
Untuk menghindari terhambatnya arus lalulintas barang (dwelling time), yang disebabkan karena lamanya pelaksanaan tindakan karantina maka perlu suatu manajemen tindakan karantina secara baik, sehingga perlu menentukan tindakan karantina yang cepat, tepat dan efisien sesuai dengan tingkat risiko media pembawanya/produk hasil perikanan. Dalam memberikan jaminan mutu dan keamanaan hasil perikanan terhadap produk perikanan yang masuk kewilayah Negara Republik Indonesia maka diperlukan pengujian secara laboratoris sesuai persyaratan pengujian terhadap media pembawa dan atau produk hasil perikanan tersebut. Sebagai acuan pelaksanaan maka diperlukan suatu standar pelaksanaan perkarantinaan dan pengendalian mutu terhadap media pembawa dan atau produk hasil perikanan yang masuk ke wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai antisipasi hal tersebut diatas, dalam upaya pencegahan HPIK dan/atau HPI tertentu, dan untuk memenuhi jaminan mutu dan keamanan terhadap hasil perikanan yang dilalulintaskan, BKIPM menyusun Pedoman Pemeriksaan Media Pembawa dan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah Republik Indonesia.
1.2. Maksud dan Tujuan
Pedoman ini disusun untuk menyamakan pemahaman dan persepsi dan dijadikan acuan bagi petugas karantina di seluruh UPT KIPM dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sebagai dasar pelayanan sertifikasi karantina ikan, mutu dan hasil perikanan dalam rangka pengendalian masuk dan tersebarnya HPIK, maupun masuknya hasil perikanan yang tidak memenuhi standar mutu ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Pemeriksaan Media Pembawa dan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, mencakup pemeriksaan dokumen, kategorisasi risiko berdasarkan media pembawa/hasil perikanan, serta pengujian laboratorium terhadap media pembawa/hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
1.4. Definisi
a. Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang telah ditetapkan baik yang belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. b. Hama dan penyakit ikan tertentu yang selanjutnya disebut
HPI Tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Negara Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat, tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK.
c. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya.
d. Hasil Perikanan adalah ikan yang ditangani, diolah dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar, ikan beku, dan olahan lainnya.
e. Tindakan Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Tindakan Karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
f. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, yang selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina.
g. Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen persyaratan serta untuk mendeteksi Hama dan Penyakit Ikan Karantina dan/atau Hama Penyakit Ikan serta mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
h. Importir adalah orang perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang melakukan kegiatan impor.
i. Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI, adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktifitas pengolahan Ikan.
j. Sertifikat Kesehatan Ikan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh pejabat/otoritas yang berwenang di negara asal yang menyatakan bahwa Hasil Perikanan tidak tertular dari hama dan penyakit Ikan karantina dan/atau hama dan penyakit Ikan yang disyaratkan serta aman untuk konsumsi manusia.
k. Sertifikat Kesehatan Produk Pengolahan Ikan adalah sertifikat yang ditandatangani oleh pejabat/otoritas yang berwenang di negara asal yang menyatakan bahwa Ikan dan
Hasil Perikanan telah memenuhi persyaratan mutu dan keamanan untuk konsumsi manusia.
l. Sertifikat Pelepasan adalah dokumen yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya tidak tertular hama dan penyakit Ikan karantina dan memenuhi jaminan mutu dan keamanan Hasil perikanan sehingga dapat dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
m. Kategorisasi adalah penyusunan, klasifikasi, penggolongan atau pengelompokan media pembawa berdasarkan tingkat risiko atau peluang membawa HPIK.
n. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan adalah dokumen resmi yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya, disetujui dikeluarkan dari tempat pemasukan atau kawasan pabean untuk pelaksanaan tindakan karantina Ikan atau dilalulintas bebaskan.
o. Analisis Risiko Importasi Ikan adalah penilaian terhadap potensi masuk dan tersebarnya hama dan penyakit Ikan berbahaya, risiko bahaya bagi kelestarian sumber daya Ikan dan lingkungan, kesehatan manusia, dan kelangsungan usaha perikanan yang mungkin ditimbulkan dari importasi Ikan.
p. Office International des Epizooties, yang selanjutnya disingkat OIE, adalah Badan Kesehatan Hewan Dunia.
q. Laboratorium adalah Laboratorium penguji yang telah terakreditasi sesuai dengan ruang lingkup pengujian yang dipersyaratkan.
r. Pengambilan Contoh adalah proses pemilihan dan pengambilan kemasan atau unit contoh dari suatu lot produk.
s. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina, pengendalian mutu, dan keamanan Hasil Perikanan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1.5. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4197);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181);
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Suatu Area ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan Media
Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang Bawaan ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
i. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.10/MEN/2012 tentang Kewajiban Tambahan Karantina Ikan;
j. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 74/PERMEN-KP/2016 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
k. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
l. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34/PERMEN-KP/2017 tentang Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan Obat Ikan Jenis Sediaan Biologik Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
m. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan;
n. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 80/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan;
o. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 64/KEPMEN-KP/2016 tentang Penetapan Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
p. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/KEPMEN-KP/2016 tentang Status Area Tidak Bebas Penyakit Ikan Karantina Di Wilayah Negara Republik Indonesia;
q. Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor 31/KEP-DJP2HP/2015 tentang perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor 125/KEP-DJP2HP/2014 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hasil
Perikanan yang dapat dimasukkan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
BAB II
PERSYARATAN DAN PENGGOLONGAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM
WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
2.1. Persyaratan Dokumen
Persyaratan dokumen yang harus dipenuhi terhadap media pembawa/hasil perikanan yang masuk kedalam wilayah Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sebagai berikut:
a. Ikan Hidup/Hasil Perikanan:
1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor;
2) Sertifikat Kesehatan/Health Certificate yang diterbitkan oleh pejabat berwenang di Negara asal dan/atau Negara transit;
3) Sertifikat asal/Certificate of origin yang diterbitkan oleh pejabat berwenang di Negara asal;
4) Surat Izin Pemasukan (Impor) Ikan Hias/Ikan hidup/ konsumsi/Udang/Induk Udang/Induk Ikan ke dalam wilayah Republik Indonesia dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;
5) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum tersedia);
6) Dokumen CITES untuk jenis-jenis media pembawa yang dilindungi atau diatur peredarannya berdasarkan ketentuan CITES; dan
7) Dokumen lain lain yang dibenarkan sebagai kewajiban tambahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Hasil Perikanan:
2) Surat izin pemasukan hasil perikanan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dari Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan; 3) Sertifikat Kesehatan Ikan/Health Certificate di bidang
karantina dan/atau di bidang mutu dari instansi yang berwenang/otoritas kompeten di Negara asal;
4) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin dari instansi yang berwenang di Negara asal;
5) Persyaratan label untuk hasil perikanan dalam bentuk kemasan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; 6) Dokumen (Invoice dan packing list) dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris;
7) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum tersedia);
8) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI)/Catch Certificate untuk hasil perikanan yang akan di ekspor kembali ke eropa; dan
9) Persyaratan lain yang dibenarkan sebagai kewajiban tambahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
c. Benda Lain:
1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor;
2) Sertifikat Analisis/Certificate of Analysis dari instansi yang berwenang di Negara asal;
3) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin dari instansi yang berwenang di Negara asal;
4) Persyaratan label untuk hasil perikanan dalam bentuk kemasan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; 5) Dokumen (Invoice dan packing list) dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris;
6) Surat Keterangan Teknis (SKT) dari Direktorat Jenderal Budidaya untuk Media Pembawa berupa bahan baku
pakan ikan/udang (fish meal, fish oil, dll), makanan ikan/udang, dan obat ikan;
7) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum tersedia); dan
8) Persyaratan lain yang dibenarkan sebagai kewajiban tambahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.2. Penggolongan Jenis Penyakit
2.2.1.Penyakit Ikan Karantina
Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMEN-KP/2015 tentang Jenis-jenis HPIK, Media pembawa dan daerah sebarannya, terdapat 37 jenis HPIK. Jenis HPIK yang sudah terdapat di Indonesia berjumlah 12 jenis, sedangkan HPIK eksotik terdapat 24 jenis yang, dan inang utamanya yang terdiri dari HPIK Golongan Virus, Bakteri, Jamur dan Parasit. Jenis HPIK yang sudah terdapat di Indonesia tersebut adalah ;
1) HPIK golongan parasit Perkinsus olseni.
2) HPIK golongan bakteri Aeromonas salmonicida, Edwarsiella ictaluri, Pseudomonas anguilliseptica.
3) HPIK golongan jamur Ichthyophonus hofferi,
4) HPIK golongan virus Infectious hypodermal and hematopoeietic necrosis (IHHNV), Red sea bream Iridoviral Disese (RSBIVD), Viral nervous necrosis (VNN), Koi herpes virus (KHV), Yellow Head Virus (YHV), Taura Syndrome Virus(TSV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Infectious Myonecrosis Virus (IMNV).
2.2.2.Penyakit Ikan Karantina Eksotik
Penyakit ikan karantina eksotik adalah jenis-jenis penyakit ikan karantina yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMEN-KP/2015, tetapi tidak terdapat di Indonesia berdasarkan
58/KEPMEN-KP/2016. Penyakit ikan karantina eksotik terdiri dari 24 (dua puluh empat) jenis berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMEN-KP/2015, yaitu:
1. Channel Catfish Virus Disease (CCVD); 2. Spring viraemia of carp (SVC);
3. Infectiouspancreatic necrosis(IPN);
4. Infectious haematopoeitic necrosis (IHN); 5. Grouper Iridovirus Disease (GIVD);
6. White tail disease (WTD);
7. Monodon Slow Growth Syndrome (MSGS) atau Laem Singh Virus (LSNV) retinopathy;
8. Epizootic Haematopoietic Necrosis (EHN); 9. Viral Haematopoietic Septicaemia (VHSD); 10. Abalone Viral Gangliometris (AVG);
11. Infection with Ostreid Herpesvirus-1;
12. Early Mortality Syndrome (EMS)/Acute Hepatopancreatic Necrosis Syndrome (AHPNS);
13. Infection with Xenohaliotis californiensis;
14. Nocardia crassostreae (Nocardiosis/gill tubercolosis); 15. Nocardia asteroides (Nocardiosis/gill tubercolosis); 16. Infection with Bonamia exitiosa;
17. Infection with Bonamia ostreae; 18. Infection with Martelia refringens; 19. Infection with Perkinsus marinus; 20. Infection with Gyrodactylus salaris;
21. Ichtyophonus hoferi (Sand Paper disease);
22. Infection with Batrachhochytrium dendrobatidis;
23. Aphanomyces invadans (Epizootic Ulcerative Syndrome); 24. Aphanomyces astaci (Aphanomycosis/crayfish plaque).
2.3. Penggolongan Parameter Pengujian Mutu Hasil Perikanan
2.3.1. Pengujian Organoleptik/Sensori
a) Sensory Test; b) Filth;
c) Suhu Pusat Ikan; d) Bobot Tuntas; e) Visible parasit
2.3.2. Pengujian Fisik
a) Fisik Produk Kaleng
2.3.3. Pengujian Mikrobiologi a) Enterococci sp.;
b) Clostridium sp.;
c) Total Plate Count (TPC) Aerob; d) Total Plate Count (TPC) Anaerob; e) Coliform; f) Escherichia coli; g) Salmonella sp.; h) Shigella; i) Staphylococcus aureus; j) Vibrio Cholera; k) Vibrio parahemolyticus; l) Listeria Monocytogenes;
m) Deteksi penghitungan enterocooci intestinal; n) Kualitas Deteksi dan Penghitungan Bakteri an
aerob pereduksi sulfite pembentuk spora (clostridia). 2.3.4. Pengujian Kimia a) Protein; b) Lemak; c) Kadar Air; d) Abu Total; e) Kadar Garam; f) Histamin; g) Mercury (Hg); h) Cadmium (Cd); i) Plumbum (Pb); j) TVB/TMA;
k) Abu yang tidak larut dalam asam; l) Tetracycline;
m)AOZ Furazolidone; n) AMOZ (Furaltadone);
o) SEM (Semicarbazide); p) AHD (Aminohydantoin); q) Chloramphenicol; r) Malachite Green; s) Chloramphenicol; t) Fluoroquinolone; u) Sulfadiazine.
BAB III
KATEGORISASI MEDIA PEMBAWA/PRODUK HASIL PERIKANAN YANG DI IMPOR
3.1. Kategorisasi Resiko Media Pembawa/Hasil Perikanan
Kategorisasi Resiko Media Pembawa/Hasil Perikanan dilakukan dilakukan melalui pertimbangan ilmiah untuk menentukan status media pembawa dan hasil perikanan yang masuk kedalam wilayah negara Republik Indonesia. Kategorisasi tingkat risiko media pembawa/hasil perikanan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu risiko tinggi (high risk) dan risiko rendah (low risk). Kategorisasi risiko berdasarkan jenis media pembawa dapat dilihat pada tabel 1.
3.1.1.Media Pembawa Tingkat Risiko Tinggi
Ikan dengan tingkat risiko tinggi (high risk) adalah ikan yang berpotensi membawa dan menyebarkan HPIK dan/atau HPI berbahaya, yaitu:
a. merupakan inang definitif, inang carrier, inang antara, atau mampu sebagai pembawa (pathway) HPIK dan/atau HPI berbahaya (susceptible species).
b. berupa ikan susceptible species terhadap HPIK dan/atau HPI berbahaya, dalam keadaan hidup, mati atau bagian-bagiannya, dan berasal dari negara endemis, negara yang sedang terjadi wabah, negara yang tidak/belum memiliki status bebas dari penyakit ikan sesuai daftar penyakit OIE dan/atau Keputusan Menteri yang menetapkan jenis-jenis HPIK, golongan, media pembawa dan sebarannya.
Alur sertifikasi kesehatan ikan dan hasil perikanan impor dengan risiko tinggi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1. Kategorisasi Risiko Berdasarkan Jenis Media Pembawa Jenis Media Pembawa Negara Endemis Negara Sedang Terjadi Wabah Negara Tidak Ada Status Kesehatan dari OIE atau KEPMEN Negara Dengan Status Bebas dari OIE atau
KEPMEN Ikan susceptible
species hidup Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Ikan susceptible
species mati Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Ikan non susceptible
species hidup Rendah Rendah Rendah Rendah
Ikan non susceptible
species mati Rendah Rendah Rendah Rendah
3.1.2. Media Pembawa Tingkat Risiko Rendah
Media pembawa yang termasuk dalam kelompok risiko rendah adalah sebagai berikut:
a. Media pembawa berupa ikan (Pisces, Crustacea, Coelenterata, Amphibia, Mamalia, Reptilia,Mollusca, Echinodermata, Algae) dalam keadaan sudah diolah dan masih memungkinkan memiliki potensi membawa mikroorganisme patogen.
b. Media pembawa benda lain berupa bahan pembuat pakan ikan yang proses pembuatannya masih memungkinkan memiliki potensi membawa mikro organisme patogen.
Penilaian risiko media pembawa yang berdasarkan pada asal negara media pembawa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Penilaian Tingkat Risiko Berdasarkan Jenis dan Bentuk Media Pembawa
Jenis Media Pembawa Negara endemis Negara tidak endemis
Negara tidak tercantum
Susceptible species hidup Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Non susceptible species hidup Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Susceptible species mati Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Non susceptible species mati Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Susceptible species olahan (pengeringan)
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Non susceptible species olahan (pengeringan)
Jenis Media Pembawa Negara endemis Negara tidak endemis
Negara tidak tercantum
Susceptible species olahan (perebusan)
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Non susceptible species olahan
(perbusan) Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Benda lain berupa makanan ikan atau bahan makanan ikan dalam bentuk hidup
Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Benda lain berupa bahan patogenik atau bahan biologic
Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Benda lain berupa tepung ikan atau bahan pembuat makanan ikan
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Bagian tubuh ikan susceptible species dalam bentuk segar, basah atau beku
Risiko tinggi Risiko Rendah Risiko tinggi
Bagian tubuh ikan non susceptible species dalam bentuk segar, basah atau beku
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Bagian tubuh ikan susceptible species atau non susceptible species dalam bentuk kering
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Alur sertifikasi kesehatan ikan dan hasil perikanan
impor dengan risiko rendah dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.2. Kategorisasi Jenis Media Pembawa dan Hasil Perikanan
Penentuan katagorisasi produk hasil perikanan dibagi menjadi 2, yaitu kategorisasi risiko tinggi dan kategorisasi risiko rendah, yang berdasarkan pada potensi dan kemungkinan terjadinya bahaya, dikelompokkan sesuai produk yang dilalulintaskan, Kategorisasi jenis media pembawa dan hasil perikanan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Kategorisasi Tingkat Risiko Media Pembawa
No. Golongan MP Bentuk Media Pembawa
Kategori Tingkat
Risiko Keterangan
Tinggi Rendah
1 2 3 4 6 7
1. Ikan Hidup Seluruh Ikan Hidup √ Termasuk didalamnya cista (artemia)
No. Golongan MP Bentuk Media Pembawa Kategori Tingkat Risiko Keterangan Tinggi Rendah 1 2 3 4 6 7 3. Olahan Ikan
Seluruh ikan yang diolah (raw
material)
√
Proses pengolahan tidak mematikan mikroorganisme
patogen / diolah dengan cara di fillet, cincang,
giling, pengeringan, penggaraman, tanpa proses
pemanasan. Contoh: Fillet ikan, loin,
sako, ikan asin, dll.
Seluruh ikan yang diolah (setengah
matang)
√
Proses pengolahannya masih dapat membawa mikroorganisme patogen /
diolah dengan cara pemanasan (pengasapan,
fermentasi namun tidak mematikan mikroorganisme
patogen. Contoh : ikan asap
Seluruh ikan yang telah diolah
(matang)
√
Proses pengolahannya masih memungkinkan memiliki potensi membawa mikroorganisme patogen /
diolah dengan cara pemanasan (Pengalengan,
Pemindangan) sampai mematikan mikroorganisme
patogen. Contoh: ikan kaleng (canned, nugget, bakso)
4. Benda
Lain
Bahan patogenik, biologik dan sarana
pengendali hayati yang teregistrasi
√
Bahan patogenik, biologik dan sarana pengendali
hayati dalam bentuk kemasan pabrikan. Contoh: Vaksin, probiotik,
dll. Bahan patogenik,
biologik, Vektor dan sarana pengendali hayati yang belum
teregistrasi
√
Bahan patogenik, biologik dan sarana pengendali hayati dalam bentuk bukan
kemasan pabrikan. Contoh: isolat, dll. Pakan Ikan Buatan √ dalam kemasan pabrikan Pellet, freepack, powder
Pakan Ikan Alami √
Spirulina, Rotifera, blood worm, Brachionus,
Chlorella.
Seluruh bahan
pembuat pakan ikan √ √
1. Kategori Tinggi: Crude oil, tepung ikan, waste, fasta
2. Kategori Rendah: Minyak ikan semi refine dan
refine. 5. Bentuk Lain
Seluruh bentuk lain diluar ikan dan benda lain, yang berasal dari
bagian tubuh ikan
3.3. Kategorisasi Jenis Bahan Baku Yang Diperbolehkan Masuk ke Dalam Wilayah Negara
3.3.1.Bahan Baku Untuk Industri Pengalengan
Jenis bahan baku pengalengan untuk industri pengelengan sebagaimana terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bahan baku untuk industri pengalengan
No. Nama Jenis Hasil Perikanan
Kode HS Bentuk
1. Sarden (Sardinella spp) 0303.53.00.00 Beku/Frozen
2. Ikan mackerel jack dan
mackerel kuda (Trachurus spp)
0303.55.00.00 Beku/Frozen
3. Atlantik Mackerel (Scomber Scombrus)
0303.54.00.10 Beku/Frozen
4. Pasific Mackerel (Scomber japonicus)
0303.54.00.20 Beku/Frozen
3.3.2.Bahan Baku Unit Pengolahan Ikan Untuk di Ekspor Kembali dan Tidak Diperdagangkan Di Wilayah Indonesia.
Semua jenis hasil perikanan untuk bahan baku industri pengolahan hasil perikanan diperbolehkan masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali jenis hasil perikanan yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan.
3.3.3.Bahan Baku Pengolahan Tradisional Berupa Pemindangan
Jenis bahan baku pengolahan pemindangan secara tradisional, sebagaimana terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bahan baku Pengolahan Tradisional Berupa Pemindangan
No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk
1. Salem (Scomber japonicus) 0303.54.00.20 Beku/Frozen
2. Kuring (Rastrelliger kanagurta)
No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk
3. Aso-aso (Rastrelliger brachysoma)
0303.54.15.10 Beku/Frozen
4. Pasific Mackerel (Scomber japonicus)
0303.54.00.20 Beku/Frozen
3.3.4.Bahan Baku Fortifikasi/Pengkayaan Makanan Tertentu
Jenis bahan baku sebagai fortifikasi atau bahan pengkaya makanan dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 6.
Tabel 6. Bahan baku Fortifikasi/Pengkayaan Makanan tertentu
No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk Keterangan
1. Minyak Ikan /Fish oil 1504.20.10.00
1504.20.90.00
Mutu
pangan/food grade
-2. Konsentrat Protein Ikan /Fish
protein consentrat 0305.59.20.000305.59.90.00 Mutu pangan/food grade
-3. Karaginan rafinasi /Kappa, Lota dan lamda
1302.39.10.10 Bubuk/in
powder form
-4. Alginate dan turunannya 1302.39.90.00 Bubuk/in
powder form/cair
-5. Tepung dari udang 0306.29.30.00 -
-6. Tepung dari invertebrata air selain crustacea
0307.99.90.00 -
-7. Jenis bahan fortifikasi berbahan baku yang tidak diproduksi di Indonesia*) - - Dilengkapi dengan foto,nama dagang, nama ilmiah, dan kode HS
3.3.5.Konsumsi Hotel, Restoran, Katering dan Pasar Modern
Jenis hasil perikanan untuk tujuan konsumsi hotel, restaurant, katering dan pasar modern, dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bahan baku Konsumsi Hotel, Restoran, Katering dan Pasar Modern
No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk Keterangan
1. Trout (Salmo trutta,
Oncorhynchus spp) 0302.11.00.000303.14.00.00
Segar/Fresh Beku/Frozen
Segar utuh Beku utuh 2. Pasifik Salmon (Oncorhynchus
spp) 0302.13.00.000302.12.00.00
Segar/Fresh Beku/Frozen
Segar utuh Beku utuh 3. Atlantik salmon (Salmo solar) 0302.14.00.10
0303.13.00.10 Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh 4. Halibut (Reinhardtius spp) 0302.21.00.00 0303.31.00.00 Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh 5. Ikan Cod (Anoplopoma
fimbria/Gadus spp) 0302.51.00.00 0303.63.00.00 Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh
6. Lobster (Homarus spp) 0306.12.00.00 Beku/Frozen Beku utuh
7. Udang Galah/Giant Fresh
Water Shrimp (Macrobrachium rosenbergii)
0306.17.30.00 Beku/Frozen Beku utuh
8. Nori/Kelp/Roasted laver 1212.21.10.00 Dried/lembar
an /Potongan -9. Surumeika/Squid/Cumi-cumi (Loligo spp, natotodarus spp, Todarodes pacificus) 0307.41.20.00 0307.49.10.00 Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh 10. Ikan jenis lain yang tidak
terdapat di Perairan Indonesia
- - Dilengkapi dengan foto,nama dagang, nama ilmiah, dan kode HS 3.3.6.Keperluan Umpan
Jenis hasil perikanan untuk keperluan umpan, sebagaimana pada Tabel 8.
Tabel 8. Bahan baku untuk keperluan umpan
No. Nama Jenis Hasil
Perikanan Kode HS Bentuk
1. Sardinella (Sardinella spp) 0303.53.00.00 Beku/Frozen 2. Cumi karet/Illex Squid (Illex
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LABORATORIUM
Pemeriksaan dan pengujian laboratorium untuk media pembawa/hasil perikanan dilaksanakan sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.1. Pemeriksaan Media Pembawa di Tempat Pemasukan
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 khususnya pasal 6, setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu Area ke Area lain atau transit di dalam wilayah Negara Republik Indonesia maupun yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina. Tindakan Karantina terdiri dari 8P, meliputi pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Tindakan Karantina dilaksanakan oleh Petugas Karantina di tempat pemasukan dan/atau pengeluaran. Tindakan karantina dilakukan setelah dipenuhinya ketentuan-ketentuan yang terkait pemasukan/pengeluaran media pembawa. Target pemeriksaan laboratorium berdasarkan media pembawa dan negara sebaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.2. Pengujian Mutu Hasil Perikanan a. Ikan Beku
Parameter pengujian mutu hasil perikanan untuk ikan beku, sebagaimana terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengujian Mutu Ikan Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori - Min. 7 (Skor 1 - 9)
b. Kimiaa
- Histaminc mg/kg Maks 100
- TVB mgN% Maks 20
c. Fisika
- Suhu Pusat oC Maks. -18
d. Cemaran Mikroba
Parameter Uji Satuan Persyaratan
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio choleraa per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticusa APM/g < 3
- Listeria monocytogenesa.f per 25 g Negatif
e. Cemaran Logama - Arsen(As) mg/kg Maks 1,0 - Kadmium mg/kg Maks 0,1 mg/kg Maks 0,5b mg/kg Maks 0,05d - Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5 mg/kg Maks 1,0b - Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 - Timbal mg/kg Maks. 0,3 mg/kg Maks 0,4b mg/kg Maks 0,2d
f. Cemaran Bahan Kimia Non Pangan
- Formalin mg/kg 0 - Borax mg/kg 0 - Rhodamin B mg/kg 0 - Kuning Metanil Mg/kg 0 f. Cemaran Fisika - Filth 0 g. Racun Hayatia - Ciguatoksin Negatif Catatan : a. bila diperlukan b. untuk ikan predator c. untuk ikan scombroid,
clupiedae,scrombresocidae,pomatomidae,coryphaenedae d. untuk ikan yang dibudidayakan
e. untuk ikan karang
f. untuk ikan salmonidae bila tidak ada tanda maka parameter uji wajib dilakukan
b. Persyaratan mutu dan keamanan ikan segar (SNI 2729 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan ikan segar berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengujian Mutu Ikan Segar
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik - Min. 7 (Skor 1 - 9)
b. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella - Negatif/ 25 g
- Vibrio cholera - Negatif/ 25 g
- Vibrio parahaemolyticus APM/g < 3
c. Cemaran Logam* - Arsen(As) mg/kg Maks 1,0 - Kadmium mg/kg Maks 0,1 mg/kg Maks 0,5** - Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5 mg/kg Maks 1,0** - Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 - Timbal mg/kg Maks. 0,3 mg/kg Maks 0,4** d. Kimia* - Histamin*** mg/kg Maks 100 e. Residu Kimia*
- Kloramfenikol**** - Tidak boleh ada - Malachite green dan Leuchomalachite green **** - Tidak boleh ada Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, AMOZ)**** - Tidak boleh ada
f. Racun Hayati*
- Ciguatoksin***** - Tidak terdeteksi
g. Parasit* (Zoonosis) - Tidak boleh ada
* bila diperlukan
** untuk ikan predator
*** untuk ikan scombroidae (scromboid), clupeidae, pomatomidae, coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya ***** untuk ikan karang
c. Persyaratan mutu dan keamanan Minyak ikan sardine
(Sardinella sp) kasar (crude sardine)oil (SNI 7950 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan munyak ikan sardin, berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengujian Mutu Minyak ikan sardine (Sardinella sp) kasar (crude sardine) oil
Parameter Satuan Mutu
A B
a. Sensori - min 7 (1-9) min 7 (1-9)
b. Kimia
- Asam lemak bebas % < 1 1 - 2
- Bilangan iod % 140 - 165 < 140
- Bilangan peroksida meq/kg maks 3 4 - 5
- Kadar Air % < 1 maks 2
- Bilangan anisidin* meq/kg maks 20 maks 20
- Total Oksidasi* meq/kg maks 26 maks 26
- Logam berat* mg/kg maks 0,1 maks 0,1
(Pb, Hg. Cd, As, Sn)
- PCB meq/kg maks 0,09 maks 0,09
c. Fisika
- Kotoran - tidak ada tidak ada
d. Mikrobiologi
- Escherichia coli APM/gram < 3 < 3 - Salmonella per 25 gram negatif negatif
*) jika diperlukan
d. Persyaratan mutu dan keamanan semi refined carragenan (SNI 7688.1 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk carragenan semi refined berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengujian Mutu Semi Refined Carragenan
Jenis Uji Satuan Persyaratan (food)
Kappa Iota
a. Sensori Angka (1 - 9) 7 7
Jenis Uji Satuan Persyaratan (food)
Kappa Iota
- ALT koloni/g Maks 5 x 103 Maks 5 x 103
- Salmonella per 25 g Negatif negatif
- E. Colli APM/g < 3 < 3
c. Cemaran kimia*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks 2,0 Maks 2,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks 5,0 Maks 5,0
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks 1,0 Maks 1,0
- Arsen (As) mg/kg Maks 3,0 Maks 3,0
- Timah (Sn) mg/kg 40,00 Maks Maks 40,00
d. Fisika
- Kekuatan gel g/cm2 Min 400 Min 100
(1,5% ; KCI 0,2% : suhu 100C
- Viskositas cPs Min 15 Min 15
e. Persyaratan mutu dan keamanan belut (Monopterus albus) beku (SNI 7660.1 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk belut berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengujian mutu dan keamanan hasil perikanan untuk belut
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Organoleptik Angka (1 - 9) Min. 7
Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks 5 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
- Staphylococcus aureus* koloni/g Maks 1,0 x 103
Jenis Uji Satuan Persyaratan Cemaran Logam* - Kadmium mg/kg Maks 0,1 - Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5 - Timbal mg/kg Maks. 0,3 - Arsen(As) mg/kg Maks 10,25 - Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Fisika
- Suhu Pusat oC Maks. -18
CATATAN* Bila Diperlukan
f. Persyaratan mutu dan keamanan Alkali treated seaweed chips (SNI 8170 : 2015)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan alkali untuk seaweed chips berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengujian Mutu Alkali Treated Seaweed Chips
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Organoleptik - Min. 7 (Skor 1 - 9)
Kimia
- Kadar Air % Maks. 20,0
- pH* - 8 - 9 Cemaran Logam* - Arsen(As) mg/kg Maks 3,0 - Kadmium (Cd) mg/kg Maks 1 - Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 1,0 - Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 - Timbal mg/kg Maks. 0,3 * bila diperlukan
g. Persyaratan mutu dan keamanan udang beku (SNI 2705 : 2014)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk udang beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengujian Mutu Udang Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Organoleptik - Min. 7 (Skor 1 - 9)
Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholera per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticus APM/g < 3
Cemaran Logam* - Arsen(As) mg/kg Maks 1,0 - Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,5 - Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5 - Timbal mg/kg Maks. 0,5 - Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
- Benda asing* Tidak terdeteksi
Cemaran Fisik*
Filth 0
CATATAN* Bila Diperlukan
h. Persyaratan mutu dan keamanan daging kerang beku/frozen shellfish meat (SNI 3460.1 : 2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk daging kerang berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 16.
Tabel 16. Pengujian Mutu Daging Kerang Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Sensori Angka 1 - 9 Minimal 7
Cemaran Mikroba
Parameter Uji Satuan Persyaratan - Escherichia coli APM/g Maksimal < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticus per 25 g Maksimal < 3
- Staphylococcus aureus* APM/g Maks. 1,0 x 103
Cemaran kimia*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 1,0
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 1,0
Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
- Filth pPotongan Maksimal 0
Hayati
- PSP (Paralitytic Shellfish
Poisoning) µg toksin/ 100 gr maksimal 80
- DSP (Diarhetic Shellfish
Poisoning) µg toksin/ 100 gr Negatif
- ASP (Amnesic Shellfish
Poisoning) µg asam domoic/ kg Maksimal 20
CATATAN* Bila Diperlukan
i. Persyaratan mutu dan keamanan cumi-cumi beku (SNI 2731.1 : 2010)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk cumi-cumi beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 17.
Tabel 17. Pengujian Mutu Cumi-cumi Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Sensori Angka (1 - 9) Minimal 7
Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g Maksimal < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticus* APM/25 g Maksimal < 3
Cemaran kimia*
Parameter Uji Satuan Persyaratan
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal mg/kg Maksimal 1,0
Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
CATATAN* Bila Diperlukan sesuai permintaan pasar
j. Persyaratan mutu dan keamanan Scallop (SNI 3230.1 : 2010)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk scallop berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 18.
Tabel 18. Pengujian Mutu Scallop
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik Angka (1 - 9) Minimal 7
b. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3,0
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae per 25 g Negatif - Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1,0 x 103
c. Cemaran kimia*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 1,0
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal mg/kg Maksimal 1,0
d. Biotoxin*
- PSP Poisoning)(Paralitytic Shellfish µg/ kg Maksimal 800
- DSP Poisoning)(Diarhetic Shellfish µg/ kg Maksimal 160
- ASP Poisoning)(Amnesic Shellfish µg/ kg Maksimal 20
k. Persyaratan mutu dan keamanan Fillet ikan beku/frozen shellfish meat (SNI 2696 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk fillet ikan beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 19.
Tabel 19. Pengujian Mutu Fillet Ikan Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min. 7 (skor 1 - 9)
b. Kimia
- Histamin*** mg/kg Maks. 100
c. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g Maksimal < 3,0
- Salmonella - Negatif/ 25 g
- Vibrio cholerae - Negatif/ 25 g
d. Cemaran Logam* - Arsen(As) mg/kg Maks 1,0 - Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,1 Maks. 0,5** - Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5 Maks. 1,0** - Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 - Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3 mg/kg Maks. 0,4** e. Residu Kimia*
- Kloramfenikol**** - Tidak boleh ada - Malachite green dan Leuchomalachite green
****
- Tidak boleh ada
Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, AMOZ)**** - Tidak boleh ada
f. Racun Hayati*
- Ciguatoksin***** - Tidak terdeteksi
g. Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
h. Parasit* - Tidak boleh ada
* bila diperlukan ** untuk ikan predator
*** untuk ikan scombroidae (scromboid), clupeidae, pomatomidae, coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya ***** untuk ikan karang
l. Persyaratan mutu dan keamanan lobster beku (SNI 2711.1 : 2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk lobster beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 20.
Tabel 20. Pengujian Mutu Lobster beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1 - 9) Minimal 7
b. Cemaran Mikroba
- Escherichia coli APM/25 g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif - Vibrio parahaemolyticus* APM/25 g < 3
c. Cemaran kimia*
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 0,5
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 0,5
d. Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
CATATAN* Bila Diperlukan
m.Persyaratan mutu dan keamanan teri nasi setengah kering (SNI 3461.1 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk teri nasi berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 21.
Tabel 21. Pengujian Mutu Teri Nasi Setengah Kering
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1 - 9) Minimal 7
b. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 1 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
c. Cemaran logam*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,1
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0,5
- Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,3
- Arsen (As) mg/kg Maks 1,0
- Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0
d. Kimia
- Kadar garam % Maks 10
- Kadar Air % Maks 60
- Kadar Abu tak larut dalam asam % Maks 0,3
CATATAN* Bila Diperlukan
n. Persyaratan Mutu Otak otak Ikan (SNI 7757:2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk otak ikan berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 22.
Tabel 22. Pengujian Mutu Otak Otak Ikan
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min 7 (Skor 3 – 9)
b. Kimia - Kadar air - Kadar abu - Kadar protein - Kadar lemak % % % % Maks 60.0 Maks 2,0 Maks 5,0 Maks 16,0 c. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Vibrio colerae* - Staphylococcus aures koloni/g APM/g - - koloni/g Maks 5 x 104 < 3 Negatif/25 g Negatif/25 g Maks 1,0 x102 d. Cemaran Logam - Kadmiun Cd)
Parameter Uji Satuan Persyaratan - Timbal (Pb) - Arsen (As) - Timah (Sn) mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks 0,5 Maks 0,3 Maks 1,0 Maks 40,0 e. Cemaran Fisik - Filth - 0
CATATAN * bila diperlukan
o. Persyaratan Mutu Surimi (SNI 2694 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk surimi berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 23.
Tabel 23. Pengujian Mutu Surimi
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min 7 (Skor 1 – 9)
b. Kimia - Kadar air - Kadar protein % % Maks. 80 Maks. 12 c. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Vibrio colerae* koloni/g APM/g - koloni/g Maks 5,0 x 104 < 3 Negatif/25 g Negatif/25 g d. Cemaran Logam - Arsen (As) - Kadmiun Cd) - Merkuri (Hg) - Timah (Sn) - Timbal (Pb) mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks. 1.0 Maks.0.1 Maks 0,5** Maks 0,5 Maks 1,0** Maks 40,0 Maks. 0,3 Maks. 0,4** e. Cemaran Fisik - Filth - 0 f. Fisika - Suhu Pusat - Kekuatan Gel (gel
strength)
oC
g/cm2
Maks -18 Min. 600
CATATAN * bila diperlukan
** untuk ikan predator
*** untuk ikan scombroidae (scombroid), clupeidae, pomatomidae, coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya ***** untuk ikan karang
p. Persyaratan Mutu Nuget Ikan (SNI 7758 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk daging kerang berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 24.
Tabel 24. Pengujian Mutu nuget ikan
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min 7 (Skor 1 – 9)
b. Kimia - Kadar air - Kadar abu - Kadar protein - Kadar lemak % % % % Maks.60.0 Maks. 2.5 Min 5.0 Maks.15.0 c. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Vibrio colerae* - Staphylocoocus aereus* koloni/g APM/g - - koloni/g Maks 5,0 x 104 < 3 Negatif/25 g Negatif/25 g Maks. 1x102 d. Cemaran Logam - Kadmiun Cd) - Merkuri (Hg) - Timbal (Pb) - Arsen (As) - Timah (Sn) mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks 0,1 Maks 0,5 Maks. 0,3 Maks. 1,0 maks. 40,0 e. Cemaran Fisik - Filth - 0
CATATAN * Bila diperlukan
q. Persyaratan Mutu Ikan Berlapis Tepung (SNI 7319.1: 2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk ikan berlapis tepung, sebagaimana pada Tabel 25.
Tabel 25. Pengujian Mutu ikan berlapis tepung
Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1-9) Min 7
b. Cemaran Mikroba - Eschericia coli - Salmonella - ALT - Staphylococcus aures* - Vibrio colerae* APM/g per 25 g Koloni/g Koloni/g per 25 g <3 Negatif Maksimal 5,0 x 105 Maksimal 1,0 x 103 Negatif
Jenis Uji Satuan Persyaratan c. Cemaran Logam - Merkuri (Hg) - Timbal (Pb) - Kadmiun (Cd) mg/kg mg/kg mg/kg Maksimal 0,5 Maksimal 0,2 Maksimal 0,1 d. Uji Kimia - Histamin* mg/kg Maksimal 50 e. Fisika
- Suhu Pusat oC Maksimal -18
f. Fisik Filth Bobot Tuntas - % 0 50
CATATAN * bila diperlukan
r. 4.2.19. Persyaratan Mutu Udang Berlapis Tepung (SNI 6163-1:2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk udang berlapis tepung berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 26.
Tabel 26. Pengujian Mutu Udang Berlapis Tepung
Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1-9) Min 7
b. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Vibrio colerae - Vibrio parhaemolyticus* - Staphylococcus aures* Koloni/g APM/g per 25 g per 25 g APM/g Koloni/g Maksimal 5,0 x 105 < 3 Negatif Negatif < 3 Maksimal 1,0 x 103 c. Cemaran Kimia - Kadmiun (Cd) - Raksa (Hg) - Timbal (Pb) - Kloramfenikol - Tetrasiklin - Oksitetrasiklin - Klortetrasiklin mg/kg mg/kg mg/kg μg/kg μg/kg μg/kg μg/kg Maksimal 0,05 Maksimal 0,5 Maksimal 0,5 Maksimal 0,3 Maksimal 100 Maksimal 100 Maksimal 100 d. Fisika
- Suhu Pusat oC Maksimal -18
e. Fisik - Filth
- Bobot Tuntas Udang
- % bobot
0 Minimal 50
s. 4.2.20. Persyaratan Mutu Bakso Ikan (SNI 7266 2014)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk bakso ikan berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 27.
Tabel 27. Pengujian mutu bakso ikan
Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1-9) Min 7
b. Kimia - Kadar air - Kadar abu - Kadar Protein - Histamin* % % % mg/kg Maksimal 65 Maksimal 2,0 Min 7 Maksimal 100 c. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Staphylococcus aures - Vibrio cholerae** - Vibrio parahaemolyticus** koloni/g APM/g per 25 g koloni/g per 25 g per 25 g Maksimal 1.0x105 <3 Negatif Maksimal 1.0x102 Negatif Negatif d. Cemaran Logam - Kadmiun Cd) - Merkuri (Hg) - Timbal (Pb) - Arsen (As) - Timah (Sn) mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks 0,1 Maks 0,5 Maks. 0,3 Maks. 1,0 Maks. 40,0 e. Cemaran Fisik - Filth - 0
CATATAN * Untuk bahan baku yang berasal dari jenis scombroidae ** Bila diperlukan
t. 4.2.21. Persyaratan Mutu Tepung Ikan Bahan Baku Pakan (SNI2715: 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk bahan tepung ikan untuk bahan baku pakan berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 28.
Tabel 28. Pengujian Mutu Tepung Ikan Bahan Baku Pakan
Jenis Uji Satuan
Mutu
A B C
Min 7(1-9) Min 7 (1-9) Min 7 (1-9) a. Sensori
b.Kimia
- Kadar Protein % Min 60 Min 55 Min 50
- TVB-N mg/100 g Maks. 150 Maks. 180 Maks. 230
- Kadar Lemak % Maks.10 Maks. 11 Maks. 12
- Kadar Air % 6-10 10-12 10-12
- Kadar Abu Total % Maks.20 Maks. 25 Maks. 30
- Kadar Garam % Maks.5 Maks.5 Maks.5
- Protein non ikan - Negatif Negatif Negatif
- Kadar pepsin tercernakan (digest)
% Min.90 Min.85 Min.80
- Kadar antioksidan ethoxyquin
mg/kg Min.150 Min.150 Min.100
c. Fisika
- Ukuran (mesh 12)
% lolos 95 90 80
d.Mikrobiologi* -Salmonella
Negatif Negatif Negatif
BAB V PENUTUP
Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media Pembawa dan Hasil Perikanan Yang Masuk Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia disusun sebagai acuan bagi petugas karantina di UPT KIPM dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan terhadap media pembawa/hasil perikanan yang dimasukan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia sesuai tugas pokok dan fungsinya, seperti yang tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, yaitu mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan antar area di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Standar pemeriksaan dan parameter pengujian mutu yang digunakan dalam pelaksanaan pengendalian produk impor mengacu pada Standar Nasional Indonesia dan Internasional dalam pelaksanaan pengendalian sistim jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Diharapkan dengan diterbitkannya pedoman ini dapat meningkatkan pemahaman petugas karantina ikan dalam menetapkan parameter pengujian yang diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan pada produk impor, guna menjaga keamanan hasil perikanan yang masuk kedalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Pedoman ini bersifat dinamis, dapat berubah sesuai dengan perkembangan peraturan perundangan yang berlaku dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu diharapkan saran dan masukannya untuk penyempurnaannya agar lebih mudah dipahami dan dilaksanakan.
Petugas Administrasi
Kepala UPT/Pejabat
yang ditunjuk PHPI
Petugas
Laboratorium Waktu
1 10 menit
2
-Dokumen yang dipersyaratkan; Draf Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen
5 menit
-Dokumen yang dipersyaratkan; Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen
3
-Dokumen yang dipersyaratkan; Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen 10 menit 4 5 menit 5 10 menit 6 5 menit 10 menit
-Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KI-D8); Surat Perintah Pengawalan MP/HP;
SP Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen;
SP Pemeriksaan Klinis; SP Pengambilan Contoh Uji
7
-Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KI-D8); Surat Perintah Pengawalan; SP Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen;
SP Pemeriksaan Klinis; SP Pengambilan Contoh Uji
240 menit
8 60 menit
Menyiapkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KI-D8) dan menyampaikan ke PHPI
Disposisi Lampiran 1. Alur Sertifikasi Kesehatan Ikan dan Hasil Perikanan Impor Risiko Tinggi
No. Uraian Kegiatan
Pelaksana Kegiatan Mutu Baku
Keterangan
Kelengkapan Output
Menerima dan melakukan pencatatan PPK secara manual serta penginputan ke dalam Sisterkaroline
Dokumen yang dipersyaratkan Draf Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen
Memerintahkan PHPI untuk melaksanakan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen
Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan
Kelengkapan dan Keabsahan Dokumen
Berdasarkan disposisi Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk, menyiapkan Surat Perintah Analisis Media Pembawa
Laporan Hasil Pemeriksaan Kelengkapan dan Keabsahan Dokumen
Surat Perintah Analisis Media Pembawa
Dilanjutkan SOP Penahanan dan/atau Penolakan apabila dokumen dinyatakan tidak lengkap/sah
Melakukan analisis media pembawa serta rekomendasinya Surat Perintah Analisis Media
Pembawa
Rekomendasi analisis MP/HP
Berdasarkan rekomendasi analisis MP/HP dari PHPI, memerintahkan Petugas Administrasi untuk menyiapkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KI-D8) untuk tindakan karantina lebih lanjut di instalasi
Rekomendasi analisis MP/HP Disposisi
Melakukan pengawalan MP/HP ke instalasi karantina ikan, dan melakukan pemeriksaan kesesuaian jenis, jumlah dan/atau ukuran termasuk kematian ikan dan penempatannya di instalasi
Melaksanakan pemeriksaan kesesuaian jenis/jumlah dan/atau ukuran media pembawa/hasil perikanan secara menyeluruh di Instalasi
Surat Perintah Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen
LHP Kebenaran Isi Dokumen Dilaksanakan di IKI Laporan Hasil Pengawalan