• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KONSEP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN TAMAN KOTA MENJADI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KONSEP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN TAMAN KOTA MENJADI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1-0

---

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN KONSEP PENGEMBANGAN DAN

PENGELOLAAN TAMAN KOTA MENJADI TAMAN

TEMATIK DI KOTA BANDUNG

BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN

(2)

12

KATA PENGANTAR

Dengan memohon rahmat serta memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim peneliti dapat menyelesaikan “Ringkasan Eksekutif Kajian Konsep Pengembangan dan Pengelolaan Taman Kota Menjadi Taman Tematik Kota Bandung”.

Penyusunan Ringkasan Eksekutif ini dimaksudkan sebagai laporan hasil analisis kajian terkait penentuan tematisasi terhadap taman kota yang dimiliki oleh Kota Bandung, agar fungsi taman kota dapat berjalan optimal serta pengembangan dan pengeloannya dapat berjalan dengan lebih baik lagi.

Dalam kajian akhir ini, tim konsultan melakukan perumusan rekomendasi dalam penyelenggaraan taman kota menjadi taman tematik. Akhir kata, tim konsultan berharap hasil kajian ini dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan baik dalam rangka mewujudkan Taman Kota Bandung yang sejahtera dan berkelas dunia.

Bandung, November 2014

(3)

12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1 BAB I PENDAHULUAN ... 4 1.1. LATAR BELAKANG ... 4 1.2. RUMUSAN MASALAH ... 5

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN ... 6

1.4. SASARAN ... 6 1.5. KELUARAN ... 6 1.6. RUANG LINGKUP ... 7 1.6.1. LINGKUP WILAYAH ... 7 1.6.2. LINGKUP STUDI ... 7 1.6.3. LINGKUP INSTANSIONAL ... 8 1.7. METODE PENELITIAN ... 9

1.7.1. METODE PENDEKATAN STUDI ... 9

1.7.2. METODE PENGUMPULAN DATA ... 9

1.7.3. METODE PENENTUAN SAMPEL ... 9

1.7.4. METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 10

1.7 KERANGKA BERPIKIR ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 12

2.1. TEORI DAN DEFINISI TERKAIT TAMAN TEMATIK ... 12

2.2. BATASAN DAN KATEGORI TAMAN TEMATIK... 12

2.3. LANDASAN HUKUM DAN TINJAUAN YURIDIS ... 13

2.4. KETENTUAN TEKNIS TENTANG TAMAN TEMATIK ... 15

2.5. KARAKTERISTIK PENYELENGGARAAN/ POTENSI TAMAN TEMATIK DI INDONESIA ... 15

2.6. STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK ... 16

2.7. PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN TAMAN ... 16

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ... 17

3.1. GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG ... 17

3.2. REVIEW RPJPD, RTRW DAN RPJMD TERKAIT KEBIJAKAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU BERUPA TAMAN TEMATIK ... 18

3.3. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG ... 20

3.4. ARAHAN PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG PADA 8 SUB WILAYAH PENGEMBANGAN KOTA ... 27

(4)

12

3.5. PERMASALAHAN DAN KENDALA PENYEDIAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG ... 28

BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG ... 31

4.1. ANALISIS KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG ... 31

4.1.1. KEBIJAKAN PEMERINTAH ... 31

4.1.2. KEBIJAKAN DUKUNGAN STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT... 35

4.1.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN (LAND BANKING DAN PEMBANGUNAN TAMAN) ... 36

4.2. ANALISIS RENCANA PENYELENGGARAAN TAMAN ... 40

4.2.1. ANALISIS PENCAPAIAN SPM ... 40

4.2.2. ANALISIS TEKNIS TATA RUANG, POTENSI WILAYAH, DAYA DUKUNG DAN POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH TERHADAP PENGEMBANGAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG... 42

4.2.3. ANALISIS PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK... 47

4.2.4. ANALISIS SOLUSI PEYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK ... 47

4.3. ANALISIS PEMILIHAN SAMPEL LOKASI ... 51

4.3.1. ANALISIS KONDISI RIIL TAMAN BERDASARKAN DATA KETERSEDIAAN LAHAN RTH ... 51

4.3.2. KESESUAIAN DENGAN TATA RUANG ... 53

4.3.3. ANALISIS RENCANA PEMBEBASAN LAHAN UNTUK PENYEDIAAN TAMAN TEMATIK ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 55

5.1. KESIMPULAN ... 55

5.1.1 PERMASALAHAN PENGADAAN TAMAN SECARA UMUM DI KOTA BANDUNG ... 55

5.1.2 PERMASALAHAN PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEK ... 57

5.1.3 POTENSI PENGEMBANGAN DAN PENGADAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG ... 58

5.1.4 GRAND DESAIN HASIL ANALISIS PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG... 58

5.2 REKOMENDASI ... 59

(5)

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Didalam Dokumen RTRW Nasional, Kota Bandung merupakan salah satu Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Implementasi pemerataan pembangunan disemua wilayah pengembangan Kota Bandung, Strategi pola ruang kota dioptimalkan pembangunan wilayah terbangun sebagai berikut :

a. Mengembangkan pola ruang kota yang kompak, intensif dan hijau, serta berorientasi pada pola jaringan transportasi;

b. Mendorong dan memprioritaskan pengembangan kearah Bandung bagian timur yang terdiri atas SWK Arcamanik, SWK Ujung Berung, SWK Kordon, dan SWK Gedebage;

c. Mengendalikan bagian barat kota yang telah berkembang pesat dengan kepadatan relatif tinggi, yang terdiri atas SWK Bojonagara, SWK Cibeunying, SWK Tegallega, dan SWK Karees;

d. Membatasi pembangunan di Kawasan Bandung Utara yang berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan berfungsi lindung bagi kawasan bawahannya;

e. Mempertahankan fungsi dan menata RTH; dan

f. Menata, mengendalikan dan mewajibkan penyediaan lahan dan fasilitas parkir yang memadai bagi kegiatan pada kawasan peruntukan lainnya.

Penyediaan RTH Kota Bandung berdasarkan data pada tahun 2012 baru

mencapai luas 12,12 % dari luas wilayah kota Bandung yaitu 16.729,65 Ha. Dimana

(6)

12

Kondisi RTH publik saat ini masih jauh selain masih kurang juga kurang terawat, hal ini disebabkan karena terbatasnya anggaran Pemkot untuk pemeliharaan,

kesadaran masyarakat kurang untuk memelihara taman yang sudah ada, banyaknya penyerobotan alokasi lahan RTH, banyaknya perubahan fungsi RTH menjadi tempat berjualan, fasilitas umum lainnya, belum optimalnya proses penyerahan Taman yang menjadi bagian dari PSU yang berasal dari pengembang perumahan kepada Pemkot.

Dalam upaya memenuhi fungsi taman kota tersebut, maka penyediaan fasilitas taman harus memperhatikan standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 tahun 2008, dimana seluruh taman kota harus memenuhi standar luas minimal 0.3 m2 per penduduk kota yang dilengkapi dengan fasilitas

rekreasi dan olahraga dengan minimal RTH 80%-90%.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Keberadaan taman di kota Bandung masih belum memenuhi tercapainya pemenuhan target ketersediaan RTH sesuai arahan kebijakan yaitu 30 %;

2. Lokasi persebaran taman di kota Bandung belum mendukung sebaran RTH di 8 wilayah Pengembangan Kota Bandung;

3. Belum adanya pemetaan lokasi Taman tematik di setiap SWK;

4. Sebagian besar kondisi taman di kota Bandung belum memenuhi standart kualitas taman sesuai SPM yang berlaku;

5. Belum optimalnya sistem dan management pengelolaan taman secara integrasi

dan berkesinambungan;

6. Belum optimalnya konsep penataan dan pengembangan taman sesuai fungsi

taman (fungsi ekologis, fungsi sosial dan budaya, fungsi ekonomi dan fungsi

(7)

12

7. Belum optimalnya konsep penataan taman secara tematik yang diangkat sebagai identitas wilayah dan tengeran taman tertentu sebagai ikon Kota.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kajian ini adalah untuk menyusun strategi pemetaan penyediaan dan

pengembangan taman tematik di 8 SWK kota Bandung sesuai dengan fungsi RTH secara terintegrasi dan berkesinamabungan.

Tujuan dari penyusunan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi eksisting taman kota di Bandung;

2. Menyusun database taman kota berdasarkan aspek penilaian yang terdiri dari aspek kuantitas, aspek kualitas, aspek lokasi serta aspek pengelolaan;

3. Memetakan sebaran lokasi RTH di 8 SWK;

4. Menggali potensi RTH Kota melalui tema tertentu dan menjadi identitas dan tengeran taman tertentu sebagai Icon Kota;

5. Menyusun strategi sistem manajemen pengelolaan RTH secara terintegrasi dan berkesinambungan.

1.4. SASARAN

Penyusunan “Kajian Konsep Pengembangan dan Pengelolaan Taman Kota Menjadi Taman Tematik di Kota Bandung” diharapkan dapat menjelaskan

1. Permasalahan dan kendala dalam penyediaan taman temati di kota Bandung 2. Potensi pengembangan taman tematik di kota Bandung

3. Arahan dalam penyelenggaraan taman tematik pada 8 SWK di Kota Bandung, baik pada aspek teknis, dukungan SDM dan stakeholder terkait, maupun manajemen pengelolaan taman.

1.5. KELUARAN

Keluaran atau produk dari penyusunan Kajian ini adalah tersusunnya dokumen rekomendasi yang memuat antara lain:

(8)

12

1. Dokumen Up-dating data eksisting sebaran taman di 8 Sub wilayah Kota Bandung;

2. Landasan dan Prasyarat dalam Penyelenggaraan Taman Tematik

3. Analisis Kebutuhan luas taman dan sebaran taman di 8 SWK yang memenuhi fungsi taman secara terintegrasi (fungsi ekologis, fungsi sosial dan budaya,

fungsi ekonomi dan fungsi estetika) dan sesuai SPM yang berlaku; 4. Pemetaan Taman tematik di 8 SWK Kota Bandung;

5. Konsep Strategi Pembangunan dan Pengembangan Taman Kota menjadi taman tematik tertentu sehingga menjadi TENGERAN/ ICON taman yang tersebar di 8 SWK Kota Bandung;

6. Analisis Strategi Managemen pembangunan dan Pengelolaan Taman tematik

yang tersebar di 8 SWK secara terintegrasi.

1.6. RUANG LINGKUP 1.6.1. LINGKUP WILAYAH

Kota Bandung, dengan tingkat kedalaman sampai pada sebaran Taman Kota

yang tersebar di 8 SWK yang akan dijadikan Taman tematik, sampai pada tingkat kecamatan-kelurahan.

1.6.2. LINGKUP STUDI

Lingkup studi kajian ini diprioritaskan pada:

- Melakukan tinjauan regulasi terkait standar ideal yang harus diterapkan dalam pengembangan dan pengelolaan taman di Kota Bandung;

- Melakukan tinjauan dokumen perencanaan terkait kondisi pengembangan dan pengelolaan taman kota yang sudah dijalankan dalam beberapa tahun terakhir, rencana pengembangan untuk beberapa tahun ke depan serta evaluasi capaian; - Mengkaji landasan dan prasyarat dalam penyelenggaraan taman tematik

(9)

12

- Melakukan tinjauan literatur terkait konsep dan best-practices dalam pengembangan dan pengelolaan taman secara tematik, baik dari SEGI LUAS

LAHAN DAN PEMILIHAN TEMA YANG AKAN DIUSUNG;

- Melakukan pemetaan melalui survey dan observasi terhadap kondisi eksisting taman di kota Bandung berdasarkan aspek kualitas, kuantitas, lokasi dan pengelolaan

- Melakukan identifikasi terhadap isu kerjasama dalam pengembangan dan pengelolaan taman di kota Bandung

- Melakukan analisa gap antara kondisi eksisting dengan kondisi ideal pengembangan dan pengelolaan taman sesuai literatur, kebijakan maupun dokumen perencanaan yang ada

- Merumuskan tahapan dalam pengembangan dan pengelolaan taman secara tematik serta peran dari setiap stakeholder dalam pengembangan dan pengelolaan tersebut.

1.6.3. LINGKUP INSTANSIONAL

Lingkup instansional pada kajian ini meliputi : - Bappeda Kota Bandung;

- Distarcip Kota Bandung; - Distamkam Kota bandung; - BPLH Kota Bandung;

- Dinas pariwisata Kota Bandung;

- Bagian Pembangunan dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Kota Bandung;

- Kecamatan dan Kelurahan di 8 SWK Kota Bandung;

(10)

12

1.7. METODE PENELITIAN

1.7.1. METODE PENDEKATAN STUDI

a. Analisis kualitatif

Analisis ini dilakukan dalam menentukan indikator-indikator penilaian terhadap suatu taman kota yang memiliki potensi untuk menjadi taman tematik. Indikator penilaian ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan yang menyebutkan bahwa RTH harus dapat memiliki fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.

b. Analisis kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk memilih 60 Top Taman Kota dari 604 taman kota yang ada di kota Bandung untuk selanjutnya dinilai potensinya, apakah layak untuk dikembangkan menjadi taman tematik. 604 taman kota yang ada diranking berdasarkan luasan.

1.7.2. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dipergunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara (in-depth interview) yang melibatkan seluruh stakeholders terkait serta kegiatan survey pada taman kota yang tersebar di 8 SWK Kota Bandung. Data sekunder diperoleh melalui literatur, dokumen peraturan dan dokumen yang dikeluarkan instansi terkait.

1.7.3. METODE PENENTUAN SAMPEL

Metode penentuan sampel pada penyusunan kajian ini didasarkan pada beberapa komponen penentuan sampel antara lain populasi, sampel, dan metode sampling.

(11)

12

1.7.4. METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Metode pengolahan data pada penyusunan kajian ini meliputi tiga langkah untuk memperkirakan taman kota yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi taman tematik yaitu pemilihan top 60 taman kota, pemilihan 17 taman kota yang potensial untuk menjadi taman tematik, dan pengembangan taman tematik. Analisis data meliputi analisis terhadap pengembangan Taman kota menjadi Taman tematik serta kebutuhan pengembangan Taman tematik.

1.8 KERANGKA BERPIKIR

Dasar pemikiran dalam pelaksanaan pekerjaan kajian konsep pengembangan dan pengelolaan taman kota menjadi taman tematik ini menjelaskan penilaian terhadap kondisi taman kota baik dari aspek kualitas, kuantitas, persebaran lokasi, pola pengelolaan, pembiayaan, serta persepsi masyarakat terhadap kondisi eksisting penyelenggaraan taman kota.

(12)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. TEORI DAN DEFINISI TERKAIT TAMAN TEMATIK

Taman Kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala

yang luas dan dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Taman Kota memiliki

beberapa fungsi, diantaranya fungsi ekologi, sosial dan budaya, ekonomi, dan estetika. Taman tematik adalah taman yang dibuat dengan mengusung tema/ konsep tertentu sebagai CIRI KHAS/TENGERAN, dengan memunculkan karakter tertentu sebagai ciri khas utamanya. Sehingga pada saat orang melihat taman tersebut sudah bisa menangkap kesan yang lebih spesifik dari fungsi taman tersebut disamping menonjolkan sisi keindahan dan kesejukannya. Tematik berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) berarti sesuatu yang bersangkutan dengan tema. Sedangkan tema berarti Pokok Pikiran. Tematik berarti sesuatu yang didesain berdasarkan pokok pikiran/tujuan/konsep tertentu.

2.2. BATASAN DAN KATEGORI TAMAN TEMATIK

Suatu taman kota dapat dikategorikan sebagai taman tematik apabila pada penyelenggaraannya sebuah taman dapat bermanfaat secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya aktivitas dan keterikatan masyarakat terhadap taman dengan nilai-nilai edukatif dan rekreatif seperti bermain musik, membaca, atau bersepeda disamping pemanfaatan taman secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan taman tematik yaitu fungsi taman, lokasi taman kota, dan potensi wilayah sehingga batasan dan kategori taman tematik didasarkan pada beberapa poin sebagai berikut:

(13)

12

1. Lokasi taman tematik

Lokasi taman tematik mencakup adanya potensi wilayah sekitar taman dan aksesibilitas dari taman. Dengan lokasi yang strategis dan iconic, taman tematik memiliki keunikan tersendiri yang mampu memberikan ciri khas atau citra positif yang dapat mencakup potensi dari segi ekonomi, sosial budaya, maupun pariwisata kota di wilayah sekitar taman.

2. Kuantitas Taman Tematik

Kuantitas taman tematik mendasarkan pada luasan dan skala pelayanan taman sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan dan aktivitas pengguna taman tematik semaksimal mungkin dan memenuhi standar ruang terbuka hijau. 3. Kualitas Taman Tematik

Kualitas taman tematik menitikberatkan pada komponen aktivitas taman, keamanan, dan kenyamanan sehingga mengakomodasi aktivitas masyarakat dan menjamin keamanan dan kenyamanan dari pengguna taman.

2.3.

LANDASAN HUKUM DAN TINJAUAN YURIDIS

Beberapa landasan hukum pokok dalam penyusunan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup;

(14)

12

8. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

13. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung;

14. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Bandung;

15. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung 2005-2025;

16. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 25 Tahun 2009 tentang Hutan Kota; 17. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Ruang Terbuka Hijau;

18. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031;

19. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kewajiban Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan;

20. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2014-2018.

21. Visi dan Misi Bandung 2018

22. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 5 tahun 2010 tentang Bangunan Gedung

(15)

12

23. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 tahun 2013 tentang Penyediaan, Penyerahan dan Pengelolaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman

2.4. KETENTUAN TEKNIS TENTANG TAMAN TEMATIK

Ketentuan teknis mengenai taman tematik berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dapat dibagi menjadi berbagai arahan antara lain Arahan fasilitas taman, Arahan vegetasi taman, dan Arahan kondisi lahan. Penyelenggaraan Taman Tematik turut mempertimbangkan arahan-arahan tersebut sehingga Taman Tematik tersebut mampu memenuhi fungsi utamanya yaitu fungsi ekologis dan fungsi-fungsi turunan lainnya seperti fungsi sosial budaya, ekonomi, dan estetika.

2.5. KARAKTERISTIK PENYELENGGARAAN/ POTENSI TAMAN TEMATIK DI INDONESIA

Penyelenggaraan Taman Tematik di Indonesia saat ini sudah mulai diselenggarakan di berbagai kota-kota di Indonesia. Contoh taman tematik yang cukup terkenal adalah taman-taman tematik di Surabaya dan taman eksebisi yang dapat digunakan sebagai pendekatan penyelenggaraan taman tematik di Indonesia.

Berdasarkan perbandingan dua contoh taman tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan taman tematik pada umumnya sudah menggambarkan potensi keunikan sejarah/budaya dari suatu kota dan potensi keunikan/tematik wilayah misalnya budidaya tanaman hias di Rawa Belong. Namun, hal yang masih harus diperhatikan adalah kurangnya pengoptimalan fungsi taman baik melalui peran serta atau partisipasi masyarakat.

(16)

12

2.6. STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK

Standar Pelayanan Minimal Taman Tematik ini mengacu pada penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan menurut Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 mengenai Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Standar pelayanan minimum yang dapat disesuaikan untuk kategori taman tematik antara lain

Tabel 1 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk Pendukung (jiwa) Kebutuhan Luas Lahan Min (m2) Standard (m2/jiwa) Radius Pencapai an

Kriteria Lokasi dan Penyelesaian

1 Taman/Tempat Main 250 250 1 100 Di tengah kelompok tetangga

2 Taman/Tempat Main 2500 1250 0,5 1000 Di pusat kegiatan lingkungan

3 Taman dan Lapangan Olah Raga 30000 9000 0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana penddidikan 4 Taman dan Lapangan Olah Raga 120000 24000 0,2

Terletak di jalan utama. Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan 5 Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar

6

Kuburan/Pema

kaman Umum 120000 - -

Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang dilayani

Catatan : diambil dari SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

2.7. PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN TAMAN

Penyelenggaraan taman tematik secara umum sampai saat ini terbatas di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya. Dari penyelenggaraan taman-taman tematik tersebut diidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan taman tematik secara umum yang mencakup beberapa aspek yaitu aspek pembiayaan, aspek tata laksana, aspek ekonomi, sosial, dan budaya, aspek teknis, aspek dukungan dan peran serta stakeholder dan masyarakat.

(17)

12

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1. GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada dataran tinggi Jawa Barat dengan ketinggian 675-1050 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, Kota Bandung memiliki jarak yang relatif dekat dengan Ibukota DKI Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat perdagangan. Kota Bandung juga dinilai strategis karena dilalui oleh dua poros utama kegiatan pembangunan nasional di Pulau Jawa, yaitu:

1. Barat – Timur, dengan hubungan utama dengan Ibukota DKI Jakarta

2. Utara – Selatan, dengan hubungan lalu lintas dengan daerah perkebunan strategis di Subang dan Pangalengan

Posisi strategis Kota Bandung juga dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dimana Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Kota Bandung juga ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung yang juga memiliki nilai strategis nasional.

Kota Bandung juga memiliki keunggulan dari segi kondisi sosial budaya masyarakatnya yang merupakan sumber daya pembangunan. Beberapa gambaran umum kondisi sosial budaya di Kota Bandung adalah:

 Jumlah penduduk yang relatif tinggi mencapai 2,45 juta penduduk pada Tahun 2012 dengan laju pertumbuhan per tahun berkisar di angka 1,2%

 Kepadatan penduduk yang tinggi, mencapai 14.676 jiwa per Km2

 Penurunan tingkat pengangguran dalam beberapa tahun terakhir. Pada Tahun 2012 tingkat pengangguran Kota Bandung adalah sebesar 9,17%

(18)

12

Kondisi perekoniomian Kota Bandung digambarkan dalam PDRB. Kontribusi paling tinggi terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2012 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 41,55% berdasar harga konstan dan 41,02% berdasar harga berlaku. Kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan berdasar harga konstan 23,09% dan berdasar harga berlaku 22,72%.

3.2. REVIEW RPJPD, RTRW DAN RPJMD TERKAIT KEBIJAKAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU BERUPA TAMAN TEMATIK

Tabel 2 Review Kebijakan Terkait Penyediaan RTH

DOKUMEN ARAHAN KEBIJAKAN

RPJPD Jawa Barat

1. Fokus pembangunan Jawa Barat pada Tahun 2013-2018 diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) serta kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunan kewilayahan. Hal ini ditempuh dengan menyusun 10 (sepuluh) common goals dan kegiatan tematik sektoral serta kegiatan tematik kewilayahan.

2. Kota Bandung termasuk sebagai salah satu Wilayah Metropolitan di Jawa Barat saat ini, yaitu Metropolitan Bandung Raya. Pengembangan wilayah ini diarahkan sebagai Metropolitan Modern, dengan sektor unggulan wisata perkotaan, industri kreatif, dan pengembangan IPTEK.

RPJPD Kota Bandung

1. Pembahasan mengenai RTH Publik termasuk dalam isu strategis arah pengembangan Kota Bandung terkait daya dukung lahan dan penyelenggaraan RTH eksisting Kota Bandung

2. Ruang yang tersedia terbatas karena perlu menyisihkan minimum 30% untuk RTH & minimum 5% untuk jaringan jalan, sedangkan lahan yang telah terbangun adalah 69,4%. Dengan demikian perlu mempertahankan ruang tersisa untuk cadangan RTH dan mentransformasikan ruang terbangun yang ada. Dengan luas Kota Bandung sebesar Luas Kota Bandung yang hanya sebesar 16.730 Ha, maka harus ada 5.019 Ha lahan yang harus didedikasikan untuk tambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dengan demikian perlu dilakukan intensifikasi pada kawasan-kawasan yang sudah terbangun.

3. Semakin menyusutnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) akibat meningkatnya alih fungsi lahan, dan maraknya perubahan permukiman menjadi perdagangan serta banyaknya

(19)

12

DOKUMEN ARAHAN KEBIJAKAN

pelanggaran KDB. Data tahun 2005 menunjukkan lahan terbangun di Kota Bandung mencapai 76 %. Namun demikian nampaknya secara absolut persentase lahan terbangun lebih tinggi lagi karena banyaknya wilayah pemukiman yang beralih fungsi menjadi pertokoan dan peruntukkan lain, serta banyaknya pelanggaran KDB. Akibatnya lahan yang betul-betul merupakan lahan terbuka yang dapat meresapkan air dan ditumbuhi pepohonan semakin sedikit

RTRW Kota Bandung

1. Penataan RTH Kota Bandung diatur secara terstruktur di 8 SWK. Pengaturan ini terdapat pada Peraturan Daerah No.18 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Bandung. Lingkup RTH dijelaskan pada Pasal 46 yaitu :

 RTH, tersebar di seluruh wilayah kota yang mempunyai arahan penyediaan samapai akhur tahun rencana dengan proporsi sebagai berikut

 RTH Publik dengan total luas lebih kurang 3400 hektar atau 20% dan;

 RTH Privat dengan total luas lebih kurang 1700 hektar atau 10%.

 RTH publik dikembangkan oleh Pemerintah Kota dan tersebar di seluruh wilayah kota, meliputi

 Taman unit lingkungan;

 Taman sepanjang sempadan jaringan jalan, jalan tol, rel kereta api, sungai dan irigasi, serta SUTT;

 Kawasan pemakaman;  Hutan kota;

 RTH taman unit lingkungan, dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas total lebih kurang 2.717 (dua ribu tujuh ratus tujuh belas) hektar berada di PPK Gedebage, taman eks TPA Pasir Impun dan taman eks TPA Cicabe, serta taman kecamatan dan taman-taman kelurahan;

 RTH taman sepanjang sempadan jaringan jalan , jalan tol, rel kereta api, sungai dan irigasi serta SUTT, dikembangkan secara bertahap dengan arahan luasan total lebih kurang 392 hektar.

RPJMD Kota Bandung

1. Penyelenggaraan RTH termuat dalam perencanaan strategik yang secara rinci diturunkan pada misi pertama berdasarkan pendekatan urusan/ bidang.

2. Misi pertama yaitu “Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan”, kemudian diturunkan ke arahan kebijakan bertema urusan

(20)

12

DOKUMEN ARAHAN KEBIJAKAN

lingkungan hidup antara lain :

 Strategi keempat pengendalian pencemaran lingkungan melalui penerapan berbagai instrumen pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan arah kebijakan mendorong peningkatan kualitas udara perkotaan melalui penerapan berbagai instrumen pengendalian dan peningkatan Ruang Terbuka Hijau.

 Strategi ketujuh yaitu peningkatan ruang terbuka hijau publik dan privat dengan arah kebijakan (1) menambah luasan RTH dan memelihara RTH yang sudah ada; (2) Pembangunan satu taman di setiap RW

3.3. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Potensi daya dukung wilayah dan SDM dalam penyelenggaraan RTH Taman di Kota Bandung dikategorikan menjadi potensi secara internal dan eksternal Kota Bandung.

Tabel 3 Perbandingan Potensi Internal dan Eksternal Kota Bandung dalam Penyelenggaraan RTH Taman

No Potensi Internal Potensi Eksternal

1

Kota Bandung memiliki pola dasar sistem RTH warisan pemerintah Belanda dan telah diintegrasikan dengan arsitektur kota dan aspek aspek ekologis Kota

Rencana pengembangan satu pusat kota baru pada SWK Gede Bage di kawasan Bandung Timur yang termuat dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031 memberikan potensi untuk pengembangan RTH baru

2

Kondisi tanah dan aspek klimatologis Kota Bandung sangat baik untuk pertumbuhan jenis-jenis pohon

Perlindungan Kawasan Bandung Utara sebagai penyangga kota telah termuat di RTRW Kota Bandung 2011-2031, sehingga memiliki kekuatan hukum yang kuat. Untuk penerapan di lapangan perlu didukung dengan petunjuk teknis yang jelas

(21)

12

No Potensi Internal Potensi Eksternal

3

Beberapa area kota masih memiliki kualitas hijau yang baik dan sangat berpotensi untuk dirangkaikan ke dalam jejaring hijaku kota

Rencana pembangunan permukiman vertikal apabila dilakukan dengan benar akan membuka kesempatan bertambahnya RTH baru

4

Masih terdapat lahan-lahan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan RTH kota baru terutama yang dimiliki oleh pemerintah kota. Misalnya sempadan sungai, sempadan jalur kereta api, sempadan mata air, sempadan jalan raya, serta titik-titik RTH eksisting lainnya

Bandung sebagai kota pendidikan memberikan kesempatan untuk dilakukan kegiatan pendataan pohon secara menyeluruh dan teratur, termasuk juga studi kualitas dan daya dukung kota

5

Warga kota yang kreatif dan mau untuk berkontribusi dalam pembangunan pengelolaan RTH Kota

Perkembangan Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata yang cukup dikenal memberikan kesempatan kerjasama antara sektor publik dan sektor swasta untuk membentuk ruang kota yang baik dan layak jual

6

Banyak terdapat komunitas yang telah berkarya nyata dalam usaha menghijaukan Kota Bandung secara swadaya, sehingga terdapat potensi untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan, dan pengelolaan RTH di Kota Bandung

Progam-program tanggung jawab masyarakat dan lingkungan (atau dikenal juga dengan Corporate Social Responsibility) memberikan kesempatan

kerjasama dengan institusi-institusi lain

7

Kota Bandung memiliki 'nilai jual' yang tinggi sehingga berpotensi kerjasama dengan berbagai institusi yang ingin menerapkan program Corporate Social Responsibility

Potensi RTH di kawasan permukiman yang belum diserahterimkan kepada pihak Pemerintah Kota Bandung

Arahan pengembangan RTH Kota Bandung dapat dikategorikan menjadi dua yaitu optimalisasi RTH eksisting dan penambahan RTH baru. Secara detail, arahan pengembangan dan pembangunannya dapat diuraikan sebagai berikut :

(22)

12

2. Pemanfaatan lahan-lahan tidur (lahan-lahan kosong yang tidak terpakai) sebagai RTH produktif untuk skala lingkungan permukiman disertai upaya pendampingan masyarakat

3. Pembangunan RTH publik dengan fungsi sosial untuk mendorong lebih banyak aktivitas warga kota di luar ruangan, sekaligus sebagai bentuk sosialisasi mengenai pentingnya RTH kota;

4. Secara bertahap melengkapi hierarki jenis RTH kota di semua SWK Bandung 5. Secara bertahap meningkatkan proporsi RTH, yang terutama ditekankan pada

Sub-sub Wilayah Kota dengan proporsi RTH eksisting rendah, seperti SWK Gedebage, agar proporsi luas RTH antar SWK di Kota Bandung seimbang.

Arahan-arahan umum tersebut kemudian diturunkan menjadi beberapa strategi pembangunan RTH yang berkaitan dengan penyelenggaraan taman tematik antara lain:

1. Mengembalikan fungsi ekologis pada bagian-bagian kota melalui penghijauan, seperti area sempadan sungai (termasuk riool kota), sempadan sumber air (mata air), Kawasan Bandung Utara (KBU), dan serta batas kota

2. Melakukan akuisisi lahan terbuka secara sistematis untuk menambah luas RTH di Kota Bandung, terutama untuk lahan-lahan yang masih belum terbangun struktur bangunan. Prioritas penambahan luas dimulai dari SWK dengan luas RTH eksisting paling kecil hingga SWK dengan luas RTH paling besar.

3. Meningkatkan proporsi RTH pada skala bangunan, misalnya melalui penerapan vertical garden dan roof garden, namun perlu dipertimbangkan konversi luasannya secara lahan dalam bentuk dua dimensi (2D).

4. Melakukan kerjasama pembangunan ruang terbuka hijau dengan institusi-institusi yang memiliki program tanggung jawab dan lingkungan (Corporate Social Responsibility).

5. Melakukan pemetaan para pemangku kebijakan (stakeholders) yang terkait dengan kegiatan peningkatan RTH kota, baik komunitas, forum, maupun

(23)

12

individu, agar masing-masing dapat berperan serta secara seimbang dalam pembangunan RTH kota.

6. Menjadikan pembangunan dan pengembangan RTH melibatkan semua unsur masyarakat.

7. Memberikan insentif kepada warga yang bersedia menjadikan seluruh atau sebagian lahan miliknya sebagai lahan RTH, baik publik maupun privat.

8. Memberikan insentif kepada warga yang terlibat dalam berbagai kegiatan penghijauan kota, seperti beasiswa, pengakuan, publikasi, serta lomba/piala. Penyelenggaraan taman tematik pada penelitian ini menyesuaikan dengan penyediaan RTH di Kota Bandung, beberapa data yang didapatkan antara lain:

 Rekapitulasi Ruang Terbuka Hijau Eksisting sampai tahun 2013

Berdasarkan data terakhir tahun 2013 menurut Dinas Pemakaman dan Pertamanan, luas RTH meningkat dari 12,12% pada tahun sebelumnya menjadi 12,14%.

 Rekapitulasi Penyediaan Luas RTH Publik di 8 SWK

Luas RTH publik sendiri yang tersebar di 8 SWK beserta potensi yang dapat diperluas sesuai dengan Kajian Strategi Penyediaan dan Sebaran RTH di wilayah kota Bandung, adalah sebagai berikut

Tabel 4 Rekapitulasi RTH Publik per SWK dan Potensi RTH Publik Kota Bandung Tahun 2013

SWK Jumlah

Kecamatan Luas RTH Publik

Luas Potensi RTH Publik ( KA, TOL, Lahan Kritis) (m2) Luas Total RTH Publik (m2) Bojonegara 4 633.149,76 82.200 715.349,76 Cibeunying 6 1.389.453,94 1.930.000 3.319.453,94 Tegallega 5 389.885,92 265.600 655.485,92 Karees 4 688.503.12 15.900 704.403,12 Arcamanik 3 898.329,81 300.000 1.198.329,81

(24)

12

SWK Jumlah

Kecamatan Luas RTH Publik

Luas Potensi RTH Publik ( KA, TOL, Lahan Kritis) (m2) Luas Total RTH Publik (m2) Ujung Berung 4 967.403,37 1.214.300 2.181.703,37 Kordon 2 150.503,22 139.200 289.703,22 Gedebage 2 163.717,81 64.400 228.117,81

Selain itu, pendataan lebih lanjut sampai pada skala kecamatan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5 Rekapitulasi Jumlah Taman per Kecamatan Kota Bandung Tahun 2013

SWK Kecamatan Jumlah Taman Luas Taman (m2)

Bojonegara Sukasari 23 46.952 Sukajadi 28 50.996,99 Cicendo 31 42.283,32 Andir 15 42.127,20 Cibeunying Cidadap 7 8267,10 Coblong 37 301.579,33 Bandung Wetan 57 280.949,42 Sumur Bandung 24 74.112,52 Cibeunying Kidul 12 13.516,89 Cibeunying Kaler 11 28.899,68 Tegallega Astanaanyar 7 3036 Bandungkulon 2 6709,23 Bojongloa Kidul 4 549.2 Bojongloa Kaler 15 8937,88 Karees Kiaracondong 17 8866,5 Batununggal 14 234,4 Lengkong 41 58.044,59 Regol 12 208.416,18

(25)

12

SWK Kecamatan Jumlah Taman Luas Taman (m2)

Ujung Berung

Panyileukan 44 28.227,06

Cibiru 6 8409

Cinambo 5 2229,71

Ujungberung 28 27.628,7 Komplek Sanggar Hurip 9 7067

Kordon Buah batu 12 30.991,7

Bandung Kidul, 10 14.968,57

 Kondisi Eksisting Pemenuhan Urusan Lingkungan Hidup

Kondisi kualitas RTH dapat dilihat berdasarkan indikator dalam pemenuhan urusan lingkungan hidup sebagaimana dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 6 Kondisi Kualitas RTH Eksisting Kota Bandung Tahun 2013

Indikator Satuan Target untuk tahun 2013

Realisasi sampai tahun 2013

Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana pembibitan tanaman untuk RTH

Lokasi

pembibitan untuk RTH

4 4

RTH di kota Bandung Lokasi RTH 65 lokasi tertata dan 180 lokasi

terpelihara

143 lokasi tertata dan 320 lokasi terpelihara Jumlah penanaman pohon Pohon 200.000 234.572

Dari hasil rincian perhitungan yang terdapa pada Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung 2013-2032 dapat disimpulkan proporsi RTH kota pada setiap Sub Wilayah Kota (SWK) yang dibutuhkan untuk mewadahi proyeksi jumlah penduduk tahun 2031 sebagai berikut :

 Sub Wilayah Kota (SWK) Bojonegara membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan (RT, RW, Kelurahan, Kecamatan), dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 2.341.406 m2 atau 234,14 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 11.038.055 m2 atau 1.103,81 Ha.

(26)

12

 SWK Cibeunying membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan, dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 2.608.421 m2 atau 260,84 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 12.296.840 m2 atau 1.229,68 Ha.

 SWK Tegallega membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan, dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 3.259.382 m2 atau 325,94 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 15.365.658 m2 atau 1.536,57 Ha.

 SWK Karees membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan, dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 2.483.100 m2 atau 248,31 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 11.706.041 m2 atau 1.170,60 Ha.

 SWK Arcamanik membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan, dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 1.493.013 m2 atau 149,30 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 7.038.488 m2 atau 703,85 Ha.

 SWK Ujungberung membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan, dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 1.085.550 m2 atau 108,56 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 5.117.591 m2 atau 511,76 Ha.

 SWK Kordon membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan, dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 888.395 m2 atau 88,84 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 4.188.146 m2 atau 418,81 Ha.

 SWK Gedebage membutuhkan RTH berupa taman kota, taman lingkungan, dan taman pemakaman dengan luas total sekitar 603.995 m2 atau 60,40 Ha serta RTH berupa hutan kota dan RTH untuk fungsi-fungsi tertentu/khusus dengan luas total sekitar 2.847.405 m2 atau 284,74 Ha.

(27)

12

3.4. ARAHAN PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG PADA 8 SUB WILAYAH PENGEMBANGAN KOTA

Taman tematik diarahkan untuk menjadi ruang dimana warga dapat bertemu, bersosialisasi dan berkegiatan satu sama lain yang dapat menghasilkan hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas, produktivitas, dan rekreasi aktif. Sesuai dengan Permendagri No 1 Tahun 2007, penataan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan perlu melibatkan peran serta masyarakat, swasta, maupun lembaga dan/atau perseorangan.

Dalam penyediaan RTH ini, yang dalam hal ini berupa taman tematik, pihak swasta dan masyarakat dapat berperan mulai dari pemeliharaan, pengawasan pemeliharaan, identifikasi komponen taman tematik yang perlu dikembangkan, hingga pemberian informasi, maupun saran dalam penyelenggaraan taman tematik ke depan. Selanjutnya peran serta swasta dan masyarakat ini perlu dikembangkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat inovatif seperti event dan award.

Sesuai dengan PP nomor 1 tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah , dalam upaya meringankan beban pemerintah daerah dalam penyediaan RTH di kota Bandung, maka perlu dilakukan strategi pembiayaan yang kreatif dengan sektor swasta maupun masyarakat. Hal ini dikarenakan pada dasarnya, investasi dalam penyediaan RTH merupakan suatu investasi publik tidak langsung.

Beberapa bentuk kerjasama pemerintah swasta yang dapat dikembangkan untuk membantu pembiayaan penyediaan RTH berupa taman tematik ini yaitu Konsep BOT (Build Operate Transfer), Konsep BOO ( Build, Owned, Operate), Konsep BRT (Build, Rent, Transfer) dan Konsep ROT ( Rehabilitate, Operate, Transfer). Bentuk kerjasama lainnya dengan sektor swasta dapat berupa bentuk kerjasama sosial.

(28)

12

3.5. PERMASALAHAN DAN KENDALA PENYEDIAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

 Aspek pembiayaan masih belum optimal. Pada tahun 2011, anggaran yang diajukan dalam penyelenggaraan RTH adalah sekitar Rp. 10,5 M, sedangkan realisasi hanya Rp. 8,7 M atau penyerapan anggaran hanya sebesar 83%.

 Tingginya kepadatan penduduk tidak dibarengi dengan bertambahnya lahan. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya laju urbanisasi ke Kota Bandung. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 2.455.517 jiwa pada tahun 2012 ini, mengakibatkan adanya perubahan fungsi lahan dari lahan hijau menjadi perumahan.

 Pentingnya keberadaan RTH di kota Bandung juga masih belum disadari oleh masyarakat kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dari belum terpenuhinya standar RTH publik dan privat yaitu dari target 13,5% pada tahun 2013, yang dapat disediakan hanya 12,14%. Kecenderungan pengalihan fungsi privat menjadi lahan komersial maupun memperkeras halaman/pekarangan merupakan bentuk kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya RTH.

Dalam hal pengerjasamaan pengembangan taman kota bersama pihak swasta, hingga tahun 2009, hanya 6 taman kota yang berhasil dikerjasamakan dengan pihak ketiga.

Tabel 7 Daftar Taman Kota dengan Pola Kemitraan Pemerintah-Swasta

Perusahaan

Swasta Nama Taman Lokasi Luas

Bentuk Partisipasi Kompensasi PT Bandung Berbunga Jalan Pasteur-Djunjunan Jl. Dr Djunjunan 6.258,56 m2 Pemeliharaan dan perubahan Kompensasi reklame Taman Wastukencana Jl Tamansari 280 m2 Jalur perintis kemerdekaan Jl Perintis Kemerdeka an 105,95 m2 Taman Surya Sumantri Jl. Surya Sumantri 983,2 m2

Taman Viaduct Jl Stasiun Timur

2550,45 m2

(29)

12

Perusahaan

Swasta Nama Taman Lokasi Luas

Bentuk Partisipasi Kompensasi Jalur Wastukencana Jl. Tamansari 908,1 m2 Taman Texas Sister City Jl Wastukenc ana 181,6 m2 Taman Air Mancur Vanda Jl. Merdeka 976 m2 Taman Monumen KTT Non Blok Jl. Padjajaran 1526,73 m2 Taman Patung Husein Jl Padjajaran 518,25 m2 PT Warna Warni

Taman Sukajadi Jl Pasteur 4.251,03 m2

Pembangunan kembali

Kompensasi reklame Taman Eka SPBU

Depan Taman Pramuka JL. RE Martadinat a 1566 m2

Bank NISP Taman Setiabudi-Cipaganti Jl Dr Setiabudi 1529,7 m2 Renovasi dan pemeliharaan Hibah murni (CSR)

PT Telkom Taman Flexi/ Ranggamalela Jl. Ir. H Juanda 921,9 m2 Renovasi dan pemeliharaan Kompensasi reklame dan atribut selama 2 tahun

PT Djarum Taman Waska/ Pajajaran ( Patung Macan) Jl Pajajaran 518,25 m2 Pembangunan Kompensasi reklame Taman Patung Bola JL Lembong 170 m2

PT Pertamina Taman Pasir Impun JL Pasir Impun 41.803,57 m2 Pembangunan

Bentuk kerjasama dengan pihak swasta ini pun hanya terbatas pada pembangunan, renovasi, maupun pemasangan atribut, selain itu untuk pembangunan taman kota ini, pihak swasta lebih memilih untuk membiayai taman yang memiliki lokasi strategis dengan kompensasi berupa pemasangan reklame yang merupakan salah satu bentuk promosi perusahaan agar dapat terlihat apabila dipasang pada lokasi strategis.

Pengelolaan RTH di Kota Bandung merupakan tugas utama 3 SKPD yang biasa disebut Trio LH yang terdiri dari Dinas Pemakaman dan Pertamanan, Dinas Pertanian

(30)

12

dan Ketahanan Pangan dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup. Tingkat capaian kinerja pada indikator luas RTH Kota Bandung pada tahun 2013 sebesar 12.14% dari target 13,5%. Tidak tercapainya target luas RTH Kota Bandung ini disebabkan karena:

 Keterbatasan lahan RTH yang tersedia di Kota Bandung, sedangkan Dinas Pemakaman dan Pertamanan hanya mengisi ruang yang sudah ada dan tidak mempunyai kewenangan untuk membebaskan lahan untuk RTH.

 Pembebasan lahan untuk RTH adalah kewenangan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kota Bandung. Akan tetapi Dinas Pemakaman dan Pertamanan memberikan rekomendasi kepada DPKAD mengenai lokasi lahan yang dapat dijadikan RTH

(31)

31

BAB IV

ANALISIS PERMASALAHAN DAN STRATEGI

PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI

KOTA BANDUNG

4.1. ANALISIS KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

4.1.1. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Taman kota memiliki 4 fungsi utama, yaitu antara lain ekologi, sosial dan budaya, ekonomi serta estetika. Berdasarkan fungsi tersebut terdapat beberapa kebijakan yang mendukung kebutuhan taman kota dalam suatu perkotaan.

1. Ekologi

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa perlu adanya perlindungan sistem peyangga kehidupan agar tercipta keseimbangan ekosistem. Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan bahwa perlu adanya pemenuhan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan. Dimana pengembangannya terdiri dari 10% RTH privat dan 20% RTH publik. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah pengembangan taman kota. Hal tersebut diperkuat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup yang menjelaskan bahwa dalam pemenuhan 30% RTH merupakan tanggung jawab bersama, yaitu Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota dan perseorangan. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dijelaskan bahwa fungsi RTH Kawasan Perkotaan adalah sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; pengendali

(32)

32

pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; serta sebagai pengendali tata air.

2. Sosial dan budaya

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal tersebut dilakukan untuk dapat menumbuhkembangkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial. Masyarakat dapat berperan dalam hal pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan dan penyampaian informasi atau laporan.

Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan bahwa RTH Kawasan Perkotaan dapat dimanfaatkan sebagai sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Dalam hal ini jenis RTH Kawasan Perkotaan yang mendukung adalah taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, dan lain-lain.

Dilihat secara teknis, pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dijelaskan bahwa terdapat ketentuan penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk. Dimana semakin tinggi jumlah populasi penduduk di suatu kawasan, maka diperlukan jenis RTH yang lebih luas juga. Hal tersebut ditentukan sebagai standar luas RTH per kapita yang sesuai kebutuhan.

3. Ekonomi

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi dalam

(33)

33

upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dalam hal ini dilakukan melalui perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi; pendanaan lingkungan hidup; serta insentif dan disinsentif.

Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan bahwa RTH Kawasan Perkotaan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi lahan perkotaan. Dimana taman kota dapat berperan sebagai sumber produk yang bisa dijual misalnya bunga, buah, daun sayur serta menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainnya. Di samping itu penataan dan pengelolaan taman kota yang baik dapat menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat, misalnya pedagang kaki lima.

4. Estetika

Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan bahwa proporsi 30% penyediaan RTH kota di samping menjamin keseimbangan ekosistem kota, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Secara teknis yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, RTH dapat digunakan sebagai pembentuk pola ruang suatu perkotaan. Dimana RTH menjadi salah satu kawasan lindung yang harus terpenuhi untuk keseimbangan ekosistem perkotaan.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dijelaskan bahwa salah satu manfaat RTH Kawasan Perkotaan adalah sebagai sarana untuk mencerminkan identitas daerah. Dalam hal ini taman kota dapat dibedakan menjadi dua, yaitu taman alami dan taman buatan.

Dari keempat fungsi utama taman kota diatas dapat dilihat bahwa peran yang sangat penting untuk kerberlanjutan suatu kota. Namun di Kota Bandung pemenuhan RTH masih mencapai 12,14% pada tahun 2013. Salah satu strategi yang

(34)

34

direncanakan dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031 adalah melalui pengembangan RTH taman unit lingkungan secara bertahap, sehingga pada tahun 2031 terpenuhi standar minimal RTH Publik seluas 3400 hektar. Dalam RPJMD Kota Bandung 2014-2018 penyelenggaraan RTH termasuk dalam misi pertama: “Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan”, dengan arahan kebijakan antara lain peningkatan RTH; menambah luasan RTH dan memlihara RTH yang sudah ada; serta pembangunan satu taman di setiap RW.

Selain itu dalam penyelenggarannya, taman tematik membutuhkan pembangunan dan pengelolaan yang tepat sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 tahun 2011 tentang Pengelolaan RTH terdapat arahan untuk meningkatkan 4 fungsi utama taman kota, yaitu sebagai fungsi ekologis, sosial dan budaya, ekonomi serta ekologis. Dalam hal ini dapat disusun master plan dengan berpedoman pada dokumen perencanaan ruang di Daerah, yang meliputi pembangunan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengamanan RTH.

Di samping itu pihak pengembang (swasta) juga di atur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 tahun 2013 tentang Penyediaan, Penyerahan dan Pengelolaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman bahwa setiap jenis kegiatan yang akan dibangun harus menyediakan lahan untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas, yaitu salah satunya sarana pertamanan dan RTH. Pengembangan Perumahan minimal menyediakan 40%; pengembangan kawasan perdagangan dan jasa minimal menyediakan 35%; pengembang industri/pergudangan minimal menyediakan 25%-30% sesuai dengan luas lahan yang dikembangkan. Kemudian sarana tersebut akan diserahkan kepemilikannya kepada Pemerintah melalui proses verifikasi.

Sedangkan peran serta masyarakat sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan harus ada perlibatan masyarakat mulai dari pembangunan visi dan misi, perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Dalam hal ini dapat dilkukan

(35)

35

dalam proses pengambilan keputusan mengenai penataan RTHKP, kerjasama dalam pengelolaan, konstribusi dalam pemikiran, pembiayaan maupun tenaga fisik untuk pelaksanaan perkerjaan.

Secara umum arahan pengembangan RTH Kota Bandung dapat dikategorikan menjadi dua yaitu optimalisasi RTH eksisting dan penambahan RTH baru. Sedangkan secara rinci, arahan pengembangan dan pembangunannya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Optimalisasi (peningkatan kualitas) dan pemeliharaan RTH eksisting;

2. Pemanfaatan lahan-lahan tidur (llahan-lahan kosong yang tidak terpakai) sebagai RTH produktif untuk skala lingkungan permukiman yang disertai upaya pendampingan masyarakat

3. Pembangunan RTH publik dengan fungsi sosial untuk mendorong lebih banyak aktivitas warga kota di luar ruangan, sekaligus sebagai bentuk sosialisasi mengenai pentingnya RTH kota;

4. Secara bertahap melengkapi hierarki jenis RTH kota di semua Sub Wilayah Kota (SWK Bandung)

5. Secara bertahap meningkatkan proporsi RTH, yang terutama ditekankan pada Sub-sub Wilayah Kota dengan proporsi RTH eksisting rendah, seperti SWK Gedebage, agar proporsi luas RTH antar SWK di Kota Bandung seimbang.

4.1.2. KEBIJAKAN DUKUNGAN STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT

Dalam penyelenggaraan taman tematik, dibutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder pada setiap tahapan kegiatan yaitu pembangunan, pembiayaan dan pengelolaan taman. Hal ini juga telah diatur dalam kebijakan pemerintah, antara lain: 1. Kebijakan Dukungan Stakeholder dalam Pembangunan Taman

Dalam pembangunan taman, dibutuhkan penyediaan lahan yang dapat berasal dari Penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas oleh setiap pengembang. Hal ini diatur oleh Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7

(36)

36

tahun 2013 tentang Penyediaan, Penyerahan dan Pengelolaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman.

2. Kebijakan Dukungan Stakeholder dalam Pembiayaan Penyelenggaraan Taman

Dalam menjaga keberlangsungan pengelolaan taman, maka pemerintah kota perlu mengatur mekanisme pembiayaan dengan pihak ketiga, yang terdiri dari CSR, Hibah, dan MOU.

3. Kebijakan Dukungan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Taman

Selain peran serta pihak ketiga dalam penyelenggaraan taman, partisipasi masyarakat juga memegang peranan penting dalam keberhasilan pengembangan taman, karena masyarakat merupakan pengguna taman yang diharapkan dapat menikmati optimalisasi fungsi taman.

4.1.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN (LAND BANKING DAN PEMBANGUNAN TAMAN)

Berdasarkan hasil rekapitulasi Dinas Pemakanan dan Pertaman menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan luas RTH dalam 5 tahun terakhir adalah 1,69%. Jika dilakukan proyeksi hingga tahun 2031 luas RTH belum bisa mencapai luas minimal 30% dari luas kawasan perkotaan. Perlu adanya strategi tertentu untuk meningkatkan pertumbuhan hingga memenuhi kebutuhan tersebut.

Tabel 8 Pertumbuhan Luas RTH Kota Bandung

Tahun Luas RTH (%)

2009 8,76% 2011 11,43% 2013 12,14%

Sumber: Renstra Dinas Pemakaman dan Pertamanan 2009-2013

Sedangkan berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk di Kota Bandung akan terjadi pertambahan jumlah penduduk hampir 2 kali lipat pada tahun 2013. Sehingga kebutuhan akan RTH pun ikut meningkat seiring dengan bertambahnya

(37)

37

jumlah populasi. Berikut ini tabel perbandingan antara luas RTH eksisting terhadap kebutuhan RTH Taman pada tahun 2013 di tiap SWK Kota Bandung.

Tabel 9 Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bandung

SWK Jumlah Penduduk Tahun 2010 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2031 Luas RTH eksisting (Ha) Kebutuhan RTH Taman 2031 (Ha) GAP Bojonegara 374.868 668.973 19,84 234,1 214,26 Cibeunying 421.548 745.263 68,22 260,84 192,62 Tegallega 549.323 931.252 2,86 325,93 323,07 Karees 393.174 709.457 30,75 248,31 217,56 Arcamanik 198.438 426.575 80,19 149,3 69,11 Ujungberung 201.279 310.157 4,94 108,55 103,61 Kordon 149.538 253.827 5,32 88,39 83,07 Gedebage 106.705 172.57 3,24 60,4 57,16 TOTAL 215,36 1.475,82 1.260,46

Sumber: Masterplan RTH Kota Bandung 2012-2032

Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan antara kebutuhan RTH tahun 2031 dengan luas RTH eksisting ada gap cukup tinggi. Dengan gap terbesar pada SWK Tegallega (322,07 Ha) dan terkecil pada SWK Gedebage (57,16 Ha). Di samping itu terdapat lahan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi RTH di tiap-tiap SWK. Dengan RTH potensi terbesar berada di SWK Ujungberung (147,98) dan terkecil berada di SWK Gedebage (9,65 Ha).

Tabel 10 RTH Potensial Kota Bandung

SWK RTH Potensi (Ha) Bojonegara 22,49 Cibeunying 114,09 Tegallega 86,83 Karees 50,22 Arcamanik 15,81 Ujungberung 147,98 Kordon 33,1 Gedebage 9,65

(38)

38

Pemanfaatan RTH tersebut tidak semuanya dapat diarahkan menjadi taman dan jalur hijau, namun dapat digunakan sebagai fungsi RTH lainnya. Berdasarkan hal tersebut, harus dilakukan suatu strategi untuk mengatasi keterbatasan lahan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan RTH, yang salah satunya melalui metode Bank Tanah (Land Banking) yang sudah banyak diterapkan di negara-negara maju, seperti Belanda dan Amerika Serikat.

Dalam hal ini Pemerintah membuat lembaga Bank Tanah untuk melakukan pengumpulan lahan yang telah dibebaskan ataupun tanah kosong yang belum aktif. Lembaga tersebut memiliki kewenangan penuh dalam mengontrol pajak yang akan dikenakan. Seluruh penguasaan tanah dilakukan mengacu pada RDTR yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga pengawasan dan pengontrol pola ruang terjadi sesuai dengan arahan RDTR yang sudah ada. Fungsi dari Bank Tanah yaitu antara lain adalah:

1. Land Keeeper (Penghimpun Tanah)

Melakukan inventarisasi terhadap tanah yang menjadi objek pengelolaan Bank Tanah. Mengumpulkan dan menyediakan data yang lengkap, akurat, terpadu, dan aktual.

2. Land Warantee (Pengamanan Tanah)

Mengamankan penyediaan, peruntukan dan pemanfaatan tanah yang merupakan bagian rencana tata ruang yang ada.

3. Land Purchaser (Pengendali Tanah)

Bank Tanah mengatur penguasaan tanah berdasarkan peraturan yang berlaku.

4. Land Appraisal (Penilai Tanah)

Bank Tanah dapat menekan munculnya para spekulan tanah yang biasanya mengakibatkan harga tanah tidak terkendali, dengan adanya Bank Tanah maka harga tanah akan cenderung dapat dikendalikan.

(39)

39

5. Land Distributor (Penyalur Tanah)

Bank Tanah memiliki kegiatan pembebasan tanah, pematangan tanah lalu kemudian didistribusikan sesuai dengan penggunaan dan peruntukannya kepada mereka yang berhak atas tanah itu sesuai dengan rencana tata ruang daerah setempat.

6. Land Manager (Manajer Tanah)

Bank Tanah dapat berfungsi untuk meremajakan pemukiman kumuh yang ada di perkotaan sebagai wujud dari tanah digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan.

Sedangkan untuk skema prosedur Bank Tanah dapat dilihat pada diagram berikut ini.

 Tahapan Penyediaan Tanah

Perolehan tanah dilakukan melalui Pengadaan tanah, Pencabutan Hak, Jual-beli, Tukar-menukar, atau perolehan dari tanah-tanah terlantar.

 Tahapan Pematangan Tanah

Menyiapkan tanah matang dan melengkapinya dengan sarana-prasarana, fasilitas dan utilitas pendukung, antara lain seperti pembangunan jalan raya umum dan arteri, saluran drainase – sanitas dan lain sebagainya

 Tahap Pengelolaan Tanah

Melaksanakan distribusi tanah sesuai keperluannya yaitu untuk kepentingan umum/sosial (Pemerintah atau kepentingan komersial/Swasta)

Tahap I Penyediaan Tanah Tahap III Pengelolan Tanah Tahap II Pematangan Tanah Dinas Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

Dinas Pemakaman dan Pertamanan

Dinas Pemakaman dan Pertamanan (Pemerintah)

Swasta

Masyarakat

(40)

40

4.2. ANALISIS RENCANA PENYELENGGARAAN TAMAN 4.2.1. ANALISIS PENCAPAIAN SPM

Pada penyelenggaraan taman tematik terdapat beberapa standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dipenuhi agar taman tematik mampu mengakomodir aktivitas-aktivitas pengunjung. SPM mencakup standar-standar teknis penyelenggaraan seperti luasan, fasilitas, dan arahan persentase luasan lahan terbangun. Utamanya, sebuah taman tematik memiliki standar yang seminimal mungkin memenuhi SPM taman lingkungan dan fasilitas-fasilitas yang lebih bervariasi dibandingkan fasilitas taman pada umumnya.

Tabel 11 Standar Pelayanan Minimum Taman Tematik

Luas Minimal

(m2)

Fasilitas Koefisien Daerah Hijau

Aksesibilitas Keamanan Kenyamanan Hijau Area Terbangun Area

1000 1.Zebra cross 2.Trotoar 3.Rute angkutan umum 4.Signage 1.Pos penjagaan 2.Lampu taman 3.Kantor pengelola 4.Hydrant 1.Jalur pejalan kaki 2.Area duduk terbuka 3.Area aktivitas aktif 4.Area terbatas berjualan 5.Fasilitas informasi 6.Toilet umum 7.Fasilitas kebersihan 8.Fasilitas untuk 9.Difabel 10.Fasilitas parkir 11.Vegetasi taman 70– 80% 30%-20%

(41)

41

Luas Minimal

(m2)

Fasilitas Koefisien Daerah Hijau

Aksesibilitas Keamanan Kenyamanan Hijau Area Terbangun Area

12.Akses internet/wifi 13.Fasilitas olahraga 14.Fasilitas iconic taman

Penentuan luas minimal tersebut selain didasarkan pada luasan taman yang dinilai cukup efektif dalam mengakomodasi aktivitas-aktivitas tematik. Standar fasilitas pada penyelenggaraan taman tematik ini didasarkan pada tiga komponen fasilitas yaitu aksesibilitas, keamanan, dan kenyamanan. Pembagian tiga komponen fasilitas, luasan minimal dan penentuan batas KDH taman akan mendukung fungsi taman mulai dari fungsi ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan estetika.

Tabel 12 Arahan Vegetasi Taman Tematik

No Taman Jenis Taman Luas Taman Jenis Arahan Vegetasi

1.

Taman Rukun Warga

1250 Taman Aktif 10 pohon pelindung (jenis pohon kecil atau sedang)

2. Taman Kelurahan 9000 Taman Aktif

1.Setidak-tidaknya 25 pohon (pohon sedang dan kecil) 2.Semak

3.Perdu

4.Penutup tanah

3. Taman Kecamatan 24.000 Taman Aktif

1.Setidak-tidaknya 50 pohon (sedang dan kecil)

2.Semak 3.Perdu

(42)

42 No Jenis Taman Luas Taman Jenis

Taman Arahan Vegetasi

4 Taman Kota 144.000 Taman Aktif

1.150 pohon (pohon sedang dan kecil) semak

2.Perdu

3.Penutup tanah

Komponen penting lain dari taman merupakan vegetasi taman. Arahan vegetasi taman tematik ini disesuaikan dengan luasan dari masing-masing jenis taman. Dengan adanya standar atau arahan vegetasi untuk taman tematik ini, diharapkan taman tematik mampu memenuhi fungsi taman terutama untuk fungsi ekologis dan estetika.

4.2.2. ANALISIS TEKNIS TATA RUANG, POTENSI WILAYAH, DAYA DUKUNG DAN POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH TERHADAP PENGEMBANGAN TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Arahan teknis tata ruang yang mengacu pada RTRW Kota Bandung 2013-2018 lebih diperjelas dalam pengembangan kawasan lindung dan menyebutkan bahwa Kota Bandung menargetkan pemenuhan dan pengembangan bertahap RTH taman kota dengan luas total lebih kurang 2.717 hektar, sehingga pada akhir tahun evaluasi terpenuhi standar minimal RTH Publik seluas 3400 hektar.

Pada implementasinya, penyelenggaraan RTH Publik didukung dengan potensi pengembangan wilayah yang termuat dalam RDTR Kota Bandung dan Potensi daya dukung wilayah masing-masing. Dalam draft RDTR Kota Bandung, pengembangan wilayah dibuat dalam bentuk tematisasi pada masing-masing Sub Wilayah Kota (SWK) dan mempertimbangkan kawasan-kawasan strategis serta keunggulan daerah pada masing-masing SWK. Sedangkan potensi dan daya dukung wilayah merupakan potensi baik dari internal maupun eksternal Kota Bandung terkait penyelenggaraan RTH taman kota.

Arahan Teknis Tata Ruang – Penyelenggaraan RTH Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan

Taman Tematik

(43)

43

Dari skema tersebut, dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan taman tematik berkaitan erat dengan komponen-komponen tersebut. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

A. Arahan Teknis Tata Ruang Penyelenggaraan Taman Tematik

Arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW Kota Bandung pada bagian perwujudan kawasan lindung, menegaskan penyelenggaraan taman tematik sebagai indikasi program utama Perwujudan Kawasan RTH. Perwujudan kawasan RTH tersebut diimplementasikan melalui Ekstensifikasi RTH yang dilakukan melalui pengembangan taman tematik.

Arahan penyelenggaraan RTH Publik pada RTRW Kota Bandung 2011-2031 menekankan pada peningkatan kuantitas dan kualitas RTH dan peningkatan penghijauan kota. Disamping itu, hal yang perlu ditekankan adalah jaringan RTH yang terbangun diharap akan meningkatkan kuantitas dan kualitas konektivitas RTH di Kota Bandung.

B. Potensi Pengembangan Wilayah

Terdapat 8 SWK wilayah Kota Bandung 2013 yang memiliki potensi pengembangan untuk menjadi tematisasi

Gambar 3 Skema Keterkaitan Teknis Tata Ruang, Potensi Wilayah dan Daya Dukung; dan Potensi Pengembangan Wilayah Terhadap Pengembangan Taman Tematik di Kota Bandung

(44)

44 Tabel 13 Rencana Pengembangan Kota Bandung 2013 per SWK

No SWK penataan ruang Tujuan Kawasan Andalan Tematisasi

1 Bojonegara Perlindungan kawasan bandara dan industri strategis 1.Kawasan Bandara Internasional Husein Sastranegara 2.Museum Dirgantara II 3.Sekolah Penerbang 4.Universitas Nurtanio 5.Event Space 6.Air Taxi Aerobiopolis 2 Cibeunying Perlindungan bangunan heritage dan pusat sumber daya manusia kreatif 1.Bangunan heritage 2.Ruas jalan tempo dulu 3.Kota lama 4.Factory outlet 5.Kuliner Travelapolis 3 Tegallega Pengembangan industri kreatif berbasis rumah tangga 1.Sentra sepatu dan olahan kulit Cibaduyut 2.Sentra tekstil Cigondewah 3.Sentra tahu dan tempe Cibuntu Creativepolis 4 Karees Perlindungan dan pengembangan industri strategis pertahanan dan wisata metropolis 1.Sentra industri rajutan Binong Jati 2.Pusat

perdagangan buku Palasari 3.Pusat perdagangan pakaian jadi Cimol 4.Bandung Super Mall

5.PT. INTI 6.PT. PINDAD

Gambar

Gambar 1 Kerangka Berpikir
Tabel 1 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga
Tabel 2 Review Kebijakan Terkait Penyediaan RTH
Tabel 3 Perbandingan Potensi Internal dan Eksternal Kota Bandung dalam  Penyelenggaraan RTH Taman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh isolat bakteri penghasil enzim amilase yang toleran terhadap pH asam dari sampel tanah ekosistem rawa Taman Nasional Rawa

Proses pencarian diagnosa yang tepat membutuhkan waktu yang cukup lama karena gejala-gejala yang dialami pada kedua subjek menyerupai penyakit lain sehingga perlu dilakukan

88.391.600,00 (Delapan puluh delapan juta tiga ratus sembilan puluh satu ribu enam ratus rupiah) terhadap semua dokumen yang telah disampaikan oleh seluruh peserta

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang perbandingan kinerja keuangan Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank Cimb Niaga pada periode 2012-2014 dengan

apabila anggaran yang disusun tidak dapat mencapai tujuan perusahaan dan. justru mengalami kegagalan, maka dapat

Menurut opini kami, Japoran keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri

Rata-rata siswa, baik di kelas eksperimen dan kelas kontrol belajar bahasa Jepang.. tingkat dasar ( Shokyuu ) sejak

[r]