• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kalimantan Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Timur

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triwulan IV-2013 dapat diselesaikan dan disusun

dengan baik dan tepat waktu serta dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Timur diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai perwujudan peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Kalimantan Timur dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang

perkembangan ekonomi Kalimantan Timur terkini serta prospeknya ke depan. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Analisa pada kajian ini menggambarkan perekonomian daerah Provinsi Kalimantan Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti instansi di lingkungan pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Timur, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha dan akademisi, laporan dari perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami menyadari bahwa buku kajian ini masih belum sempurna ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan, masukan, dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Kalimantan Timur. Terima kasih.

Samarinda, Februari 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Ameriza M. Moesa Kepala Perwakilan

(3)

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GRAFIK ... vi DAFTAR DIAGRAM ... ix DAFTAR GAMBAR ... ix RINGKASAN EKSEKUTIF ... x Gambaran Umum ... x

Perkembangan Ekonomi Makro Regional ... x

Perkembangan Inflasi Daerah ... x

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ... xi

Perkembangan Keuangan Daerah ... xi

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ... xi

Prospek Perekonomian dan Inflasi ... xi

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1

1.1 Kondisi Umum Perekonomian ... 1

1.2 Sisi Permintaan ... 2 1.2.1 Konsumsi ... 3 1.2.2 Investasi ... 5 1.2.3 Ekspor-Impor ... 6 1.3 Sisi Penawaran ... 9 1.3.1 Sektor Pertanian ... 10 1.3.2 Sektor Pertambangan ... 12

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ... 14

(4)

iii Boks 1. Dampak Kenaikan BI Rate terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus Provinsi Kaltim

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 17

2.1 Gambaran Umum Inflasi ... 17

2.2 Inflasi Tahunan dan Triwulanan ... 17

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... 18

2.3.1 Sisi Permintaan ... 18

2.3.2 Sisi Penawaran ... 19

2.4 Dekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi ... 20

BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ... 24

3.1 Kondisi Umum Perbankan ... 24

3.1.1 Kelembagaan ... 25

3.1.2 Aset Perbankan ... 26

3.1.3 Penghimpunan Dana ... 26

3.1.4 Penyaluran Kredit ... 27

3.1.4.1 Kredit Bank Umum Berlokasi Kantor di Kaltim ... 27

3.1.4.2 Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim ... 28

3.1.4.3 Dukungan Perbankan terhadap Sektor Unggulan & Resiko Kredit... 30

3.1.4.4 Penyaluran Kredit UMKM dan KUR ... 32

3.2 Inklusi Keuangan ... 33

3.2.1 Indikator Pelayanan Jasa Keuangan ... 34

3.2.2 Indikator Penggunaan Jasa Keuangan ... 35

3.2.3 Indikator Penggunaan Jasa Keuangan oleh UMKM ... 36

3.3 Kondisi Umum Sistem Pembayaran ... 36

3.3.1 Perkembangan Transaksi Tunai ... 36

3.3.1.1 Perkembangan Pengedaran Uang Kartal ... 36

3.3.1.2 Jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal ... 37

3.3.2 Perkembangan Transaksi Non-Tunai ... 37

3.3.2.1 Perkembangan Transaksi Kliring ... 38

(5)

iv

BAB IV KEUANGAN DAERAH ... 40

4.1 APBD Kalimantan Timur ... 40

4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 ... 41

4.2.1 Realisasi Pendapatan Daerah ... 42

4.2.2 Realisasi Belanja Daerah ... 43

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ... 44

5.1 Ketenagakerjaan ... 44

5.2 Kesejahteraan ... 46

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 49

6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ... 49

6.2 Proyeksi Inflasi ... 53 Boks 2. Perkembangan Batubara Terkini

(6)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Struktur Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ... 1

1.2 Pertumbuhan & Kontribusi PDRB Kaltim Menurut Penggunaan (yoy) ... 3

1.3 Perkembangan Belanja Pemerintah ... 4

1.4 Komoditas Ekspor Non Migas Utama Kaltim TW IV-2013 ... 8

1.5 Komoditas Impor Non Migas Utama Kaltim Triwulan IV-2013 ... 9

1.6 Pertumbuhan & Kontribusi PDRB menurut Sektor Ekonomi ... 10

2.1 Perkembangan Inflasi Balikpapan, Samarinda, Tarakan dan Kaltim ... 18

2.2 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Samarinda ... 22

2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Balikpapan ... 22

2.4 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Tarakan ... 23

3.1 Perkembangan Indikator Aset, DPK, Kredit dan LDR Bank Umum Berdasarkan Kabupaten/Kota di Kaltim Triwulan IV-2013... 25

3.2 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kaltim ... 26

3.3 Perkembangan Aset Perbankan Berdasarkan Kab/Kota di Kaltim ... 26

3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan di Kaltim ... 27

3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit berdasarkan Jenis Usaha... 30

3.6 Sebaran Kredit di Kabupaten/Kota berdasarkan Sektor Ekonomi ... 31

3.7 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum di Kalimantan Timur ... 33

3.8 Perkembangan KUR Kalimantan Timur dan Nasional ... 33

3.9 Indikator Inklusi Keuangan Kaltim tahun 2013 ... 34

4.1 APBD se Kalimantan Timur TA 2012-2013 ... 41

4.2 APBD per Provinsi/Kabupaten/Kota ... 41

4.3 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Kaltim tahun 2013 ... 42

4.4 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Kaltim tahun 2013 ... 43

5.1 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ... 46

5.2 Penduduk Angkatan Kerja, Bekerja & Pengangguran menurut Kabupaten/Kota ... 46

5.3 Jumlah Penduduk Miskin ... 47

5.4 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan... 47

6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Provinsi Kaltim ... 49

(7)

vi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

1.1 Indeks Kenyakinan Konsumen ... 2

1.2 Indeks Harga Perdagangan Besar Kaltim ... 4

1.3 Pertumbuhan KPR Perbankan ... 4

1.4 Pertumbuhan KPM, KPSM & KMultiguna ... 4

1.5 Pertumbuhan investasi PMTB Realisasi s.d. TW III-2013 ... 6

1.6 Realisasi Pengadaan Semen di Kaltim ... 6

1.7 Perkembangan Impor Barang Modal ... 6

1.8 Perkembangan Kredit Investasi ... 6

1.9 Pertumbuhan Ekspor Migas Kaltim ... 7

1.10 Pengapalan LNG Kaltim ... 7

1.11 Pertumbuhan Nilai Ekspor Non Migas Kaltim ... 7

1.12 Pertumbuhan Volume Ekspor Non Migas Kaltim ... 7

1.13 Perkembangan Ekspor Batubara berdasarkan Negara Tujuan ... 8

1.14 Perkembangan Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan ... 8

1.15 Pertumbuhan Nilai Impor Non Migas Kaltim ... 9

1.16 Pertumbuhan Volume Impor Non Migas Kaltim ... 9

1.17 Perkembangan Share Negara Asal Utama Impor Non Migas ... 9

1.18 Perkembangan Produksi Padi Sawah ... 10

1.19 Produksi dan Luas Panen Padi Sawah ... 10

1.20 Produksi dan Luas Panen Jagung ... 11

1.21 Indeks Produksi Kelapa Sawit ... 11

1.22 Harga TBS Kaltim ... 11

1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian ... 11

1.24 Lifting Gas Alam Kaltim ... 12

1.25 Lifting Minyak Bumi Kaltim ... 12

1.26 Produksi Batubara PKP2B ... 12

1.27 Harga Batubara Domestik dan Internasional ... 12

1.28 PMI Manufaktur Cina & India ... 13

1.29 Penjualan Domestik (DMO) PKP2B ... 13

1.30 Harga Futures Komoditas Batubara ... 14

1.31 Perkembangan Kredit Pertambangan ... 14

1.32 Pengapalan LNG Kaltim ... 15

1.33 Pangsa Penjualan LNG ... 15

1.34 Kredit Perindustrian ... 15

(8)

vii

1.36 Omzet Restoran... 16

2.1 Harga Komoditas Internasional ... 18

2.2 Laju Inflasi Provinsi Kaltim Wilayah Kalimantan dan Nasional ... 18

2.3 Ekspektasi Konsumen ... 19

2.4 Rata-rata Tinggi Gelombang di Laut Jawa dan Selat Makassar ... 20

2.5 Dekomposisi Inflasi Kaltim ... 20

2.6 Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran ... 20

3.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Nasional dan Kaltim (yoy) ... 24

3.2 Pertumbuhan DPK Perbankan Nasional dan Kaltim (yoy) ... 24

3.3 Pertumbuhan Kredit Perbankan Nasional dan Kaltim (yoy) ... 24

3.4 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi (yoy) ... 28

3.5 Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi Utama (yoy) ... 28

3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum berlokasi Proyek di Kaltim ... 29

3.7 Perkembangan Kredit, Kaltim ... 32

3.8 Persentase Kredit dalam Perhatian Khusus & Cadangan Kerugian terhadap Total Kredit .. 32

3.9 Nominal Kredit Berdasarkan Kelompok Nilai ... 35

3.10 Rekening Kredit Berdasarkan KelompokNilai ... 35

3.11 Nominal DPK Berdasarkan Kelompok Nilai ... 35

3.12 Rekening DPK Berdasarkan Kelompok Nilai ... 35

3.13 Total Peredaran Uang Kartal di Kaltim ... 37

3.14 Peredaran Uang Kartal di Kaltim berdasarkan Wilayah Kerja KPw BI ... 37

3.15 Jumlah PTTB per-Wilker KBI ... 37

3.16 Ratio PTTB terhadap Inflow ... 37

3.17 Perkembangan Transaksi Non Tunai ... 38

3.18 Perkembangan Transaksi Kliring ... 39

3.19 Perkembangan Warkat Kliring ... 39

3.20 Perkembangan Transaksi RTGS ... 39

3.21 Perkembangan RTGS per Wilker KBI ... 39

4.1 Perkembangan APBD Kaltim TA 2008-2013 ... 40

5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Provinsi Kaltim ... 44

5.2 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 45

5.3 Indeks Kenyakinan Konsumen... 47

5.4 Indeks Penghasilan ... 48

6.1 Lifting Gas Alam Kaltim ... 50

6.2 Lifting Minyak Bumi Kaltim ... 50

(9)

viii

6.4 Produksi Batubara PKP2B Kaltim ... 51

6.5 Harga CPO Internasional & TBS Lokal ... 52

6.6 Harga Batubara Internasional ... 52

6.7 Laju Inflasi Provinsi Kaltim & Proyeksi di Triwulan I-2014 ... 52

6.8 Rerata Tinggi Gelombang di Laut Jawa dan Selat Makassar ... 53

(10)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

1.1 Peta Perekonomian Nasional (yoy) ... 1

3.1 Share Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ... 28

3.2 Share Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 28

3.3 Share Kredit Jenis Penggunaan Lokasi Proyek di Kaltim ... 29

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1.1 Peta Perekonomian Nasional (yoy) ... 2

2.1 Laju Inflasi Provinsi Antar Provinsi di Kaltim (yoy) ... 22

(11)

x

R

R

I

I

N

N

G

G

K

K

A

A

S

S

A

A

N

N

E

E

K

K

S

S

E

E

K

K

U

U

T

T

I

I

F

F

K

K

A

A

J

J

I

I

A

A

N

N

E

E

K

K

O

O

N

N

O

O

M

M

I

I

D

D

A

A

N

N

K

K

E

E

U

U

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

R

R

E

E

G

G

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

K

K

A

A

L

L

I

I

M

M

A

A

N

N

T

T

A

A

N

N

T

T

I

I

M

M

U

U

R

R

T

T

R

R

I

I

W

W

U

U

L

L

A

A

N

N

I

I

V

V

-

-

2

2

0

0

1

1

3

3

G GaammbbaarraannUUmmuumm

Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dalam 10 tahun terakhir semakin mengandalkan permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga dan investasi semakin berkontribusi terhadap struktur perekonomian sejalan dengan perannya yang semakin meningkat. Dari sisi sektoral juga menggambarkan semakin besarnya peran sektor-sektor non migas dalam pembangunan ekonomi dan menggantikan dominasi sektor migas (subsektor pertambangan dan penggalian migas dan subsektor industri pengolahan migas).

P

PeerrkkeemmbbaannggaannEEkkoonnoommiiMMaakkrrooRReeggiioonnaall

Perekonomian Kaltim pada triwulan IV-2013 diestimasi mengalami pertumbuhan sebesar 1,69%, melambat dibanding periode triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,08%. Dengan demikian, pertumbuhan Kalimantan Timur pada tahun 2013 berada di level 1,59%, melambat dari tahun 2012 yang tumbuh 3,98%. Di sisi permintaan, perlambatan laju perekonomian didorong oleh perlambatan ekspor yang lebih cepat dibandingkan perlambatan impor.

Di sisi permintaan, perlambatan laju perekonomian didorong oleh perlambatan ekspor yang lebih cepat dibandingkan perlambatan impor. Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi di sektor industri pengolahan migas, bangunan dan PHR. Kontraksi yang terjadi di subsektor pertambangan migas bertransmisi secara langsung kepada semakin dalamnya kontraksi di subsektor industri pengolahan migas. Sementara itu, pertumbuhan sektor lainnya yang semakin baik, terutama pertambangan batubara belum mampu membuat ekonomi Kaltim tumbuh lebih tinggi dari triwulan lalu.

P

PeerrkkeemmbbaannggaannIInnffllaassiiDDaaeerraahh

Secara tahunan laju inflasi Provinsi Kalimantan Timur di triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 9,48% menjadi 9,65%, berada di atas level Nasional yang tercatat 8,38% (yoy).

Dari aspek permintaan, tekanan inflasi dipicu antara lain oleh naiknya permintaan masyarakat selama masa Natal dan Tahun Baru, terutama terhadap bahan makanan. Tekanan dari sisi permintaan juga berasal dari naiknya Tarif Dasar Listrik tahap IV.

Perlambatan arah perekonomian di periode ini lebih dipengaruhi oleh sektor migas di tengah perbaikan kinerja sektor pertambangan batubara Katim Meningkatnya pola konsumsi diikuti kelangkaan semen dan kenaikan TDL menjadi sumber tekanan inflasi di akhir tahun Sumber :BPS (diolah)

(12)

xi

Sedangkan dari sisi penawaran, tingginya curah hujan di sentra-sentra produksi di Jawa Timur membuat angka produksi tidak dapat sampai ke titik maksimalnya. Selain itu, kelancaran distribusi juga turut terimbas instabilitas cuaca. Permasalahan infrastruktur juga menjadi sumber tekanan inflasi seperti masalah pelabuhan, bongkar muat dan akses jalan raya.

P

PeerrkkeemmbbaannggaannPPeerrbbaannkkaannddaannSSiisstteemmPPeemmbbaayyaarraann

Perkembangan Aset, DPK dan penyaluran kredit bank umum yang berdomisili di Kaltim pada triwulan III-2013 masing-masing mengalami pertumbuhan 1,61%, 6,77%, dan 22,51% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan tren melambatnya pertumbuhan di level nasional.

Adapun di sistem pembayaran, total aliran uang yang masuk (inflow) selama

triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,26 triliun dan transaksi outflow mencapai

Rp6,67 triliun. Sedangkan pada transaksi pembayaran non-tunai, transaksi kliring dan RTGS secara total telah mencapai Rp99,14 triliun.

P

PeerrkkeemmbbaannggaannKKeeuuaannggaannDDaaeerraahh

Realisasi anggaran pendapatan provinsi Kaltim pada tahun 2013 mencapai Rp11,43 triliun, atau mencapai 95,7% dari target pendapatan tahun 2013 sebesar Rp11,94 triliun. Sementara realisasi belanja mencapai Rp13,74 triliun atau 90,79% dari target 2013. Realisasi belanja jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar 70,08%.

K

KeetteennaaggaakkeerrjjaaaannddaannKKeesseejjaahhtteerraaaann

Indikator ketenagakerjaan mengkonfirmasi adanya penurunan level

pengangguran terbuka meskipun di sisi lain pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja sedikit melambat akibat menurunnya pertumbuhan penduduk di usia angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan dari 8,9% pada tahun lalu menjadi 8,04% di periode laporan.

P

PrroossppeekkPPeerreekkoonnoommiiaannddaannIInnffllaassii

Kondisi perekonomian makro di triwulan I-2014 diproyeksi tumbuh lebih baik ke level 2,1±1% didorong oleh kenaikan produksi pertambangan batubara, khususnya ke negara Cina dan India seiring dengan perbaikan ekonomi global. Selain itu, dimulainya masa kampanye legislatif diperkirakan memberi stimulus permintaan domestik tumbuh di atas rerata historisnya.

Dari sisi perkembangan harga, laju inflasi tahunan diproyeksi melandai seiring dengan dampak kenaikan harga BBM yang berangsung hilang. Meski demikian pergerakan inflasi secara bulanan akan cenderung tinggi khususnya di bulan Januari yang terpengaruh oleh cuaca buruk. Tren kenaikan harga-harga pada kelompok perumahan dan sandang juga masih berpotensi mendorong inflasi pada triwulan mendatang.

Berbagai indikator perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan kinerja pertumbuhan positif meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya Pencapaian realisasi belanja semakin membaik dan kondisi ketenagakerjaan di Kaltim mulai stabil

Perekonomian di triwulan I diproyeksi menguat dengan laju inflasi yang mereda

(13)

1

I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Perlambatan arah perekonomian Kaltim di periode ini lebih

dipengaruhi oleh sektor migas di tengah perbaikan kinerja yang mulai

terjadi di sektor non migas khususnya pertambangan batubara ...

1.1. Kondisi Umum Perekonomian

Struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) di triwulan IV-2013 relatif tidak mengalami perubahan dibanding periode lalu. Namun jika dilihat perkembangannya dalam 10 tahun terakhir, perekonomian dari sisi permintaan semakin mengandalkan permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga dan investasi semakin berkontribusi terhadap struktur perekonomian sejalan dengan perannya yang semakin meningkat. Sedangkan dari sisi sektoral juga terlihat bahwa peran sektor migas dalam perekonomian Kalimantan Timur mulai tergantikan oleh sektor non migas seperti penggalian, bangunan serta jasa. Perlambatan yang terjadi selama tiga tahun terakhir di sektor pertambangan, baik di subsektor migas maupun non migas telah memberi dampak pada perlambatan ekspor, khususnya ekspor luar negeri.

Perekonomian Kaltim pada triwulan IV-2013 diestimasi mengalami pertumbuhan sebesar

1,69%1

, melambat dibanding periode triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,08%2

. Dengan demikian, pertumbuhan Kalimantan Timur pada tahun 2013 berada di level 1,59%, melambat dari tahun 2012 yang tumbuh 3,98%. Hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim juga mengisyaratkan melemahnya optimisme konsumen di akhir tahun dalam memandang kondisi perekonomian Kaltim (Grafik 1.1). Di sisi permintaan, perlambatan laju perekonomian didorong oleh perlambatan ekspor yang lebih cepat dibandingkan perlambatan impor.

Tabel 1.1 Struktur Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur

Meskipun pertumbuhan Kalimantan Timur pada tahun 2013 melambat menjadi 1,59%, pertumbuhan ekonomi tanpa migas tercatat masih berada di level tinggi sebesar 5,17%.

1

Berita Resmi Statistik - BPS Provinsi Kalimantan Timur, No.09/02/64/Th.XVII, 5 Februari 2014.

2

Angka revisi pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya diestimasi tumbuh 1,77% (BPS Provinsi Kaltim)

Penggunaan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Konsumsi Rumah Tangga 14.54% 12.60% 12.99% 14.02% 11.35% 13.54% 13.63% 13.34% 14.65% 16.63% Pengeluaran Pemerintah 4.95% 4.09% 5.07% 5.86% 4.55% 5.59% 5.35% 5.09% 5.53% 6.27% PMTDB 14.02% 11.59% 12.24% 13.43% 11.31% 13.74% 13.96% 13.14% 14.46% 15.86% Ekspor 103.91% 107.25% 110.46% 107.54% 106.72% 107.02% 109.57% 110.32% 119.29% 128.23% Impor 38.27% 36.27% 41.51% 41.66% 34.57% 40.71% 43.32% 42.65% 54.73% 67.90% Net Ekspor 65.64% 70.98% 68.95% 65.88% 72.15% 66.32% 66.25% 67.67% 64.57% 60.33% PDRB 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% Sektor Ekonomi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 6.36% 6.72% 5.41% 6.05% 4.59% 5.94% 5.99% 5.87% 6.33% 6.74% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 39.61% 38.14% 41.89% 42.80% 45.47% 45.81% 47.43% 50.00% 47.12% 42.91%

INDUSTRI PENGOLAHAN 36.68% 36.28% 35.98% 33.52% 33.78% 27.36% 25.07% 23.35% 23.52% 24.55%

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.31% 0.29% 0.29% 0.29% 0.23% 0.28% 0.28% 0.26% 0.27% 0.28%

BANGUNAN 2.65% 2.93% 2.35% 2.56% 2.27% 2.72% 2.75% 2.64% 2.98% 3.41%

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 6.36% 7.00% 6.39% 6.58% 6.44% 7.78% 8.20% 8.02% 8.76% 9.61%

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 3.62% 4.48% 3.46% 3.53% 3.18% 3.69% 3.74% 3.59% 3.97% 4.41%

KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 1.95% 2.31% 1.75% 2.03% 1.81% 2.25% 2.32% 2.37% 2.89% 3.52%

JASA-JASA 2.48% 1.85% 2.49% 2.63% 2.23% 4.17% 4.22% 3.91% 4.16% 4.57%

PDRB 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% PDRB TANPA MIGAS 40.09% 45.22% 41.20% 44.21% 42.58% 54.34% 59.25% 61.88% 65.02% 66.65%

(14)

2

Bahkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas dan batubara masih berada di level 7,47% untuk tahun 2013. Pertumbuhan PDRB tanpa migas menjadi relevan untuk Kalimantan Timur karena

efek multiplier sektor migas tidak sepenuhnya terjadi di Kalimantan Timur sehingga

dampaknya tidak terasa maksimal ke masyarakat. Rendahnya efek multiplier ini disebabkan

karena keuntungan yang dihasilkan oleh sektor migas sebagian besar akan ditransfer ke perusahaan induk yang berlokasi di luar Kalimantan Timur.

Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi di sektor industri pengolahan migas, bangunan dan PHR. Kontraksi yang terjadi di subsektor pertambangan migas bertransmisi secara langsung kepada semakin dalamnya kontraksi di subsektor industri pengolahan migas. Sementara itu, pertumbuhan sektor lainnya yang semakin baik, terutama pertambangan batubara belum mampu membuat ekonomi Kaltim tumbuh lebih tinggi dari triwulan lalu. Dalam skala wilayah, sektor pertambangan batubara dan industri pengolahan migas Kaltim menjadi bagian dominan dari sektor ekonomi utama di Kalimantan. Sumbangan ekonomi Kaltim terhadap wilayah Kalimantan mencapai 58,1%, sedangkan bagi perekonomian Indonesia sekitar 5,2% (Diagram 1.1).

Grafik 1.1 Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen BI Prov. Kaltim

Diagram 1.1 Peta Perekonomian Nasional (yoy)

Sumber: BPS, diolah

1.2. Sisi Permintaan

Perekonomian Kaltim pada triwulan IV-2013 masih didukung oleh permintaan domestik yang tumbuh cukup tinggi sebesar 6,89% dan investasi yang tumbuh sebesar 4,02% (yoy) (Tabel 1.2). Faktor pendorong dari sisi penggunaan datang dari permintaan domestik, terutama dari konsumsi masyarakat dan pemerintah. Sebaliknya, neraca perdagangan luar negeri Kaltim menjadi faktor penarik pertumbuhan karena masih rendahnya realisasi ekspor komoditas utama Kalimantan Timur. Belum pulihnya fundamental sektor pertambangan berimbas pada masih tertahannya pertumbuhan investasi di triwulan laporan.

-20 40 60 80 100 120 140 160 180 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2011 2012 2013

Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen

Sumber : BPS Nasional Keterangan : angka semester I-2012

Notes :

Untuk wilayah  share thd nas / share thd KTI Untuk provinsi  share thd nas / share thd KTI / share thd wilayah

Sumat era 23% Jaw a 58% Kalimant an 9% / 48% Sulampua 7% / 36.5% Balnust ra 3% / 15.5% KTI 19% Kalsel , 1.5 / 7.7 / 16.1 % Kalt im, 5.27 / 27.9 / 58.1 % Kalbar, 1.4 / 7.6 / 15.9 % Kalt eng, 0.9 / 4.7 / 9.9 % Bali, 1.38 / 7.3 / 47 % NTB, 0.96 / 5.1 / 32.6 % NTT, 0.6 / 3.2 / 20.4 % Sulampua : Pertanian (27%) PHR (15%) Jasa (13%) Tambang (12%) Balnustra : Pertanian (24%) PHR (23%) Jasa (15%) Tambang (9%) Kalimantan : Pertambangan (28%) Industri (21%) Pertanian (16%) PHR (13%) Pertanian (20,7%) Tambang (19,0%) PHR (15,4%) Industri (14,8%) Sulsel, 2.4 / 12.9 / 35.3% Sultra, 0.6/ 2.9 / 8.1% Sulbar, 0.2/ 1.2 / 3.3% Sulteng, 0.8 / 4.4 / 12% Sulut, 0.9 / 4.6 / 12.7% Gorontalo, 0.14 / 0.7 / 2% M aluku, 0.2/ 1.1 / 2.9% M aluku Utara, 0.14/ 0.8 / 2.1% Papua, 1.1 / 5.7/ 15.6% Papua Barat, 0.4 / 2.2 / 6%

(15)

3

Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Kalimantan Timur menurut Penggunaan (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur 1.2.1. Konsumsi

Kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2013 tercatat semakin tinggi mencapai 6,89%, sedangkan pada triwulan III tercatat tumbuh 5,27% (yoy). Dengan demikian pertumbuhan konsumsi selama satu tahun tercatat melambat dari 11,03% di tahun 2012 menjadi 7,13% di tahun 2013. Pertumbuhan yang semakin baik di triwulan ini ditransmisikan pada kontribusi yang semakin tinggi dari 0,94% menjadi 1,22%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi mampu dikonfirmasi oleh indikator indeks harga perdagangan besar yang meningkat pada periode laporan, yakni memasuki periode Natal dan Tahun Baru (Grafik 1.2).

Semakin membaiknya kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga berasal dari perbaikan pengeluaran masyarakat untuk komoditas makanan dan non makanan. Perbaikan kinerja ini antara lain disebabkan tingkat inflasi regional yang relatif rendah yakni 0,61% (qtq) pada triwulan terakhir 2013. Cenderung semakin rendahnya volatilitas nilai tukar Rupiah juga menjadi pendukung perbaikan di komsumsi masyarakat dimana standar deviasi nilai tukar di triwulan ini (Rp341,89) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (Rp579,28). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga terjadi karena adanya hari raya Natal dan Tahun Baru di triwulan ini. Sementara itu penahan pertumbuhan konsumsi masyarakat berasal dari kebijakan kepemilikan properti dan kendaraan bermotor yang mempengaruhi kemampuan dan pola konsumsi masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor dan properti. Indikator membaiknya konsumsi tersebut ditunjukkan oleh masih tumbuh tingginya kredit konsumsi perbankan sebesar 17,62% (yoy) dengan nominal Rp21,95 triliun.

Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013 Total Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013 Total

Konsumsi Rumah Tangga 9.04% 7.47% 5.27% 6.89% 7.13% 1.50% 1.26% 0.94% 1.22% 1.23% Makanan 6.02% 5.26% 5.38% 6.80% 5.87% 0.47% 0.42% 0.44% 0.56% 0.47% Non Makanan 11.79% 9.44% 5.18% 6.97% 8.23% 1.03% 0.84% 0.50% 0.66% 0.76% Pengeluaran KLSN 5.01% 5.01% 4.12% 7.56% 5.44% 0.02% 0.02% 0.02% 0.03% 0.02% Pengeluaran Pemerintah 3.17% 1.31% 5.91% 11.06% 5.43% 0.16% 0.07% 0.32% 0.60% 0.29% Pemb. Modal Tetap Domestik Bruto 7.23% 5.36% 4.41% 4.02% 5.23% 1.24% 0.94% 0.79% 0.73% 0.92% Perubahan Stok 6.53% 6.12% 2.43% 5.40% 5.10% 0.06% 0.06% 0.02% 0.05% 0.05% Ekspor 3.69% 4.10% 8.49% 4.09% 5.06% 4.21% 4.76% 9.43% 4.71% 5.77% Ekspor Luar Negeri -3.40% -1.61% -0.11% 4.06% -0.25% -2.61% -1.26% -0.08% 3.14% -0.19% Ekspor Antar Daerah 18.25% 15.89% 24.86% 4.13% 15.75% 6.82% 6.01% 9.50% 1.57% 5.96% Impor 10.97% 9.69% 17.05% 9.55% 11.75% 6.09% 5.68% 9.48% 5.68% 6.73% Impor Luar Negeri 16.90% 17.41% 24.47% 2.35% 14.85% 4.67% 5.09% 6.60% 0.73% 4.26% Impor Antar Daerah 5.10% 1.99% 10.05% 17.35% 8.63% 1.42% 0.58% 2.88% 4.95% 2.47% Net Ekspor -3.20% -1.60% -0.09% -1.75% -1.68% -1.87% -0.92% -0.05% -0.97% -0.95% PDRB 1.13% 1.45% 2.08% 1.69% 1.59% 1.13% 1.45% 2.08% 1.69% 1.59%

(16)

4

Grafik 1.2 Indeks Harga Perdagangan Besar Kalimantan Timur

Sumber: Dispenda Prov. Kaltim

Grafik 1.3 Pertumbuhan KPR Perbankan

Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kaltim

Grafik 1.4 Pertumbuhan KPM,KPSM & KMultiguna

Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kaltim

Tabel 1.3 PerkembanganBelanja Pemerintah

Sumber: Biro Keuangan Setprov Kaltim

Khusus untuk pertumbuhan kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kendaraan bermotor (KKB) yang melambat diduga merupakan efek lanjutan dari kebijakan Bank Indonesia untuk

menghindari terjadinya bubble pada kredit konsumsi perbankan. Kebijakan Bank Sentral yang

tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor tersebut efektif berlaku sejak 15 Juni 2012. Kebijakan ini

mengatur besaran Loan to Value (LTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Down

Payment (DP) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yakni minimal 25% untuk roda dua, DP minimal 30% untuk roda empat, serta 20% untuk kredit kendaraan roda empat atau lebih yang digunakan dalam rangka keperluan produktif. Adapun besaran DP yang ditetapkan akan disesuaikan pada tanggal 1 September untuk mengatur besaran uang muka KPR dan Kredit

Kepemilikan Apartemen (KPA) untuk hunian tipe di atas 70 m2

uang muka LTV untuk rumah pertama sebesar 30 persen, uang muka minimal 40% untuk rumah kedua, uang muka minimal 50 persen untuk kredit kepemilikan rumah ketiga dan seterusnya lewat Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013.

Dampak dari kebijakan LTV terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Kaltim sudah mulai terlihat sejak akhir tahun 2012. Realisasi KPR untuk rumah tipe di atas 70m2

mulai terlihat mengalami perlambatan setelah tumbuh tinggi di triwulan IV 2012. Sementara itu kredit ruko/rukan tumbuh stabil selama 2 tahun terakhir. Sedangkan KPR tipe 22 s.d. 70 menunjukkan tren pertumbuhan positif selama 2 tahun terakhir dengan tingkat pertumbuhan

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% -20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011 2012 2013

Indeks Harga Perdagangan Besar g(yoy) (RHS) -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 1 2 3 4 1 2 3 4 2012 2013 Rumah tipe 22 sd. 70 Rumah tipe di atas 70 Ruko & Rukan (yoy) -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 1 2 3 4 1 2 3 4 2012 2013

Pemilikan Mobil Roda Empat Pemilikan Sepeda Bermotor Kredit Multiguna

(yoy)

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

APBD Provinsi Kaltim

2012 Prosentase Belanja

7.46% 21.39% 36.99% 70.02%

Pagu belanja : 13,14 T

0,98 T

2,81 T

4,86 T

9,2 T

2013 Prosentase Belanja

7.79% 27.94% 48.15% 90.75%

(17)

5

35,2% pada periode laporan dengan nilai nominal penyaluran mencapai Rp. 3,73 triliun (Grafik 1.3).

Adapun faktor lainnya yang mendorong kinerja konsumsi domestik adalah realisasi anggaran belanja pemerintah yang terealisasi melebihi pencapaian tahun 2012. Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Timur sampai akhir tahun 2013 mencapai 90,75%, sedangkan pada tahun 2012 anggaran yang terealisasi hanya sebesar 70,02% (Tabel 1.3). Konsumsi pemerintah pada periode laporan mencatat pertumbuhan sebesar 11,06% dengan kontribusi pertumbuhan sebesar 0,6% (yoy).

1.2.2. Investasi

Realisasi investasi fisik sebagaimana ditunjukkan melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mulai kehilangan daya dorongnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltim di periode ini. Komponen investasi PMTB tumbuh 4,02%, kembali melambat dibanding pertumbuhan triwulan III-2013 yang tercatat 4,41% (yoy). Sejalan dengan itu kontribusi pertumbuhannya juga menurun dari 0,79% menjadi 0,73%. Dengan demikian, pertumbuhan investasi tercatat melambat dari 7,97% di tahun 2012 menjadi tumbuh 5,23% di tahun 2013. Perkembangan investasi yang masih positif diduga merupakan dampak realisasi investasi pemerintah pada akhir tahun. Beberapa investasi besar yang bersifat multiyears seperti

convention centre di Samarinda, bandara Sepinggan Balikpapan, bandara Samarinda Baru,

bandara Long Apung, bandara Long Bawan, bandara Data Dawai, freeway

Balikpapan-Samarinda, Jalan Samrinda-Sanga-sanga, Jalan Batu Lepok, Bendungan Marangkayu dan jembatan Pulau Balang.

Data dari Badan Perijinan dan Penanaman Modal (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur juga menunjukkan realisasi investasi sampai dengan triwulan IV yang cukup baik, yaitu mencapai USD1,19 miliar (Rp11,47 triliun) untuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan Rp9,88 triliun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Investasi PMA sebagian besar bergerak pada sektor primer yaitu tanaman pangan dan perkebunan (kelapa sawit) serta pertambangan (batubara), sementara investasi PMDN banyak bergerak pada sektor tersier yang didominasi oleh jasa pendukung operasional sektor primer (Grafik 1.5).

Daerah tujuan utama investasi PMDN terbesar di Kaltim pada triwulan IV-2013 adalah kabupaten Kutai Timur dan kabupaten Paser dan Kutai Kartanegara, sebagai daerah yang potensial untuk pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit. Sementara itu tujuan utama PMA adalah kota Balikpapan yang diperkirakan mayoritas pada sektor pertambangan migas dan industri pengolahannya. Dari realisasi investasi tersebut diperkirakan mampu menyerap lebih dari 66,7 ribu tenaga kerja (PMA) dan 34,1 ribu tenaga kerja (PMDN).

Masih tumbuhnya investasi di Kalimantan Timur, dapat tercermin dari masih tingginya pengadaan semen di Kaltim pada periode berjalan (Grafik 1.6). Namun demikian tren pertumbuhan ini cenderung melambat jika dilihat dari indikator kredit investasi yang melambat di triwulan IV-2014 dari 50,49% (yoy) menjadi 46,54% (yoy). Indikator impor barang modal bahkan semakin memperlihatkan fase pertumbuhan negatif dengan level kontraksi mencapai 47,06%.

(18)

6

Grafik 1.5 Pertumbuhan Investasi PMTB Realisasi s.d. Triwulan IV 2013

Sumber: BPPMD Provinsi Kaltim

Grafik 1.6 Realisasi Pengadaan Semen di Kaltim

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.7 Perkembangan Impor Barang Modal

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi

Sumber: LBU - KPw BI Prov. Kaltim

1.2.3. Ekspor-Impor

Perlambatan ekonomi Kaltim terutama disebabkan oleh permintaan eksternal yang cenderung melambat di periode laporan. Ekspor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,09% dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 8,49% (yoy). Dengan demikian, pertumbuhan ekspor tumbuh semakin baik dari 4,23% di tahun 2012 menjadi 5,06% di tahun 2013. Perlambatan ekspor direspon dengan perlambatan impor dengan magnitude yang lebih dalam. Namun demikian, secara kontribusi, perlambatan ekspor tercatat lebih cepat daripada perlambatan impor sehingga net expor terkontraksi semakin dalam dibandingkan triwulan lalu. Transaksi perdagangan ekspor luar negeri selama triwulan IV-2013 tercatat sekitar US$7,68 milyar atau lebih rendah 7,02% dari tahun sebelumnya. Level kontraksi ini tercatat semakin dalam dibandingkan triwulan III-2013 yang mengalami kontraksi pertumbuhan 3,21%. Sementara itu ekspor antar daerah mampu tumbuh positif 4,13% (yoy).

Apabila dibedakan berdasarkan komoditas migas dan non migas Kaltim, ekspor migas Kaltim sampai dengan triwulan IV mencapai US$ 3,17 milyar, berkontraksi sebesar 8,52% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Grafik 1.9). Kinerja ini menurun dari triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi 3,32%.

Sementara itu ekspor non migas Kaltim selama periode laporan yang mencapai US$4,51 milyar, turun 5,94% (yoy) dan lebih rendah dari pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif 3,13% (yoy). Adapun volume ekspor non migas Kaltim mencapai 69,96 juta

0 2 4 6 8 10 12

Primer Sekunder Tersier

PMA PMDN (triliun Rp) -20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 200,000 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kebutuhan Semen Kaltim

(ton) -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2011 2012 2013

Impor Barang modal g (yoy) (RHS) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Kredit Investasi g (yoy) (RHS) (Rp miliar)

(19)

7

ton, meningkat 2,47% atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan lalu yang sebesar 14,11% (Grafik 1.11 dan Grafik 1.12). Lebih rendahnya pertumbuhan dari sisi volume dan nilai disebabkan oleh komoditas ekspor batubara. Pelemahan ekspor ini disebabkan oleh masih belum pulihnya permintaan dari pasar India, sementara pasar Cina sudah mulai kembali bergairah.

Grafik 1.9 Pertumbuhan Ekspor Migas Kaltim

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.10 Pengapalan LNG Kaltim

Sumber: Hasil Liaison Bank Indonesia

Grafik 1.11 Pertumbuhan Nilai Ekspor non Migas Kaltim

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.12 Pertumbuhan Volume Ekspor non Migas Kaltim

Sumber: DSM Bank Indonesia

Komoditas non migas yang diekspor Kaltim sangat didominasi oleh komoditas batubara

dengan pangsa ekspor mencapai 88,11%, diikuti oleh ekspor kayu dan artikel kayu (2,85%),

pupuk (2,48%), CPO (1,31%) dan bahan kimia anorganik yang memiliki pangsa ekspor sebesar 1,31%. Ekspor komoditas batubara mengalami kontraksi pertumbuhan 5,92% (yoy) dari sisi nilai dan memberikan kontribusi -5,22%. Dari sisi volume, realisasi ekspor batubara mencapai 68,81 juta ton atau tumbuh 2,53%, lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 15,18%. Melambatnya permintaan batubara dari India menjadi faktor utama turunnya volume produksi oleh penambang. Sementara itu, beberapa komoditas lainnya yang menarik pertumbuhan ekspor Kaltim antara pupuk dan bahan kimia non-organik (Tabel 1.4).

Dilihat dari negara tujuannya, realisasi ekspor batubara yang menurun sebagian besar adalah pengiriman untuk pasar India, ASEAN, Jepang dan Korsel. Sedangkan untuk pasar Cina dan Taiwan cenderung meningkat (Grafik 1.13). Naiknya pengiriman batubara ke Cina pada triwulan ini dibandingkan dengan triwulan lalu sebagai dampak musim dingin yang berlangsung cukup lama sehingga kebutuhan bahan bakar meningkat cukup tajam. Namun

-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4* 2010 2011 2012 2013 (% yoy) USD Juta Ekspor Migas g (yoy)

-30% -25% -20% -15% -10% -5% 0% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4* 2011 2012 2013 (yoy) Cargo Std. Cargo Growth (yoy)

-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Nilai g (yoy) (RHS) (juta USD) -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Vol g (yoy) (RHS) (juta ton)

(20)

8

demikian, kenaikan ini tertahan oleh penurunan permintaan India sebagai dampak dari melambatnya kinerja industri otomotif di India dan depresiasi Rupee. Untuk pasar ekspor CPO terjadi pergerakan ke pasar Eropa seperti Spanyol dan Italia guna menutupi penurunan permintaan dari pasar ekspor ke Malaysia dan India (Grafik 1.14).

Tabel 1.4 Komoditas Ekspor Non Migas Utama Kaltim Triwulan III-2013 (HS2 Digit, dalam USD)

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.13 Perkembangan Ekspor Batubara

berdasarkan Negara Tujuan

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor CPO berdasarkan Negara Tujuan

Sumber: DSM Bank Indonesia

Sementara itu kegiatan impor Kaltim pada triwulan IV-2013 juga mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup tajam dari 17,05% menjadi 9,55% (yoy). Dengan demikian, impor Kaltim tercatat tumbuh dari 8,01% di tahun 2012 menjadi 11,75% di tahun 2013. Perlambatan impor tersebut besar berasal dari aktivitas impor luar negeri yang tumbuh 2,35% dimana pada triwulan lalu tumbuh tinggi 24,47%. Namun demikian, impor antar daerah justru mengalami kenaikan pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu. Apabila dibedakan berdasarkan komoditas migas dan non migas Kaltim, impor migas Kaltim sampai dengan triwulan IV mencapai US$1,72 miliyar atau tumbuh negatif 9,53%. Kinerja ini jauh dibawah pertumbuhan impor migas pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 79,66% (yoy).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, nilai impor non migas Kalimantan Timur selama triwulan IV-2013 mencapai US$452,56 juta atau lebih rendah 36,62% dibanding tahun lalu. Level kontraksi ini relatif semakin dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi 14,37% (Grafik 1.15). Dari sisi volume kinerja impor non migas Kaltim juga tercatat berkontraksi semakin dalam dari 12,82% menjadi 28,68% yang mengisyaratkan bahwa penurunan ekspor secara langsung direspon oleh penurunan impor (Grafik 1.16).

Komoditas Nilai

(Juta USD) Pangsa

Growths

(yoy) Kontribusi 27 - Mineral fuels, minaral oil products 3,972 88.11% -5.92% -5.22% 44 - Wood and articles of wood 129 2.85% 6.43% 0.18% 31 - Fertilizers 112 2.48% -12.91% -0.32% 15 - Animal or vegt. fats and oils 71 1.56% 20.05% 0.31% 28 - Inorganic chemicals 59 1.31% -57.77% -0.76% Lainnya 166 3.69% 34.95% 1.29% Total 4,508 100.00% -5.94% -5.94% 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1 2 3 4 1 2 3 4 2012 2013 China India ASEAN Jepang Korsel Taiwan (juta USD) -10 0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 1 2 3 4 2012 2013 Malaysia India Italia Spanyol (juta USD)

(21)

9

Jika dilihat komoditasnya, impor non migas Kaltim didominasi (pangsa 42,11%) oleh

komoditas nuclear react berupa bahan peledak untuk pertambangan, kapal serta stuktur kapal

khususnya tongkang dan tug boat dengan pangsa impor 9,11% (Tabel 1.5). Jika dilihat

berdasarkan negara asal impor, Cina merupakan negara asala impor terbesar bagi Kaltim

dengan share mencapai 19,26%, diikuti Singapura (17,25%) dan Amerika Serikat yang

memiliki pangsa impor 14,1% (Grafik 1.17).

Secara keseluruhan, perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada triwulan IV-2013 masih mengalami net export (jumlah ekspor non migas Kaltim lebih besar dibandingkan dengan jumlah impor non migas Kaltim) sebesar USD 4.056 juta, dan net ekspor tersebut tumbuh negatif sebesar 0,57%.

Grafik 1.15 Pertumbuhan Nilai Impor non Migas Kaltim

Grafik 1.16 Pertumbuhan Volume Impor non Migas Kaltim

Sumber : DSM Bank Indonesia

Tabel 1.5 Komoditas Impor Non Migas Utama Kaltim Triwulan II-2013

Grafik 1.17 Perkembangan Share Negara Asal

Utama Impor Non Migas

Sumber : Ditjen Bea dan Cukai, diolah

1.3. Sisi Penawaran

Asesmen dari sisi penawaran memperlihatkan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada periode ini antara lain didorong oleh sektor pertambangan migas yang berimplikasi pada semakin dalamnya kontraksi di industri pengolahan migas. Selain itu sektor LGA, bangunan, PHR dan keuangan pun mengalami perlambatan di triwulan ini (Tabel 1.6). -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Nilai g (yoy) (RHS) (juta USD) -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Vol g (yoy) (RHS) (juta ton) Komoditas Nilai (Juta USD) Pangsa

Growths (yoy) Kontribusi 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 191 42.11% -16.27% -6.85% 89 - Ships,boats and floating structures 42 9.19% -71.67% -6.59% 73 - Articles of iron and steel 41 9.11% 27.52% 2.51% 31 - Fertilizers 41 9.00% -3.22% -0.29% 87 - Vehicles other than railway 29 6.51% -71.99% -4.69% Lainnya 109 24.08% -31.92% -7.69% Total 453 100.00% -36.62% -36.62% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 China Singapura Jepang Amerika Serikat

(22)

10 Tabel 1.6 Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB menurut Sektor Ekonomi

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

1.3.1 Sektor Pertanian

Laju pertumbuhan sektor pertanian di triwulan IV-2013 dibanding triwulan sebelumnya mengalami perbaikan dari 3,84% menjadi 8,01% (yoy). Sumbangan pertumbuhan yang diberikan juga meningkat dari 0,27% menjadi 0,52%. Dengan demikian, pertumbuhan sektor ini tercatat tumbuh melambat dari 5,66% di tahun 2012 menjadi 4,67% di tahun 2013. Perbaikan kinerja sektor ini sebagian besar dipengaruhi oleh subsektor tanaman bahan makanan dan kehutanan. Semakin baiknya pertumbuhan produksi padi dan jagung menjadi faktor utama penyumbang pertumbuhan di triwulan ini (Grafik 1.18).

Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Padi Sawah

Sumber: BPS Provinsi Kaltim, diolah

Grafik 1.19 Produksi dan Luas Panen Padi Sawah

Sumber: BPS Provinsi Kaltim, diolah

Membaiknya kinerja produksi tanaman padi juga terkonfirmasi dari angka ramalan (ARAM II) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), dimana hasil produksi dan luas panen akan meningkat pada akhir tahun (Grafik 1.19). Sentra produksi padi di Kaltim berada di kabupaten Kutai Kartanegara, Bulungan, dan Penajam Paser Utara. Selain padi, pertumbuhan yang membaik ini juga disumbang oleh kenaikan produksi pada tanaman jagung di akhir tahun 2013 (Grafik 1.20) Sementara itu produksi peternakan yang melambat disumbang dari hasil produksi sapi, kambing, dan ayam dari daerah Paser dan Kutai Kartanegara yang cenderung sedikit menurun.

Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013 Total Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013 Total

Pertanian 1.56 5.57 3.84 8.01 4.67 0.11 0.38 0.27 0.52 0.32 Pertambangan -0.04 0.81 -0.89 -0.82 -0.23 -0.02 0.35 -0.38 -0.35 -0.10 Industri Pengolahan -5.78 -6.52 -0.07 -3.09 -3.93 -1.35 -1.51 -0.02 -0.69 -0.89 Listrik, Gas, Air 5.20 4.78 4.00 3.93 4.47 0.02 0.02 0.01 0.01 0.02 Bangunan 13.75 10.20 8.89 8.04 10.13 0.59 0.46 0.42 0.39 0.46 Perdagangan, Hotel, Resto 4.78 6.28 6.54 6.10 5.93 0.46 0.61 0.65 0.61 0.58 Pengangkutan, Komunikasi 7.61 7.14 7.23 8.24 7.56 0.48 0.46 0.48 0.55 0.50 Keuangan, Persewaan 17.75 12.98 11.11 10.52 12.93 0.64 0.50 0.45 0.44 0.51 Jasa-jasa 8.39 8.00 8.01 8.60 8.25 0.19 0.19 0.19 0.21 0.19

PDRB 1.13 1.45 2.08 1.69 1.59 1.13 1.45 2.08 1.69 1.59

PDRB TANPA MIGAS 5.23 5.34 4.46 5.63 5.17 3.58 3.69 3.15 3.95 3.59

Sektor Ekonomi Pertumbuhan (yoy) Kontribusi Pertumbuhan

-20% 0% 20% 40% 60% 80 100 120 140 160 180 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 2011 2012 2013 growth Indeks Padi Sawah g (yoy)

(23)

11

Grafik 1.20 Produksi dan Luas Panen Jagung

Sumber: BPS Provinsi Kaltim, diolah

Grafik 1.21 Indeks Produksi Kelapa Sawit

Sumber: BKPM, diolah

Di sisi lain, hasil produksi sub sektor perkebunan kelapa sawit sebagai sektor yang menjadi prioritas revitalisasi di Kaltim mengalami pelambatan namun masih pada area yang positif (Grafik 1.21). Faktor curah hujan yang cukup tinggi pada semester lalu berpengaruh pada turunnya hasil produksi di periode laporan. Curah hujan rata-rata pada triwulan II berada pada level menengah menuju ke tinggi (201-300 mm). Meski demikian, optimisme pengusaha untuk melakukan ekspansi di subsektor kelapa sawit saat ini masih tinggi karena besarnya potensi permintaan ke depan. Selain itu peluang harga untuk kembali ke level yang tinggi

seperti tahun 2011 juga masih sangat terbuka (rebound). Selama triwulan IV-2013 harga CPO

internasional tercatat masih cukup rendah di level US$752/MT sampai dengan US$805/MT(Grafik 1.22). Harga ini cenderung masih lebih rendah dibandingkan rerata harga 5 tahun yang berada di level US$851/MT. Sebaliknya, rerata harga TBS di tingkat lokal sudah

mengalami rebound karena banyaknya tanaman yang memasuki umur produktif.

Indikator pendukung dari sisi penyaluran kredit (berdasarkan lokasi proyek di Kaltim) untuk sektor pertanian tercatat masih tumbuh tinggi meskipun melambat dari 39,72% (yoy) menjadi 22,65% (yoy). Kredit yang disalurkan ke sektor pertanian sampai dengan periode akhir triwulan IV-2013 mencapai Rp15,14 trilyun (Grafik 1.23).

Grafik 1.22 Harga TBS Kaltim

Sumber: Disbun Kaltim & Bloomberg

Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kaltim

0% 10% 20% 30% 50 80 110 140 170 200 230 260 290 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2011 2012 2013 growth Indeks Produksi Kelapa Sawit (TBS) g (yoy)

400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 1,600.00 1,800.00 1 2009 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2011 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2012 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2013 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2014 (Rp/Kg) (USD/MT) Rerata Harga TBS Kaltim International CPO Price 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Kredit Pertanian g (yoy) (RHS) (Rp miliar)

(24)

12

1.3.2 Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan dan penggalian tercatat sebagai salah satu sektor yang mengalami kontraksi pada triwulan IV-2013. Kontraksi yang terjadi di sektor ekonomi terbesar ini tercatat 0,82%, sedikit membaik dibandingkan periode lalu berkontraksi 0,89% (yoy). Sejalan dengan itu kontribusi pertumbuhannya terhadap perekonomian makro juga turun, meskipun dengan magnitude membaik dari -0,38% menjadi -0,35%. Dengan demikian, sektor ini tercatat turun dari 5,07% di tahun 2012 menjadi kontraksi 0,23% di tahun 2013. Untuk pertambangan migas berkontraksi semakin dalam dari 5,84% menjadi kontraksi 9,06% (yoy) pada laporan. Di sisi lain pertambangan non migas (batubara) mengalami peningkatan pertumbuhan dari 0,93% (yoy) menjadi 2,48% (yoy).

Sumur-sumur migas di Kaltim yang semakin tua menjadi pemicu utama terus menurunnya tingkat produksi. Dengan asumsi tidak adanya sumur baru, maka tingkat

penurunan produksi secara alami (natural declining) sebesar 11% untuk gas alam dan 4,5-5%

untuk minyak bumi per tahunnya. Usaha yang dilakukan dalam mengurangi kontraksi adalah dengan cara penjajakan eksplorasi di laut dalam. Asesmen penurunan pertambangan migas tersebut terkonfirmasi dari data lifting minyak dan gas yang masih menunjukkan kontraksi pertumbuhan hampir selama dua tahun terakhir (Grafik 1.24 & 1.25).

Grafik 1.24 Lifting Gas Alam Kaltim

Sumber: Kementerian ESDM

Grafik 1.25 Lifting Minyak Bumi Kaltim

Sumber: Kementerian ESDM Grafik 1.26 Produksi Batubara PKP2B Kaltim

Sumber: McCloskey Indonesian Coal Report

Grafik 1.27 Harga Batubara Domestik&Internasional

Sumber: Kementerian ESDM dan Bloomberg Sementara itu peningkatan kinerja pertambangan non migas ditopang oleh perbaikan harga batubara acuan, meskipun dengan magnitude melambat (Grafik 1.26). Namun demikian pertumbuhan ini belum maksimal karena permintaan dari India melambat secara signifikan

-30% -25% -20% -15% -10% -5% 0% -50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 Lifting Gas g (yoy) (RHS) -35% -30% -25% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% -2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 Lifting Minyak g (yoy) (RHS) (jt barel) -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% -5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 Produksi PKP2B g (yoy) (RHS) (juta ton) 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 1 2009 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2011 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2012 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2013 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2014 (USD/MT)

Harga Batubara Acuan (HBA)

International Coal Price

(25)

13

dari 28,42% (yoy) di triwulan III-2013 menjadi 7,42% (yoy) di triwulan laporan. Lemahnya permintaan India merupakan dampak dari penurunan pada industri manufaktur di India. Hal ini dikonfirmasi dengan indeks produksi manufaktur (PMI) India pada bulan triwulan IV-2013 hanya sedikit berada di atas garis 50, bahkan sempat berada di bawah garis 50 pada awal triwulan (Grafik 1.28). Penurunan terjadi terutama pada industri otomotif dan konstruksi yang merupakan industri utama di India. Penurunan pada industri manufaktur di India semakin diperburuk oleh depresiasi Rupee sebagai dampak dari defisit neraca perdagangan dan penurunan suku bunga perbankan. Sebaliknya, volume ekspor batubara ke Cina mengalami perbaikan menjelang tahun baru Imlek dimana pedagang dan penguasa melakukan penambahan stok. Selain itu, perbaikan harga juga memberi kontribusi pada positifnya nilai tambah. Kebutuhan batubara dari dua negara tujuan ekspor utama Kaltim, yaitu Cina dan India terutama untuk kebutuhan PLTU dan sumber energi industri sehingga apabila terjadi pelemahan ekonomi di dua negara tersebut, terutama di industri manufaktur pada akan besar dampaknya terhadap kinerja ekspor batubara Kaltim. Jika dilihat dari sisi permintaan domestik juga masih tumbuh positif meskipun cenderung melambat dari 44,84% menjadi 20,67% di triwulan laporan (Grafik 1.29).

Grafik 1.28 PMI Manufaktur Cina & India

Sumber : HSBC

Grafik 1.29 Penjualan Domestik (DMO) PKP2B

Sumber : IHS McCloskey Coal Report

Dari sisi harga, perbaikan harga internasional mulai terjadi di triwulan ini sampai dengan USD63,17/MT. Perbaikan harga internasional ini berdampak langsung pada perbaikan HBA yang pada posisi akhir tahun menguat ke USD80,31/MT. Penguatan dalam level terbatas

diperkirakan dapat terjadi sampai dengan akhir tahun 2014. Hal ini tercermin dari future price

komoditas batubara yang cenderung volatile mengarah naik, namun masih di bawah level terbatas di bawah USD100/MT sampai dengan akhir tahun 2014 (Grafik 1.30).

Dari sisi produksi, faktor yang menahan pertumbuhan terjadi karena hilangnya pemain-pemain kecil sebagai dampak tergerusnya margin. Namun demikian aktivitas pada perusahaan besar masih tinggi karena adanya kontrak jangka panjang dengan pembeli dan perusahaan kontraktor. Selain itu, dalam menjaga keuntungan di tengah margin yang masih rendah, memaksimalkan volume adalah pilihan utama penambang selain efisiensi biaya. Dalam menahan keuntungan, penambang besar memiliki Bauran Kebijakan produksi dalam rangka meminimalisir ongkos produksi yang berakhir pada terjaganya margin. Bauran strategi yang dilakukan perusahaan besar antara lain dengan cara melakukan penambangan secara selektif

dengan cara menambang batubara dengan stripping ratio rendah, meminimalisir level

40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012 2013 China India (Indeks) -50% 0% 50% 100% 150% 200% -1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 DMO PKP2B g (yoy) (RHS) (juta ton)

(26)

14

adanya permintaan ataupun menunggu harga berada di level yang menguntungkan. Namun demikian, efisiensi yang dihasilkan dari strategi tersebut belum sepenuhnya berhasil menahan margin penambang di tengah lemahnya permintaan.

Grafik 1.30 Harga Futures Komoditas Batubara

Sumber: Globalcoal Report

Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Pertambangan

Sumber: LBU Bank Indonesia

Faktor cuaca curah hujan rata-rata pada triwulan IV-2013 dengan curah hujan menengah pada level menengah (151-200 mm), bahkan curah hujan di beberapa daerah cenderung tinggi (301-400mm) menjadi hambatan bagi perusahaan pertambangan batubara di Kaltim untuk dapat mengoptimalkan kinerja produksinya. Kondisi curah hujan diperkirakan tetap berada di tingkat menengah pada level tinggi (201-400 mm) pada bulan Januari 2014 diwaspadai oleh pengusaha batubara. Dari sisi penyaluran kredit berlokasi proyek di Kaltim untuk sektor pertambangan sampai dengan periode akhir triwulan IV-2013 mencapai Rp13,03 triliun atau tumbuh 17,12% (yoy). Pertumbuhan kredit ini membaik dibandingkan triwulan lalu yang hanya tumbuh 2,34% (yoy) (Grafik 1.31).

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Penurunan nilai tambah produksi migas yang lebih dalam dibandingkan periode lalu cukup membawa dampak terhadap perlambatan ekonomi Kaltim secara agregat, mengingat perannya mencapai 24,55% terhadap pembentukan PDRB. Level kontraksi pertumbuhan industri pengolahan Kaltim pada triwulan IV-2013 semakin dalam dibandingkan kondisi periode sebelumnya, dari -0,07% menjadi -3,09% (yoy). Dengan demikian, magnitude kontraksi di sektor ini tercatat membaik dari -5,91% di tahun 2012 menjadi -3,93% di tahun 2013. Kondisi ini didorong oleh semakin dalamnya kontraksi pertumbuhan industri migas dari -5,84% menjadi -9,06% (yoy). Sementara industri pengolahan non migas yang didominasi oleh industri pupuk dan kertas tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan lalu.

Berdasarkan data yang dimiliki bahwa produksi kilang minyak Kaltim di triwulan IV-2013 tercatat tumbuh negatif 0,98%, jauh melebihi pertumbuhan triwulan lalu yang mengalami kontraksi sebesar 7,03% (Grafik 1.32). Perlu dicermati bahwa mayoritas minyak yang diproses di kilang minyak Kaltim berasal dari daerah lain dan impor dari luar negeri. Dari 35 jenis minyak mentah yang digunakan, hanya ada 3 jenis minyak yang berasal dari Kaltim yang berkontribusi cukup tinggi yakni jenis Handil, Bunyu dan Sepinggan. Ada pula beberapa

70 75 80 85 90 95 Jan'14 Feb'14 Q1'14 Q2'14 Q3'14 Q4'14 2014 2015 2016 2017 ICE Rotterdam

ICE Richards Bay ICE global COAL NEWC (USD/ton) -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Kredit Pertambangan g (yoy) (RHS) (Rp miliar)

(27)

15

minyak Kaltim lainnya yang menjadi bahan baku seperti Bekapai, Mamburungan, Tarakan dan

Westseno, namun sharenya rendah.

Sementara itu produksi gas yang pangsanya mencapai 76% dari industri pengolahan migas Kaltim secara umum juga masih mengalami kontraksi pertumbuhan. Realisasi pengiriman LNG Kaltim selama semester IV-2013 diperkirakan tumbuh sebesar 3,58% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu ditengah turunnya harga internasional yang memicu belum maksimalnya nilai tambah. Adapun total produksi sepanjang tahun 2013 diperkirakan hanya akan mencapai 191 kargo atau secara keseluruhan akan turun 7,5% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 206 kargo (Grafik 1.33 dan 1.34).

Namun demikian, natural declining produksi gas Kaltim dapat ditekan seiring dengan

berproduksinya gas dari proyek South Mahakam Development 1 dan 2 pada pertengahan 2013. Produksi puncak gas lapangan ini diperkirakan 250 mmscfd. Lapangan South Mahakam merupakan lapangan baru yang dikembangkan oleh Total E&P Indonesie yang merupakan pengembangan dari Blok Mahakam dengan alokasi investasi dana mencapai US$ 140 juta.

Grafik 1.32 Pengapalan LNG Kaltim

Sumber: Hasil Liaison Bank Indonesia

Grafik 1.33 Pangsa Penjualan LNG

Sumber: Hasil Liaison Bank Indonesia

Grafik 1.34 Kredit Perindustrian

Sumber: LBU Bank Indonesia

Pertumbuhan kinerja industri pengolahan Kaltim yang membaik secara relatif cukup dapat dikonfirmasi oleh indikator kredit sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2013 yang mencapai Rp9,47 triliun, atau tumbuh semakin tinggi dibanding triwulan sebelumnya dari 222,53% menjadi 256,06% (yoy). Tingginya realisasi kredit perindustrian ini diakibatkan

-30% -25% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 2011 2012 2013 (yoy)

Cargo Std. Cargo Growth (yoy)

48% 16% 28% 7% 47% 16% 24% 13% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Jepang Taiwan Korea Domestik Pangsa 2012 Pangsa 2013 -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013 Kredit Perindustrian g (yoy) (RHS) (Rp miliar)

(28)

16

adanya pinjaman baru yang cukup besar kepada industri pupuk Urea dalam rangka ekspansi usaha berupa pembuatan pabrik baru (Grafik 1.35).

1.3.3 Sektor Lainnya

Sektor lainnya yang menjadi pendukung di Kaltim selain tiga sektor utama adalah sektor PHR dan bangunan. Pada triwulan ini, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran tercatat melambat dari 6,54% (yoy) menjadi 6,1% (yoy). Perlambatan yang terjadi di sektor PHR ini merupakan imbas langsung dari pelemahan yang terjadi di sektor pertambangan batubara dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terindikasi dari lemahnya omzet restoran dan belum maksimalnya tingkat hunian hotel di triwulan laporan .

Grafik 1.35 Tingkat Hunian Hotel

Sumber: Hasil Liaison Bank Indonesia

Grafik 1.36 Omzet Restoran

Sumber: Hasil Liaison Bank Indonesia

Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan juga mengalami perlambatan dari 8,89% (yoy) menjadi 8,04% (yoy). Seiring dengan perlambatan pertumbuhan, kontribusi pertumbuhan juga tercatat turun dari triwulan ini dibandingkan dengan triwulan ini. Perlambatan yang terjadi di sektor bangunan ini merupakan dampak dari tingginya kebutuhan semen yang masih belum dapat dipenuhi oleh distributor di Kalimantan Timur. Kebutuhan semen Kalimantan Timur yang cukup tinggi, yakni 90.000 ton per bulan sampai saat ini belum dapat sepenuhnya dipenuhi oleh distributor. Bahkan pada akhir tahun kebutuhan semen di Kaltim dapat menlonjak sampai dengan 50% dibandingkan bulan lainnya. Hal ini terindikasi dari melonjaknya harga semen sampai dengan Rp67.000/sak di tingkat eceran pada tengah triwulan IV-2013, bahkan di akhir triwulan sempat mencapai Rp90.000/sak. Sampai dengan

saat ini sudah ada packing plant semen yang beroperasi di Palaran dengan kemampuan

distribusi 4.000 ton/hari. Kedepannya akan dibangun silo di Kariangau dengan kapasitas 110 ton per jam dan packing plant yang berkapasitas 22.000 ton per bulan. Dampak hal ini adalah tidak maksimalnya pembangunan yang terjadi di akhir tahun 2013, meskipun banyak proyek besar pemerintah dan swasta yang digesa di triwulan terakhir tahun ini.

-15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% -20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011 2012 2013

Malam Kamar Terjual (Hotel) g(yoy) (RHS) 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% -50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011 2012 2013

(29)

Boks 1.

Dampak Kenaikan BI Rate terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus Provinsi Kaltim

Latar Belakang Survei

BI Rate atau suku bunga acuan Bank Indonesia diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Oleh karena itu BI Rate merupakan sebuah komponen penting yang memberi dampak pada perekonomian Indonesia. Kenaikan maupun penurunan yang terjadi pada BI Rate tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan keuangan, tetapi juga memberikan dampak lanjutan kepada perusahaan yang bergerak di bidang non keuangan.

Selama tahun 2013, BI Rate ditetapkan naik secara berangsur-angsur dari 5,75% menjadi 7,50% di akhir tahun sebagai respon terhadap meningkatnya eskpektasi inflasi atas kondisi internal dan eksternal perekonomian, serta menjadi indikasi adanya pengetatan likuiditas oleh Bank Sentral. Dari sisi internal, kenaikan BI Rate merupakan upaya Bank Indonesia untuk menekan konsumsi masyarakat ditengah tingginya laju inflasi akibat kebijakan pengurangan subsidi BBM. Sementara dari sisi eksternal, membaiknya perekonomian negara maju terutama Amerika Serikat yang diindikasikan dengan turunnya pengangguran dan pengurangan pembelian obligasi pemerintah AS (tapering off) oleh Bank Sentral AS (The Fed) berpotensi memberikan tekanan pada nilai Rupiah. Potensi pelemahan nilai Rupiah ini merupakan dampak dari potensi capital outflow seiring dengan turunnya resiko investasi di negara maju, terutama AS. Pelemahan nilai Rupiah pada akhirnya akan memberikan tekanan lanjutan pada inflasi Indonesia karena naiknya harga barang-barang impor (imported inflation) yang berujung pada turunnya daya beli masyarakat.

Diagram B1.1 - Jalur Transmisi BI Rate

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan kondisi yang telah disebutkan di atas, Kantor Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur berinisiatif untuk melakukan survei deteksi dini pengaruh kenaikan BI Rate kinerja perusahaan di provinsi Kalimantan Timur. Responden survei yang diperhitungkan sebanyak 148 perusahaan dengan komposisi di sektor perbankan sebanyak 10,81%, lembaga keuangan non bank (3,38%), bangunan (20,27%), PHR (25,68%), pertambangan (4%), dan industri pengolahan (10%) dengan total sampel. Adapun yang menjadi tujuan survei antara lain untuk mengetahui persepsi pelaku usaha terhadap kebijakan suku bunga acuan BI (BI Rate), memperoleh informasi terkait dampak kenaikan BI Rate dan respon pelaku usaha pasca kenaikan BI Rate.

(30)

Grafik B1.1 - Perkembangan Inflasi & BI Rate

Sumber : BI & BPS

Grafik B1.2 - Profil Responden Survei

Sumber : Survei KPw BI Prov. Kaltim

Persepsi Responden

Hasil survei memperlihatkan bahwa sebagian besar responden cukup memahami kebijakan BI dalam menetapkan BI Rate sebagai suku bunga acuan, dimana hanya 11% responden yang menyatakan tidak memahami. Selanjutnya sebanyak 40% responden menyatakan bahwa kenaikan BI Rate tidak tepat dalam merespon situasi ekonomi, baik internal maupun eksternal. Yang menarik adalah dari 89% responden yang paham tentang BI Rate tersebut, sebagian besar atau 59% diantaranya merupakan responden yang menyatakan bahwa kenaikan BI Rate bukanlah kebijakan yang paling tepat untuk merespon kondisi ekonomi saat ini.

Masih terkait dengan persepsi responden, sebanyak 93% responden memahami bahwa kenaikan BI Rate akan bertransmisi kepada kenaikan suku bunga perbankan. Berdasarkan persepsi yang dimiliki, mayoritas berargumen bahwa besaran BI Rate yang tepat adalah di bawah 10%, yakni pada kisaran 7-9%.

Grafik B1.3 Persepsi Umum tentang BI Rate

Sumber : Survei KPw BI Prov. Kaltim

Grafik B1.4 - Persepsi Ketepatan Kebijakan BI Rate

Sumber : Survei KPw BI Prov. Kaltim

Grafik B1.5 - Suku Bunga Kredit yang Tepat

Sumber : Survei KPw BI Prov. Kaltim

Grafik B1.6 - Transmisi BI Rate thd Suku Bunga

Sumber : Survei KPw BI Prov. Kaltim

Dampak Kenaikan BI Rate terhadap Kinerja Perusahaan

Dari 148 perusahaan yang menjadi sampel survei, 92% menyatakan kenaikan BI Rate memberikan dampak pada perusahaan. Bagi sektor perbankan, sebanyak 53,33% dari 15 Bank Umum

-1.00% -0.50% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50% 3.00% 3.50% 5.00% 5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% BI Rate (LHS) Inflasi (mtm) (RHS) K e na ik an B B M 7% 4% 10% 20% 26% 7% 12% 11% 3% Pertanian Pertambangan Industri Bangunan PHR Pengangkutan dan Komunikasi 9% 47% 33% 10% 1% Sangat mengerti Mengerti Cukup mengerti Tidak mengerti Sangat tidak mengerti

2% 37% 21% 37% 3% Sangat tepat Tepat Ragu-ragu Tidak tepat Sangat tidak tepat

54% 37% 6% 3% <10% 10 - 12% 12 - 14% 14 - 16% 93% 1% 6% Ya Tidak Ragu-ragu

Gambar

Tabel 1.1 Struktur Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur
Grafik 1.3 Pertumbuhan KPR Perbankan
Grafik 1.6 Realisasi Pengadaan Semen di Kaltim
Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Padi Sawah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penata Muda 01-01-2008 Kasi Tata Pemerintahan 19-10-2009 IV.b Kelurahan Karang Tengah. 900 018 529 III/a Kecamatan

Data yang dikumpulkan dalam studi “ Perilaku Komunikasi, Persepsi dan Adopsi Program kompor dan tabung gas tiga kilogram Ibu Rumah Tangga di Jagakarsa, Jakarta Selatan” ini

Kenapa nol? Jarak masing-masing muatan ke titik P adalah sama dan besar muatan juga sama, separuh positif dan separuh lagi negatif sehingga jika dimasukkan angkanya hasilnya

b) Semua lembaga kursus dan pelatihan dapat mengusulkan, namun diprioritaskan bagi: (1) lembaga dan programnya sudah terakreditasi BAN- PNF, (2) berkinerja A atau B, dan/atau (3)

Pengukuran kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur tahun 2013 berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam Rencana dan

Kolom 3, Beban Rencana per Roda diperoleh dari beban sumbu (kolom 2) dikalikan dengan faktor keamanan beban dibagi dengan jumlah roda.. Kolom 4, Repetisi yang Terjadi diperoleh

Sehingga untuk produk yang tampak sejenis akan ber- beda dalam bentuk, demikian juga hiasan yang diterapkannya, karena per- lengkapan yang dipilih dan digunakan

Entitas/entity Entitas merupakan data inti yang akan disimpan; bakal tabel pada basis data; benda yang memiliki data dan harus disimpan datanya agar dapat diakses oleh