• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nasional. Komoditi tanaman pangan merupakan salah satu bagian utama dari sektor pertanian, oleh karena itu dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nasional. Komoditi tanaman pangan merupakan salah satu bagian utama dari sektor pertanian, oleh karena itu dalam"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan Pertanian memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional. Komoditi tanaman pangan merupakan salah satu bagian utama dari sektor pertanian, oleh karena itu dalam upaya pengamanan komoditas tanaman pangan, pemerintah setiap tahunnya selalu menempatkan sebagai hal utama dalam setiap perencanaan pembangunan. Komoditas tanaman pangan diupayakan selalu tersedia dalam keadaan cukup, hal ini untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri, dimana setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri. Salah satu komoditi utama tanaman pangan adalah padi. Komoditi ini berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat masyarakat dan bahan baku industri.

Karena ketersediaan komoditas pangan (padi) sangat diperlukan sepanjang tahun terutama sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia pada umumnya, maka upaya peningkatan produksi yang dilaksanakan oleh pemerintah selain untuk meningkatkan kesejahteraan petani, juga merupakan salah satu tugas utama pemerintah dalam penyediaan bahan pangan pokok masyarakat.

(2)

Substansi utama “Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan” yang telah dicanangkan pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, sebagai salah satu dari triple track strategy pembangunan bidang ekonomi nasional tahun 2004-2009. Pada dasarnya menekankan terhadap 2 tujuan pokok, yaitu :

a). Mengembalikan/mendudukan kembali sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan sebagai andalan sekaligus motor penggerak laju perkembangan sektor lainnya.

b). Akselerasi pemulihan dan pengembangan keterpurukan struktur perekonomian sebagai dampak krisis tahun 2007, khususnya dalam memecahkan 3 (tiga) permasalahan pokok yaitu kemiskinan, pengangguran, dan daya saing.

Sejalan dengan kebijakan tersebut, Pembangunan Pertanian pada tahun 2008 merupakan tahap ke-3 dari pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Salah satu sasaran pokok bidang pertanian tanaman pangan yang harus dicapai adalah peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai minimal 5% per tahun sampai dengan tahun 2009.

Permalasahan-permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan antara lain yaitu adanya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, tingkat produktivitas lahan yang semakin berkurang, perubahan sosial budaya masyarakat, faktor iklim dan kemampuan sumberdaya manusia pertanian (petugas dan petani), oleh karena itu upaya peningkatan produksi padi saat ini dan ke depan perlu difokuskan pada peningkatan produktivitas dan perubahan

(3)

kondisi lahan pertanian yang dilaksanakan melalui program sekolah lapangan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (SL-PTT).

Produksi padi Jawa Barat pada tahun 2008 sebesar 10.111.069 ton GKG (ATAP 2008) atau meningkat 2% dari tahun 2007 sebesar 9.914.019 ton GKG. Keberhasilan pencapaian produksi padi tahun 2008 secara tidak langsung merupakan pengaruh nyata dari pelaksanaan kegiatan SL-PTT. Pada tahun 2008 kegiatan SL-PTT dilaksanakan pada areal seluas 152.730 hektar terdiri dari SL-PTT padi non hibrida seluas 145.000 hektar yang tersebar di 18 kabupaten/kota dan SL-PTT padi hibrida seluas 7.730 hektar yang tersebar di 6 kabupaten. Jumlah kelompok tani yang terlibat dalam pelaksanaan SL-PTT sebanyak 6.161 unit, terdiri dari 5.745 unit SL-SL-PTT padi non hibrida dan 416 unit SL-SL-PTT padi hibrida.

SL-PTT merupakan sekolah lapang bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola

(4)

usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi.

1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan

a. Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahatani untuk mendukung peningkatan produksi padi.

b. Meningkatkan produktivitas, produksi danpendapatan serta kesejahteraan petani c. Mendukung pencapaian sasaran produksi padi tahun 2008 sebesar 10.551.368 ton GKG

1.2.2. Sasaran

a. Teradopsinya komponen teknologi PTT padi oleh petani, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya.

(5)

II. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2008 DI JAWA BARAT 2.1. Strategi

2.1.1. Peningkatan Produktivitas

Melalui pemakaian benih varietas unggul bermutu termasuk benih padi hibrida, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pemantauan, pendampingan dan koordinasi dll.

2.1.2. Perluasan Areal

Melalui upaya optimalisasi lahan seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi lahan yang berkelanjutan dll.

2.1.3. Pengamanan Produksi

Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak fenomena iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida

(6)

2.1.4. Kelembagaan dan Pembiayaan

Strategi ini dilakukan melalui penguatan kelembagaan pertanian antara lain yang meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompok tani (Poktan), gabungan kelompoktani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar benih, pengusaha benih, kios, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA, kelembagaan perlindungan tanaman seperti brigade proteksi dan lain-lain diupayakan diberdayakan seoptimal mungkin untuk mendukung keberhasilan pembangunan tanaman pangan. Pembiayaan usahatani melalui KKP-E, LM3, Kredit Untuk Rakyat (KUR), PUAP serta kemitraan diupayakan meningkat dalam realisasi penyerapannya.

2.2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2008 di Jawa Barat

Upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2008 di Jawa Barat dilaksanakan melalui 2 fokus kegiatan, yaitu : 1) fokus utama dan di luas fokus utama. Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2008 adalah peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT padi seluas 152.730 ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 1.762.696 ha.

(7)

2.2.1. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah fokus

Peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan dengan pembinaan yang terkoordinasi melalui pemanfaatan bantuan benih, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36/Superphos NPK dan pupuk organik), alsintan, kemitraan dengan stakeholder serta peningkatan luas tanam melalui pemanfaatan JITUT, JIDES, TAM, lahan kering, tadah hujan dan rawa.

Agar upaya ini dapat berhasil maka perlu dilakukan melalui berbagai gerakan seperti (1) gerakan pengolahan tanah, (2) gerakan tanam serentak, (3) gerakan pemupukan berimbang, (4) gerakan penerapan teknologi, (5) gerakan pengendalian OPT, (6) gerakan penanganan panen dan pasca panen serta gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD serta dana masyarakat dan stakeholder.

2.2.2. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT

Upaya pencapaian sasasaran produksi padi tahun 2008 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam padi seluas 152.730 ha yang melibatkan sebanyak 6.161 unit kelompok tani, terdiri dari :

Ø SL-PTT padi inbrida seluas 145.000 ha dengan melibatkan sebanyak 5.745 unit kelompok tani yang tersebar di 18 kabupaten/kota.

(8)

III. KERAGAAN RODUKSI PADI TAHUN 2008 DI JAWA BARAT

Produksi padi di Jawa Barat dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 1,35% per tahun, dari 9.602.302 ton GKG pada tahun 2004 menjadi 10.111.069 ton GKG pada tahun 2008 (ATAP BPS), sedangkan peningkatan produktivitas lajunya cukup tajam yaitu mencapai 2,36% per tahun. Namun berbeda halnya dengan perkembangan luas panen, dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan rata-rata sebesar -1,00% per tahun. Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi padi selama 5 tahun terakhir (2004-2008) di Jawa Barat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2004-2008 di Jawa Barat

Ha

%

Ku/Ha

%

Ton

%

2004

1.880.142

51,07

9.602.302

2005

1.894.796

0,78

51,65

1,14

9.787.217

1,93

2006

1.798.260

-5,09

52,38

1,41

9.418.572

-3,77

2007

1.829.085

1,71

54,20

3,49

9.914.019

5,26

2008

1.803.628

-1,39

56,06

3,43

10.111.069

1,99

-1,00

2,36

1,35

PRODUKSI

Rata-Rata

(9)

Tabel 2. Realisasi Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2008 di Jawa Barat

NO

URAIAN

SASARAN

REALISASI

THD SASARAN

% REALISASI

1 Luas Tanam (Ha)

1.915.426

1.946.260

101,61

2 Luas Panen (Ha)

1.824.567

1.803.628

98,85

3 Produktivitas (Ku/Ha)

57,83

56,06

96,94

4 Produksi (Ton GKG)

10.551.368

10.111.069

95,83

Catatan :

- Angka Sasaran berdasarkan Peraturan Gubernur No. 65 Tahun 2007 - Realisasi luas tanam merupakan Angka Dinas berdasarkan RKSP

- Realisasi luas panen, produktivitas dan produksi berdasarkan Angka Tetap (ATAP BPS)

Dari data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2007 peningkatan produksi padi meningkat diatas 5% sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) berupa peningkatan produksi padi minimal 5% per tahun.

Menurunnya luas panen dalam rata-rata kurun waktu 5 tahun terakhir, disebabkan antara lain karena terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, adanya gangguan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta

(10)

IV. PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) PADI 4.1. Prinsip-prinsip PTT

1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.

3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

4. Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.

4.2. Tahapan Penerapan PTT

1. Langkah pertama penerapan PTT adalah Pemandu Lapanganan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah

(11)

2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya.

3. Langkah ketiga, penyusunan RDKK berdasarkan kesepakatan kelompok. 4. Langkah keempat, penerapan PTT.

5. Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainnya.

4.3. Komponen Teknologi Unggulan PTT

1. Penanaman varietas padi unggul yang sesuai dengan lingkungan setempat. 2. Penggunakan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel).

3. Pengolahan tanah sempurna, olah tanah minimal, olah tanah konservasi, tanpa olah tanah, sesuai dengan tipologi lahan dan kondisi tanahnya.

4. Peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo.

5. Penanaman bibit muda (<21 hari), serta penanaman bibit 1-3 batang per lubang. 6. Pengaturan tata tanam secara tepat.

(12)

8. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.

9. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kondisi tanah. 10. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu.

11. Pengendalian gulma secara tepat.

12. Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik.

4.4. Peran Komponen Teknologi PTT

Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.

Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan

penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.

(13)

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip

tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.

Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah

merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.

Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan OPT tanaman dengan

meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.

(14)

hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer.

4.5. Pemilihan Teknologi PTT

Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi, maka antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.

Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat.

(15)

4.6. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani

2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi.

(16)

V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT 5.1. Pengorganisasian SL-PTT

Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi, tim pelaksana dan tim teknis tingkat kabupaten/kota.

Tim pembina tingkat provinsi dan tim teknis tingkat provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota dan tim teknis tingkat kabupaten/kota ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota/ Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi serta tim pelaksana dan tim teknis tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan SL-PTT di Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/ kota sampai tingkat provinsi.

5.1.1. Tim Pembina Tingkat Provinsi

Tim Pembina Tingkat Provinsi keanggotaannya dapat melibatkan berbagai Dinas/Badan, UPT, Instansi terkait lainnya serta perguruan tinggi, LSM dan sebagainya, dengan tugas yaitu :

(17)

c. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dan verifikasi ke kabupaten pelaksana. d. Melakukan pengawasan penyaluran bantuan.

e. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

f. Melakukan pemantauan dan pengendalian serta membantu pemecahan masalah di lapangan.

g. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Tim pembina tingkat provinsi dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Tim Teknis tingkat provinsi yang anggotanya antara lain adalah PL I, Peneliti dan unsur Dinas/Badan, UPT, Instansi terkait lainnya. Tugas tim teknis kabupaten/kota ditetapkan oleh tim pembina tingkat provinsi.

5.1.2. Tim Teknis Kabupaten/Kota

Tim Teknis Kabupaten/Kota keanggotaannya dapat melibatkan berbagai Dinas/Badan, UPT, Instansi terkait lainnya serta perguruan tinggi, LSM dan sebagainya, dengan tugas yaitu :

(18)

c. Melakukan seleksi dan verifikasi terhadap kelompoktani beserta RDKK dan RUK.

d. Mengusulkan kelompoktani yang memenuhi syarat untuk ditetapkan mendapat bantuan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

e. Melakukan pengawasan pengadaan/penyaluran bantuan. f. Pembinaan/bimbingan kepada kelompoktani.

g. Monitoring dan evaluasi.

h. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi. Tim Teknis tingkat Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Pelaksana tingkat Kabupaten/Kota yang anggotanya antara lain adalah PL II dan unsur-unsur BPP, KCD, UPT, dan Instansi terkait lainnya. Tugas Pelaksana kabupaten/kota ditetapkan oleh tim Teknis tingkat kabupaten/kota.

5.2. Operasionalisasi SL-PTT

Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Provinsi adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi, operasional pelaksanaan SL-PTT ditingkat propinsi adalah Kepala Sub Dinas yang membidangi produksi tanaman pangan berkedudukan di POSKO II.

(19)

Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, operasional pelaksanaan SL-PTT ditingkat kabupaten/kota adalah Kepala Sub Dinas/Kepala Bidang yang membidangi produksi tanaman pangan berkedudukan di POSKO III.

Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat kecamatan adalah KCD sedangkan penanggung jawab teknis disetiap kecamatan adalah koordinator penyuluh/Kepala BPP setempat dan di tingkat desa/ unit SL-PTT adalah Pemandu Lapangan/Penyuluh Pertanian dibantu POPT dan PBT tingkat kecamatan/desa. Dalam melaksanakan kegiatan PL berkedudukan di POSKO IV/V (kecamatan/desa). Operasional SL-PTT dilakukan secara lengkap sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

(20)

VI. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN PENGADAAN 6.1. Pembiayaan

Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi, berasal dari APBN dan APBD maupun dana dari pihak swasta/stakeholders yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Pelatihan PL I SL-PTT, melalui dana APBN di Pusat.

2. Pelatihan PL II SL-PTT, melalui dana tugas dekonsentrasi di provinsi. 3. Pelatihan PL SL-PTT, melalui dana tugas pembantuan di kabupaten/kota.

4. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) melalui dana tugas pembantuan kabupaten/kota tahun 2008 dalam bentuk bantuan dana pembelian benih unggul bersertifikat, pupuk urea, NPK dan pupuk organik sesuai alokasi untuk SL-PTT padi inbrida dan padi hibrida serta biaya pertemuan SL-PTT untuk setiap SL-PTT.

5. Bantuan Alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin pembuat pupuk organik, dll. 6. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada BPTPH.

7. Bantuan Pembinaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan SL-PTT melalui dana tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi serta melalui dana tugas pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/kota.

(21)

9. Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti melalui dana APBN pada BPTP/Badan Litbang.

10. Bantuan JITUT, JIDES, TAM, optimasi lahan dan cetak sawah melalui dana tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi serta melalui dana tugas pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

11. Bantuan alat perontok mekanis dan pengering untuk menurunkan loses

12. Rehabilitasi jaringan irigasi melalui dana APBN di Balai Pengelolaan Sumberdaya Air wilayah sungai. 13. APBD maupun DAK Provinsi dan Kabupaten untuk mendukung peningkatan produksi padi tahun 2008.

14. Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak dibidang agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten/Kota setempat.

6.2. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial SL-PTT

1. RUK ditandatangani oleh Ketua kelompoktani dan Bendahara kelompoktani serta disetujui oleh penyuluh/petugas pertanian.

2. Ketua kelompoktani mengusulkan RUK kepada PPK Kabupaten/Kota setelah diverifikasi oleh penyuluh pertanian/petugas pertanian dan disetujui oleh Ketua Tim Teknis.

(22)

3. PPK meneliti RUK dari kelompoktani yang akan dibiayai, selanjutnya mengajukan ke KPA Kabupaten/Kota, kemudian KPA mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dengan lampiran sebagai berikut :

a. SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan, menerbitkan Surat Keputusan tentang penetapan Kelompoktani yang akan menerima dana bantuan kegiatan SL-PTT, termasuk di dalamnya dilengkapi data-data nama kelompok, jumlah anggota, nama ketua kelompok, luas lahan, alamat kelompok, nomor rekening dan nama Bank atas nama kelompoktani sasaran, jumlah bantuan yang akan diberikan, serta data lainnya yang diperlukan.

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja setempat, mengajukan usulan pencairan dana atas dasar Surat Keputusan Kepala Dinas tentang penetapan Kelompok Tani penerima dana SL-PTT, melalui penerbitan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (SPM) dengan dilampiri dokumen-dokumen sebagai berikut :

1) Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan tentang penetapan Kelompoktani penerima bantuan.

2) Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana Definitif Kegiatan Kelompok (RDKK)

(23)

c. Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian SPP-LS meliputi pemeriksaan rinci dokumen pendukung SPP sesuai peraturan perundang-undangan; ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran; memeriksa hak tagih yang terkait meliputi pihak yang ditunjuk untuk mnerima pembayaran bantuan (nama penerima bantuan SL-PTT, alamat, nomor rekening dan nama bank), dan nilai bantuan yang harus dibayar.

d. Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda Tangan SPM menerbitkan SPM-LS secara penuh/tanpa pemotongan pajak.

e. Pejabat Penanda Tangan SPM mengajukan SPM-LS kepada KPPN setempat dengan melampirkan : 1) Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB);

2) Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran bahwa semua dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan dalam Pedoman Pelaksanaan Bantuan dana SL-PTT telah diteliti kebenarannya dan berada pada Kuasa Pengguna Anggaran.

f. KPPN setempat melakukan pengujian atas SPM-LS dan menerbitkan SP2D serta menstransfer dana ke rekening kelompok tani sasaran pada bank yang ditunjuk.

(24)

g. Penggunaan dana langsung oleh kelompok tani dengan berpedoman pada pedoman Pelaksanaan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

6.3. Mekanisme Pengadaan BLM SL-PTT

1. Dana yang telah dicairkan oleh Kelompoktani dipergunakan untuk membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok sebagaimana yang telah tertuang pada RUK dan RDKK .

2. Kelompoktani membeli saprodi di kios/toko saprodi terdekat atau di Produsen/Penyalur Benih/Produsen/ Penyalur Saprodi sesuai dengan RUK dan RDKK.

3. Khusus untuk pembelian benih perlu memperhatikan spesifikasi teknis benih yaitu : a. Benih padi non hibrida.

1) Bersertifikat dan merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati petani. 2) Belum kedaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80%.

3) Kadar air maksimal 13%. 4) Benih murni minimum 98%. 5) Kotoran benih maksimum 2%.

(25)

6) Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,2%.

7) Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh BPSB-TPH atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hrtikultura (LSSMBTPH).

b. Benih padi hibrida

1) Bersertifikat dan merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati petani 2) Belum kedaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80%

3) Kadar air maksimal 13% 4) Benih murni minimum 98% 5) Kotoran benih maksimum 2%

6) Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,5%

7) Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh BPSB-TPH atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH).

(26)

4. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SL-PTT, Kelompoktani penerima bantuan dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Mencacat semua nomor seri label benih yang dibeli.

b. Mencatat semua nomor seri karung/kantung/botol/ sachet pupuk/saprodi yang dibeli. c. Membuat Berita Acara Penerimaan Bantuan SL-PTT sebagaimana terlihat dalam Lampiran 5.

d. Menggunting salah satu nomor seri label/sertifikat benih pada setiap kantong benih yang dibantukan untuk dilampirkan pada Berita Acara Penerimaan Bantuan SL-PTT dan diserahkan kepada PL setempat untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik untuk menjaga mutu.

5. Untuk memandu petani agar dana yang diterima dari pemerintah dimanfaatkan sesuai peruntukannya maka pencairan dana oleh kelompoktani penerima harus dibuktikan dengan surat perjanjian pengadaan saprodi dengan penyalur / kios yang diketahui Kepala Cabang Dinas Kecamatan atau PPL setempat.

6. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh terhadap penyaluran dan penggunaan BLM SL-PTT oleh petani.

(27)

VII. PELAKSANAAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) KOMODITAS PADI 7.1. Pelaksanaan SL-PTT

Fokus kegiatan peningkatan produktivitas komoditas padi tahun 2008 dilaksanakan melalui pendekatan kegiatan Sekolah Lapang PTT yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

Petani SL-PTT nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi dalam usahataninya secara benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya.

Sekolah Lapang PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam kegiatan SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapang (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan Sekolah Lapang PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut.

(28)

usahataninya masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.

Satu unit SL-PTT padi non hibrida seluas 25 ha, satu unit LL seluas 1 ha. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT mendapat bantuan benih dan areal yang digunakan sebagai unit LL akan mendapat bantuan benih, pupuk Urea, NPK dan pupuk Organik.

Mengingat bantuan pemerintah hanya untuk pembelian benih padi non hibrida seluas 25 ha, padi hibrida seluas 15 ha, maka penyediaan saprodi lainnya ditanggung secara swadana oleh anggota kelompok atau berasal dari sumber

lainnya.

Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT ditetapkan seorang ketua peserta yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan.

Pendampingan Kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan (PP, POPT,PBT) dan Peneliti, Pemandu Lapang berperan sebagai :

(29)

1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa. 2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan.

3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT

4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.

7.2. Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT

Pemilihan penempatan lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal memenuhi syarat, produktivitasnya masih rendah sehingga berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap teknologi. Sedangkan pemilihan letak petak LL yang berada didalam areal SL-PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal diluar SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT.

(30)

Realisasi SL-PTT berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota seluas 152.015 ha (99,53%) yang terdiri dari 144.650 ha (99,76%) untuk SL-PTT padi inbrida dan 7.365 ha (95,28%) untuk SL-PTT padi hibrida. Secara rinci luas SL-PTT berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Luas SL-PTT Padi Inbrida Berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Tahun 2008 di Jawa Barat

1. Bekasi 23 127 199 5.000 5.000 No. 161/4858/TP, Tgl. 8 Oktober 2008

2. Karawang 29 248 298 7.500 7.500 No. 521.1/384/SK/Prod.TPH, Tgl. 5 Maret 2008

3. Purwakarta 17 159 300 7.500 7.500 No. 521.21/KPA-PKTPB/SK-TP/10/2008, Tgl. 21 Pebruari 2008

4. Subang 22 223 300 7.500 7.500 No. 521.21/SK.321/TP/2008, Tgl. 24 April 2008

5. Bogor 36 179 200 5.000 5.000 No. 520/1460/SP-Prod, Tgl. 5 Juni 2008

6. Sukabumi 47 327 400 10.000 10.000 No. 050/113/PP/2008, Tgl. 14 April 2008

7. Cianjur 32 243 639 15.000 15.000 No. 147.161/SK.818-A/PD/2008 TGL 5 JUNI

8. Bandung 26 156 386 10.000 9.650 No. 27/SK/187/PP/2008, Tgl 23 April 2008

9. Sumedang 26 237 394 10.000 10.000 No. 521.22/345a/SR/2008, Tgl. 1 April 2008

10. Garut 42 307 400 10.000 10.000 No. 521/19/Papal/2008, Tgl 15 Mei

11. Tasikmalaya 39 339 400 10.000 10.000 No. 521.21/SK.088.A/PP, Tgl. 4 Pebruari 2008

12. Ciamis 36 330 413 12.000 12.000 147.16/SK.152.1/TPH, Tgl 4 Maret 2008

13. Cirebon 38 200 200 5.000 5.000 No. 521/Kep.268-Distanbun/2008, Tgl. 18 April 2008

14. Kuningan 31 246 300 7.500 7.500 No. 520/613/Distan, Tgl. 10 April 2008

15. Majalengka 23 271 384 10.000 10.000 No. 521/358/Distan/2008, Tgl. 28 April 2008

16. Indramayu 31 281 400 10.000 10.000 No.188.4/Kep.06-Tuban/DISTAN, Tgl 5 Maret

17. Kota Tasikmalaya 8 59 80 2.000 2.000 No. 520/281.4/Skpt/Distan/2008 Tgl 29 Mei

Luas SL Bdsk DIPA/POK (Ha) Luas SL Bdsk SK Kadis (Ha) SK Penetapan CPCL No Poktan Kabupaten /

Kota Kec Desa

(31)

Tabel 4 Luas SL-PTT Padi Hibrida Berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Tahun 2008 di Jawa Barat

1. Karawang

10

44

66

1.000

1.000

No. 521.1/384/SK/Prod.TPH, Tgl. 5 Maret 2008

2. Purwakarta

16

31

33

500

500

No. 521.21/KPA-PKTPB/SK-TP/10/2008, Tgl. 21 Pebruari 2008

3. Subang

16

114

143

2.500

2.145

No. 521.21/SK.321/TP/2008, Tgl. 24 April 2008

4. Bandung

19

58

66

1.000

990

No. 27/SK/187/PP/2008, Tgl 23 April 2008

5. Ciamis

10

14

14

230

230

No. 147.16/SK.152.1/TPH, Tgl 4 Maret 2008

6. Indramayu

31

142

167

2.500

2.500

No. 188.4/Kep.06-TUBAN/DISTAN, Tgl 5 Maret

102

403

489

7.730

7.365

SK Penetapan CPCL

Luas SL

Bdsk DIPA/POK

(Ha)

Poktan

Luas SL

Bdsk SK Kadis

(Ha)

Kabupaten

Jumlah

Kec

Desa

No

Jumlah

7.3. Pelatihan Petugas SL-PTT

Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, sebaiknya secara berurutan yang dimulai dari pelatihan Pemandu Lapangan I di Pusat dilanjutkan pelatihan Pemandu Lapangan II di Provinsi dan terakhir

(32)

7.3.1. Pelatihan Pemandu Lapangan (PL) I

Kegiatan Pelatihan PL I tahun 2008 dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi – Sukamandi, Jawa Barat selama 5 (lima) hari pada tanggal 24-29 Maret 2008. Para petugas di Jawa Barat yang mengikuti kegiatan ini berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (Sub Dinas Padi Palawija, UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, UPTD Balai Pelatihan Pertanian) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Selanjutnya PL I yang telah dilatih tersebut mempunyai tugas untuk menerapkan pengetahuannya melalui bimbingan teknis kepada para petani dan para petugas pendamping kabupaten.

7.3.2. Pelatihan Pemandu Lapangan (PL) II

Pelatihan PL II dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang bekerja sama dengan UPTD Balai Pelatihan Pertanian-Cihea selama 3 (tiga) hari pada tanggal 21-24 April 2008. Pelatihan PL II tersebut diikuti oleh 41 orang petugas yang terdiri dari Kepala Seksi Produksi atau yang membidangi sebanyak 18 orang, Koordinator POPT sebanyak 18 orang, dan Petugas dari Dinas Pertanian Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebanyak 5 orang.

(33)

7.3.3. Pelatihan Pemandu Lapangan (PL) III

Pelatihan Pemandu Lapangan (PL) III diselenggarakan oleh Kabupaten, tempat pelatihan di Kabupaten pelaksana SL-PTT atau tempat lain seperti balai pelatihan baik pusat maupun daerah. Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan (PL) III yaitu Penyuluh Pertanian, POPT dan PBT ditingkat kecamatan/desa. Materi pelatihan meliputi tata cara pelaksanaan SL-PTT. Narasumber/pengajar adalah PL I, PL II, para ahli dapat berasal Dinas Pertanian Kabupaten, Dinas Pertanian Provinsi, BPTP dan instansi terkait lainnya serta stakeholders.

7.4. Jumlah Bantuan SL-PTT

Bantuan yang diberikan kepada petani pelaksana SL-PTT adalah benih padi inbrida dengan dosis 25 Kg/Ha, benih padi hibrida 15 Kg/Ha serta bantuan untuk pembelian pupuk urea, pupuk NPK, pupuk organik yang diberikan kepada kelompoktani pelaksana SL-PTT padi nonhibrida, padi hibrida, di areal LL seluas 1 ha, Rincian alokasi bantuan benih untuk pelaksanaan SL-PTT padi tahun 2008 di Jawa Barat disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6

(34)

Tabel 5. Bantuan Sarana Produksi (Benih) untuk SL-PTT Padi Inbrida Tahun 2008 di Jawa Barat (Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota)

1. Bekasi 23 127 200 5.000 5.000 125.000 2. Karawang 29 248 299 7.500 7.500 187.500 3. Purwakarta 17 159 300 7.500 7.500 187.500 4. Subang 22 223 300 7.500 7.500 187.500 5. Bogor 36 179 200 5.000 5.000 125.000 6. Sukabumi 47 327 400 10.000 10.000 250.000 7. Cianjur 32 243 639 15.000 15.000 375.000 8. Bandung 26 156 386 10.000 9.650 241.250 9. Sumedang 26 237 394 10.000 10.000 250.000 10. Garut 42 307 400 10.000 10.000 250.000 11. Tasikmalaya 39 339 400 10.000 10.000 250.000 12. Ciamis 36 330 423 12.000 12.000 300.000 13. Cirebon 38 200 200 5.000 5.000 125.000 14. Kuningan 31 246 300 7.500 7.500 187.500 15. Majalengka 23 271 384 10.000 10.000 250.000 16. Indramayu 31 281 400 10.000 10.000 250.000 17. Kota Tasikmalaya 8 59 80 2.000 2.000 50.000 18. Kota Banjar 4 23 40 1.000 1.000 25.000 510 3.955 5.745 145.000 144.650 3.616.250 No Kabupaten / Kota Jumlah Luas SL Bdsk DIPA/POK (Ha) Luas SL Bdsk SK Kadis (Ha)

Kec Desa Poktan

Jumlah Benih (Kg)

(35)

Tabel 6. Bantuan Sarana Produksi (Benih) untuk SL-PTT Padi Hibrida Tahun 2008 di Jawa Barat (Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota)

1. Karawang 10 44 66 1.000 1.000 15.000 2. Purwakarta 16 31 33 500 500 7.500 3. Subang 16 114 143 2.500 2.145 32.175 4. Bandung 19 58 66 1.000 990 14.850 5. Ciamis 10 14 14 230 230 3.450 6. Indramayu 31 142 94 2.500 2.500 37.500 102 403 416 7.730 7.365 110.475 Kabupaten Jumlah Luas SL Bdsk DIPA/POK (Ha) Luas SL Bdsk SK Kadis (Ha) Jumlah Jumlah Benih (Kg)

Kec Desa Poktan

No

7.5. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT 7.5.1. Persiapan SL-PTT

a. Pertemuan persiapan dengan tokoh formal dan informal serta petani calon peserta sebelum pelaksanaan SL-PTT untuk membahas : analisis masalah, analisis tujuan, rencana kerja peningkatan produktivitas padi.

(36)

c. Membuat jadwal pertemuan SL-PTT minimal dua mingguan dengan menentukan tempat, hari dan waktu serta materi pertemuan secara bersama-sama.

d. Menentukan 1 (satu) hari sebagai “hari lapang petani” untuk memasyarakatkan dan mendeseminasikan penerapan teknologi budidaya melalui SL-PTT kepada kelompoktani dan petani sekitarnya.

e. Menentukan letak petak LL yang diusahakan terletak dibagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal diluar SL-PTT dan berada didekat jalan/lintasan sehingga penerapan teknologi mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT.

f. Menyiapkan pengelolaan usahatani di petak LL secara bersama-sama sesuai dengan tahapan budidaya masing-masing komoditi dengan harapan dapat diterapkan di usahataninya masing-masing-masing-masing.

7.5.2. Mengorganisasikan Kelas SL-PTT

Langkah-langkah Kegiatan pengorganisasian kelas SL-PTT sebagai berikut :

a. Memilih satu orang petani sebagai ketua kelas SL-PTT yang berfungsi sebagai motivator sekaligus bertugas mengkoordinasikan kegiatan dikelas SL-PTT.

(37)

b. Memilih satu orang petani sebagai sekretaris kelas SL-PTT yang berfungsi sebagai pencatat kegiatan-kegiatan dikelas SL-PTT.

c. Memilih satu orang petani sebagai bendahara kelas SL-PTT yang bertugas mengurusi masalah yang berkaitan dengan keuangan kelompok.

d. Mewajibkan semua peserta kelas SL-PTT untuk mengadakan pengamatan bersama-sama dan membahas temuan lapang sesuai dengan topik-topik pengajaran dalam SL-PTT.

7.5.3. Metode Belajar

Kegiatan belajar dalam SL-PTT dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Peserta SL-PTT memilih materi sesuai dengan kebutuhan teknologi spesifik lokasi.

b. Memacu peserta untuk berperan aktif dalam berdiskusi kelompok ataupun kegiatan lain dalam SL-PTT.

c. Proses belajar melalui pengalaman, dimulai dengan penghayatan langsung (pengamatan langsung), diikuti dengan pengungkapan pengalaman, pengkajian hasil dan pengambilan kesimpulan.

(38)

7.6. Pertemuan-Pertemuan Kelompok SL-PTT

Pertemuankelompok dilaksanakan oleh pelaksana SL-PTT 8 kali pertemuan, dijadwalkan secara periodik, tempat pertemuan dilokasi pelaksana SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Pemandu Lapangan.

Dalam Pertemuan kelompok ada dua hal pokok yang di bidang yaitu : 1). Materi pertemuan dan 2). Kegiatan Lapangan.

7.6.1. Materi Pertemuan Kelompok

a. Teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan tipologi lahan dan komoditi yang akan ditanam.

b. Penanaman dengan memilih benih atau bibit yang baik, jarak tanam yang tepat, jumlah benih/bibit per lubang yang sesuai.

c. Pemupukan dengan memperhatikan daya dukung tanah, keadaan tanaman, tepat jenis dan dosis yang spesifik lokasi, tepat waktu pemberian didasarkan pada fase pertumbuhan tanaman dan sifat pupuk, tepat cara yaitu dengan cara menyebar dan membenamkannya ke lapisan reduksi dan pemberian setelah dilakukannya penyiangan gulma.

d. Pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan tanaman akan air, cara dan waktu yang tepat, ketersediaan sumber air dan jumlah air yang tersedia.

(39)

e. Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip PHT dengan melakukan tindakan pencegahan dan mengembangkan musuh alami yang terdapat dialam itu sendiri serta aplikasi kimiawi secara bijaksana bila serangan sudah diatas ambang pengendalian.

f. Penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan cara yang tepat dan benar yaitu dengan mempertimbangkan kemasakan biji (masak fisiologis), ketepatan dalam penggunaan alat panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan sehingga mampu mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil.

g. Mendiskusikan pemecahan masalah yang ada serta langkah-langkah yang diambil selanjutnya dll.

7.6.2. Kegiatan Lapangan

Kegiatan lapangan didampingi oleh Pemandu Lapangan berdasarkan materi diatas (butir 1.) antara lain : a. Kerja Lapangan

Kelompoktani peserta SL-PTT melakukan kerja lapangan di lokasi SL-PTT misalnya melakukan pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT dan gulma, panen, dll.

(40)

c. Menggambar dan mempresentasikan kondisi Agroekosistem

Kelompoktani peserta SL-PTT menggambar dan mempresentasikan kondisi Agroekosistem di lokasi SL-PTT pada saat itu misalnya menggambar jumlah anakan per rumpun, jarak tanam, gulma dan hama yang ada, dll.

d. Diskusi Kelompok

Diskusi untuk mengkaji hasil kerja lapangan, pengamatan pertanaman, gambaran pertanaman dll sehingga dapat disimpulkan kondisi pertanaman pada saat itu sebagai dasar untuk menentukan langkah pengelolaan pertanaman selanjutnya.

e. Topik khusus

Topik khusus dalam diskusi dipilih berdasarkan permasalahan pokok setempat yang dihadapi pada saat itu misalnya serangan OPT mengapa dan bagaimana mengatasinya dll.

f. Mempraktekan kegiatan SL-PTT pada lahan usahataninya

Peserta SL-PTT mempraktekkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam mengikuti SL-PTT pada lahan usahataninya.

(41)

VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN SL-PTT PADI TAHUN 2008 DI JAWA BARAT 8.1. Rekapitulasi Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2008 di Jawa Barat

Sasaran areal SL-PTT seluas 152.730 hektar, dan berdasarkan alokasi Pusat pada DIPA/POK yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota seluas 152.015 hektar atau 99,53%. Berdasarkan SK Kepala Dinas Kabupaten/Kota jumlah areal tanam yang terrealisasi seluas 150.925 hektar atau 99,28% dan 98,82% bila dibandingkan dengan alokasi DIPA/POK.

Realisasi panen seluas 149.195 hektar atau 98,85% dari areal tanam seluas 150.925 hektar atau 97,69% dari luas sasaran berdasarkan DIPA/POK atau 98,14% dari luas sasaran berdasarkan SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Tidak tercapainya luas panen dari luas tanam karena disebabkan adanya dampak fenomena iklim (kekeringan) yang menyebabkan tanaman puso. Di Kabupaten Indramayu areal puso seluas 1.730 hektar atau 15,16% dari total tanam seluas 11.410 hektar atau 13,84% dari alokasi berdasarkan DIPA/POK seluas 12.500 hektar. Jumlah puso tersebut terdiri dari 1.345 ha pada lokasi SL-PTT padi inbrida dan 385 hektar pada lokasi SL-PTT padi hibrida.

SL-PTT padi inbrida dilaksanakan di 16 Kabupaten, 2 Kota, 508 Kecamatan, 3.980 desa dan 5.745 kelompoktani dengan pencapaian rata-rata produktivitas sebesar 64,85 ku/ha atau terjadi kenaikan sebesar 5,59 ku/ha atau 9,42%

(42)

atas 10 ku/ha bila dibandingkan dengan rata-rata produktivitas di lokasi SL-PTT sebelum SL-PTT yaitu Kabupaten Subang sebesar 14,35 ku/ha, Kabupaten Cianjur sebesar 10,66 ku/ha dan Kabupaten Sumedang sebesar 10,72 ku/ha.

SL-PTT padi hibrida dilaksanakan di 6 Kabupaten, 87 Kecamatan, 333 desa dan 416 kelompoktani dengan rata-rata produktivitas sebesar 75,10 ku/ha atau terjadi kenaikan sebesar 9,27 ku/ha atau 14,08% dibandingkan dengan produktivitas sebelum SL-PTT sebesar 65,84 ku/ha. Dua kabupaten yang kenaikan produktivitasnya di atas 10 ku/ha bila dibandingkan dengan rata-rata produktivitas di lokasi SL-PTT sebelum SL-PTT yaitu Kabupaten Purwakarta sebesar 19,99 ku/ha dan Kabupaten Subang sebesar 19,80 ku/ha.

Dengan demikian, secara keseluruhan tingkat kenaikan produktivitas di lokasi SL-PTT baik inbrida maupun hibrida menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, bahkan apabila dibandingkan dengan rata-rata tingkat pencapaian produktivitas padi sawah Jawa Barat tahun 2008 sebesar 57,70 ku/ha (Angka Tetap BPS), maka terjadi kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 7,56 ku/ha atau 13,10%. Perkembangan hasil pelaksanaan SL-PTT padi tahun 2008 di tingkat kabupaten/kota disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

(43)

Tabel 7. Perkembangan Hasil Pelaksanaan SL-PTT Padi Inbrida Tahun 2008 di Jawa Barat

Panen Provitas Produksi

(Ha) (%) (Ha) (Ku/Ha) (Ton)

1. Bekasi 23 128 200 5.000 5.000 100,00 5.000 66,70 33.350,00 0 61,47 2. Karawang 29 247 299 7.500 7.500 100,00 7.500 71,60 53.700,00 0 67,83 3. Purwakarta 17 164 300 7.500 7.500 100,00 7.500 62,24 46.680,00 0 52,90 4. Subang 22 224 300 7.500 7.500 100,00 7.500 69,51 52.132,50 0 55,16 5. Bogor 36 179 200 5.000 5.000 100,00 5.000 60,76 30.380,00 0 59,27 6. Sukabumi 47 329 400 10.000 10.000 100,00 10.000 60,26 60.260,00 0 57,20 7. Cianjur 30 254 639 15.000 15.000 100,00 15.000 61,44 92.160,00 0 50,78 8. Bandung 26 156 386 10.000 9.650 96,50 9.650 62,84 60.640,60 350 61,53 9. Sumedang 26 235 394 10.000 10.000 100,00 10.000 70,51 70.510,00 0 59,79 10. Garut 42 307 400 10.000 10.000 100,00 10.000 65,81 65.810,00 0 61,81 11. Tasikmalaya 39 341 400 10.000 10.000 100,00 10.000 68,84 68.840,00 0 60,45 12. Ciamis 36 334 423 12.000 12.000 100,00 12.000 64,45 77.340,00 0 59,42 13. Cirebon 38 200 200 5.000 5.000 100,00 5.000 74,29 37.145,00 0 66,49 14. Kuningan 31 248 300 7.500 7.500 100,00 7.500 62,71 47.032,50 0 58,87 15. Majalengka 23 271 384 10.000 10.000 100,00 10.000 58,41 58.410,00 0 55,46 16. Indramayu 31 281 400 10.000 10.000 100,00 8.655 64,07 55.452,59 0 59,23 17. Kota Tasikmalaya 8 59 80 2.000 2.000 100,00 2.000 65,67 13.134,00 0 59,43 18. Kota Banjar 4 23 40 1.000 1.000 100,00 1.000 63,82 6.382,00 0 59,71 508 3.980 5.745 145.000 144.650 99,76 143.305 64,85 929.359,19 350 59,27 Poktan Realisasi Tidak Dilaksaksanakan (Ha) Produktivitas Sebelum SL (Ku/Ha) Luas Areal (Ha) Kec Desa Realisasi Tanam No Kabupaten / Kota Jumlah

(44)

Tabel 8. Perkembangan Hasil Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida Tahun 2008 di Jawa Barat

Panen Provitas Produksi

(Ha) (%) (Ha) (Ku/Ha) (Ton)

1. Karawang 9 44 66 1.000 1.000 100,00 1.000 81,38 8.138,00 0 73,21 2. Purwakarta 16 32 33 500 500 100,00 500 72,83 3.641,59 0 52,84 3. Subang 16 115 143 2.500 2.145 85,80 2.145 73,77 15.824,07 355 53,97 4. Bandung 19 59 66 1.000 990 99,00 990 72,30 7.158,12 10 70,75 5. Ciamis 10 14 14 230 230 100,00 230 78,45 1.804,26 0 75,28 6. Indramayu 17 69 94 2.500 1.410 56,40 1.025 74,82 7.669,05 1.090 68,96 87 333 416 7.730 6.275 81,18 5.890 75,10 44.235,09 1.455 65,84 Tidak Dilaksaksanakan (Ha)

Jumlah Padi Hibrida

Luas Areal (Ha) Kec Desa Poktan

Jumlah No Kabupaten / Kota Realisasi Produktivitas Sebelum SL (Ku/Ha) Realisasi Tanam

8.2. Hasil Pelaksanaan SL-PTT Tingkat Kabupaten /Kota 8.2.1. SL-PTT di Kabupaten Bekasi

Alokasi SL-PTT padi inbrida berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bekasi nomor 161/4858/TP, tanggal 8 Oktober 2008 seluas 5.000 hektar tersebar di 23 kecamatan, 128 desa dan 200 kelompok tani. Realisasi tanam dan panen sebesar 100% dengan rata-rata tingkat produktivitas

(45)

mencapai 66,70 ku/ha atau terjadi peningkatan 5,23 ku/ha (8,51%) dibandingkan sebelum kegiatan SL-PTT sebesar 61,67 ku/ha, kenaikan produktivitas tertinggi di Kecamatan Setu sebesar 18,53 ku/ha, produksi yang dihasilkan sebesar

33.350 ton GKG. Peningkatan produktivitas berkisar antara 2,56% - 18,53%, pencapaian produktivitas tertinggi di kecamatan pebayuran sebesar 76,80 Ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian rata-rata produktivitas Kabupaten Bekasi (Angka Sementara Dinas) sebesar 55,83 ku/ha, maka terjadi peningkatan produktivitas sebesar 19,43%. Rata-rata pencapaian produktivitas di lokasi laboratorium lapangan (LL) sebesar 79,27 ku/ha, produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Karangbahagia sebesar 84,50 ku/ha. Rincian hasil pelaksanaan SL-PTT padi inbrida di Kabupaten Bekasi disajikan pada Tabel 9.

(46)

Tabel 9. Hasil Pelaksanaan SL-PTT Padi Inbrida Tahun 2008 di Kabupaten Bekasi

Tanam Panen

(Ha) (Ha) Sebelum SL Setelah SL Peningkatan (%) 23 128 200 5.000 5.000 61,47 66,70 8,51 79,27 1 Tarumajaya 7 11 348 348 58,25 60,49 3,85 68,42 2 Babelan 6 12 300 300 60,23 65,74 9,15 70,85 3 Sukawangi 7 16 400 400 62,26 68,70 10,34 83,25 4 Tambelang 7 12 294 294 59,78 68,15 14,00 80,38 5 Tambun Utara 5 7 217 217 59,15 63,20 6,85 72,82 6 Tambun Selatan 1 1 36 36 58,87 60,38 2,56 69,34 7 Cikarang Barat 3 3 52 52 60,71 67,85 11,76 82,10 8 Cibitung 6 8 200 200 59,85 68,77 14,90 82,44 9 Setu 5 7 83 83 58,88 69,79 18,53 79,79 10 Karangbahagia 8 13 325 325 63,90 68,36 6,98 84,50 11 Cikarang Utara 2 2 50 50 61,68 67,78 9,89 82,31 12 Cikarang Timur 7 12 300 300 62,50 66,00 5,60 79,91 13 Kedungwaringin 7 8 204 204 57,85 60,22 4,10 83,50 14 Cikarang Pusat 2 3 68 68 59,35 61,22 3,15 78,74 15 Sukatani 5 10 247 247 61,20 64,00 4,58 83,53 16 Cabangbungin 7 12 300 300 61,33 66,24 8,01 83,12 17 Muaragembong 4 6 146 146 59,70 64,28 7,67 78,77 18 Sukakarya 7 14 397 397 63,30 68,55 8,29 79,84 19 Pebayuran 13 24 574 574 71,15 76,80 7,94 78,94 20 Cikarang Selatan 2 2 28 28 66,28 73,56 10,98 81,30 21 Cibarusah 7 7 189 189 60,67 65,78 8,42 77,86 22 Bojongmanggu 6 6 191 191 63,50 71,00 11,81 82,26 23 Serang Baru 4 4 51 51 63,34 67,23 6,14 79,20 Kecamatan Poktan Di Lokasi SL Produktivitas (Ku/Ha) Lokasi LL Jumlah Realisasi Desa

(47)

8.2. 2. SL-PTT di Kabupaten Karawang

1) SL-PTT Padi Inbrida

Alokasi SL-PTT padi inbrida berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Karawang nomor 521.1/384/SK/Prod.TPH, tanggal 5 Maret 2008 seluas 7.500 hektar tersebar di 29 kecamatan, 247 desa dan 299 kelompok tani. Realisasi tanam dan panen sebesar 100% dengan rata-rata tingkat

produktivitas mencapai 71,60 ku/ha atau terjadi peningkatan 3,77 ku/ha (5,56%) dibandingkan produktivitas sebelum kegiatan SL-PTT sebesar 67,83 Ku/ha, kenaikan produktivitas tertinggi di Kecamatan Karawang Timur sebesar 6,67%, produksi yang dihasilkan mencapai 53.700 ton GKG. Peningkatan produktivitas berkisar antara 5,10% - 6,67%, pencapaian produktivitas tertinggi di Kecamatan Pedes sebesar 89,16 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian rata-rata produktivitas Kabupaten Karawang (Angka Sementara Dinas) sebesar 59,94 ku/ha, maka terjadi peningkatan produktivitas sebesar 19,45%. Rata-rata pencapaian produktivitas di lokasi laboratorium lapangan (LL) mencapai 74,61 ku/ha, produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Pedes sebesar 89,85 ku/ha. Rincian hasil pelaksanaan SL-PTT padi inbrida di Kabupaten Karawang disajikan pada Tabel 10.

(48)

Tabel 10. Hasil Pelaksanaan SL-PTT Padi Inbrida Tahun 2008 di Kabupaten Karawang

Tanam Panen

(Ha) (Ha) Sebelum SL Setelah SL Peningkatan (%) 29 247 299 7.500 7.500 67,83 71,60 5,56 74,61 1 Karawang Barat 6 8 200 200 63,75 67,10 5,25 69,56 2 Karawang Timur 8 8 200 200 63,75 68,00 6,67 71,41 3 Majalaya 7 7 200 200 71,82 76,00 5,82 78,50 4 Klari 6 6 150 150 60,99 64,20 5,26 68,41 5 Telukjambe Barat 6 6 150 150 66,36 70,60 6,39 73,15 6 Telukjambe Timur 6 6 150 150 62,41 65,69 5,26 67,40 7 Ciampel 3 8 200 200 64,27 68,37 6,38 71,50 8 Pangkalan 6 6 150 150 64,65 68,05 5,26 72,05 9 Tegalwaru 6 6 150 150 64,60 68,00 5,26 71,00 10 Rengasdengklok 9 10 250 250 67,17 71,46 6,39 74,46 11 Jayakarta 8 10 250 250 66,63 70,50 5,81 73,55 12 Kutawaluya 10 10 250 250 63,27 67,31 6,39 71,40 13 Batujaya 10 14 350 350 65,46 68,90 5,26 69,11 14 Tirtajaya 7 10 250 250 79,60 84,86 6,61 87,86 15 Pakisjaya 4 6 150 150 61,04 64,25 5,26 65,28 16 Pedes 12 14 350 350 83,86 89,16 6,32 89,85 17 Cilebar 10 14 350 350 62,60 65,89 5,26 63,89 18 Cibuaya 10 10 250 250 66,77 70,54 5,65 71,54 19 Purwasari 5 10 250 250 62,98 66,19 5,10 68,45 20 Tirtamulya 10 12 300 300 75,07 79,02 5,26 80,30 21 Jatisari 14 14 350 350 64,54 68,65 6,37 69,63 22 Banyusari 7 14 350 350 65,80 70,00 6,38 71,42 23 Kotabaru 5 6 150 150 69,17 72,81 5,26 73,90 24 Cilamaya Wetan 12 14 350 350 70,88 75,00 5,81 76,00 25 Cilamaya Kulon 12 14 350 350 71,42 75,50 5,71 77,50 26 Telagasari 12 14 350 350 68,02 72,36 6,38 73,36 27 Lemahabang 11 14 350 350 65,43 69,09 5,59 69,89 28 Rawamerta 13 14 350 350 79,60 84,68 6,38 85,60 Kecamatan

Jumlah Realisasi Produktivitas (Ku/Ha)

Desa Poktan

Di Lokasi SL

(49)

2). SL-PTT Padi Hibrida

Alokasi SL-PTT padi hibrida berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Karawang nomor 521.1/384/SK/Prod.TPH, tanggal 5 Maret 2008 seluas 1.000 hektar tersebar di 9 kecamatan, 44 desa dan 66 kelompok tani. Realisasi tanam dan panen sebesar 100% dengan rata-rata

produktivitas sebesar 81,38 ku/ha atau terjadi peningkatan 8,17 ku/ha (11,16%) dibandingkan dengan sebelum kegiatan SL-PTT sebesar 73,21 Ku/ha, kenaikan produktivitas tertinggi di Kecamatan Majalaya sebesar 16,35%, produksi yang dihasilkan mencapai 8.138 ton GKG. Peningkatan produktivitas berkisar antara 8,15% - 16,35%, pencapaian produktivitas tertinggi di Kecamatan Rawa merta sebesar 87,00 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian rata-rata produktivitas Kabupaten Karawang (Angka Sementara Dinas) sebesar 59,94 ku/ha, maka kegiatan SL-PTT terjadi peningkatan provitas sebesar 35,77%. Rata-rata pencapaian produktivitas di lokasi laboratorium lapangan (LL) mencapai 83,97 ku/ha, produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Rawamerta sebesar 88,25 ku/ha. Rincian hasil pelaksanaan SL-PTT padi hibrida di Kabupaten Karawang disajikan pada Tabel 11.

(50)

Tabel 11. Hasil Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida Tahun 2008 di Kabupaten Karawang

Tanam Panen

(Ha) (Ha) Sebelum SL Setelah SL Peningkatan (%) 9 44 66 1.000 1.000 73,21 81,38 11,16 83,97 1 Karawang Barat 1 1 15 15 75,11 86,00 14,50 87,15 2 Majalaya 6 7 105 105 74,14 86,26 16,35 88,15 3 Jayakerta 4 6 90 90 75,25 83,15 10,50 85,25 4 Batujaya 2 4 60 60 71,11 81,50 14,61 82,44 5 Tirtajaya 5 9 150 150 70,15 81,26 15,84 83,45 6 Pedes 11 14 210 210 74,12 80,16 8,15 82,45 7 Cilebar 5 5 75 75 68,15 74,34 9,08 76,15 8 Cibuaya 9 19 280 280 74,65 81,28 8,88 82,45 9 Rawamerta 1 1 15 15 76,18 87,00 14,20 88,25 Jumlah

Desa Poktan Lokasi LL

Realisasi Produktivitas (Ku/Ha) Di Lokasi SL

Kecamatan

8.2.3. SL-PTT di Kabupaten Purwakarta

1] SL-PTT Padi Inbrida

(51)

7.500 hektar tersebar di 17 kecamatan, 164 desa dan 300 kelompok tani. Realisasi tanam dan panen sebesar 100% dengan rata-rata tingkat produktivitas mencapai 62,24 ku/ha atau terjadi peningkatan 9,34 ku/ha (17,65%) dibandingkan dengan sebelum kegiatan SL-PTT sebesar 52,90 Ku/ha, kenaikan produktivitas tertinggi di Kecamatan Sukatani sebesar 41,79%, produksi yang dihasilkan mencapai 46.680 ton GKG. Peningkatan produktivitas berkisar antara 4,91% - 79%, pencapaian produktivitas tertinggi di Kecamatan Darangdan sebesar 63,91 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian rata-rata produktivitas Kabupaten Purwakarta (Angka Sementara Dinas) sebesar 54,85 ku/ha, maka terjadi peningkatan produktivitas sebesar 13,47%. Rata-rata pencapaian produktivitas di lokasi laboratorium lapangan (LL) mencapai 64,89 ku/ha, produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Jatiluhur sebesar 67,18 ku/ha. Rincian hasil pelaksanaan SL-PTT padi inbrida di Kabupaten Purwakarta disajikan pada Tabel 12.

(52)

Tabel 12. Hasil Pelaksanaan PTT Padi Inbrida Tahun 2008 di Kabupaten Purwakarta

Tanam Panen

(Ha) (Ha) Sebelum SL Setelah SL Peningkatan (%) 17 164 300 7.500 7.500 52,90 62,24 17,65 64,89 1 Purwakarta 6 8 200 200 56,44 62,61 10,93 64,76 2 Babakan Cikao 7 8 200 200 54,86 59,62 8,68 62,28 3 Jatiluhur 7 11 275 275 47,80 63,71 33,28 67,21 4 Sukasari 5 7 175 175 58,82 61,71 4,91 63,29 5 Bungursari 9 17 425 425 50,89 63,29 24,37 67,19 6 Campaka 10 19 475 475 50,66 59,95 18,34 61,22 7 Cibatu 10 20 500 500 50,89 61,87 21,58 65,29 8 Plered 15 29 725 725 56,58 61,31 8,36 62,84 9 Tegalwaru 12 20 500 500 57,29 62,05 8,31 65,21 10 Sukatani 10 16 400 400 43,46 61,62 41,79 64,62 11 Maniis 6 10 250 250 55,43 62,80 13,30 64,85 12 Darangdan 13 24 600 600 57,35 63,91 11,44 67,18 13 Bojong 12 25 625 625 55,29 62,64 13,29 65,22 14 Wanayasa 14 26 650 650 50,16 62,98 25,56 65,35 15 Kiarapedes 10 25 625 625 51,64 63,68 23,32 67,13 16 Pondoksalam 10 17 425 425 52,92 62,64 18,37 65,31 17 Pasawahan 8 18 450 450 48,83 61,66 26,27 64,20 Kecamatan

Jumlah Realisasi Produktivitas (Ku/Ha)

Desa Poktan

Di Lokasi SL

(53)

2) SL-PTT Padi Hibrida

Alokasi SL-PTT padi hibrida berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta nomor 521.21/KPA-PKTPB/SK-TP/10/2008, tanggal 21 Pebruari 2008 seluas 500 hektar tersebar di 16 kecamatan, 32 desa dan 33 kelompok tani. Realisasi tanam dan panen sebesar 100% dengan rata-rata tingkat produktivitas mencapai 72,83 ku/ha atau terjadi peningkatan 19,99 ku/ha (37,83%) dibandingkan produktivitas sebelum SL-PTT sebesar 52,84 Ku/ha, kenaikan tertinggi di Kecamatan Sukatani sebesar 70,48%, produksi yang dihasilkan mencapai 3.641 ton GKG. Peningkatan produktivitas berkisar antara 13,77% - 70,48%, pencapaian produktivitas tertinggi di Kecamatan Kiarapedes sebesar 77,16 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian rata-rata produktivitas Kabupaten Purwakarta (Angka Sementara Dinas) sebesar 54,85 ku/ha, maka terjadi peningkatan produktivitas sebesar 32,78%. Rata-rata pencapaian produktivitas di lokasi laboratorium lapangan (LL) mencapai 77,42 ku/ha, produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Kiarapedes sebesar 81,82 ku/ha. Rincian hasil pelaksanaan SL-PTT padi hibrida di Kabupaten Purwakarta disajikan pada Tabel 13.

(54)

Tabel 13. Hasil Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida Tahun 2008 di Kabupaten Purwakarta

Tanam Panen

(Ha) (Ha) Sebelum SL Setelah SL Peningkatan (%) 16 32 33 500 500 52,84 72,83 37,83 77,42 1 Purwakarta 2 2 30 30 56,44 64,21 13,77 71,27 2 Jatiluhur 2 2 30 30 48,80 63,30 29,71 73,22 3 Sukasari 1 1 15 15 58,82 73,34 24,69 77,81 4 Bungursari 3 3 45 45 50,89 74,38 46,16 76,83 5 Camapaka 2 2 30 30 50,66 76,27 50,55 79,63 6 Cibatu 3 3 46 46 50,89 70,66 38,85 74,32 7 Plered 3 3 46 46 56,58 73,26 29,48 76,97 8 Tegalwaru 2 3 46 46 57,29 73,04 27,49 77,82 9 Sukatani 1 1 15 15 43,46 74,09 70,48 79,23 10 Maniis 1 1 15 15 55,43 74,33 34,10 78,65 11 Darangdan 3 3 46 46 57,35 73,29 27,79 77,64 12 Bojong 1 1 15 15 55,29 70,45 27,42 74,61 13 Wanayasa 3 3 46 46 50,16 74,31 48,15 78,28 14 Kiarapedes 1 1 15 15 51,64 77,16 49,42 81,82 15 Pondoksalam 3 3 45 45 52,92 76,19 43,97 79,39 16 Pasawahan 1 1 15 15 48,83 77,03 57,75 81,17 Kecamatan

Jumlah Realisasi Produktivitas (Ku/Ha)

Desa Poktan

Di Lokasi SL

(55)

8.2.4. SL-PTT di Kabupaten Subang

1) SL-PTT Padi Inbrida

Alokasi SL-PTT padi inbrida berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang nomor 521.21/SK.321/TP/2008, tanggal 24 April 2008 seluas 7.500 hektar tersebar di 22 kecamatan, 224 desa dan 300 kelompok tani. Realisasi tanam dan panen sebesar 100% dengan rata-rata tingkat produktivitas mencapai 69,51 ku/ha atau terjadi peningkatan 14,35 Ku/ha (26,01%) dibandingkan dengan produktivitas sebelum SL-PTT sebesar 55,16 Ku/ha, kenaikan produktivitas tertinggi di Kecamatan Cisalak sebesar 69,40%, produksi yang dihasilkan mencapai 52.132 ton GKG. Peningkatan produktivitas berkisar antara 3,33% - 69,40%, pencapaian produktivitas tertinggi di Kecamatan Cisalak sebesar 84,58 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian rata-rata produktivitas Kabupaten Subang (Angka Sementara Dinas) sebesar 58,61 ku/ha, maka terjadi peningkatan produktivitas sebesar 18,60%. Rata-rata pencapaian produktivitas di lokasi laboratorium lapangan (LL) mencapai 73,48 ku/ha, produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Subang sebesar 96,10 ku/ha. Rincian hasil pelaksanaan SL-PTT padi inbrida di Kabupaten Subang disajikan pada Tabel 14.

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2004-2008 di Jawa Barat
Gambar 2.  Skema Operasional SL-PTT
Tabel  3.  Luas SL-PTT Padi Inbrida Berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota  Tahun 2008 di Jawa Barat
Tabel  4  Luas SL-PTT Padi Hibrida Berdasarkan DIPA/POK dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota  Tahun 2008 di Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian adalah observasional dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif analitik dan pendekatan waktu untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

(2) Pelaku Usaha yang telah memiliki SPPT-SNI yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/3/2012 tentang Pemberlakuan Standar Nasional

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden menghadapi permasalahan akademik, permasalahan personal, dan permasalahan sosial selama menempuh studi program doktor

Jasa auditing mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

Tekanan-tekanan saat krisis covid-19 ini membuat masyarakat melakukan perubahan perilaku dalam pemenuhan kebutuhan belanja dari yang siatnya konsumtif ke basic need,

Tingkat urbanisasi terbesar terjadi pada saat pasca lebaran, namun harus kita cermati kebanyakan dari penduduk melakukannya karena mereka terbujuk oleh seseorang yang sukses dan

Navedeni rezultati nedvosmisleno pokazuju kako među novim članicama one s višim stopama rasta nemaju problema sa zadovoljavanjem fiskalnih kriterija konvergencije.. Najveći

Keberhasilan peran PSM sebagai kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan kemampuan KUBE, menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif,