• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

ADMINISTRASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa ketentuan mengenai administrasi pertanggungjawaban

keuangan telah diatur dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. bahwa dengan adanya perubahan peraturan

perundang-undangan dan dalam rangka percepatan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Satuan Kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu dilakukan penyesuaian dan penyempurnaan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Administrasi Pertanggung- jawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);

5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5334);

6. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2011 tentang Administrasi

Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat

Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

(3)

2. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah

pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, di lingkungan Polri adalah Kepala Satuan Kerja (Kasatker).

4. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah

Pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk

mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat

mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

5. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalah

pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi BUN.

6. Bendahara Pengeluaran adalah personel Polri yang diangkat oleh

Kapolri yang bertugas untuk menerima, menyimpan,

membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada Satuan Kerja.

7. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP

adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran tagihan kepada negara.

8. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah

dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA.

9. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya

disingkat PPSPM adalah pejabat yang diberikan kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.

10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN

11. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjutnya disingkat SPTJM adalah surat yang dibuat oleh Kuasa PA atau PPK yang memuat pernyataan bahwa seluruh pengeluaran untuk pembayaran belanja telah dihitung dengan benar disertai kesanggupan untuk mengembalikan kepada negara apabila terdapat kelebihan pembayaran.

12. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh kuasa dari BUN untuk melaksanakan sebagian fungsi Kuasa BUN.

(4)

13. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran yang selanjutnya disingkat SKPP adalah surat keterangan yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran dalam hal ini Bendahara Satker (Bensatker) dan disahkan oleh KPPN untuk dan atas nama pegawai yang pindah atau pensiun yang digunakan sebagai dasar melanjutkan pembayaran gaji pada KPPN di tempat kerja yang baru dan/atau dasar untuk membayar pensiun pertama yang akan dibayarkan oleh PT. ASABRI (Persero).

14. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan

Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/kelompok kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa.

15. Pertanggungjawaban Keuangan yang selanjutnya disingkat Perwabkeu adalah dokumen laporan keuangan yang dilengkapi dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

16. Belanja Pegawai adalah dana yang disediakan/dialokasikan dalam DIPA untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta lain-lain belanja pegawai.

17. Belanja Barang adalah dana yang disediakan/dialokasikan dalam DIPA untuk pengadaan barang/jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas.

18. Belanja Modal adalah dana yang disediakan/dialokasikan dalam DIPA dalam rangka pembentukan modal termasuk untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk pisik lainnya.

19. Belanja lain-lain adalah dana yang disediakan/dialokasikan dalam DIPA yang digunakan untuk pengeluaran/belanja pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis belanja.

20. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah Perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.

21. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Polri yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

22. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh Polri sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

(5)

23. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh kelompok kerja ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.

24. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

25. Uang Persediaan selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.

2. Ketentuan Pasal 5 ayat (3) diubah dan huruf c dihapus serta ditambah

2 (dua) ayat yakni ayat (4) dan ayat (5), sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5

(1) PA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a di lingkungan

Polri adalah Kapolri.

(2) Kapolri selaku PA dapat mendelegasikan kewenangannya kepada

KPA.

(3) KPA wajib menunjuk:

a. PPK;

b. Pejabat Penandatangan SPM; dan

c. dihapus.

(4) Penunjukan PPK dan Pejabat Penandatangan SPM tidak terikat

periode tahun anggaran.

(5) Dalam hal tidak ada penggantian PPK dan Pejabat Penandatangan

SPM, pada awal tahun anggaran KPA menyampaikan surat pemberitahuan tertulis kepada KPPN.

3. Ketentuan Pasal 6 ayat (1) diubah dan ditambah 1 (satu) ayat yakni

ayat (3), sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6

(1) Penunjukan PPK dan Pejabat Penandatangan SPM sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dengan Keputusan KPA.

(2) KPA dapat merangkap salah satu jabatan sebagai PPK atau Pejabat

Penandatangan SPM, apabila pada Satker tidak memungkinkan dilakukan pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(6)

(3) Dalam hal terdapat kekosongan jabatan Kasatker, maka pejabat yang berwenang dapat menunjuk pelaksana tugas KPA sampai dengan pejabat defenitif ditetapkan.

4. Ketentuan Pasal 7 ayat (1) diubah dan ditambah 2 (dua) ayat yakni ayat

(3) dan ayat (4), sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7

(1) Bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf e, diangkat oleh Kapolri yang dalam pelaksanaannya dapat didelegasikan kepada pejabat yang berwenang dengan ketentuan:

a. pada Satker Mabes Polri, diangkat oleh Kasatker atas

rekomendasi Kapuskeu; dan

b. pada Satker kewilayahan, diangkat oleh Kapolda atas

rekomendasi Kabidkeu.

(2) Personel yang diangkat selaku Bendahara Pengeluaran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan pejabat Polri yang menjabat sebagai Kasubbagkeu, Kaurkeu, Kasikeu atau Paurkeu di lingkungan Satkernya.

(3) Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun

anggaran, dan tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK, atau Pejabat Penandatangan SPM.

(4) Dalam hal tidak ada penggantian Bendahara Pengeluaran, pada

awal tahun anggaran Kasatker menyampaikan surat

pemberitahuan tertulis kepada KPPN.

5. Diantara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 7A

yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7A

PA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, bertugas:

a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

b. menunjuk KPA/Pengguna Barang;

c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan

penerimaan negara;

d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang

dan piutang;

e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran

belanja;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan

perintah pembayaran;

g. menggunakan barang milik negara;

(7)

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;

i. mengawasi pelaksanaan anggaran; dan

j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Polri.

6. Ketentuan Pasal 8 diubah, sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8

KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, bertugas:

a. menyusun DIPA;

b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran anggaran belanja negara;

c. menetapkan Pejabat Penandatangan SPM untuk melakukan

pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja negara;

d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan

kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan;

e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan

dana;

f. memberikan supervisi dan konsultansi dalam pelaksanaan

kegiatan dan penarikan dana;

g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan

h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan

anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7. Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 9

PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, bertugas:

a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan

dana berdasarkan DIPA;

b. menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa;

c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak

dengan penyedia barang/jasa;

d. melaksanakan kegiatan swakelola;

e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang

dilakukannya;

f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih

kepada negara;

(8)

h. membuat dan menandatangani SPP;

i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;

j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA

dengan Berita Acara Penyerahan;

k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

kegiatan; dan

l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan

tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

8. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10

Pejabat Penandatangan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, bertugas:

a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;

b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi

persyaratan untuk dibayarkan;

c. membebankan tagihan pada akun yang telah disediakan;

d. menerbitkan SPM;

e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran

kepada KPA; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

9. Ketentuan Pasal 11 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 11

(1) Kabidkeu bertugas sebagai pembina fungsi keuangan dan

Bendahara Pengeluaran untuk anggaran yang bersifat khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Anggaran yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan anggaran bersyarat yang pencairannya berdasarkan Otorisasi atau Perintah Pelaksanaan Kegiatan (P2K). 10. Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12

Kasubbagkeu/Kaurkeu/Kasikeu/Paurkeu selaku Bendahara Pengeluaran bertugas:

a. menerima, menyimpan, menatausahakan dan membukukan

uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya;

(9)

b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;

c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi

persyaratan untuk dibayarkan;

d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari

pembayaran yang dilakukannya;

e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada Negara

ke Kas Negara;

f. mengelola rekening tempat penyimpanan UP/TUP;

g. menyiapkan SPP dan SPM;

h. mengajukan tagihan kepada KPPN;

i. mengambil Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) ke KPPN;

j. menyelenggarakan proses akuntansi dan verifikasi data keuangan

Satker;

k. menyelenggarakan pengolahan, posting atau cetak data

pelaksanaan back up serta penyimpanannya;

l. menyelenggarakan pembinaan fungsi keuangan di lingkungan

Satker;

m. mencatat administrasi keuangan khususnya terhadap anggaran

dan dana yang belum masuk dalam program komputerisasi;

n. menyusun laporan keuangan Satker dengan menggunakan

program Sistem Akuntansi Instansi berdasarkan Standar Akuntansi pemerintah (SAP) yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK); dan

o. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala

KPPN selaku Kuasa BUN.

11. Ketentuan Pasal 15 ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat (3), sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15

(1) Gaji induk/gaji bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf a angka 1 merupakan penghasilan teratur yang diterima oleh Pegawai Negeri pada Polri setiap bulannya yang harus dipertanggungjawabkan dengan kelengkapan dokumen.

(2) Non Gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b

merupakan penghasilan tidak teratur oleh Pegawai Negeri pada Polri secara insidentil sesuai kondisi tertentu yang harus dipertanggungjawabkan dengan kelengkapan dokumen.

(3) Gaji dan tunjangan tidak boleh dilakukan pemotongan, kecuali

atas perintah peraturan perundang-undangan dan persetujuan pegawai yang bersangkutan.

(10)

12. Ketentuan Pasal 16 ayat (4) dan ayat (5) diubah dan ditambah 2 (dua) ayat yakni ayat (6) dan ayat (7) sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16

(1) Non gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b

merupakan penghasilan tidak teratur yang diterima di luar gaji.

(2) Uang lembur dan uang makan lembur PNS Polri diberikan apabila

melakukan pekerjaan di luar jam kerja yang telah ditetapkan, paling sedikit 2 (dua) jam dan paling lama 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari.

(3) Uang makan lembur anggota Polri diberikan apabila pekerjaan

di luar jam kerja yang telah ditetapkan, paling sedikit 2 (dua) jam dan paling lama 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari.

(4) Uang makan PNS Polri diberikan berdasarkan kehadiran PNS

di kantor pada hari kerja dalam satu bulan.

(5) Honor dan Insentif diberikan kepada setiap pegawai negeri pada

Polri yang melakukan tugas dengan surat perintah.

(6) Besarnya uang lembur, uang makan lembur, Uang makan, Honor

dan Insentif PNS Polri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Besarnya uang makan lembur, Honor dan Insentif Anggota Polri

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan ayat (5) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf b diubah dan ditambah huruf f, sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 18

(1) Selain dilengkapi dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, khusus Pegawai Negeri pada Polri/Calon Pegawai Negeri Sipil yang mutasi jabatan, untuk pembayaran gajinya wajib dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. surat penghadapan dari Kasatker.

b. SKPP dibuat oleh Bendahara Pengeluaran dan disahkan oleh

KPPN;

c. fotokopi keputusan mutasi dari pejabat yang berwenang yang

dilegalisir;

d. surat perintah telah melaksanakan tugas dari Kasatker;

e. keputusan pengangkatan pertama sebagai pegawai negeri

di lingkungan Polri (khusus yang baru diangkat atau intake); dan

f. Buku Penghasilan Perorangan (BPP) Bentuk KU-11.

(11)

(2) Dalam hal keputusan mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c belum terbit, dapat digunakan Surat Telegram mutasi jabatan yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.

14. Ketentuan Pasal 30 huruf a diubah, sehingga Pasal 30 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 30

Belanja Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, terdiri dari:

a. pengadaan belanja barang/jasa secara umum dengan nilai:

1. sampai dengan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

2. di atas Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai

dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);

3. di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai

dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya, dan untuk Jasa konsultansi sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); dan

4. di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk

pengadaan barang/pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya, dan untuk jasa konsultansi di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);

b. pengadaan belanja barang/jasa secara swakelola; c. belanja uang makan dan perawatan tahanan; d. belanja langganan daya dan jasa, meliputi:

1. listrik, telepon, gas, dan air (LTGA); dan

2. pos dan giro;

e. belanja pemeliharaan; dan f. belanja perjalanan dinas:

1. dalam negeri, terdiri dari:

a) perjalanan dinas biasa; dan

b) perjalanan dinas mutasi;

2. luar negeri, terdiri dari:

a) perjalanan dinas biasa;

b) perjalanan dinas mutasi; dan

c) perjalanan dinas penugasan khusus.

(12)

15. Ketentuan Pasal 31 diubah, sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 31

(1) Pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai dengan

Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a angka 1, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. kuitansi bukti pembayaran;

b. faktur/nota bukti pembelian;

c. faktur pajak, apabila dikenakan pajak;

d. Surat Setoran Pajak (SSP); dan

e. SPP/SPM/SP2D.

(2) Pengadaan barang/jasa yang nilainya di atas Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a angka 2, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. kuitansi bukti pembayaran;

b. faktur/nota bukti pembelian;

c. faktur pajak, apabila dikenakan pajak;

d. SSP; dan

e. SPP/SPM/SP2D.

(3) Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang nilainya di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000- (dua ratus juta rupiah) dan untuk jasa konsultansi yang nilainya sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a angka 3, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. kuitansi bukti pembayaran;

b. faktur/nota bukti pembelian;

c. faktur pajak, apabila dikenakan pajak;

d. SSP;

e. Surat Perintah Kerja;

f. berita acara penyelesaian pekerjaan;

g. berita acara serah terima pekerjaan;

h. berita acara pembayaran;

i. kopi surat perintah tim panitia penerima hasil pekerjaan;

dan

j. SPP/SPM/SP2D.

(13)

(4) Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai di atas Rp. 200.000.000- (dua ratus juta rupiah) dan jasa konsultansi di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a angka 4, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. kuitansi bukti pembayaran;

b. faktur/nota bukti pembelian;

c. faktur pajak, apabila dikenakan pajak;

d. SSP;

e. keputusan penetapan pemenang;

f. bank garansi/jaminan pelaksanaan;

g. surat perjanjian/kontrak;

h. fotokopi surat perintah tim panitia penerima hasil pekerjaan;

i. laporan kemajuan pekerjaan dan berita acara pembayaran

per termin, apabila pembayarannya melalui termin;

j. berita acara penyelesaian pekerjaan;

k. berita acara serah terima pekerjaan;

l. berita acara pembayaran;

m. berita acara uji materiil, khusus barang tertentu yang

dipersyaratkan dalam kontrak untuk dilaksanakan

pengujian;

n. fotokopi surat perintah tim uji materiil dari Kasatker khusus

barang tertentu yang dipersyaratkan dalam kontrak untuk dilaksanakan pengujian;

o. jaminan bank garansi uang muka, apabila mengambil uang

muka; dan

p. SPP/SPM/SP2D.

16. Ketentuan Pasal 33 diubah dan ditambah 2 (dua) huruf yakni huruf k dan huruf l, sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 33

(1) Belanja uang makan dan perawatan tahanan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf c, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. kuitansi bukti pembayaran;

b. faktur/nota bukti pembelian;

c. faktur pajak, apabila dikenakan pajak;

d. SSP;

e. SPK atau surat perjanjian/kontrak;

f. berita acara penyelesaian pekerjaan;

(14)

g. daftar perincian biaya perawatan dan makan tahanan (WT-02);

h. fotokopi Surat Perintah Penahanan;

i. fotokopi Surat Perintah Perpanjangan Tahanan (SPPT),

apabila diperpanjang;

j. SPP/SPM/SP2D;

k. berita acara serah terima pekerjaan; dan

l. berita acara pembayaran.

(2) Dalam hal tahanan di Polsek yang jaraknya dari Polres lebih dari 10 KM atau yang transportasinya sulit, Bendahara Pengeluaran dapat memberikan makan tahanan dalam bentuk uang kepada Polsek, dengan Perwabkeu berupa kuitansi penerimaan uang dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, huruf g, dan huruf h yang dibuat oleh Polsek yang bersangkutan dan dikirimkan kepada Bendahara Pengeluaran Polres.

(3) Dalam hal di wilayah Polres tidak ada pihak ketiga yang memenuhi persyaratan ketentuan lelang dalam pengadaan makan dan perawatan tahanan, dapat dilakukan pengadaan langsung yang dibayarkan setiap bulan.

17. Ketentuan Pasal 34 ayat (1) huruf b dihapus, sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 34

(1) Belanja langganan daya dan jasa LTGA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d angka 1, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. bukti tagihan;

b. dihapus;

c. berita acara pemakaian daya dan jasa, melalui verifikasi; dan

d. SPP/SPM/SP2D.

(2) Belanja jasa pos dan giro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d angka 2, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. bukti pengiriman dari jasa pengiriman; dan

b. SPP/SPM/SP2D.

18. Ketentuan Pasal 35 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 35 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35

(1) Belanja pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

huruf e, dilengkapi dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.

(15)

(2) Untuk pemeliharaan gedung yang nilainya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dilampirkan foto lama

sebelum dilaksanakan pekerjaan pemeliharaan dan foto baru setelah selesai pemeliharaan.

(3) Untuk pemeliharaan mesin jika terjadi penggantian mesin, mesin

yang lama tetap berada pada aset Satker sebelum adanya penghapusan dari SIMAK BMN.

19. Ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf d dan huruf f diubah serta huruf e dihapus, sehingga Pasal 36 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 36

(1) Belanja perjalanan dinas biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf f angka 1 butir a), dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. rincian biaya perjalanan sesuai dengan format yang telah

ditentukan;

b. surat perintah;

c. Surat Perjalanan Dinas (SPD) dan diketahui oleh pejabat

di tempat tujuan;

d. Tiket, Boarding pass, retribusi dan kuitansi hotel atau

tempat menginap lainnya;

e. bukti pengeluaran lainnya dan/atau daftar pengeluaran riil

dari yang bersangkutan dan diketahui Pejabat Pembuat Komitmen;

f. perhitungan biaya perjalanan dinas secara nominatif, bila

dilaksanakan secara rombongan; dan

g. SPP/SPM/SP2D.

(2) Belanja perjalanan dinas mutasi, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 huruf f angka 1 butir b), dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. kuitansi;

b. surat perintah dari Kasatker;

c. surat perintah perjalanan dinas dari Kasatker;

d. kopi telegram/keputusan mutasi;

e. daftar keluarga;

f. daftar barang;

g. rincian biaya perjalanan sesuai dengan format yang telah

ditentukan; dan

h. SPP/SPM/SP2D.

(16)

20. Ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf f ditambah 1 (satu) angka yakni angka 8 (delapan) dan huruf j diubah, sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 40

(1) Belanja Lain-lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d,

terdiri dari:

a. latihan praoperasi, digunakan untuk:

1. uang makan atau makan operasi;

2. makanan dan minuman ringan (snack and drink);

3. Alins/Alongins;

4. administrasi latihan (Minlat);

5. honor instruktur; dan

6. pemeriksaan kesehatan;

b. pelaksanaan operasi, digunakan untuk:

1. uang saku;

2. uang makan atau makan operasi;

3. dana satuan;

4. jasa angkutan;

5. bekal kesehatan; dan

6. kodal;

c. dukungan anggaran kegiatan penyelidikan dan penyidikan

tindak pidana, digunakan untuk:

1. penyelidikan pelanggaran dan tindak pidana;

2. penyidikan:

a) perkara sangat sulit;

b) perkara sulit;

c) perkara sedang;

d) perkara mudah; dan

e) pelanggaran;

3. dukungan administrasi;

d. dukungan anggaran kegiatan penyelidikan dan penyidikan

tindak pidana narkoba digunakan untuk:

1. penyelidikan kasus narkoba;

2. penyidikan kasus narkoba;

3. pengembangan dan pengungkapan jaringan kasus

narkoba;

4. pembinaan jaringan narkoba; dan

5. dukungan administrasi;

(17)

e. dukungan anggaran kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana terorisme digunakan untuk:

1. penyelidikan tindak pidana terorisme;

2. penyidikan tindak pidana terorisme;

3. penindakan tindak pidana terorisme;

4. pencegahan tindak pidana terorisme;

5. penangkalan tindak pidana terorisme;

6. pembinaan jaringan terorisme; dan

7. deradikalisasi;

f. dukungan anggaran kegiatan deteksi/penyelidikan dan

pengamanan intelijen, digunakan untuk:

1. analisis intelijen;

2. deteksi/penyelidikan intelijen;

3. pengamanan intelijen;

4. penggalangan intelijen;

5. pembentukan jaringan intelijen;

6. pembinaan jaringan intelijen;

7. cipta kondisi; dan

8. pengumpulan bahan keterangan (pulbaket);

g. dukungan anggaran sarana kontak, digunakan untuk:

1. biaya pembinaan kemitraan; dan

2. biaya koordinasi pembinaan Kamtibmas;

h. dukungan anggaran kontinjensi, digunakan untuk:

1. pengamanan bencana alam;

2. pengamanan gangguan/konflik sosial; dan

3. penanganan gangguan keamanan;

i. dukungan uang makan non organik/uang makan jaga kawal,

digunakan untuk mendukung petugas jaga kawal dan piket;

j. dukungan anggaran pengamanan Kepolisian antara lain

pengamanan VVIP, pengamanan unjuk rasa dan

pengamanan kegiatan masyarakat yang berdampak terhadap Kamtibmas dan/atau intensitas tinggi;

k. dukungan anggaran administrasi pengadaan barang/jasa,

digunakan untuk:

1. honor;

2. biaya pengumuman;

3. biaya penggandaan dokumen pengadaan; dan

4. biaya rapat dan biaya administrasi lainnya;

(18)

l. dukungan anggaran konsultan perencana dan pengawas konstruksi, digunakan untuk:

1. biaya jasa konsultan;

2. biaya jasa pengawas; dan

3. biaya administrasi.

(2) Pelaksanaan operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

pada operasi Kepolisian tertentu diberikan dukungan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Pelumas.

21. Ketentuan Pasal 43 ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf e diubah, sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43

(1) Dukungan penyelidikan dan penyidikan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 40 huruf c, huruf d, dan huruf e, harus dibuat rencana kegiatan dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) oleh penyelidik/penyidik yang diketahui Kasatker dan/atau atasan Penyidik, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. surat perintah tugas penyelidikan dan penyidikan;

b. rencana penyelidikan dan penyidikan;

c. kuitansi;

d. nota/faktur barang;

e. tiket, kuitansi hotel dan transportasi lokal;

f. faktur pajak, apabila dikenakan pajak;

g. SSP;

h. SPP/SPM/SP2D; dan

i. laporan hasil penyelidikan dan penyidikan.

(2) Dukungan anggaran kegiatan deteksi/penyelidikan intelijen,

pengamanan dan penggalangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f, harus dibuat rencana kegiatan dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) oleh tim deteksi/penyelidikan yang diketahui Kasatker, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. surat perintah tugas;

b. rencana penyelidikan;

c. kuitansi;

d. nota/faktur barang;

e. tiket, kuitansi hotel dan transportasi lokal;

f. faktur pajak, apabila dikenakan pajak;

g. SSP;

h. SPP/SPM/SP2D; dan

h. laporan hasil deteksi/penyelidikan.

(19)

(3) Penggunaan dana penyelidikan dan penyidikan tindak pidana disesuaikan dengan kebutuhan riil per kasus dan tidak terikat pada indeks klasifikasi perkara mudah, sedang, sulit dan sangat sulit.

(4) Penggunaan dana deteksi/penyelidikan intelijen, pengamanan dan

penggalangan disesuaikan dengan kebutuhan riil dan tidak terikat pada indeks biaya penyelidikan, pengamanan dan penggalangan per kegiatan.

(5) Dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) huruf b, huruf c, dan huruf d sulit didapat, bukti Perwabkeu dapat diganti dengan daftar pengeluaran riil oleh personel yang bersangkutan yang diketahui PPK/Kasatker.

22. Ketentuan Pasal 47 diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 47

Dukungan anggaran pengamanan kepolisian sebagaimana dalam Pasal 40 ayat (1) huruf j, dilengkapi dokumen sebagai berikut:

a. surat perintah;

b. daftar nominatif penerimaan uang, apabila diberikan dalam bentuk

uang;

c. dukungan BBM;

d. SSP; dan

e. SPP/SPM/SP2D.

23. Ketentuan Pasal 58 diubah, sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 58

(1) Untuk pengadaan barang/jasa belanja modal yang tidak dialokasikan biaya proses pelelangan pada tahun anggaran berjalan, biaya proses pelelangan dapat dialokasikan pada DIPA tahun anggaran berjalan dengan melakukan revisi DIPA sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal kegiatan yang secara teknis pengelolaan keuangan

negara tidak memungkinkan mengikuti mekanisme pengadaan barang/jasa secara pelelangan dan merupakan kebutuhan operasional sehari-hari Satker antara lain Alat Tulis Kantor (ATK), pemeliharaan, makan jaga kawal, makan tahanan, dan belanja perjalanan dinas, dapat menggunakan mekanisme uang persediaan sesuai rencana penarikan dana berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Term of

Reference dan Petunjuk Operasional Kegiatan Satker.

24. Ketentuan lampiran diubah, sehingga lampiran berbunyi sebagaimana

tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

(20)
(21)
(22)

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

ADMINISTRASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

1. SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) 3

2. PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) 4

3. SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB) 5

4. PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN PENGEMBALIAN

BELANJA (SSPB) 6

5. SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) 7

6. PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) 8

7. KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP) 9

8. PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP) 10

9. KUITANSI LANGSUNG (LS) 11

10. PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LANGSUNG (LS) 12

11. SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM) 13

12. PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

MUTLAK (SPTJM) 14

13. SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 15

14. LAMPIRAN SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 16

15. BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN (BAPP) 17

16. LAMPIRAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN (BAPP) 18

17. BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN (BASTP) 19

18. BERITA ACARA PEMBAYARAN (BAP) 20

19. SURAT PERINTAH PENUNJUKAN TIM PANITIA PENERIMA HASIL

PEKERJAAN 21

20. FAKTUR/NOTA 22

21. KUITANSI KU-17 23

22. SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) P3 24

23. DAFTAR PENGELUARAN RIIL 25

24. DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU 26

25. DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU DAN UANG

MAKAN 27

26. DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN HONOR 28

(24)

DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KPPN 1) SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) Nomor ... 2) Tanggal ... 3) Lembar – 1 untuk WAJIB SETOR/BENDAHARA PENERIMA KE REKENING KAS NEGARA NOMOR :

... 4) A. 1. NPWP Wajib Setor/Bend :

2. Nama Wajib Setor/Bend : ... 6) 3. Alamat : ... 7) B. 1. Kementrian/Lembaga : ... 8) 2. Unit Organisasi Eselon I : ... 9) 3. Satuan Kerja : ... 10) 4. Fungsi/Subfungsi/Program: ... 11) 5. Kegiatan/Subkegiatan : ... 12) 6. Lokasi : ... 13) C. MAP DAN Uraian Penerimaan : ... 14)

D. Jumlah Setoran : Rp. ... 15) Dengan Huruf : ... ... ... 16)

PERHATIAN

Bacalah dahulu petunjuk

pengisian Formulir SSBP pada halaman belakang

Lembar ini

Untuk Keperluan setoran ... 17)

... 18) ... 19) ... 20) NIP. ... 21)

Diterima Oleh :

BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO Tanggal ... 22) Tanda Tangan ... 23)

(25)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP)

Nomor Uraian Isian

1. Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima

Setoran

2. Diisi dengan nomor SSBP dengan metode penomoran Nomor/Kode

Satker/Bulan/Tahun (9999/999999/99/9999)

3. Diisi dengan Tanggal SSBP dibuat

4. Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan ... diisi

petugas Bank)

5. Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara Satker

6. Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor Wajib Pajak

7. Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor Wajib Pajak

8. Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementrian /Lembaga sesuai dengan

yang tercantum pada pagu anggaran (060) KEPOLISIAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

9. Diisi dengan Kode Unit Organisasi eselon I dan Uraian (001)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

10. Diisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker

11. Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit,

dan Kode Program (4) empat digit (Tidak perlu diisi)

12. *Diisi (4) digit kode kegiatan apabil penyetoran

Untuk Satker

Pengguna PNBP (Tidak perlu diisi) *Diisi (4) digit kode Subkegiatan apabila Penyetoran untuk Satker

Pengguna PNBP (Tidak perlu diisi) 13.

Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digit Diisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit

14. Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai

dengan Uraian Penerimaan sesuai dengan format

15. Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan

16. Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf

17. Diisi keperluan pembayaran sesuai dengan uraian setoran angka 14

18 & 19. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP

20 & 21. Diisi sesuai nama wajib Setor, NIP, dan stempel Satker

22. Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi

atau Kantor Pos dan Giro

23 & 24. Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro serta Cap

Catatan : - Diisi dengan huruf Kapital atau diketik

- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu mata Anggaran Penerimaan (MAP)

(26)
(27)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB)

Nomor Uraian Isian

Catatan : - Diisi dengan huruf kapital atau diketik

- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu Mata Anggaran Penerimaan (MAP)

1. Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima

Setoran

2. Diisi dengan nomor SSPB dengan metode penomoran Kode Satker

Nomor (XXXXXXXXXX)

3. Diisi dengan Tanggal SSPB dibuat

4. Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan ... diisi petugas

Bank)

5. Diisi NPWP Bendahara Satker

6. Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor/Wajib Bayar

7. Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor/Wajib Bayar

8. Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementrian/Lembaga sesuai dengan

yang tercantum pada pagu anggaran

9. Diisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian

10. Diisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker

11. Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit

dan Kode Program (4) empat digit

12. *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila

penyetoran untuk Satker Pengguna PNBP *Diisi (4) digit kode Subkegiatan apabila penyetoran untuk Satker pengguna PNBP

13.

Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digit Diisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit

14. Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai

dengan Uraian Penerimaan sesuai dengan format

15. Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan

16. Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf

17. Diisi keperluan pembayaran

18 & 19. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP 20 & 21. Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP, dan stempel Satker

22. Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi

atau Kantor Pos dan Giro

23 & 24. Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro serta Cap

(28)

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) Tanggal : ...1) Nomor: ...2) Sifat Pembayaran Jenis Pembayaran MENTERI KEUANGAN 3)

1. Kementerian negara/lembaga : ... 5) 7. Kegiatan : ...11) 2. Unit Organisasi : ... 6) 8. Kode Kegiatan : ...12)

3. Satker : ... 7) 9. Kode Fungsi/Sub fungsi/Program : ...13) 4. Lokasi : ... 8) 10. Kode Kewenangan : ...14) 5. Tempat : ... 9)

6. Alamat : ...10)

Kepada yth,

Pejabat Penanda tangan Surat Perintah Membayar Satker ... 15)

di ... 16)

Berdasarkan DIPA/SKPA ...17) Nomor : ... 18) tanggal ... 19) bersama ini kami ajukan permintaan pembayaran sebagai berikut: 1. Jumlah Pembayaran yang dimintakan : dengan angka : ... 20)

dengan huruf : ... 21) 2. Untuk keperluan : ... 22) 3. Jenis belanja : ... 23) 4. Atas nama : ... 24) 5. Alamat : ... 25) 6. Mempunyai rekening : ... 26) nomor rekening : ... 27) 7. Nomor dan tanggal SPK/Kontrak : ... 28)

8. Nilai SPK/Kontrak : ... 29) 9. Dengan penjelasan : Nomor urut I. KEGIATAN/OUTPUT/MAK (AKUN 6 DIGIT) BERSANGKUTAN II. SEMUA KODE KEGIATAN

DALAM DIPA PAGU DALAM DIPA/SKPA (RP.) SPP/SPM S.D. YANG LALU (Rp.) SPP INI (Rp.) JUMLAH S.D. SPP INI SISA DANA (Rp.) 1 2 3 4 5 6 7 I KEGIATAN/OUTPUT/MAK (AKUN 6 DIGIT) 30) 31) 32) 33) 34) 35) JUMLAH I 36) 37) 38) 39) 40) II SEMUA KEGIATAN 41) 42) 43) 44) 45) 46) JUMLAH II 47) 48) 49) 50) 51) UANG PERSEDIAAN PM PM PM PM

LAMPIRAN DOKUMEN PENDUKUNG : SURAT BUKTI PENGELUARAN SURAT TANDA SETOR

... ... 52) BERKAS ...53) LEMBAR ...54) LEMBAR

Diterima oleh Pejabat Penanda tangan SPM ..., tanggal seperti diatas

Satker ...55) Pejabat Pembuat Komitmen

Pada tanggal ...57) Satker ...56)

Nama Nama

NIP. NIP.

(29)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

NO URAIAN ISIAN

(1) Diisi tanggal Penerbitan SPP

(2) Diisi nomor Penerbitan SPP

(3) Dipilih salah satu : 1= UP, 2=TUP, 3= GUP, 4= LS, 5=GUP Nihil, 6= PTUP

(4) Dipilih salah satu : 1= Pengeluaran Anggaran (PA), 2= Pengembalian Uang

(5) Diisi nama dan kode Kementerian negara/lembaga yang bersangkutan

(6) Diisi nama dan kode Unit Eselon I Kementerian negara/lembaga yang bersangkutan

(7) Diisi nama dan kode Satker yang bersangkutan

(8) Diisi nama dan kode Provinsi Satker yang bersangkutan

(9) Diisi nama dan kode kota/kabupaten Satker yang bersangkutan

(10) Diisi alamat Satker yang bersangkutan (11) Diisi nama kegiatan yang bersangkutan

(12 Diisi kode kegiatan yang bersangkutan

(13) Diisi kode fungsi, Sub fungsi dan program yang bersangkutan

(14) Diisi kode (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK) Dekonsentrasi, (TP) Tugas Pembantu, (UB) Urusan Bersama, (DS) Desentralisasi

(15) Diisi nama Satker yang bersangkutan

(16) Diisi nama kota/kabupaten yang bersangkutan

(17) Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA) (18) Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA) (19) Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran

(20) Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka (21) Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf (22) Diisi keperluan pembayaran

(23) Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/belanja barang/belanja modal/dst) (24) Diisi nama pihak penerima pembayaran

(25) Diisi alamat pihak penerima pembayaran

(26) Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran (27) Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran

(28) Diisi nomor dan tanggal SPK/Kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS) (29) Diisi nilai SPK/Kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS)

(30) Diisi kode kegiatan, output dan mata anggaran yang bersangkutan

(31) Diisi pagu masing-masing mata anggaran dalam satu kegiatan dan satu output (32) Diisi akumulasi nilai SPP/SPM yang telah diajukan

(33) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini (34) Diisi penjumlahan nilai kolom 4 dan kolom 5

(35) Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6 (36) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3

(37) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 4 (38) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 5 (39) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 6 (40) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 7

(41) Diisi kode kegiatan, output dan jenis belanja dalam DIPA/SKPA

(42) Diisi pagu jenis belanja dalam satu kegiatan dan satu output dalm DIPA/SKPA (43) Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan yang telah diajukan sampai dengan SPP yang

lalu

(44) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini

(45) Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan sampai dengan SPP ini (46) Diisi sisa dana seluruh kegiatan

(47) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 3 (48) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 4 (49) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 5 (50) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 6 (51) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 7

(52) Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan (53) Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan

(54) Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/SSBP) (55) Diisi nama Satker penguji SPP/penerbit SPM

(56) Diisi nama Satker pejabat pembuat komitmen (57) Diisi tanggal penerimaan SPP

(30)

KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)

TA : …..….(1)

Nomor Bukti : ………(2) Mata Anggaran : ……...(3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen Satker …...………..(4)

Jumlah uang : Rp. ... (5) Terbilang : ... (6) Untuk pembayaran : ... (7)

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baik Pejabat yang bertanggung jawab

Tanda Tangan (12) (Nama Jelas) NIP/NRP Tempat / Tgl. ……… (8) Jabatan Penerima Uang Tanda Tangan dan stempel (9) (Nama Jelas) Lunar dibayar Tgl. ... Bendahara Pengeluaran Tanda Tangan (11) (Nama Jelas) NIP/NRP Setuju dibebankan pada mata anggaran berkenaan,

a.n. Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen Tanda Tangan

(10) (Nama Jelas) NIP/NRP

(31)

PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi tahun anggaran berkenaan

(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3) Diisi Mata Anggaran yang dibebani transaksi pembayaran

(4) Diisi nama Satker yang bersangkutan

(5) Diisi jumlah uang dengan angka

(6) Diisi jumlah uang dengan huruf

(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan

spesifikasi teknisnya

(8) Diisi tempat tanggal penerima uang

(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan

materai sesuai ketentuan

(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP Pejabat Pembuat

Komitmen serta stempel dinas

(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP bendahara pengeluaran dan

tanggal lunas dibayar

(12) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan

(32)

KUITANSI LANGSUNG (LS)

TA : …….(1)

Nomor Bukti : ………(2) Mata Anggaran : ………(3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : Pejabat Pembuat Komitmen Satker …………..(4)

Jumlah uang : Rp. ...(5) Terbilang : ...(6) Untuk pembayaran : ...(7)

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baik Pejabat yang bertanggung jawab

(11) (Nama Jelas) NIP/NRP

Tempat / Tgl. ………(8) Jabatan Penerima Uang Tanda Tangan

(9) (Nama Jelas) a.n. Kuasa Pengguna Anggaran/

Pejabat Pembuat Komitmen Tanda Tangan dan stempel

(10) (Nama Jelas) NIP/NRP

(33)

PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LANGSUNG (LS)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi tahun anggaran berkenaan

(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3) Diisi Mata Anggaran yang dibebani transaksi pembayaran

(4) Diisi nama Satker yang bersangkutan

(5) Diisi jumlah uang dengan angka

(6) Diisi jumlah uang dengan huruf

(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi lingkup pekerjaan yang

diperjanjikan, tanggal, nomor kontrak/SPK, berita acara yang diperlukan/dipersyaratkan

(8) Diisi tempat tanggal penerima uang

(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan

materai sesuai ketentuan

(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP Pejabat Pembuat

Komitmen serta stempel dinas

(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan

(34)

KOPSTUK

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : ... (1) NIP/NRP : ... (2)

Jabatan : ... (3) ... selaku Kuasa Pengguna Anggaran

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya bertanggung jawab penuh atas pencairan, dan penggunaan dana pembayaran ... sebesar Rp ... (4) (... (5) ... rupiah) termasuk bertanggung jawab terhadap kebenaran perhitungan dan penyaluran kepada yang berhak menerima.

Apabila di kemudian hari, atas pencairan dan penggunaan dana ... tersebut di atas mengakibatkan terjadinya kerugian negara maka saya bersedia dituntut penggantian kerugian negara tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bukti-bukti pengeluaran terkait dengan pembayaran ... disimpan sesuai ketentuan pada Satuan Kerja kami, untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

..., ... (6) Kuasa Pengguna Anggaran, ... (7) ...

(... (8) ...) NIP/NRP ... (9) ...

(35)

PETUNJUK PENGISIAN

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi dengan nama lengkap Kuasa Pengguna Anggaran

(2) Diisi dengan NIP/NRP Kuasa Pengguna Anggaran

(3) Diisi dengan jabatan struktural Kuasa Pengguna Anggaran

(4) Diisi jumlah rupiah penarikan dana dengan angka

(5) Diisi jumlah rupiah penarikan dana dengan huruf

(6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan dan tahun

(7) Diisi dengan nama Satker

(8) Diisi dengan nama lengkap Kuasa Pengguna Anggaran

(36)

KOPSTUK

SURAT PERINTAH KERJA Nomor : SPK/ / / 20...

Pertimbangan : bahwa dalam rangka pelaksanaan pengadaan ... keperluan ... T.A. 20..., dipandang perlu mengeluarkan surat perintah kerja.

Dasar : 1. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN dengan Perubahan Terakhir Nomor 53 Tahun 2010;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN;

3. DIPA Satker... Nomor ...T.A. 20.. tanggal ... 20... DIPERINTAHKAN

Kepada : NAMA

DIR PT / CV ...

Untuk : 1. melaksanakan pekerjaan pengadaan... keperluan... T.A. 20...

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. biaya pekerjaan pengadaan ... keperluan... T.A. 20.... sebesar Rp. ...sebagaimana daftar rincian harga terlampir;

b. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selambat-lambatnya ... hari kalender sejak SPK ini dikeluarkan, dan setiap

keterlambatan dikenakan sanksi denda sebesar 1 0/00 (satu

per seribu) per hari dari nilai SPK tersebut;

c. pembayaran dilakukan melalui No. Rek. ... pada Bank ... dengan NPWP... setelah pekerjaan selesai berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak;

2. melaksanakan koordinasi dan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan unsur terkait;

3. melaksanakan perintah ini dengan saksama dan penuh rasa tanggung jawab. Selesai. Yang Melaksanakan : DIR PT. / CV. ... Nama : ... Alamat: ... Dikeluarkan di: ... pada tanggal : ...20... a.n. Kuasa Pengguna Anggaran/

Pejabat Pembuat Komitmen Satker ...

NAMA

PANGKAT NRP/NIP

(37)

KOPSTUK

DAFTAR RINCIAN HARGA PENGADAAN ... T.A. 20...

NO NAMA

MATERIIL

SATUAN BANYAKNYA HARGA (Rp.)

SATUAN JUMLAH

JUMLAH

Terbilang: ...

Catatan :Harga tersebut sudah termasuk pajak. PT. / CV ...

NAMA JABATAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... NAMA PANGKAT NRP/NIP LAMPIRAN SPK NOMOR : SPK / ………../ ………/20.. TANGGAL : ... 20...

(38)

KOPSTUK

BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN Nomor: BAPP / / / 20..

Pada hari ini ...tanggal ... 20.... di ... bahwa yang bertandatangan di bawah ini masing – masing :

Nama Pangkat Jabatan

1. ... ... Ketua

2. ... ... Anggota

3. ... ... Anggota

Berdasarkan Surat Perintah ... Nomor: Sprin/ / /20.... tanggal ... 20.... yang ditunjuk sebagai Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk melaksanakan pemeriksaan pekerjaan:

Pengadaan : ...

lokasi : ...

SPK Nomor : SPK/ / /20.... tanggal ... 20.... pelaksana : PT / CV...

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Telah melaksanakan pemeriksaan pekerjaan pengadaan ... keperluan Satker ... T.A. 20.... dengan hasil pemeriksaan terlampir.

2. Pemeriksaan atas kelengkapan akhir pekerjaan yang telah diselesaikan. 3. Berpendapat bahwa seluruh pekerjaan sesuai dengan Surat Perintah Kerja

dan telah diterima dalam keadaan lengkap dan baik.

Demikian Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan ini dibuat dengan sebenarnya dan ditandatangani, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... NAMA PANGKAT/NRP/NIP TIM PANITIA : 1. NAMA :…….. PANGKAT 2. NAMA :…….. PANGKAT 3. NAMA :…….. PANGKAT

(39)

KOPSTUK

DAFTAR HASIL PEMERIKSAAN PEKERJAAN PENGADAAN ... KEPERLUAN ... T.A. 20...

NO NAMA MATERIIL SATUAN BANYAKNYA KET.

Barang telah diterima dalam keadaan lengkap dan baik Mengetahui

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... NAMA PANGKAT / NRP / NIP Tim Panitia : 1. NAMA : ... PANGKAT 2. NAMA : ... PANGKAT 3. NAMA : ... PANGKAT

LAMPIRAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN

NOMOR : BAPP /.../.../20...

(40)

KOPSTUK

BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN Nomor : BASTP/ / /20....

Pada hari ini ... tanggal ... 20.... di ... bahwa yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing:

nama : ... pangkat : ...

jabatan : PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU.

nama : ... jabatan : ... alamat : ...

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Berdasarkan Surat Perintah Kerja ... Nomor: SPK/ ... /... /20.... tanggal... 20..., dengan ini telah melaksanakan serah terima pekerjaan sebagai berikut:

1. PIHAK KEDUA telah menyerahkan kepada PIHAK KESATU:

pengadaan : ...

lokasi : ...

pelaksana : PT/ CV ...

2. PIHAK KESATU telah menerima hasil pekerjaan PIHAK KEDUA dalam keadaan

lengkap dan baik.

Demikian Berita Acara Serah Terima Pekerjaan ini dibuat dengan sebenanya dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA: PT/CV NAMA JABATAN PIHAK KESATU:

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ...

NAMA

(41)

KOPSTUK

BERITA ACARA PEMBAYARAN Nomor: BAP/ /.../20...

Pada hari ini ... tanggal ... 20... di ...bahwa yang bertanda tangan di bawah ini masing – masing:

nama : ...;

pangkat : ...;

jabatan : PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU.

nama : ...;

jabatan : ...; alamat : ...

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Berdasarkan Surat Perintah Kerja Nomor : SPK/ /..../20.... tanggal ...20... dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor : BASTP/ /.../20... tanggal ...20.... selanjutnya PIHAK KESATU setuju untuk melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA sebesar Rp. ...(Terbilang : ...) dan harga tersebut sudah termasuk pajak.

Demikian Berita Acara Pembayaran ini dibuat dengan sebenarnya dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA: PT/CV

NAMA JABATAN

PIHAK KESATU:

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ...

NAMA

(42)

KOPSTUK

SURAT PERINTAH

Nomor : Sprin/…..../…../20…

Pertimbangan: bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan ……… pada Satker …… T.A. 20… , dipandang perlu mengeluarkan surat perintah.

Dasar : 1. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan APBN dengan Perubahan Terakhir Nomor 53 Tahun 2010;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN;

3. DIPA Satker... Nomor ...T.A. 20.. tanggal ... 20.... DIPERINTAHKAN

Kepada : 1. PANGKAT NAMA NRP/NIP. ………

JABATAN

2. PANGKAT NAMA NRP/NIP ……….

JABATAN

3. PANGKAT NAMA NRP/NIP. ………

JABATAN

Untuk : 1. disamping melaksanakan tugas dan jabatan sehari-hari agar

melaksanakan tugas sebagai Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan pengadaan ...………… keperluan Satker ……….T.A. 20....; 2. melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Pejabat Pembuat

Komitmen Satker...;

3. melaksanakan perintah ini dengan saksama dan penuh rasa tanggung jawab. Selesai. Dikeluarkan di : ………...………. pada tanggal : …………..…...…20…... KASATKER NAMA PANGKAT/NRP

(43)

KOP PERUSAHAAN

FAKTUR NO. : ……….

NO NAMA BARANG SATUAN BANYAKNYA HARGA (Rp.)

SATUAN JUMLAH JUMLAH Tanda Terima, NAMA PANGKAT/NRP/NIP Hormat Kami PT./CV. ... NAMA JABATAN ..., ... 20... Kepada Yth: ...

JL. TRUNOJOYO NO.3 KEB. BARU J a k a r t a.

(44)

KOP SATKER

Bukti Kas No. :

K U I T A N S I TahunAnggaran : ……….. Kode Akun : ……….. Jenis Pengeluaran : ………. ………. Terima dari : ………. Uang sejumlah : Untuk pembayaran : ……….. ……… ………. ………. …….., ………..20… …….., ………20……

Yang Membayarkan Yang Menerima

Nama : Nama : Pangkat/NRP/NIP : Pangkat/NRP/NIP : Jabatan : Jabatan : Kesatuan : Kesatuan : KOPSTUK

Bukti Kas No. :

K U I T A N S I TahunAnggaran : ……….. Kode Akun : ……….. Jenis Pengeluaran : ………. .………. Terima dari : ………. Uang sejumlah : Untuk pembayaran : ………... ...………...…... ……….. ……….. …….., ………..20… …….., ...20....

Yang Membayarkan Yang Menerima

Nama : Nama :

Pangkat/NRP/NIP: Pangkat/NRP/NIP:

Jabatan : Jabatan :

(45)

KOPSTUK

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN Nomor: SPP / .... / .... / 20 ....

Dari : ...

Kepada : KABIDKEU ... Kode Satker. : ...

Sebesar : Rp. ... Terbilang :(...) Untuk Pembayaran : ... Kode Akun : ... Jenis Belanja : ... Dibayarkan kepada : ... Alamat : ...

Permintaan Pembayaran berkenaan dengan (terlampir) 1. P-3

a. Nomor : ... Tgl. ...20xx Rp. ...

b. Nomor : ... Tgl. ...20xx Rp. ...

c. Nomor : ... Tgl. ...20xx Rp. ...

Jumlah Rp. ...

2. Surat Perjanjian / SPK / SPRIN

a. Nomor : ... Tgl. ... Mengenai : ... Rp. ... b. Nomor : ... Tgl. ... Mengenai : ... Rp. ... c. Nomor : ... Tgl. ... Mengenai : ... Rp. ... Pengawasan Otoriasasi :

1. Jumlah P-3 tersebut di atas ... Rp. ...

2. Jumlah s.d. SPP yang lalu Rp. ...

3. Jumlah SPP ini Rp. ...

4. Jumlah s.d SPP ini Rp. ……….

5. Sisa P-3 tersebut Rp. ……….

……….., ………. 20.... KEPALA SATUAN KERJA

Tembusan : ...NAMA...

1. ... PANGKAT NRP/NIP

2. ... 3. ...

(46)

KOPSTUK

DAFTAR PENGELUARAN RIIL Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Pangkat : NRP/NIP : Jabatan :

Berdasarkan Surat Perintah (Sprin) Nomor ...tanggal ... dengan ini kami menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Biaya pengeluaran untuk pelaksanaan kegiatan... dibawah ini yang tidak diperoleh bukti-bukti pengeluarannya , meliputi:

No Uraian Jumlah (Rp)

Jumlah

2. Jumlah uang tersebut pada angka 1 di atas benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaan Kegiatan... dimaksud dan apabila di kemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran, kami bersedia untuk menyetorkan kelebihan tersebut ke Kas Negara.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui/Menyetujui : KASATKER/PPK,

NAMA PANGKAT/NRP

..., tanggal, bulan, tahun Yang melaksanakan tugas

NAMA

(47)

DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU

BULAN : ... T.A. ...

SATKER: ...

NO NAMA PANGKAT JABATAN JUMLAH

HARI INDEKS UANG SAKU TANDA TANGAN JML HARI X INDEKS Ps.21 PPh. DIBAYARKAN JML 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MENGETAHUI : KASATKER ... ..., ...20... BENDAHARA PENGELUARAN ...

(48)

KOPSTUK

DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU DAN UANG MAKAN ... BULAN : ... T.A. ...

SATKER: ...

NO N A M A PANGKAT JABATAN JUMLAH

HARI UANG SAKU (KLM 5 X INDEKS) UANG MAKAN (KLM 5 X INDEKS) JUMLAH KOTOR (6 + 7) POTONGAN PPh PASAL 21 JML YANG DI BAYARKAN TANDA TANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 MENGETAHUI: KASATKER ... ..., ...20... BENDAHARA PENGELUARAN ...

(49)

KOPSTUK

DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN HONOR ... BULAN : ... T.A. ...

SATKER : ...

NO NAMA PANGKAT JABATAN JUMLAH

HARI INDEKS JUMLAH (KLM 5 X 6 ) PPh PASAL 21 JML YANG DI BAYARKAN TANDA TANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MENGETAHUI : KASATKER ... MENGETAHUI: KASATKER ... ..., ...20... BENDAHARA PENGELUARAN ...

(50)
(51)
(52)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada dua puluh bintara Polri di Polres Bandung Timur berkaitan dengan kegiatan pokok anggota Polri dalam

RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah.. RKA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

Guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi peserta didik dengan menjelaskan kembali orang yang berhak menerima zakat berdasarkan buku teks

Pada penelitian ini akan dibuat arang aktif dari tongkol jagung dan diaktivasi secara fisika dan kimia dengan aktivator KOH dimana KOH adalah agen yang paling efektif

Ka- rena pengelolaan dan pengawasan yang kurang baik, maka beberapa jenis tanaman introduksi sudah me- liar bahkan menjadi sangat agresif sehingga men- imbulkan berbagai

Hasil analisis menunjukkan bahwa awal tanam dan masa tanam pertama (Gardu) cenderung mengalami pergeseran lebih awal satu bulan atau tiga bulan dari patokan masa

M.Pd SMA NEGERI 1 SURAKARTA Kota Surakarta Jawa Tengah JOGJAKARTA 140 Berti Sagendra, S.Pd SMK NEGERI 4 SEMARANG Kota Semarang Jawa Tengah JOGJAKARTA 141 Dadang

1) Sistem dapat melakukan peringatan keamanan kepada user jika mendeteksi adanya pergerakan manusia melalui fasilitas SMS. Selain itu user juga dapat memanfaatkan