• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan Publik kini telah menjadi isu sentral dalam pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan Publik kini telah menjadi isu sentral dalam pembangunan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan Publik kini telah menjadi isu sentral dalam pembangunan

di Indonesia. Perkembangannya pelayanan publik memang selalu aktual

untuk diperbincangkan. Pada dasarnya memang manusia membutuhkan

pelayanan. Konsep pelayanan akan selalu berada pada kehidupan setiap

manusia. Penyelenggaraan pelayanan publik saat ini sesuai dengan

paradigma pelayanan publik yang berkembang yakni New Public Sevice

(NPS). Paradigma New Public Sevice (NPS) memandang publik sebagai

citizen atau warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban publik yang

sama.

Tidak hanya sebagai customer yang dilihat dari kemampuannya membayar atau membeli produk atau jasa. Citizen adalah penerima dan pengguna layanan publik disediakan pemerintah dan sekaligus juga subyek dari berbagai kewajiban publik seperti mematuhi peraturan perundang-undangan, membayar pajak, membela Negara, dan sebagainya. (Yuliani:2007:3)

Posisi masyarakat yang berubah menjadi citizen atau warga negara

membuat para penyedia pelayanan publik tidak hanya memosisikan

masyarakat sebagai konsumen, melainkan lebih jauh, masyarakat juga

dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan. Peran serta masyarakat

dalam setaip pengambilan keputusan ini memungkinkan bagi penyedia

(2)

Hal utama yang menjadi indikator bahwa penyedia layanan publik telah responsif terhadap masyarakat adalah munculnya inovasi pelayanan. Konsep inovasi, belum dapat berkembang secara maksimmal pada sektor publik. Hal ini dikarenakan kebanyakan organisasi sektor publik kurang tertantang, karena berada dalam iklim yang nonkompetitif, dan bahkan tidak merasa bermasalah dalam hal kelangsungan hidupnya. Maka, wajar jika konsep inovasi kurang berkembang dalam sektor publik. Namun demikian, perubahan yang terjadi dalam proses administrasi publik menuntut banyak hal lain juga turut berubah. (Rina 2013:71)

Pelayanan yang berkualitas dan bermutu tinggi menjadi perhatian

utama dari organisasi publik. Keterbukaan informasi, jika dikaitkan dengan

aktivitas pelayanan, ikut mendorong masyarakat kian sadar tentang hak dan

kewajibannya. Oleh karena itu, harapan untuk bisa mendapat pelayanan

yang terbaik tersebut kini juga mulai digantungkan kepada organisasi

pemerintahan. (Prianto, 2006;22)

Terselenggaranya pelayanan publik yang baik, tergantung dari

kondisi birokrasi di suatu negara. “Kondisi birokrasi memberikan iklim

tersendiri bagi terselenggaranya pelayanan publik yang optimal. Pelayanan

publik yang optimal belum dapat direalisasikan di indonesia.” (Dwiyanto

2003:7) Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah.

Kondisi birokrasi di Indonesia masih terdapat banyak kekurangan.

Hal ini, dapat dilihat dari data yang dimuat oleh harian kompas 7 Juni tahun

2010 menyebutkan bahwa kondisi birokrasi di Indonesia masih berada di

posisi bawah. Kondisi ini berada di bawah negara-negara maju. Berikut data

(3)

Tabel 1.1

Peringkat Kualitas Birokrasi Tahun 2010

Peringkat Negara Skala

1 Hongkong 3,49 2 Singapura 3,49 3 Thailand 5,53 4 Korea Selatan 6,13 5 Jepang 6,57 6 Taiwan 6,60 7 Malaysia 6,97 8 Cina 7,93 9 Filipina 8,37 10 Indonesia 8,59 11 India 9,41

Sumber: Politycal and Economic Risk Consultancy dalam Kompas tangggal 7 Juni 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari sebelas negara Asia.

Hongkong menempati peringkat pertama dengan skala indeks 3,49.

Peringakt terakhir ditempati oleh India dengan skala indeks 9,41. Indonesia

sendiri menempati posisi ke-10 dengan skala indeks 8,59. Hal ini dapat

diinterpretasikan bahwa, posisi Indonesia berada diperingkat ke-2 terbawah

dari sebelas negara di Asia, dapat diartikan bahwa kondisi birokrasi

Indonesia masih berada dalam tataran yang kurang baik. Posisi Indonesia

berada dibawah dibandingkan dengan negara-negara maju di Asia tenggara.

Sebagai perbandingan Malaysia menempati posisi ke-7 dengan skala indeks

6,97. Negara Asia lainnya seperti Thailand dan Singapura menemppati

posisi ke-2 dan 3.

Posisi ini menjadi sebuah indikasi bahwa birokrasi pemerintah gagal

(4)

pemerintah kurang mendapat legitimasi dari masyarakat. Seperti yang

diungkapkan oleh Kusumasari,

Kegagalan birokrasi pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik tidak hanya melemahkan legitimasi pemerintah di mata publik, tapi juga berdampak pada hal yang lebih luas yaitu ketidakpercayaan pihak swasta dan pihak asing untuk menanamkan investasi di suatu daerah. Hal ini dikarenakan adanya ketidakpastian pelayanan publik. (Kusumasari 2005:87)

Dalam sektor publik, inovasi sangat diperlukan dalam

pengembangan suatu pelayanan publik. Inovasi hadir sebagai sebuah

produk yang baru dan sifatnya menggantikan cara yang lama. Ini artinya

bahwa setiap pelayanan publik, secara isi (konten) pada prinsipnya harus

memuat inovasi baru.

Konsep inovasi sebagai basis keunggulan bersaing merupakan

konsep yang lebih akrab dibahas dan dikembangkan disektor bisnis pada

dekade terakhir ini. ‘Kajian Inovasi dikembangkan seiring dengan upaya

menjaga dan mengembangkan kemampuan bersaing (competitive

advantage) sebuah organisasi.” (Muluk 2008 : 37) Kemampuan ini

dianggap penting untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi.

Keanekaragaman dalam pelayanan publik mendorong untuk

terciptanya pelayanan inovatif. Pelayanan inovatif dapat dikaitkan dengan

inovasi pelayanan publik, dimana inovasi pelayanan publik merupakan hal

yang dapat diwujudkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Inovasi, menurut Rogers adalah “an inovation is an idea, practice, or object

that is perceived” (sebuah ide, praktik, atau objek yang dianggap baaru oleh

(5)

“Inovasi digunakan sebagai tuntutan akuntabilitas, transparansi dan berbagai prinsip good governance, yang mengiiringi organisasi publik yang

berkinerja lebih tinggi” (Farida 2012: 23). Selain itu, ada beberapa alasan yang menjadi latarbelakang mengapa diperlukan adanya inovasi disektor

publik antara lain : (Farida 2012; 24)

1. Banyaknya teknik-teknik manajemen yang berfokus pada Just in

time, supply chain management, outsourcing, dan total quality atau business process re-engineering yang dipakai oleh berbagai

perusahaan medium maupun besar untuk bertahan dan bersaing satusama lain. Namun hanya sedikit yang berani untuk keluar dari

mainstream dan menciptakan terobosan-terobosan baru.

2. Teknik-teknik manajemen tradisional diatas juga menggiring organisasi paada pola rigiditas dan infleksibilitas.

3. Dampak dari inovasi dapat dirasakan dan telihat pada kinerja dan keuntungan organisasi di level bottom line.

Inovasi pelayanan publik yang berhasi, merupakan hasil kreasi dan

implementasi dari sebuah proses, produk layanan dan metode pelayanan

yang baru yang merupakan hasil pengmbangan nyata dalam hal efisiensi,

efektivitas, dan kualitas hasil.

Kota Surakarta sebagai pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi

Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah

di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis letak kota Surakarta sangat

strategis dan merupakan titik persimpangan jalur transportasi regional dan

sekaligus sebagai daerah tujuan dan bangkitan pergerakan. Sebagai pusat

WP VIII kota Surakarta mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang sangat

pesat yang dapat dilihat dan pertumbuhan ekonomi dan sistem aktivitas kota

sentra pertumbuhan fisik kota. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi melebihi

(6)

kesejahteraan penduduk, yang ditandai dengan semakin tingginya

pendapatan perkapita masyarakat.

Sarana dan prasarana transportasi sangat dipenlukan untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi, tentunya dengan tuntutan bahwa

fasilitas transportasi dengan segala pendukungnya haruslah terjangkau dan

segala arah. Disamping itu pertumbuhan sektor transportasi yang tinggi

akan rnerangsang peningkatan pembangunan ekonomi, karena diantara

keduanya mempunyai hubungan kausal yang positif.

Besarnya potensi tersebut akan sangat disayangkan apabila tidak

dimanfaatkan secara maksimal. Maka dari itu Pemerintah Kota Surakarta

berusaha meningkatkan pelayanan, khususnya dalam bidang transportasi.

Di bawah Dinas Perhubungan Kota Surakarta, Terminal Kota Surakarta

sebagai pusat aktivitas atau kegiatan transportasi darat di kota Surakarta

melakukan berbagai inovasi agar dapat memberikan kepuasan terhadap

masyarakat.

Di Kota Surakarta, Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah

melakukan kegiatan pengembangan berbagai bidang guna meningkatkan

pelayanan Terminal Kota Surakarta antara lain : (Data dari UPTD Terminal

Kota Surakarta).

1. CCTV terminal, merupakan implementasi teknologi guna

meningkatkan pengamanan dan pengendalian situasi terminal secara

(7)

situasi dan kondisi Terminal Kota Surakarta. Dari CCTV pemantauan

area-area terminal jadi lebih mudah.

2. Pemasangan Display Jadwal Keberangkatan Bus, merupakan display

data keberangkatan bus antar kota dalam propinsi (AKDP) yang

menampilkan jam keberangkatan bus sehingga penumpang dapat

mengetahui dan memilih bus yang diinginkan.

3. Ruang transit dan ruang tunggu VIP, Merupakan fasilitas ruang bagi

calon penumpang bus yang nyaman dan dilengkapi dengan berbagai

fasilitas penunjang seperti penyejuk udara atau AC, sejumlah layar

monitor LCD juga terpampang di ruang tunggu. Tidak ketinggalan

fasilitas hotspot juga disediakan di terminal.

4. Pojok Laktasi, Merupakan salah satu terobosan inovasi yang

mendukung pemberian ASI eksklusif dan IMD. Yaitu ruang khusus

untuk ibu menyusui di Terminal Kota Surakarta.

5. Vending machine adalah mesin yang menjual minuman secara otomatis

sehingga pembeli cukup memasukkan uang kertas ke dalam mesin

kemudian memilih jenis minuman yang mau dibeli, dengan menekan

tombol dan secara otomatis mesin akan mengeluarkan produk minuman

yang dipilih.

6. E-Ticketing, merupakan tiket elektronik yang digunakan untuk

memasuki peron. Para penumpang yang hendak masuk terminal harus

(8)

tiket seharga Rp500 per kartu yang selanjutnya dimasukkan ke dalam

dua mesin pintu otomatis.

7. Boarding pass, Merupakan layanan lengkap yang ada di terminal

mencakup semua fasilitas, sejak penumpang masuk ruang tunggu yang

nyaman, jaminan keamanan, penggunaan toilet gratis, pemanfaatan

trolly gratis, penggunaan ruang tunggu yang nyaman, jalur

pemberangkatan bus yang rapi, bebas calo dan sebagainya.

Pojok laktasi merupakan respon dari kebutuhan masyarakat untuk

memberikan asi eksklusif pada bayi yang diharapkan pemerintah mencapai

angka standar di atas 80%.Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota

Surakarta, presentase pemberian asi eksklusif pada tahun 2009 baru

mencapai 23%, 36% pada 2010, dan 40% pada tahun 2011.

Respon pojok laktasi di Terminal Kota Surakarta menggembirakan.

Meskipun tidak bisa dijadikan indikator statistik yang akurat, daftar

pengguna yang tercatat dalam buku tamu pojok laktasi bisa jadi ilustrasi

yang baik. Berdasarkan catatan buku tamu Pojok Laktasi Terminal Kota

Surakarta sepanjang 30 maret 2011 hingga 24 Januari 2013 atau selama 23

bulan sebanyak 335 pengguna sudah menggunakan pojok laktasi. Selama

tahun 2011 sebanyak 154 pengguna pojok laktasi. Sedangkan pada

tahun 2012 pengguna pojok laktasi mencapai 170 pengunjung. Jadi selama

kurun waktu satu tahun pengguna pojok laktasi semakin bertambah.

Pengguna terminal khususnya ibu menyusui sudah mengetahui

(9)

Grafik 1.1

Jumlah Pengunjung Pojok Laktasi Terminal Kota Surakarta Tahun 2011-2012

Sumber: Inisiasi Pojok Laktasi di Terminal Kota Surakarta FISIP UGM

Boarding Pass adalah sebuah pelayanan yang diberikan oleh

penyedia layanan transportasi kepada para penumpangnya pada saat check

in sampai pada pemberangkatan,

Secara umum, penumpang yang mempunyai tiket elektronik (etiket)

dapat masuk ke peron. Tiket elektronik ini dikumpulkan oleh pihak

penyedia layanan transportasi untuk melakukan cross check jumlah

penumpang yang akan berangkat. Tiket elektronik ini biasanya memiliki

barcode (kode bar) atau magnetic stripe. Barcode atau magnetic stripe yang

terdapat pada tiket elektronik ini diterbitkan oleh IATA. Barcode dicetak

0 0 3 20 12 20 12 8 49 8 9 13 12 11 15 10 10 14 15 29 7 16 11 20 0 10 20 30 40 50 60 2011 2012

(10)

diatas eticket, untuk magnetic stripe tidak lagi dipakai pada saat ini.

(www.ticketips.com) diakses pada 20 Januari 2015

Hanya satu terminal yang mempunyai fasilitas verifikasi boarding

pass secara otomatis di pintu gerbang boarding atau gateway (pintu

masuk)yaitu Terminal Kota Surakarta Surakarta. Padahal hal ini tentu

memudahkan dan dapat mempercepat waktu dalam proses boarding. Selain

itu, fasilitas ini secara langsung akan mengupdate data penumpang yang

sudah masuk dan memanjakan penumpang dalam menunggu

pemberangkatan bus.

Terminal Kota Surakarta setiap harinya rata-rata bus datang 2.690

unit dan berangkat 2.648 unit, sedangkan rata-rata penumpang perhari

datang 25.148 orang dan berangkat 22.325 orang data bulan Maret 2010

dengan banyaknya jumlah penumpang ini diharapkan sistem boarding pass

mampu memberikan pelayanan terbaik. (www.dishub-surakarta.com)

diakses pada 20 Januari 2015

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang inovasi UPTD terminal kota Surakarta

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat inovasi pelayanan publik di UPTD Terminal Kota

(11)

2. Bagaimana penerapan inovasi pelayanan publik dalam peningkatan

kualitas palayanan di UPTD Terminal Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Operasional

Untuk menjawab permasalahan penelitian sebagaimana yang telah

dikemukakan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk

mendeskripsikan dan memperoleh pemahaman inovasi pelayanan

publik di Terminal Kota Surakarta Surakarta.

2. Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

sebagai bahan pemikiran dalam meningkatkan inovasi pelayanan publik

terminal baik di Kota Surakarta maupun di daerah lainnya.

3. Tujuan individual

Untuk mengetahui dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh

gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(12)

Diperolehnya informasi dan gambaran yang obyektif mengenai inovasi

pelayanan publik terutama inovasi UPTD Terminal Kota Surakarta.

dapat digunakan sebagai bahan pengembangan Ilmu Administrasi

Negara serta sebagai informasi bagi penelitian serupa di masa yang akan

datang.

2. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini dapat pula memberikan kontribusi yang cukup

bermanfaat bagi Dinas Perhubungan Kota Surakarta, UPTD Terminal

Kota Surakarta dan juga instansi-instansi terkait untuk dapat terus

meningkatkan kinerjanya dalam konteks pelayanan yang baik dalam

Referensi

Dokumen terkait

Suatu kerusakan katup jantung yang ditandai dengan adanya aliran balik darah dari ruang jantung kiri bawah (ventrikel kiri) ke ruang jantung kiri atas (atrium

 Penetrasi jaringan listrik yang sangat tinggi, sehingga dapat digunakan untuk penyediaan layanan broadband dengan mudah tanpa harus. membangun

seperangkat peralatan tambahan pada komputer, misal printer dan mouse semua program yang dapat menjalankan komputer karakteristik gambar yang biasanya berupa titik angka

Arief Formulasi Ransum Konsentrat Kambing Perah Berbasis Produk Samping Industri Pengolahan Sawit Dan Proses

Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah memberi solusi membuat rancangan tracer (outguide) sehingga peneliti mengambil

Penelitian dilakukan oleh Tugiman (2000) menyatakan bahwa dengan adanya pengendalian intern yang baik dapat direalisasikan Good Corporate Governance yang akan

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Reundeu [Staurogyne elongata (Bl.) O.K] terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli Antibacterial Activity Test of Reundeu

Dalam hal ini maka yang menghubungkan antara pengawasan internal terhadap kinerja pemerintah daerah, Revrisond Baswir (2004:138) menyatakan bahwa Pelaksanaan