BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia memiliki beraneka ragam tari-tarian baik tradisional maupun tari klasik yang tersebar di seluruh pelosok tanah air dengan keunikan sesuai nafas budaya masyarakat pendukungnya. Misalnya di daerah Gorontalo terdapat berbagai macam tarian antara lain tidi lopolopalo dan tidi lo o’ayabu. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang syair tidi lopolopalo dan tidi lo o’ayabu dilihat dari segi tema dan amanat. Pada bagian pembahasan ini dipaparkan tentang (1) analisis struktur syair tarian tidi lopolopalo (2) analisis struktur syair tarian tidi lo o’ayabu. Untuk jelasnya dipaparkan sebagai berikut:
4.1 Analisis Struktur Syair Tarian Tidi Lopolopalo.
Pada bagian ini dipaparkan tentang (1) struktur fisik syair tarian tidi lopolopalo yang meliputi diksi, imaji (citraan), dan verifikatif (persajakan) (2) struktur batin yang meliputi tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat. Untuk jelasnya dipaparkan sebagai berikut:
4.1.1 Struktur Fisik.
Tidi Lopolopalo
Popotolimoa mai Sang permaisuri terimalah Polopalo libulai Polopalo sang permaisuri
Botie polopalo Inilah polopalo
Dihimi po’otohetalo Peganglah erat –erat Bulai potidipo Sang pengantin bergayalah Poyinga umo’olito Hindarilah rasa malu Dila ohuta ololo Janganlah bersedih
Polopalo tilonggolo Polopalo telah di persembahkan Wunu odungga lo bali Jika mendapat riakan gelombang Po’otahangi usabari Kunci adalah kesabaran
Utie Nasehati Inilah nasehat
Po’otoheta tomele Kuatkanlah pondasinya Dila popoti mangulu Janganlah membanggakan diri
Dahai utakaburu Dan jangan takabur
Wonu motolonggala Jika hidup berkeluarga
Dila popotiuda’a Jangan membesar-besarkan diri Podutolo posabari Tabah,tekun,dan bersabarlah
Dila mali kakali Agar hubungan suami istri akan kekal abadi Po’otoheta lo’iya Kuatkan janji-janjimu
Ungala’a mo tabia agar kekeluargaan akan rukun dan damai Ma’apu mongoutato Mohon maaf para hadirin
Lomilohu lohulato Telah menunggu dan menyaksikan Wonu molili’ola Jika terjadi perselisihan
Agama upomontola Agama yang menjadi pedoman
Tidi mailapato Tidi telah selesai
ma’apu mongoutato mohon maaf para hadirin
lomilohu lohulato telah menunggu dan menyaksikan
(Sumber : Buku panduan dan sinopsis tari klasik daerah Gorontalo” Tidi Lo Yiladia”).
Syair lagu tidi lopolopalo itulah judul syair di atas. Syair lagu ini berbeda dengan syair-syair lagu yang telah ada pada zaman sekarang, kebanyakan masyarakat terutama generasi muda kurang mengetahui syair yang menggunakan bahasa Gorontalo misalnya dalam syair tidi
lopolopalo tersebut. Ketika mendengar atau menyimak syair lagu ini terlintas realitas kehidupan sosial,terutama sepasang suami istri. Syair lagu ini bukan hanya sebuah pengantar dalam
menarikan sebuah tarian namun mengungkap bagaimana menjadikan rumah tangga menjadi sakinah,mawadah dan warahmah.
Syair lagu merupakan struktur yang terdiri dari beberapa unsur yang terpadu, sama halnya dengan karya seni lainnya. Unsur-unsur syair itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Struktur fisik syair lagu tidi lopolopalo terdiri dari diksi, imaji, dan verifikasi (persajakan). Unsur-unsur fisik tersebut perlu dibahas untuk mengetahui atau mempertegas pembuktian makna yang terkandung di dalam syair lagu Tidi lopolopalo dengan tidak mengabaikan unsur-unsur pembangunan lainnya. Berikut ini pembahasan tentang struktur fisik syair lagu tidi lopolopalo.
4.1.1.1. Diksi
Pada syair Tidi lopolopalo, bahasa yang digunakan adalah bahasa adat Gorontalo. Hal ini memberikan makna yang sangat dalam bagi setiap kata dalam syair tidi lopolopalo. Pilihan-pilihan kata itu dimaksudkan untuk menimbulkan makna adat keseluruhan adat Gorontalo. Selain itu, berfungsi sebagai pesan bagi pengantin dan hadirin tentang tuntutan bagi setiap manusia untuk menjunjung tinggi adat hormat menghormati antara sesama dalam hal bertutur kata.
Berikut ini adalah kutipan-kutipan syair beserta gerakan dan maknanya: 1) Popotolimoa mai
Polopalo libulai Botie polopalo Dihimi po’otohetalo
Gerakan pembawa baki (nampan) berhias di atasnya ada polopalo dan kembang (bunga) menuju ke pendamping dan menyerahkan alat-alat tersebut dan pendamping menyerahkan polopalo kepada calon mempelai dan menyematkan kembang (bunga) di salah satu jari kiri pengantin. Makna dalam syair dan gerakan tersebut bahwa sang calon mempelai puteri siap dalam menerima kehidupan baru yang dilambangkan dengan menerima polopalo sebagai simbol kehidupan baru.
2) Bulai potidipo Poyinga umolito Dila ohuta ololo Polopalo tilonggolo Wonu odungga lo bali Po’otahangi usabari
Gerakan naik ke papan tidi (ladenga) bermakna calon mempelai puteri telah siap memasuki bahtera rumah tangga.
3) Utie nasehati Po’otoheta tomele
Dila popotimangulu Dahai utakaburu
Gerakan pertama tangan di atas bahu kanan dan kiri bermakna calon pengantin puteri siap bertanggung jawab dalam mengarungi bahtera rumah tangga serta gerakan kedua gerakan tangan di atas paha kanan dan kiri bermakna calon mempelai puteri siap menjaga kehormatannya dalam mengarungi bahtera rumah tangganya.
4) Wonu motolongala’a Dila popotiuda’a Podutolo posabari Dileya mali kakali
Gerakan menangkis dalam posisi berdiri dan gerakan menangkis dalam posisi duduk bermakna agar sang isteri mampu menangkis segala cobaan dan tantangan yang datang sehingga mampu mempertahankan dan melanggengkan rumah tangga.
5) Po’otoheta lo’iya Ungala’a motabia Ma’apu mongoutato Lomilohu lohulato Wonu molili’ola Agama upomontola Tidi mailapato Ma’apu mongoutato Lomilohu lohulato
Gerakan berjalan mengelilingi keempat sudut papan tidi (ladenga) sampai calon mempelai puteri dan pendampingnya menempati tempat semula yang bermakna bahwa mempelai puteri siap mngarungi bahtera rumah tangga.
4.1.1.2 Imaji (citraan) dalam syair tidi lopolopalo
Sesuai dengan fungsinya sebagai wujud nasehat bagi pasangan suami istri, maka syair dalam tidi lopolopalo lebih banyak menggambarkan sisi kehidupan dalam berumah tangga.
Dengan demikian, imaji yang ditampakkan untuk melengkapi makna syair tidi lopolopalo dapat disebutkan berikut ini:
1) Imaji penglihatan
Polopalo libulai polopalo sang permaisuri
Botie polopalo inilah polopalo
Pada imaji penglihatan dapat dijelaskan bahwa polopolalo akan diserahkan kepada sang permaisuri, dalam kalimat botie polopalo (inilah polopalo) dijelaskan bahwa polopalo telah diperlihatkan kepada sang permaisuri. Alat polopalo tersebut merupakan simbol untuk menerima suatu kehidupan baru.
2) Imaji gerak
Dihimi po’otohetalo Peganglah erat-erat
Bulai potidipo Sang pengantin bergayalah
Pada imaji gerak dapat dijelaskan bahwa polopalo dipegang erat oleh sang permaisuri serta pengantin bergaya dengan memegang polopalo tersebut sebagai simbol untuk memegang erat atau mempertahankan suatu hubungan keluarga terutama sepasang suami isteri.
3) Imaji pendengaran
Utie nasehati Inilah nasehat
Dila popotiuda’a Jangan membesar-besarkan diri Podutolo posabari Tabah, tekun dan bersabarlah
Dila mali kakali agar hubungan suami isteri akan kekal abadi
Dalam imaji pendengaran dapat dijelaskan bahwa dalam suatu kekeluargaan janganlah membesar-besarkan diri, tabah, tekun dan bersabar agar hubungan suami isteri akan kekal abadi. Inilah nasehat yang harus dipatuhi dalam menjalani kehidupan berumah tangga sehingga kutipan syair tersebut termasuk imaji pendengaran.
Verifikatif (Persajakan) terdapat pengulangan bunyi fungsinya menimbulkan musikalisasi dan orkestrasi. Salah satunya adalah penggunaan rima.Rima adalah bunyi yang berulang-ulang pada akhir baris atau kata-kata tertentu di setiap baris. Bunyi dapat membangkitkan daya imajinasi, memberi sugesti dan dapat mencitakan kenikmatan dan keindahan. Variasi bunyi tersebut nampak seluruh larik syair lagunya seperti:
Syair Tidi lopolopalo
Popotolimoa mai Sang permaisuri terimalah Polopalo libulai Polopalo sang permaisuri
Botie polopalo Inilah polopalo
Dihimi po’otohetalo Peganglah erat –erat Bulai potidipo Sang pengantin bergayalah Poyinga umo’olito Hindarilah rasa malu Dila ohuta ololo Janganlah bersedih
Polopalo tilongolo Polopalo telah di persembahkan Wunu odungga lo bali Jika mendapat riakan gelombang Po’otahangi usabari Kunci adalah kesabaran
Utie Nasehati Inilah nasehat
Lo ungala ihilangi Di tengah satu kekeluargaan Po’otoheta tomele Kuatkanlah pondasinya Dila popoti mangulu Janganlah membanggakan diri
Dahai utakaburu Dan jangan takabur
Wonu motolongal’a Jika hidup berkeluarga
Dila popotiuda’a Jangan membesar-besarkan diri Podutolo posabari Tabah,tekun,dan bersabarlah
Dilea mali kakali Agar hubungan suami istri akan kekal abadi Po’otoheta lo’iya Kuatkan janji-janjimu
Ungala’a mo tabia Agar kekeluargaan akan rukun dan damai Ma’apu mongoutato Mohon maaf para hadirin
Lomilohu lohulato Telah menunggu dan menyaksikan Wonu molili’ola Jika terjadi perselisihan
Agama upomontola Agama yang menjadi pedoman
Tidi mailapato Tidi telah selesai
ma’apu mongoutato Mohon maaf para hadirin
lomilohu lohulato Telah menunggu dan menyaksikan
Syair lagu di atas lebih didominasi oleh variasi bunyi vokal /o/i/a pada akhir suku kata sehingga termasuk asonansi. Variasi bunyi itu menggambarkan suasana gembira atau bahagia. Hal itu terlihat pada makna yang terkandung dalam syair tersebut. Selain itu juga
menggambarkan perasaan penyair yang ingin melihat pasangan suami isteri memiliki hubungan yang harmonis.
4.1.2 Struktur Batin
Adapun struktur batin pada syair Tidi lopolopalo yaitu tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat.untuk jelasnya dipaparkan sebagai berikut:
4.1.2.1 Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair pokok pikiran atau pokok persoalan itulah yang mendesak jiwa pengarang sehingga dijadikan sebagai landasan utama dalam pengucapannya. Misalnya pada zaman sekarang ini banyak pasangan suami istri yang terpisah hanya karena masalah ekonomi atau masalah yang lainnya maka tema yang disampaikan nasehat bagaimana membangun rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.
Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan syair berikut ini:
Wonu odungga lo bali jika mendapat riakan gelombang Po’otahangi usabari kunci adalah kesabaran
Dila popotimangulu janganlah membanggakan diri Dahai utakaburu dan jangan takabur
Wonu motolonggala’a jika hidup berkeluarga
Dila popotiuda’a jangan membesar-besarkan diri Podutolo posabari tabah, tekun dan bersabarlah
Dila mali kakali agar hubungan suami isteri akan kekal Abadi
Wonu moliliola jika terjadi perselisihan
Agama upomontola agama yang menjadi pedoman
Dalam menciptakan karya seni, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dapat dihayati oleh penikmatnya. Perbedaan perasaan penyair diakibatkan oleh perbedaan sikap dalam mengamati objek sama halnya dengan syair lagu yang bertemakan nasehat pernikahan setiap penyair memiliki perasaan yang berbeda.
Perasaan penyair dalam menciptakan syair Tidi lopolopalo ini yaitu perasaan iba terhadap pasangan suami istri yang mengalami perceraian hanya karena masalah sepintas sehingga penyair menciptakan syair ini untuk nasehat kepada pasangan suami istri bagaimana membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah.
Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
Wonu odungga lo bali jika mendapat riakan gelombang Po’otahangi usabari kunci adalah kesabaran
4.1.2.3 Nada dan Suasana
Dalam menciptakan karya seni, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, misalnya bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir atau bersikap hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair tersebut merupakan nada dalam syair sedangkan suasana adalah jiwa penikmat seni yang muncul setelah menikmati karya seni atau akibat penaggapi sikap penyair.
Dalam syair Tidi lopolopalo penyair bersikap menasehati kepada siapa saja yang telah berumah tangga untuk menjadikan rumah tangganya menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah,dan warahmah.
Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
Wonu motolongala’a jika hidup berkeluarga
Dila popotiuda’a jangan membesar- besarkan diri Podutolo posabari tabah, tekun dan bersabarlah
Dila malo kakali agar hubungan suami isteri akan kekal abadi
4.1.2.4 Amanat
Amanat adalah sesuatu yang disampaikan penyair kepada pembaca atau penikmat. Amanat juga merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan karya seni(Syair). Amanat tersirat di balik kata-kata dan tema karya seni.
Pada syair tidi lopolopalo amanat yang hendak disampaikan adalah :
1) Dalam menghadapi suatu cobaan atau riakan gelombang dalam berumah tangga, kesabaran adalah kuncinya.
2) Jika membangun mahligai rumah tangga, janganlah membanggakan diri dan takabur. 3) Dalam berumah tangga jika ada perselisihan, agamalah yang jadi pedoman.
4.2 Analisis Struktur Teks Syair Tidi lo o’ayabu.
Pada bagian ini dipaparkan tentang (1) struktur fisik syair tarian tidi lo o’ayabu yang meliputi diksi, imaji (citraan),dan verifikatif (persajakan) (2) struktur batin yang meliputi tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat. Untuk jelasnya dipaparkan sebagai berikut:
4.2.1 Struktur Fisik.
Tidi lo o’ayabu
Bissimillah dula nuuru Bissimillah beranjak
Po tidi to aturu menarilah dengan teratur yang melambangkan kehalusan budi pekerti dalam menerima atau menyambut tamu
Dililito detupulu Yang sudah diatur oleh penghulu dari zaman dulu
adati dulu-dulu Adat dari hilir
adati londho hulu Adat dari zaman dulu
du’awo u o’umulu Karena sebagai doa dalam kehidupan masa depan dila bolo olinggulu Jangan ditinggalkan
bantha tiluwa hipotidiya Sang puteri sedang menari jamani langgatiya Hingga zaman sekarang
kimalaha lo hunggiya Yang diatur oleh pemangku adat lo dapato lo sadiya Yang telah disepakati
to’u duluwo botiya Didua negeri ini
tidi lo tawu mulolo Tarian pada zaman dulu tidi po’o ta lolo Tarian untuk dilestarikan dila bolo olinggolo Janganlah ditinggalkan
hulondhalo bongulalo Daerah Gorontalo harus dibangun
tidi lo bantha tiluwa Tarian sang puteri tercinta yang melambangkan kehalusan perilaku dan budi pekerti sebagai nasehat londho olinene puluwa Dari nenek moyang tercinta
mongo’ahali hiambuwa Yang dihadiri oleh pejabat dan pemangku adat po’opiyohe ayuwa Jagalah tingkah lakudan budi pekerti
adati lo lingguwa Adat negeri ini adati londho huwa Adat sejak dulu
dahai bolo olingguwa Jagalah jangan sampai di tinggalkan
du’awao mali ta’uwa Sebab doa merupakan pedoman dalam kehidupan bantha tiluwa hipotidiya Sang puteri bergeraklah
mbui lo bantha tiluwa Sang puteri yang mulia hitidiya hitaluwa Menari berhadap-hadapan erunga u’ aturuwa Berhati-hatilah bergerak popoli wau ayuwa Gerak dan tingkah laku
tuwoto bantha tiluwa Pertanda sang puteri yang mulia bilohe li mama puluwa Dilihat oleh mama kandung du’olo mopo’onuwa Mudah-mudahan menyatu tuwoto ungolingguwa Sebagai tanda dalam kehidupan tidi malo yilapato Tarian sudah selesai
ma’apu mongowutato Maaf para hadirin
woluwo dila sanangi Jika ada yang tidak disenangi
ma’apu tango’ami Mohon kami dimaafkan
woluwo dila opiya Jika ada yang tidak disengaja
ma’apu lamiyatiya Kami minta maaf
woluwo dila odito Jika ada yang tidak pada tempatnya ma’apu layi-layito Itulah yang kami maafkan
(sumber: buku panduan dan sinopsis tari klasik daerah Gorontalo “tidi lo yiladia”)
Syair lagu tidi lo o’ayabu. Itulah judul lagu di atas. Syair lagu ini memiliki persamaan fisik (kebahasaan) dengan syair tidi lo polopalo yaitu menggunakan bahasa Gorontalo. Syair ini
berisi tentang kehalusan budi pekerti seorang puteri (gadis) dalam menerima ataupun menyambut tamu baik dari kalangan atas ataupun dari kalangan biasa sambil mengibaskan kipasnya untuk melangkah mengarungi kehidupan akan datang. Gambaran perasaan penyair dalam syair tersebut terpadu dalam struktur-struktur pembangunnya yakni struktur fisik dan struktur batinnya. Sama halnya dengan syair tidi lopolopalo, struktur fisik yang dapat digunakan pembaca untuk menggali sarana kebahasaan yang digunakan oleh penyair dalam syair meliputi diksi, imaji, dan persajakan.
Berikut ini dapat dilihat pembahasan tentang struktur fisik syair tidi lo o’ayabu.
4.2.1.1 Diksi
Pada syair Tidi lo o’ayabu, bahasa yang digunakan adalah bahasa adat Gorontalo. Hal ini memberikan makna yang sangat dalam bagi setiap kata dalam syair tidi lo o’ayabu. Pilihan-pilihan kata itu dimaksudkan untuk menimbulkan makna adat keseluruhan adat Gorontalo. Selain itu, berfungsi sebagai pesan bagi seorang puteri tentang tuntutan bagi setiap manusia untuk menjunjung tinggi adat hormat menghormati antara sesama dalam hal bertutur kata.
Berikut ini adalah kutipan-kutipan syair beserta gerakan dan maknanya: 1) bissimillah dula nuuru
po tidi to aturu to tayowa dulu-dulu dililito detupulu
Gerakan kepala menunduk dan tangan diayunkan bermakna bahwa para penari memberikan penghormatan kepada hadirin yang hadir pada tempat itu.
2) Adati dulu-dulu Adati londho hulu Dila bolo olinggulu Du’awo u o’umulu
Gerakan kepala menunduk dengan telapak tangan ditutup rapat pada samping pinggang kiri dan kanan serta memutar dengan makna bahwa penghormatan ditujukan bukan saja pada para pejabat tetapi ditujukan pula untuk masyarakat pada umumnya yang datang pada acara tersebut.
3) Bantha tiluwa hipotidiya Jamani langgatiya Kimalaha lo hunggiya Lo dapato lo sadiya To’u duluwo botiya Tidi lo tawu mulolo Tidi po’otalolo Dila bolo olinggolo Holondhalo bongulalo
Gerakan membuka kipas dengan mengibaskan kipas pada arah depan, samping dan belakang dengan makna bahwa kipas identik dengan angin sehingga menimbulkan kesejukan sehingga daerah Gorontalo adalah daertah yang sejuk akan kedamaian.
4) Tidi lo bantha tiluwa Londho olinene puluwa Mongo ‘ahali hiambuwa Po’opiyohe ayuwa Adati lo lingguwa Adati londho huwa Dahai bolo olingguwa Du’a wao mali ta’uwa
Gerakan mengibas kipas dengan gerakan duduk serta menunduk dengan makna bahwa penari melakukan penghormatan yang sangat mendalam bagi para tamu yang datang sebagai masyarakat Gorontalo yang menjunjung tinggi adat hormat-menghormati. 5) Bantha tiluwa hipotidiya
Mbui lo bantha tiluwa Hitidiya hitaluwa Erunga u’aturuwa Popoli wau ayuwa Tuwoto bantha tiluwa Bilohe li mama puluwa
Du’olo mopo o’nuwa Tuwoto ungolingguwa
Gerakan mengibaskan kipas dengan membentuk lingkaran serta dengan kepala menunduk dan berputar yang bermakna bahwa daeragh Gorontalo adalah suatu daerah yang memiliki rasa persaudaraan dan kesatuan yang kokoh dilihat dari segi apapun. 6) Tidi malo yilapato
Ma’apu mongowutato Woluwo dila sanangi Ma’apu tango a’mi Woluwo dila opiya Ma’apu lamiyatiya Woluwo dila o’dito Ma’apu layi-layito
Gerakan mengibaskan kipasnya dengan berhadap-hadapan serta mengayunkan tangan kekiri dan kekanan dan menutup kipasnya dengan makna bahwa penari memohonkan maaf kepada para hadirin jika ada yang tidak disenangi atau yang tidak disengaja.
4.2.1.2 Imaji
Sesuai dengan fungsinya sebagai wujud nasehat bagi seorang puteri, maka syair dalam tidi lo o’ayabu menggambarkan betapa pentingnya kehalusan budi pekerti seorang puteri di dalam menerima atau menyambut tamu baik dari kalangan atas ataupun dari kalangan baisa. Dengan demikian, imaji yang ditampakkan untuk melengkapi makna syair tidi lo o’ayabu dapat disebutkan berikut ini.
1) Imaji gerak
Potidi to aturu menarilah dengan teratur yang melambangkan kehalusan budi pekerti dalam menerima atau menyambut tamu baik dari kalangan atas ataupun dari kalangan biasa.
Bantha tiluwa hipotidiya sang puteri sedang menari
Pada imaji gerak dijelaskan bahwa sang puteri sedang menari dengan teratur yang melambangakan kehalusan budi pekerti dalam menerima ataupun menyambut tamu baik dari kalangan atas ataupun dari kalangan biasa hingga zaman sekarang artinya budaya hormat menghormati yang dianut oleh masyarakat pada zaman dahulu masih dianut oleh masyarakat Gorontalo hingga zaman sekarang.
2) Imaji pendengaran
Adati londho hulu adat dari zaman dulu Dila bolo olinggulu jangan ditinggalkan
Duawo u’oumulu karena sebagaai doa dalam kehidupan masa depan. Tidi lo tawu mulolo tarian pada zaman dulu
Tidi po o’talolo tarian untuk dilestarikan Dila bolo olinggolo janganlah ditinggalkan
Hulondhalo bongulalo daerah Gorontalo harus dibangun Po’opiyohe ayuwa jagalah tingkah laku dan budi pekerti Adati lo lingguwa adat negeri ini
Adati londho huwa adat sejak dulu
Dahai bolo olingguwa jagalah jangan sampai ditinggalkan
Douwo mali ta’uwa sebab doa merupan pedoman dalam kehidupan
Pada imaji pendengaran dijelaskan bahwa adat dari zaman dahulu tidak boleh ditinggalkan karena sebagai doa dalam kehidupan masa depan begitu pula dengan tingkah laku serta budi pekerti adat negeri ini janganlah sampai ditinggalkan sebab merupakan pedoman dalam kehidupan.
4.2.1.3 Verifikatif (persajakan)
Verifikatif (persajakan) terdapat pengulangan bunyi fungsinya menimbulkan musikalisasi dan orkestrasi. Salah satunya adalah penggunaan rima. Rima adalah bunyi yang berulang-ulang pada akhir baris atau kata-kata tertentu di setiap baris.
Bunyi dapat membangkitkan daya imajinasi, memberi sugesti dan dapat menciptakan kenikmatan dan keindahan. Variasi bunyi tersebut nampak seluruh larik syair lagunya seperti:
Bissimillah dula nuuru Bissimillah beranjak
Po tidi to aturu menarilah dengan teratur yang melambangkan kehalusan budi pekerti dalam menerima atau menyambut tamu
To tayowa dulu dulu Dengan gerakan yang semula
Dililito detupulu Yang sudah diatur oleh penghulu dari zaman dulu
adati dulu-dulu Adat dari hilir
adati londho hulu Adat dari zaman dulu dila bolo olinggulu Jangan ditinggalkan
du’awo u o’umulu Karena sebagai doa dalam kehidupan masa depan bantha tiluwa hipotidiya Sang puteri sedang menari
jamani langgatiya Hingga zaman sekarang
kimalaha lo hunggiya Yang diatur oleh pemangku adat lo dapato lo sadiya Yang telah disepakati
to’u duluwo botiya Didua negeri ini
tidi lo tawu mulolo Tarian pada zaman dulu tidi po’o ta lolo Tarian untuk dilestarikan dila bolo olinggolo Janganlah ditinggalkan
hulondhalo bongulalo Daerah Gorontalo harus dibangun
tidi lo bantha tiluwa Tarian sang puteri tercinta yang melambangkan kehalusan perilaku dan budi pekerti sebagai nasehat londho olinene puluwa Dari nenek moyang tercinta
mongo’ahali hiambuwa Yang dihadiri oleh pejabat dan pemangku adat po’opiyohe ayuwa Jagalah tingkah lakudan budi pekerti
adati lo lingguwa Adat negeri ini adati londho huwa Adat sejak dulu
dahai bolo olingguwa Jagalah jangan sampai di tinggalkan
du’awao mali ta’uwa Sebab doa merupakan pedoman dalam kehidupan bantha tiluwa hipotidiya Sang puteri bergeraklah
mbui lo bantha tiluwa Sang puteri yang mulia hitidiya hitaluwa Menari berhadap-hadapan erunga u’ aturuwa Berhati-hatilah bergerak popoli wau ayuwa Gerak dan tingkah laku
tuwoto bantha tiluwa Pertanda sang puteri yang mulia bilohe li mama puluwa Dilihat oleh mama kandung du’olo mopo’onuwa Mudah-mudahan menyatu tuwoto ungolingguwa Sebagai tanda dalam kehidupan tidi malo yilapato Tarian sudah selesai
ma’apu mongowutato Maaf para hadirin
woluwo dila sanangi Jika ada yang tidak disenangi
ma’apu tango’ami Mohon kami dimaafkan
woluwo dila opiya Jika ada yang tidak disengaja
ma’apu lamiyatiya Kami minta maaf
woluwo dila odito Jika ada yang tidak pada tempatnya ma’apu layi-layito Itulah yang kami maafkan
Syair di atas lebih didominasi oleh variasi bunyi vokal a/u/o pada akhir suku kata sehinnga termasuk asonansi. Akhiran suku kata pada syair ini menunjukan suasana bahagia sebab syair ini memberikan nasehat kepada sang puteri atau dapat diibaratkan sebagai masyarakat pada umumnya untuk menjaga tingkah laku dalam menerima tamu baik dari kalangan atas ataupun dari kalangan biasa artinya dapat menghargai dan menghormati para tamu yang datang.
4.2.2 Struktur Batin
Adapun struktur batin syair tidi lo o’ayabu meliputi tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat.untuk jelasnya dipaparkan sebagai berikut:
4.2.2.1 Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok permasalahan itulah yang mendesak jiwa pengarang sehingga dijadikan sebagai landasan utama dalam pengucapannya. Misalnya pada acara pembeatan,penobatan ataupun acara kesenian lainnya ditampilkan tarian adat Gorontalo yaitu tidi lo ayabu. Tarian ini ditampilkan sebab syair ini mengandung makna betapa pentingnya kehalusan budi pekerti seorang putri (seorang gadis) dalam menerima ataupun menyambut tamu.
Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Potidi to aturu menarilah dengan teratur yang
melambangkan kehalusan budi pekerti dalam menerima atau menyambut tamu Tudi lo bantha tiluwa tarian sang puteri tercinta yang
melambangkan kehalusan perilaku dan budi pekerti sebagai nasehat
Londho olinene puluwa dari nenek moyang tercinta
Adati lo lingguwa adat negeri ini
4.2.2.2 Perasaan
Dalam menciptakan karya seni, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dapat dihayati oleh penikmatnya. Perbedaan perasaan penyair diakibatkan oleh perbedaan sikap dalam mengamati objek sama halnya dengan syair lagu yang bertemekan nasehat seorang untuk menerima tamu sebab setiap penyair memiliki perasaan berbeda.
Perasaan penyair dalam menciptakan syair tidi lo oayabu ini yaitu menggambarkan budaya Gorontalo yang menjungjung tunggi adat menghormati sehingga penyair menciptakan syair tidi lo oayabu yang di dalamnya mengandung nasehat kepada sang putri (sang gadis) betapa pentingnya kehalusan budi pekerti dalam menerima ataupun menyambut tamu baik kalangan atas maupun kalangan biasa.
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Po’opiyohe ayuwa jagalah tingkah laku budi pekerti Adati lo lingguwa adat negeri ini
Dahai bolo olingguwa jagalah jangan sampai ditinggalkan
Du’awao mali ta’uwa sebab doa merupakan pedoman dalam kehidupan
4.2.2.3 Nada Dan Suasana
Dalam menciptakan karya seni, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, misalnyabersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir atau bersikap hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair tersebut merupakan nada dalam syair sedangkan suasana adalah jiwa penikmat seni yang muncul setelah menikmati karya seni atau akibat penaggapi sikap penyair.
Dalam syair tidi lo oayabu penyair bersikap menasehati kepada sang puteri (seorang gadis) atau dapat pula diartikan masyarakat pada umumnya betapa pentingnya kehalusan budi pekerti dalam menerima atau menyambut tamu baik dari kalangan ataupun kalangan biasa.
Hal tersebut dapat dilihat dalm kutipan berikut:
Po’opiyohe ayuwa jagalah tingkah laku dan budi pekerti Adati lo lingguwa adat negeri ini
Dahai bolo olingguwa jagalah jangan sampai ditinggalkan
Du’awau mali ta’uwa sebab doa merupakan pedoman dalam kehidupan
4.2.2.4 Amanat
Amanat adalah sesuatu yang disampaikan penyair kepada pembaca atau penikmat. Amanat juga merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan karya seni(Syair). Amanat tersirat dibalik kata-kata dan tema karya seni.
Pada syair Tidi lo o’ayabu amanat yang hendak disampaikan adalah :
1) Dalam menyambut tamu pada acara pembeatan, pemberian gelar atau pada acara lainnya haruslah dengan kelembutan hati.
2) Sebagai masyarakat Gorontalo yang menjunjung tinggi adat hormat menghormati haruslah memiliki kehalusan perilaku dalam budi pekerti.
4.3 Analisis Komparatif Tema Dan Amanat Teks Syair Tidi lopolopalo Dan Tidi lo o’ayabu Dalam penelitian ini peneliti hanya fokus pada dua aspek yaitu tema dan amanat sebab pokok permasalahan atau makna yang terkandung di dalamnya dapat dilihat pada aspek tema dan amanat saja.
4.3.1 Tema
1) Persamaan Tema Syair Tidi lopolopalo Dan Tidi lo o’ayabu
Berdasarkan hasil analisis struktur fisiknya nampak bahwa tema syair tidi lopolopalo dan tidi lo o’ayabu memiliki kesamaan yaitu mengandung nasehat. Pada syair tidi lopolopalo mengandung nasehat kepada pasangan suami istri untuk menjadikan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah serta pada syair tidi lo o’ayabu mengandung nasehat kepada sang puteri (seorang gadis) untuk menjaga tingkah laku dalam menyambut tamu baik dari kalangan atas ataupun dari kalangan biasa. Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaannya adalah kedua syair mengandung nasehat.
Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan syair berikut: Syair tidi lopolopalo:
Wonu odungga lo bali jika mendapat riakan gelombang Po’otahangi usabari kunci adalah kesabaran
Utie nasehati inilah nasehat
Lo ungala’a ihilasi di tengah satu kekeluargaan
Syair tidi lo o’ayabu:
Tidi lo bantha tiluwa tarian sang puteri tercinta yang melambangkan kehalusan perilaku dan budi pekerti sebagai nasehat Londha olinene puluwa dari nenek moyang tercinta
Dahai bolo olingguwa jagalah jangan sampai ditinggalkan
2) Perbedaan Tema Syair Tidi lopolopalo Dan tidi lo o’ayabu
Meskipun dalam tema syair tidi lopolopalo dan tidi lo’oayabu terdapat persamaan, namun di dalamnya memiliki perbedaan. Perbedaan itu dapat dilihat dari suasana perasaan penyair-penyairnya. Pada syair tidi lopolopalo penyair memiliki perasaan iba terhadap pasangan
suami istri yang mengalami perceraian hanya karena suatu masalah atau cobaan jadi syair tidi lopolopalo mengandung nasehat untuk menjadikan pasangan suami istri menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah.
Berbeda dengan syair tidi lo o’ayabu. Di dalam syair tidi lo o’ayabu melontarkan tema nasehat kepada sang puteri (seorang gadis) untuk mengetahui betapa pentingnya kehalusan budi pekerti dalam menyambut atau menerima tamu baik dari kalanagn atas ataupun dari kalangan biasa.
Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan syair berikut: Syair tidi lopolopalo:
Wonu odungga lo bali jika mendapat riakan gelombang Podutolo posabari tabah, tekun dan bersabarlah
Syair tidi lo o’ayabu:
Po’opiyohe ayuwa jagalah tingkah laku dan budi pekerti
Adati lo lingguwa adat negeri ini
Adati londho huwa adat sejak dulu
Dahai bolo olingguwa jagalah jangan sampai ditinggalkan 4.3.2 Amanat
1) Persamaan Amanat Syair tidi lopolopalo Dan Tidi lo o’ayabu
Adanya persamaan ide pokok yang melatarbelakangi penciptaan karya seni turut pula melahirkan persamaan amanat atau pesan yang terdapat dalam karya seni. Seperti halnya dengan syair tidi lopolopalo dan tidi lo o’ayabu melalui kedua syair tersebut tersirat pesan agar pembaca dapat mengikuti pesan-pesan yang terdapat pada syair tidi lopolopalo dan tidi lo o’ayabu untuk kehidupan yang lebih baik.
2) Perbedaan Amanat Syair Tidi lopolopalo Dan Tidi lo o’ayabu
Selain memiliki persamaan dalam kedua syair tersebut memiliki perbedaan amanat atau pesan yang disampaikan kedua penyairnya. Perbedaan meliputi dalam syair tidi lopolopalo tersirat pesan agar kiranya pasangan suami istri menjadi pasangan yang sakinah, mawadah dan warahmah serta kekal abadi.Sedangkan syair tidi lo o’ayabu tersirat pesan agar kiranya masyarakat Gorontalo dapat menganut kebudayaan hormat-menghormati dan dapat memiliki kehalusan budi pekerti yang telah ada pada zaman dahulu baik dalam menyambut atau menerima tamu baik dari kalangan atas ataupun dari kalangan biasa.
Syair tidi lopolopalo:
Wonu motolonggala’a jika hidup berkeluarga
Dila popotiuda’a jangan membesar-besarkan diri
Podutolo posabari tabah, tekun dan bersabarlah
Dila mali kakali agar hubungan suami isteri akan kekal abadi
Syair tidi lo o’ayabu:
Adati lo lingguwa adat negeri ini
Adati lo lingguwa adat sejak dulu