44
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Populasi dan Sampel
Deskripsi obyek penelitian meneliti profil perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara konsisten selama 4 tahun berturut turut, yaitu tahun 2011-2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014 yang berjumlah 123perusahaan.Sampel perusahaan tersebut kemudian dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014, dan perusahaan tersebut mempunyai datayang lengkap. Setelah dilakukan seleksi pemilihan sampel sesuai kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh 40 perusahaan setiap tahunnya yang memenuhi kriteria sampel, sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 160 (40 x 4) perusahaan.
45
Tabel 4.1
Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 123 2 Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit
oleh auditor independen untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode penelitian 2011-2014
(17)
3 Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam bentuk selain rupiah selama periode penelitian 2011-2014
(16)
4 Perusahaan yang mempunyai ekuitas negatif diantara periode penelitian 2011-2014
(15)
5 Perusahaan yang mengalami kerugian diantara periode penelitian 2011-2014
(30)
6 Perusahaan yang tidak mempunyai kelengkapan data diantara periode penelitian 2011-2014
(5)
Jumlah Perusahaan Sampel 40
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2015
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Deskriptif statistik ini menggambarkan tentang data masing-masing variabel secara umum atas data yang diolah, antara lain: mean, minimum, maksimum, dan standar deviasi. Hasil dari deskriptif statistik dapat dilihat pada tabel 4.2.
46
Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AKT 160 -,2274 5,3636 ,183 ,437 SIZE 160 25,3084 33,0950 28,860 1,679 NPM 160 ,0002 ,4916 ,084 ,075 UMUR 160 2,0000 83,0000 37,775 14,797 ROE 160 ,0004 1,6889 ,196 ,247 TIE 160 ,0187 503,4412 36,528 77,793 SM 160 ,0191 2,0541 ,268 ,276 Valid N (listwise) 160
Sumber : Data Diolah, 2015
Dari hasil analisis pada tabel diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Nilai minimum pertumbuhan aktiva adalah sebesar -0,2274 yang diperoleh PT Citra Tubindo Tbk. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pertumbuhan aktiva paling rendah adalah sebesar -0,2274. Sedangkan nilai maksimum pertumbuhan aktiva adalah sebesar 5,3636. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pertumbuhan aktiva paling tinggi adalah sebesar 5,3636 yang diperoleh PT Kimia Farma Tbk. Nilai rata-rata pertumbuhan aktiva tahun 2011-2014 adalah sebesar 0,183 dengan standar deviasi sebesar 0,437. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata pertumbuhan aktiva perusahaan setiap tahunnya adalah sebesar 0,183 atau 18,3% sedangkan
47
nilai standar deviasi sebesar 0,437 dapat diartikan bahwa tingkat ukuran penyebaran data variabel pertumbuhan aktiva adalah sebesar 0,0437. 2. Nilai minimum ukuran perusahaan adalah sebesar 25,3084 yang diperoleh
PT Lionmesh Tbk. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai ukuran perusahaan paling rendah adalah sebesar 25,3084. Sedangkan nilai maksimum ukuran perusahaan adalah sebesar 33,095. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai ukuran perusahaan paling tinggi adalah sebesar 33,095 yang diperoleh PT Astra International Tbk. Nilai rata-rata ukuran perusahaan tahun 2011-2014 adalah sebesar 28,860 dengan standar deviasi sebesar 1,679. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata persentase sampel ukuran perusahaan adalah sebesar 28,860 atau 28,860% sedangkan nilai standar deviasi sebesar 1,679 dapat diartikan bahwa tingkat ukuran penyebaran data variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 1,679.
3. Nilai minimum profitabilitas adalah sebesar 0,0002 yang diperoleh PT Budi Acid Jaya Tbk. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai profitabilitas paling rendah adalah sebesar 0,0002. Sedangkan nilai maksimum profitabilitas adalah sebesar 0,4916. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai profitabilitas paling tinggi adalah sebesar 0,4916 yang diperoleh PT Ultrajaya Milk Tbk. Nilai rata-rata profitabilitas tahun 2011-2014 adalah sebesar 0,075 dengan standar deviasi sebesar 0,084. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata persentase kemampuan perusahaan menghasilkan laba adalah sebesar 0,075 atau 7,505% sedangkan nilai
48
standar deviasi sebesar 0,084 dapat diartikan bahwa tingkat ukuran penyebaran data variabel profitabilitas adalah sebesar 0,084.
4. Nilai minimum umur perusahaan adalah sebesar 2 yang diperoleh PT ICBP Indofood Tbk. Hal ini dapat diartikan bahwa umur perusahaan termuda adalah 2 tahun. Sedangkan nilai maksimum umur perusahaan adalah sebesar 83. Hal ini dapat diartikan bahwa umur perusahaan tertua adalah 83 tahun yang diperoleh PT Unilever. Nilai rata-rata umur perusahaan tahun 2011-2014 adalah sebesar 37,775 dengan standar deviasi sebesar 14,7975648. Nilai rata tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata umur perusahaan adalah sebesar 37,775 atau 38 tahun sedangkan nilai standar deviasi sebesar 14,797 dapat diartikan bahwa tingkat ukuran penyebaran data variabel umur perusahaan adalah sebesar 14,797.
5. Nilai minimum risiko bisnis adalah sebesar 0,0004 yang diperoleh PT Budi Acid Jaya. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai risiko bisnis paling rendah adalah sebesar 0,0004. Sedangkan nilai maksimum risiko bisnis adalah sebesar 1,6889. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang memiliki resiko bisnis paling tinggi adalah sebesar 1,6889 yang diperoleh PT Unilever Tbk. Nilai rata-rata risiko bisnis tahun 2011-2014 adalah sebesar 0,196466 dengan standar deviasi sebesar 0,2470778. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata-rata-rata kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko bisnis adalah sebesar 0,196 atau 19,646% sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0,247 dapat diartikan bahwa tingkat ukuran penyebaran data variabel risiko bisnis adalah sebesar 0,247.
49
6. Nilai minimum Time interest earned adalah sebesar 0,0187 yang diperoleh PT Alumindo metal Lights Tbk. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai Time interest earned paling rendah adalah sebesar 0,0187. Sedangkan nilai maksimum Time interest earned adalah sebesar 503,4412. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai Time interest earned paling tinggi adalah sebesar 503,4412 yang diperoleh PT Sampoerna Tbk. Nilai rata-rata Time interest earned tahun 2011-2014 adalah sebesar 36,528 dengan standar deviasi sebesar 77,793. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjamannya kepada kreditor dengan menggunakan pendapatan operasionalnya sebesar 36,528 sedangkan nilai standar deviasi sebesar 77,793 dapat diartikan bahwa tingkat ukuran penyebaran data variabel Time interest earned adalah sebesar 77,793. 7. Nilai minimum struktur modal adalah sebesar 0,0191 yang diperoleh PT
Sierad Produce Tbk. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai struktur modal paling rendah adalah sebesar 0,0191. Sedangkan nilai maksimum struktur modal adalah sebesar 2,0541. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai struktur modal paling tinggi adalah sebesar 2,0541 yang diperoleh PT Gajah tunggal Tbk. Nilai rata-rata struktur modal tahun 2011-2014 adalah sebesar 0,268 dengan standar deviasi sebesar 0,276. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa perbandingan atau imbangan utang jangka panjang perusahaan yang ditujukkan oleh perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri adalah sebesar 0,268 atau 26,826% sedangkan nilai
50
standar deviasi sebesar 0,276 dapat diartikan bahwa tingkat ukuran penyebaran data variabel struktur modal adalah sebesar 0,276.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji regresi harus terlebih dahulu memenuhi uji asumsi klasik. Regresi dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) akan memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) jika memenuhi semua asumsi klasik (Ghozali, 2011). Ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai uji asumsi klasik yang telah dilakukan pada model analisis.
4.3.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,2011). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil dari pengujian K-S menunjukkan signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan residual terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3
51
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 160
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,23799006
Most Extreme Differences
Absolute ,145
Positive ,145
Negative -,083
Kolmogorov-Smirnov Z 1,833
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Diolah, 2015
Normalitas diukur berdasar uji Kolmogorov Smirnov. Tabel 4.3 menyajikan hasil pengujian normalitas. Tabel ini menunjukkan bahwa nilai residual Kolmogorov SmirnovZ sebesar 1,833 dengan tingkat signifikansi 0,002. Tingkat signifikansi yang lebih kecil 5% ini menjelaskan bahwa residual yang dihasilkan regresi adalah tidak berdistribusi normal.
Dari hasil tersebut maka perlu memperbaiki data agar memperoleh data yang terbaik untuk penelitian.Untuk memperoleh hasil terbaik maka dilakukan menghapus data dari outlier (data yang menyimpang jauh dari rata-rata).Hasil uji normalitas setelah melakuakan menghilangkan outlier adalah sebagai berikut :
52
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Setelah Hapus Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 155
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,17343751
Most Extreme Differences
Absolute ,085
Positive ,085
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z 1,055
Asymp. Sig. (2-tailed) ,215
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Diolah, 2015
Setelah dilakukan pembersihan data outlier maka dihasilkan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,215.Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05.
4.3.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.Model regresi
53
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Hasil dari uji multikolinieritas akan disajikan pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 AKT ,971 1,030 SIZE ,877 1,140 NPM ,612 1,634 TIE ,605 1,653 UMUR ,773 1,294 ROE ,415 2,411 a. Dependent Variable: SM Sumber : Data Diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF (value inflation factor) untuk masing-masing variabel independen kurang dari 10. Hal ini menunjukkan tidak adanya korelasi yang kuat antar sesama variabel independen dalam model regresi, serta dapat disimpulkan pula bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas.
54
4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah, 2015
Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas, pada grafik scatterplot terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah
55
angka 0 sumbu Y. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
4.3.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hasil autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1,846a
a. Predictors: (Constant), ROE, AKT, SIZE, UMUR, NPM, TIE
b. Dependent Variable: SM
56
Untuk mengetahui autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan nilai DW dari hasil regresi dengan nilai dL dan dU dari tabel durbin Watson. Didasarkan pada tabel Durbin Watson pada α = 5%, N = 155 dan k = 6 sehingga diperoleh nilai dL = 1,6644 dan dU = 1,8198. Jika Du < DW < (4-dU) maka tidak terdapat autokorelasi. Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,846 atau dapat ditulis 1,8198< 1,846<2,1802. Sehingga disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.
4.3.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen.Hasil dari analisis regresi adalah sebagai berikut:
57
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -,936 ,260 -3,595 ,000 AKT -,029 ,033 -,064 -,901 ,369 SIZE ,044 ,009 ,368 4,901 ,000 NPM -1,046 ,241 -,390 -4,338 ,000 TIE -,001 ,000 -,253 -2,805 ,006 UMUR ,000 ,001 ,009 ,116 ,908 ROE ,059 ,089 ,072 ,660 ,510 a. Dependent Variable: SM
Sumber : Data Diolah, 2015
Dari hasil analisis regresi linier berganda pada tabel 4.7, maka model persamaan regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
58
SM=
-0,936-0,029AKT+0,044SIZE-1,046NPM-0,001TIE+0,000UMUR+0,059ROE
Dari hasil model persamaan regresi diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Nilai intercept konstanta sebesar -0,936. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0, maka besarnya struktur modal akan sebesar -0,936.
2. Nilai koefisien regresi variabel pertumbuhan aktiva sebesar -0,029. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel pertumbuhan aktiva bertambah 1 satuan, maka struktur modal akan mengalami penurunan sebesar 0,029 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
3. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan sebesar 0,044. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel ukuran perusahaan bertambah 1 satuan, maka struktur modal akan mengalami peningkatan sebesar 0,044 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
4. Nilai koefisien regresi variabel profitabilitas sebesar -1,046. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel profitabilitas bertambah 1 satuan, maka struktur modal akan mengalami penurunan sebesar 1,046 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
5. Nilai koefisien regresi variabel time interest earned sebesar -0,001. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel time interest earned bertambah 1 satuan, maka struktur modal akan mengalami penurunan sebesar 0,001 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
59
6. Nilai koefisien regresi variabel umur perusahaan sebesar 0,000. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel umur perusahaan bertambah 1 satuan, maka struktur modal akan mengalami penurunan sebesar 0,000 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
7. Nilai koefisien regresi variabel resiko bisnis sebesar 0,059. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel resiko bisnis bertambah 1 satuan, maka struktur modal akan mengalami peningkatan sebesar 0,059 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
4.3.3 Pengujian Hipotesis
4.3.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Pada intinya, koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Apabila hasil R² mendekati 1 maka hasil tersebut mengindikasikan korelasi yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat.Namun jika hasil R² mendekati 0 berarti terdapat korelasi yang lemah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil analisis koofisien determinasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
60
1 ,519a ,270 ,240 ,17692
a. Predictors: (Constant), ROE, AKT, SIZE, UMUR, NPM, TIE b. Dependent Variable: SM
Sumber : Data Diolah, 2015
Nilai koefisien adjusted R square sebesar 0,240 menunjukkan bahwa kedua variabel independen dapat menjelaskan variabel harga saham sebesar 24% dan untuk sisanya yaitu sebesar 76% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain diluar persamaan.
4.3.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistic F)
Pengujian secara simultan uji F (pengujian signifikansi secara simultan). Hasil uji F adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Analisis Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1,710 6 ,285 9,104 ,000b
Residual 4,632 148 ,031
Total 6,342 154
a. Dependent Variable: SM
b. Predictors: (Constant), ROE, AKT, SIZE, UMUR, NPM, TIE Sumber : Data Diolah, 2015
61
Hasil uji F dihasilkan nilai Fhitung sebesar 9,104 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
4.3.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistic T)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik t. Hasil uji statistic t dapat dilihat pada tabel 4.7.
4.4 Pembahasan
4.4.1Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel pertumbuhan aktiva. Besarnya koefisien regresi pertumbuhan aktivayaitu -0,029dan nilai signifikansi sebesar 0,369. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,369> 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha1 yang menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal adalah
tidak terbukti.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pertumbuhan aktiva perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Besar kecilnya pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Pecking Order Theory menyebutkan bahwa
62
perusahaan menyukai pendanaan internal yang berarti pendanaan dari hasil operasi perusahaan yang berwujud laba ditahan. Implikasi dari pecking order theory yaitu jika diasumsikan bahwa aktiva perusahaan mengalami pertumbuhan sedangkan faktor lain dinggap tetap, maka peningkatan aktiva akan memicu peningkatan leverage perusahaan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat tersebut. Hal ini disebabkan karena aktiva tidak mempengaruhi output yang dihasilkan perusahaan dalam memperoleh laba, sehingga aktiva tidak secara langsung menunjang laba bagi perusahaan kecuali jika aktiva tersebut dijual. Maka dari itu belum tentu perusahaan yang aktivanya tinggi akan memperoleh laba yang tinggi juga, karena laba mempengaruhi modal perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian yang dilakukan Joni dan Lina (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal namun didukung penelitian Sumani dan Rachmawati (2012) bahwa pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
4.4.2 Pengaruh Ukuran PerusahaanTerhadap Struktur Modal
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel ukuran perusahaan. Besarnya koefisien regresi ukuran perusahaanyaitu 0,044 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi
63
0,000< 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha2 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal adalah terbukti.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan akan meningkatkan struktur modal perusahaan.
Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dana rata-rata total aktiva. Maka perusahaan kecil akan cenderung menyukai hutang jangka pendek dari pada hutang jangka panjang karena biayanya lebih rendah. Demikian juga dengan perusahaan besar akan cenderung memiliki sumber pendanaan yang kuat. Dengan demikian ukuran perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya pengembangan untuk operasional perusahaan karena semakin besarnya suatu perusahaan mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan hutang. Perusahaan yang lebih besar akan menjadi incaran beberapa investor dalam menanamkan modalnya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
Hal ini sesuai dengan penelitian Firnanti (2011) serta Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal.
64
4.4.3 Pengaruh ProfitabilitasTerhadap Struktur Modal
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel profitabilitas. Besarnya koefisien regresi profitabilitasyaitu -1,046 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,000< 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha3 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal adalah terbukti.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Semakin besar profitabilitas akan menurunkan struktur modal perusahaan.
Profitabilitas suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Pecking Order Theory menyebutkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal dari hasil operasi perusahaan. Maka dari itu jika suatu perusahaan yang mempunyai profit yang tinggi dan kondisi keuangan yang baik akan meminjam uang lebih sedikit. Hal ini sejalan dengan pecking order theory bahwa perusahaan memanfaatkan dana internal semaksimal mungkin sebelum memutuskan untuk menggunakan dana eksternal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Joni dan Lina (2010) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
65
4.4.4 Pengaruh Time Interest Earned Terhadap Struktur Modal
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel time interest earning. Besarnya koefisien regresi time interest earning yaitu -0,001 dan nilai signifikansi sebesar 0,006. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,006 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha4 yang menyatakan bahwa time interest earned berpengaruh negatif terhadap struktur modal adalah
terbukti.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Time Interest Earned berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Semakin besar Time Interest Earned akan menurunkan struktur modal perusahaan.
Hasil tersebut menyatakan bahwa perusahaan mengembalikan bunga pinjamannya melalui pendapatan operasionalnya, berarti pendapatan yang diterima cukup tinggi sehingga perusahaan cenderung menggunakan dana internal untuk membayar bunga pinjamannya sebelum nantinya menggunakan dana eksternal jika pembayaran bunganya dirasa masih kurang cukup. Hal ini sesuai pecking order theory bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu.
Hal ini akan menambah kepercayaan kreditor terhadap perusahaan dalam memberikan modal karena perusahaan tersebut dianggap memiliki pendapatan yang tinggi dan memiliki aliran kas yang stabil karena mampu memanfaatkan dengan baik dana internal perusahaan. Kemampuan yang baik perusahaan dalam mengembalikan bunga pinjamannya dapat menjadi daya tarik investor untuk
66
menanamkan modal pada perusahaan tersebut karena diyakini pasti piutang sekaligus bunganya akan kembali.
Hasil penelitian ini sesuai Firnanti (2011) menyatakan bahwa time interest earned berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
4.4.5 Pengaruh Umur PerusahaanTerhadap Struktur Modal
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel umur perusahaan. Besarnya koefisien regresi umur perusahaanyaitu 0,000 dan nilai signifikansi sebesar 0.908. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,908 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha5 yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal adalah tidak
terbukti.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Besar kecilnya umur perusahaan tidak akan mempengaruhi struktur modal perusahaan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa baik perusahaan yang lebih tua maupun muda tidak akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini disebabkan karena baik perusahaan yang sudah lama berdiri maupun baru saja berdiri sama-sama mempunyai kesempatan untuk survive dari kondisi ekonomi global tergantung dari bagaimana seorang manajer mengelola, mereka juga kemungkinan besar akan menyediakan informasi tentang perusahaan yang lebih banyak dan lebih luas sehingga berdampak pada terbukanya peluang pendanaan.
67
Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Margaretha dan Ramadhan (2010) serta Syafi'i (2013) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, akan tetapi mendukung penelitian Avico (2011) yang menjelaskan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
4.4.6 Pengaruh Resiko bisnisTerhadap Struktur Modal
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel return on equity. Besarnya koefisien regresi return on equity yaitu 0,059 dan nilai signifikansi sebesar 0.510. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,510> 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha6 yang menyatakan bahwa resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal adalah tidak
terbukti.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rendahnya risiko bisnis dengan nilai rata-rata 0,196466 membuat pihak perusahaan kurang mempertimbangkan risiko yang dihadapi perusahaan dalam menentukan besar kecilnya hutang. Hal ini terjadi perbedaan pendapat antara pihak perusahaan dan investor karena investor cenderung lebih menyukai risiko bisnis yang tinggi karena diharapkan dengan risiko bisnis yang tinggi maka semakin tinggi juga pengembalian atau return yang diperoleh.
Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Furi dan Saifudin (2012) serta Prabansari dan Kusuma (2005) yang menyatakan bahwa risiko bisnis
68
berpengaruh negatif terhadap struktur modal, akan tetapi mendukung peneltian Firnanti (2011) yang menunjukkan bahwa resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.