• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk

Hasil penelitian dan pengembangan ini yaitu produk modul elektronik berbasis PBL. Bahan kajian yang dikembangkan mengacu pada Kurikulum 2013 yaitu Kompetensi Dasar 3.10 “Menganalis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan tersebut bagi lingkungan. Prosedur pengembangan yang digunakan adalah model dari pengembangan Borg and Gall (1989) yang di modifikasi. Penjelasan mengenai prosedur dan data hasil dari tahapan penelitian dapat dijelaskan secara rinci seperti berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan data

Tahap penelitian dan pengumpulan data dalam pengembangan modul elektronik berbasis PBL terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan untuk menganalisis Kurikulum, bahan ajar dan model yang digunakan di SMA Negeri 1 Ngemplak. Studi Kurikulum meliputi Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam

(2)

lingkungan di SMA N 1 Ngemplak masih berada di bawah persentase tingkat nasional yaitu 47,67% (Lampiran 1: 183).

Analisis selanjutnya terkait kemampuan memecahakan masalah siswa yang diperoleh dari hasil tes kemampuan memecahkan masalah awal siswa yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masih rendah dengan rata-rata 43,33 (Lampiran 1: 205). Hasil observasi di kelas menunjukkan bahwa selama pembelajaran di kelas guru masih menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan presentasi dan kerja kelompok, sehingga banyak siswa kurang tertarik, cepat bosan, dan kurang memahami materi yang disampaikan karena kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran belum berpusat pada siswa dan kurang menuntun siswa belajar memecahkan suatu permasalahan melalui penyelidikan maupun kegiatan ilmiah lainnya. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran kurang maksimal terutama dalam hal memecahkan masalah.

Hasil observasi terkait bahan ajar yang digunakan di SMA N 1 Ngemplak menunjukkan bahwa buku ajar yang digunakan memiliki cakupan materi masih terlalu umum yang hanya fokus untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, tampilan buku kurang menarik dengan penggunaan warna yang kurang bervariasi, serta penggunaan bahasa yang kurang komunikatif dan cenderung membuat siswa menjadi sulit dalam memahami materi (Lampiran 1: 213). Buku ajar yang digunakan belum terdapat komponen-komponen yang mendorong siswa

(3)

berpikir melalui penyelesaian masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Akibatnya kemampuan memecahkan masalah siswa kurang terasah. Latihan soal yang ada di dalam buku cenderung melatihkan kemampuan berpikir tingkat rendah (Lampiran 1: 215). Selama pembelajaran menggunakan buku ajar guru selalu menggunakan metode ceramah tanpa disesuaikan dengan karakteristik masing-masing materi, sehingga buku ajar yang digunakan belum membantu melatihkan kemampuan memecahkan masalah baik melalui diskusi, eksperimen, maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Analisis tentang soal ulangan harian dan soal ujian semester juga menunjukkan bahwa guru masih menggunakan tipe soal berpikir tingkat rendah (C1–C3) berupa pilihan ganda dan essai, belum mengarah pada soal-soal berpikir tingkat tinggi tipe C4-C6 (Lampiran 1: 220).

Analisis terakhir terkait model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa selama pembelajaran di kelas guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa diselingi dengan model pembelajaran lain, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Kegiatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah masih kurang karena penggunaan model

(4)

melalui kegiatan observasi, wawancara dan pemberian angket untuk pengambilan data terkait SNP serta analisis kebutuhan pada siswa dan guru di SMA N 1 Ngemplak.

1) SNP

Survei terkait SNP SMA Negeri 1 Ngemplak dilakukan dengan pemberian angket pada wakasek kurikulum dan diperoleh skor hasil pemetaan seperti yang disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Capaian Skor Hasil Pemetaan 8 SNP Jumlah

Indikator IdealSkor

Kontribusi Implementasi SNP Gap

% Skor % % Standar I 8 24 11,11 21 9,72 1,39 Standar II 10 30 13,89 22 10,19 3,70 Standar III 12 36 16,67 28 12,96 3,71 Standar IV 11 33 15,28 28 12,96 2,32 Standar V 11 33 15,28 27 12,50 2,78 Standar VI 4 12 5,56 12 5,56 0 Standar VII 3 9 4,17 9 4,17 0 Standar VIII 13 39 18,06 30 13,89 4,17 Total 72 216 100 177 81,94 18,08 Keterangan:

Standar I : Standar Isi Standar II : Standar Proses

Standar III : Standar Kompetensi Lulusan

Standar IV : Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Standar V : Standar Sarana dan Prasarana

Standar VI : Standar Pengelolaan Standar VII : Standar Pembiayaan

(5)

Berdasarkan hasil angket 8 SNP di SMA N 1 Ngemplak diperoleh persentase keseluruhan sebesar 81,94% dengan kategori baik, namun masih terdapat gap antara skor ideal dengan skor pencapaian di sekolah sebesar 18,08%. Komponen dari SNP yang mempunyai gap tertinggi yaitu pada standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian dengan presentase sebesar 3,70%, 3,71%, dan 4,17% (Lampiran 1: 184). Standar proses berkaitan langsung dengan proses pembelajaran di kelas, instrumen pembelajaran, bahan ajar dan media pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap standar kompetensi lulusan dan standar penilaian, sehingga perlu diadakan perbaikan terhadap standar proses.

2) Analisis Kebutuhan Data

Survei analisis kebutuhan siswa kelas X dan guru biologi SMA N 1 Ngemplak diperoleh melalui lembar observasi, pemberian angket dan wawancara. Hasil observasi terhadap guru dan siswa diperoleh gambaran awal proses pembelajaran di kelas sebagai berikut: 1) pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan presentasi dan kerja kelompok; 2) perangkat pembelajaran yang digunakan guru sudah baik berupa silabus, RPP,

(6)

kurang tertarik pada pembelajaran biologi disebakan pembelajaran hanya menghafal sehingga pemahaman siswa tentang materi kurang baik (Lampiran 1: 162).

Berdasarkan hasil analisis modul yang ada di sekolah, ternyata guru belum menggunakan modul pembelajaran yang memuat materi secara spesifik, guru mengatakan bahwa LKS adalah modul yang digunakan dalam pembelajaran karena terdapat kemiripan antara modul dan LKS yang diperoleh dari pusat, karena dalam LKS sudah ada materi yang cukup lengkap, sudah terdapat latihan soal pilihan ganda dan esai, namun cakupannya masih terlalu luas.

Berdasarkan hasil studi pustaka, survei lapangan dan analisis kebutuhan meliputi materi, bahan ajar, model dan analisis kebutuhan lainnya terkait proses pembelajaran di SMA N 1 Ngemplak, maka dapat disimpulkan bahwa alternatif yang dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru selama proses pembelajaran adalah dengan mengembangkan bahan ajar berupa modul elektronik yang sesuai dengan hakitat sains. Modul yang ideal sesuai dengan hakikat sains tidak hanya mampu membantu siswa belajar secara mandiri tapi juga terlibat langsung di dalamnya. Siswa juga mempelajari modul dengan tujuan agar mampu menguasai sains dan beberapa kemampuan lainnya sepert: 1) menguasai produk sains; 2) dapat menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah, dan; 3) memiliki nilai yang berkaitan dengan masalah sikap

(7)

setelah terbiasa mempelajari dan menguasai produk dan proses sains. Bahan ajar atau modul yang ideal juga harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya: isi bahan ajar yang dapat mengembangkan keterampilan proses, kemampuan berinkuiri, kemampuan berpikir dan kemampuan literasi sains, serta memiliki tujuan yang jelas (Toharudin et al., 2011).

Pengembangan modul elektronik yang diintegrasikan dengan model tertentu belum pernah ada dan dilakukan oleh guru di SMA N 1 Ngemplak, oleh karena itu peneliti melakukan pengembangan modul elektronik disertai model tertentu sebagai basis yang mewarnai isi modul dengan tujuan agar selama belajar menggunakan modul elektronik ini siswa tidak hanya mampu belajar secara mandiri tetapi juga memiliki pengalaman langsung dengan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sesuai sintaks model yang digunakan. Pemilihan model dalam penelitian pengembangan disesuaikan dengan karakteristik siswa maupun materi selama analisis kebutuhan di SMA Negeri 1 Ngemplak serta bertujuan untuk membantu kelemahan siswa terutama dalam hal mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

(8)

- SMA Negeri 1 Ngemplak memiliki satu laboratorium komputer dengan 20 buah komputer dengan spesifikasi seperti berikut: a) Processor : Intel Pentium Dual Core, b) Mainboard : Gigabyte G31, c) RAM : 1 GB DDR 2, d) Harddisk : 160 GB, e) Keyboard + Mouse, f) Monitor CRT, g) LAN Card, h) Speaker, i) Router + Switch (Pada komputer server).

- Pada ruang laboratorium komputer terdapat LCD proyektor. - Tersedia jaringan LAN yang menghubungkan semua komputer

pada komputer server.

- Terdapat jaringan wifi yang bisa diakses oleh siswa.

Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas juga dapat diketahui bahwa terdapat LCD proyektor dan jaringan wifi serta 50% siswa juga sudah memiliki laptop sendiri yang dibawa ke sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan tidak terdapat kendala mengenai perangkat yang digunakan untuk mengimplementasikan modul elektronik yang dikembangkan di SMA Negeri 1 Ngemplak.

4) Analisis Penguasaan TIK Guru dan Siswa

Hasil analisis wawancara terhadap siswa dapat diketahui bahwa penguasaan TIK siswa sudah memadai untuk dilakukan penerapan modul elektronik dalam proses pembelajaran. Siswa menyatakan bahwa pernah mengoperasikan komputer pada pelajaran TIK dan juga pernah diajarkan dalam membuat animasi flash. Siswa juga

(9)

pernah mendapatkan materi tentang internet sehingga tidak ada masalah dalam hal pengoperasian modul elektronik yang dikembangkan. Hasil wawancara terhadap guru juga menunjukkan bahwa penguasaan TIK guru sudah memadai untuk dilakukan implementasi modul elektronik dalam proses pembelajaran. Guru menyatakan bahwa bisa mengoperasikan komputer/ laptop dan juga pernah membuat media pembelajaran powerpoint walaupun jarang dilakukan. Guru juga bisa mengoperasikan media berbasis flash dan web, sehingga tidak ada kendala untuk mengimplementasikan modul elektronik yang dikembangkan berkaitan dengan kesiapan guru dan siswa dalam hal penguasaan TIK (Lampiran 1: 210).

2. Perencanaan/planning

Hasil studi pustaka dan survei lapangan yang telah dilakukan digunakan sebagai dasar dalam tahap perencanaan penelitian sebagai berikut:

a. KI yang dipilih dalam penelitian pengembangan ini berdasarkan hasil analisis UN SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2012/2103 yang mengacu pada KI yang ditetapkan dalam Kurikulum 2013 dengan KD 3.10 yaitu menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan-perubahan tersebut bagi kehidupan.

(10)

makhluk hidup, menjelaskan upaya mengatasi pencemaran, dan menjelaskan solusi terhadap pencemaran.

c. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah untuk memberdayakan kemampuan memecahkan masalah siswa, sedangkan hasil belajar yang diperoleh meliputi afektif, kognitif dan psikomotor digunakan sebagai data tambahan atau pendukung sesuai dengan hakikat sains dalam Kurikulum 2013.

d. Model pembelajaran yang menjadi basis dari modul elektronik yang dikembangkan adalah PBL, karena karakteristik materi pencemaran lingkungan yang bersifat open ended, banyak hal-hal yang bisa dijadikan sumber permasalahan dengan jawaban yang luas dan dapat dikembangkan sendiri oleh siswa karena sifat materi pencemaran lingkungan yang dinamis, maka model PBL menjadi pilihan yang cocok karena mempunyai karakteristik yang sama dengan materi pencemaran lingkungan yang bersifat ill structure.

e. Modul elektronik yang dikembangkan menggunakan sintaks PBL untuk memberdayakan kemampuan memecahkan masalah siswa. Modul elektronik yang dikembangkan sesuai dengan sintaks PBL direncanakan sebagai berikut:

1) Diberikan video tentang pencemaran air, tanah, dan udara sebagai permasalahan yang harus diidentifikasi oleh siswa sebagai orientasi siswa pada masalah pada sintaks PBL yang pertama. Setelah itu siswa membuat hipotesis sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi.

(11)

2) Siswa diarahkan untuk membuat rancangan percobaan dari alat dan bahan yang telah disediakan dalam modul elektronik dalam bentuk tabel alat dan bahan untuk mengakomodasi sintaks PBL selanjutnya yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar.

3) Sintaks PBL selanjutnya adalah membimbing siswa dalam penyelidikan dilakukan dengan cara membimbing siswa untuk melaksanakan praktikum sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat, lalu membimbing siswa untuk menuliskan hasil percobaan pada modul elektronik dalam bentuk tabel, kemudian membimbing siswa untuk mendiskusikan hasil percobaan mereka. 4) Langkah berikutnya adalah membimbing siswa untuk membuat

sebuah slogan sebagai bentuk karya yang dituliskan dalam modul elektronik kemudian membimbing siswa untuk mempresentasikan slogan yang telah dibuat serta hasil percobaan dan diskusi yang telah dilakukan seperti sintaks PBL yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

5) Sintaks terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dilakukan dengan cara mengarahkan siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dari hasil

(12)

matriks digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam merencakan produk modul elektronik yang dikembangan (Lampiran 2: 224).

3. Pengembangan Draft Produk

Pengembangan draft produk modul dilakukan apabila semua kebutuhan terkait pengembangan modul elektronik sudah terkumpul lengkap untuk selanjutnya digunakan oleh peneliti membuat desain awal modul elektronik yang sesuai dengan sintaks model PBL pada materi pencemaran lingkungan. Modul elektronik terdiri atas bagian awal, inti dan penutup serta 3 sub bab materi yaitu: pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran udara. Pengembangan draft produk modul elektronik berbasis PBL selengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Bagian Awal, terdiri dari: 1) Halaman Awal

Merupakan cover atau tampilan luar modul elektronik yang dibuat menarik serta berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Halaman awal terdiri dari: a) judul materi pembelajaran; b) sasaran pengguna; c) identitas pengembang; d) institusi/ lembaga pendidikan; e) tombol navigasi menu yang meliputi: pendahuluan, pretest, pencemaran air, materi pencemaran, posttest, dan penutup. Tombol navigasi memudahkan pengguna untuk mengganti atau memilih materi yang diinginkan; f) tombol keluar atau exit; g) tombol volume yang berfungsi untuk memperbesar atau

(13)

Menu navigasi utama Sasaran pengguna Tombol volume Identitas pengembang Institusi/ lembaga pendidikan Menu navigasi halaman Gambar 4.1. Animasi Pembuka

Gambar 4.2. Halaman Awal Pembuka 2) Kata Pengantar Judul materi tombol volume Tombol Keluar/ exit

(14)

Navigasi sub menu Kolom kata pengantar Kolom petunjuk penggunaan Gambar 4.3. Tampilan Slide Kata Pengantar

3) Petunjuk

Tampilan pada petunjuk terdiri dari: a) tombol navigasi menu utama; b) tombol navigasi sub menu; c) petunjuk penggunaan yang memuat petunjuk atau cara menggunakan modul elektronik secara umum; d) tombol keluar atau exit; e) tombol volume. Petunjuk penggunaan ini disesuaikan dengan basis yang digunakan.

Gambar 4.4. Tampilan Petunjuk Penggunaan Modul Elektronik Navigasi

(15)

Navigasi

sub menu Kompetensi Kolom

Inti 4) Kompetensi Inti

Kompetensi Inti terdiri dari: a) tombol navigasi menu utama; b) tombol navigasi sub menu; c) Kompetensi Inti berisi 4 komponen inti yang telah ditetapkan dalam Kurikulum 2013; d) tombol keluar atau exit; e) tombol volume.

Gambar 4.5. Tampilan Kompetensi Inti 5) Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar terdiri dari: a) tombol navigasi menu utama; b) tombol navigasi sub menu; c) Kompetensi Dasar memuat kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian pengembangan modul elektronik; d) tombol keluar atau exit; e) tombol volume.

(16)

Navigasi sub menu Kolom Kompetensi Dasar Navigasi sub menu Kolom Indikator Gambar 4.6. Tampilan Kompetensi Dasar

6) Indikator

Tampilan indikator terdiri dari: a) tombol navigasi menu utama; b) tombol navigasi sub menu; c) indikator memuat indikator-indikator materi pencemaran lingkungan yang harus dicapai siswa selama pembelajaran; d) tombol keluar atau exit; e) tombol volume.

(17)

Soal

Pilihan Jawaban

Nomor

Soal pengerjaanWaktu

b. Bagian inti terdiri atas: 1) Pretest

Pretest memuat soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran menggunakan modul elektronik berbasis PBL sebanyak 40 soal pilihan ganda untuk mengukur kemampuan kognitif dan 5 soal uraian untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah. Tampilan pada slide pretest berisi: a) nomor soal; b) soal; c) pilihan jawaban; d) waktu sebagai pedoman untuk menjawab; e) jumlah skor benar; f) tombol navigasi menu utama; g) tombol keluar atau exit; h) tombol volume. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.7.

(18)

Tombol Lanjut/ Next Kolom jawban identifikasi masalah Video permasalahan Tombol Simpan Tombol Home

siswa. Setelah video selesai di putar siswa kemudian siswa mengidentifikasi masalah terkait video yang telah mereka saksikan. Tampilan pada identifikasi masalah terdiri dari: a) video permasalahan; b) kolom analisis/identifikasi masalah sebagai tempat untuk mengetik jawaban identifikasi masalah oleh siswa; c) tombol navigasi menu utama; d) tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; e) tombol keluar atau exit; f) tombol volume.

Gambar 4.9. Tampilan Identifikasi Masalah 3) Rumusan Masalah

Sintaks selanjutnya yang akan dilakukan siswa dengan membuat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan hasil identifikasi masalah sebelumnya. Jawaban rumusan masalah siswa dapat diketik di dalam kolom. Tampilan pada rumusan masalah terdiri dari: a) perintah mengerjakan rumusan masalah; b) kolom tempat mengetik jawaban rumusan masalah oleh siswa; c) tombol navigasi menu utama; d)

(19)

Kolom jawaban Perintah/ petunjuk pengerjaan Tombol Lanjut/ Next Tombol Simpan Tombol Home

tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; e) tombol keluar atau exit; f) tombol volume.

Gambar 4.10. Tampilan Rumusan Masalah

4) Hipotesis

Berisi kegiatan siswa yang membuat jawaban-jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah mereka buat. Tampilan pada hipotesis terdiri dari: a) perintah mengerjakan hipotesis; b) kolom tempat mengetik jawaban hipotesis oleh siswa; c) tombol navigasi menu utama; d) tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; e) tombol keluar atau exit; f) tombol volume.

(20)

Kolom jawaban Perintah/ petunjuk pengerjaan Tombol Lanjut/ Next Tombol Simpan Tombol Home

Gambar 4.11. Tampilan Hipotesis

5) Rancangan Percobaan

Memuat langkah-langkah yang harus dilakukan siswa untuk merancang satu percobaan berdasarkan hasil rumusan masalah dan hipotesis yang telah dibuat. Rancangan yang telah dibuat selanjtnya direalisasikan dalam kegiatan percobaan/eksperimen secara berkelompok. Tampilan pada rancangan terdiri dari: a) perintah mengerjakan rancangan percobaan; b) daftar alat dan bahan yang sudah diacak; c) kolom tempat mengetik rancangan percobaan yang dibuat oleh siswa; d) tombol navigasi menu utama; e) tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; f) tombol keluar atau exit; g) tombol volume.

(21)

Kolom alat dan bahan Perintah/ petunjuk pengerjaan Kolom jawaban Tombol Lanjut/ Next Tombol Simpan Tombol Home

Gambar 4.12. Tampilan Rancangan Percobaan 6) Produk

Produk ini merupakan hasil pekerjaan siswa berupa slogan yang digunakan sebagai solusi terhadap permasalahan yang telah disajikan di awal. Tampilan pada slide produk terdiri dari: a) perintah mengerjakan produk; b) kolom tempat mengetik slogan yang dibuat oleh siswa; c) tombol navigasi menu utama; d) tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; e) tombol keluar atau exit; f) tombol volume.

(22)

Kolom jawaban Perintah/ petunjuk pengerjaan Tombol Lanjut/ Next Tombol Simpan Tombol Home

Gambar 4.13. Tampilan Slide Produk 7) Hasil Percobaan

Pada bagian ini modul elektronik memuat kegiatan dimana siswa menuliskan hasil percobaan serta diskusi yang telah dilakukan bersama kemompok masing-masing. Tampilan pada rancangan terdiri dari: a) perintah untuk menulis/mengerjakan hasil percobaan; b) tabel hasil percobaan yang dapat diisi oleh siswa; c) kolom tempat mengetik analisa hasil percobaan yang dibuat oleh siswa; d) tombol navigasi menu utama; e) tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; f) tombol keluar atau exit.

(23)

Tabel hasil percobaan Kolom Jawaban Analisa Tombol Home

Gambar 4.14. Tampilan Hasil Percobaan 8) Materi

Pada modul elektronik berbasis PBL ini penyajian materi tidak hanya berisi ringkasan materi pokok tetapi juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang mampu memperjelas materi serta simulasi percobaan berkaitan dengan materi pencemaran yang telah dilakukan siswa. Tampilan materi terdiri dari: a) isi materi; b) tombol navigasi untuk pindah ke halaman berikutnya atau kembali ke halaman sebelumnya; c) tombol navigasi menu utama; d) tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; e) tombol keluar atau exit; f) tombol volume.

(24)

Kolom materi

Tombol navigasi halaman

Gambar 4.15. Tampilan Materi 9) Evaluasi

Berisi soal-soal sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan pada tiap sub materi yang telah dipelajari siswa. Pada tahap evaluasi ini juga tersedia lembar jawab bagi siswa. Siswa juga dapat mengetahui langsung nilai mereka setelah semua lembar jawab terisi penuh. Tampilan pada evaluasi terdiri dari: a) soal dan pilihan jawaban; b) lembar jawab; c) skor; d) tombol navigasi menu utama; e) tombol back untuk kembali ke layer sebelumnya; f) tombol keluar atau exit; g) tombol volume.

(25)

Soal evaluasi

Kolom jawaban

Skor

Gambar 4.16. Tampilan Soal Evaluasi Tiap Pertemuan c. Bagian Penutup Terdiri Atas:

1) Evaluasi Akhir (Posttest)

Evaluasi akhir atau posttest ini memuat soal-soal berkaitan dengan seluruh materi pencemaran lingkungan yang telah dipelajari oleh siswa mulai dari awal hingga akhir. Tampilan evaluasi akhir (posttest) terdiri dari: a) soal; b) kolom tempat mengetik jawaban siswa; c) waktu pengerjaan; d) tombol navigasi untuk pindah ke soal berikutnya; e) tombol navigasi menu utama; f) tombol keluar atau exit; g) tombol volume.

(26)

Soal evaluasi

Kolom jawaban Permasalahan

Gambar 4.17. Tampilan Slide Posttest 2) Glosarium

Memuat istilah-istilah sulit yang terdapat dalam materi pencemaran lingkungan untuk menambah wawasan pengetahuan siswa. Glosarium juga membantu siswa memahami materi yang terdapat dalam modul elektronik.

3) Daftar Pustaka

Berisi sumber-sumber atau referensi sebagai acuan dalam pengembangan modul elektronik. Tampilan daftar pustaka terdiri dari: a) daftar pustaka; b) tombol navigasi untuk pidah ke halaman selanjutnya; c) tombol navigasi menu utama; d) tombol keluar atau exit; e) tombol volume.

(27)

Kolom daftar pustaka Tombol navigasi halaman

Gambar 4.18. Tampilan Daftar Pustaka 4. Uji Coba Produk Awal

Tahap uji coba produk awal digunakan untuk mendapatkan evaluasi kualitatif awal dari draft modul yang telah dibuat. Tujuan lain dari uji coba lapangan awal ini adalah untuk memperoleh data berupa penilaian, pendapat, kritik dan saran terhadap pengembangan draft modul, perangkat dan instrumen yang telah disusun. Uji coba produk awal dilakukan dengan cara uji validasi yang terdiri dari validasi ahli dan praktisi. Validasi ahli pada uji coba ini terdiri atas validasi ahli materi, validasi ahli penyajian modul elektronik, dan validasi ahli instrumen sedangkan validasi praktisi oleh 2 orang guru biologi. Data hasil validasi materi oleh ahli disajikan pada Tabel 4.2. Data hasil validasi penyajian modul elektronik oleh ahli disajikan pada

(28)

Tabel 4.2 Validasi Materi Modul oleh Ahli

No. Aspek Rata-rata Kategori

Materi

1 Konsep dasar materi 4 Sangat Baik

2 Konsep sub materi bahasan 4 Sangat Baik

3 Konsep gambar 4 Sangat Baik

4 Penyajian gambar 4 Sangat Baik

5 Sistematika penyampaian materi 3 Baik

6 Relevansi dengan kehidupan sehari-hari 4 Sangat Baik 7 Relevansi dan Kredibilitas buku sumber. 3 Baik

8 Penggunaan bahasa pada materi. 3,3 Baik

Rata-rata 3,67 Sangat Baik

Berdasarkan hasil validasi ahli materi pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata untuk aspek konsep dasar materi, konsep sub materi bahasan, konsep gambar, penyajian gambar, relevansi dengan kehidupan sehari-hari adalah 4. Aspek penggunaan bahasa pada materi memiliki rata-rata sebesar 3,3. Rata-rata aspek sistematika penyampaian materi dan relevansi dan kredibilitas buku sumber adalah 3. Rata-rata keseluruhan aspek pada validasi materi adalah 3,67 dengan kategori “sangat baik” (Lampiran 4: 355).

Tabel 4.3 Validasi Penyajian Modul Elektronik oleh Ahli

No. Aspek Rata-rata Kategori

1 Panduan Program 4 Sangat Baik

2 Tujuan Program 4 Sangat Baik

3 Uraian Materi 3,8 Sangat Baik

4 Interface atau tampilan 3,74 Sangat Baik

5 Pemakaian dan Daya Tahan 4 Sangat Baik

Rata-rata 3,91 Sangat Baik

Berdasarkan hasil validasi ahli materi pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata untuk aspek panduan program, tujuan program, pemakaian dan daya tahan adalah 4. Aspek uraian materi memiliki rata-rata sebesar 3,8. Rata-rata aspek interface/tampilan adalah 3,74. Rata-rata keseluruhan aspek pada validasi penyajian modul elektronik adalah 3,91 dengan kategori “sangat baik” (Lampiran 4: 359).

(29)

Tabel 4.4 Validasi Instrumen (RPP, Silabus, LKS, Soal Evaluasi) oleh Ahli

No. Aspek Rata-rata Kategori

1 Perumusan tujuan pembelajaran 3,5 Sangat Baik 2 Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar 3,25 Baik 3 Pemilihan sumber belajar dan media ajar 3,67 Sangat Baik 4 Model dan metode pembelajaran 3,67 Sangat Baik

5 Penilaian hasil belajar 3,67 Sangat Baik

6 Soal evaluasi 3,4 Baik

Rata-rata 3,53 Sangat Baik

Berdasarkan hasil validasi ahli materi pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata untuk aspek pemilihan sumber belajar dan media ajar, model dan metode pembelajaran, penilaian hasil belajar adalah 3,67. Aspek perumusuan tujuan pembelajaran memiliki rata-rata sebesar 3,8. Rata-rata aspek soal evaluasi adalah 3,74. Aspek pemilihan dan pengorganisasian materi ajar memiliki rata-rata sebesar 3,25. Rata-rata keseluruhan aspek pada validasi instrumen adalah 3,53 dengan kategori “sangat baik” (Lampiran 4: 357).

Tabel 4.5 Validasi Penyajian Modul Elektronik oleh Praktisi

No. Aspek Rata-rata Kategori

1 Panduan Program 3,5 Baik

2 Tujuan Program 3,58 Sangat Baik

3 Uraian Materi 3,2 Sangat Baik

4 Interface atau tampilan 3,24 Baik

5 Pemakaian dan Daya Tahan 3,75 Sangat Baik

Rata-rata 3,45 Baik

Berdasarkan hasil validasi modul elektronik oleh praktisi pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata untuk aspek panduan program adalah 3,5.

(30)

keseluruhan aspek pada validasi instrumen adalah 3,45 dengan kategori “baik” (Lampiran 4: 362).

Berdasarkan hasil validasi secara keseluruhan oleh para ahli dan praktisi pada uji coba produk awal dapat disimpulkan bahwa modul elektronik berbasis PBL memiliki kategori “Baik – Sangat Baik”, sehingga modul elektronik berserta instrumen penelitian sudah layak untuk digunakan pada uji coba selanjutnya, tetapi dengan melakukan beberapa perbaikan atau revisi terlebih dahulu.

5. Revisi Produk Tahap I

Revisi produk I bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba produk awal. Revisi produk I dilakukan berdasarkan hasil validasi para ahli dan praktisi yang berkaitan dengan pengembangan modul elektronik berbasis PBL beserta instrumen penelitian yang akan digunakan dalam uji coba lapangan terbatas. Berdasarkan hasil validasi pada uji coba produk awal diperoleh beberapa saran dan perbaikan terkait pengembangan modul elektronik berbasis PBL sebelum digunakan dalam uji coba lapangan utama atau uji skala kecil. Saran dan perbaikan tersebut selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Saran dan Perbaikan (Hasil Uji Coba Produk Awal) No. Saran Hasil Revisi Validasi Ahli Materi Modul Elektronik

1. Undang-undang yang digunakan sebaiknya yang terbaru yaitu UU Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

1. Sudah ditambahkan UU Nomor 32 tahun 2009 sebagai acuan dan UU lingkungan yang lain yang dipakai dengan acuan 5 tahun terakhir antara tahun 2009-2014.

(31)

Lanjutan Tabel 4.6

No. Saran Hasil Revisi Validasi Ahli Materi Modul Elektronik

2. Gambar pada materi sebaiknya ditambah. 2. Sudah ditambahkan gambar pada materi.

Validasi Ahli Penyajian Modul Elektronik 1. Animasi awal sebaiknya yang berkaitan

dengan pencemaran lingkungan

2. Tampilan judul dan penyusun belum tepat 3. Masih ada beberapa kesalahan program 4. Belum ada musik ilustrasi

5. Soal evaluasi belum ada waktunya

1. Sudah dibuat animasi yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan. 2. Tampilan judul dan penyusun sudah

diperbaiki.

3. Sudah diperbaiki program yang mengalami kesalahan.

4. Sudah ditambahkan musik ilustrasi. 5. Sudah ditambahkan waktu dalam

pengerjaan soal evaluasi Validasi Instrumen (RPP, Silabus, LKS dan Soal Evaluasi)

1. Belum ada 5M pada proses RPP (mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan)

1. Sudah ditambahkan 5M pada RPP sesuai saran yaitu mengamati, me-nanya, mengumpulkan data, meng-asosiasikan, dan mengkomunikasikan. Praktisi Pendidikan

1. Ditambahkan gambar untuk

memperjelas materi 1. Sudah ditambahkan gambar pada materi Beberapa saran dan perbaikan yang diberikan oleh para ahli dan praktisi terkait pengembangan modul elektronik berbasis PBL tersebut digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki modul elektronik baik pada aspek materi, penyajian atau desain modul serta instrumen yang akan digunakan (Lampiran 5: 378). Langkah selanjutnya yaitu melakukan perbaikan sesuai dengan saran yang ada agar produk modul elektronik layak digunakan pada tahapan selanjutnya.

(32)

materi, interface/tampilan serta pemakaian dan daya tahan. Hasil penilaian uji coba lapangan terbatas oleh siswa disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Siswa.

Penilai Aspek Rata-rata Kategori

Siswa 1-15

Panduan program 3,15 Baik

Uraian materi 3,03 Baik

Interface/tampilan 3,20 Baik

Pemakaian dan

daya tahan 3,23 Baik

Rata-rata keseluruhan aspek 3,15 Baik

Berdasarkan hasil penilaian modul elektronik oleh 15 siswa pada Tabel 4.7 diperoleh rata-rata sebesar 3,15 untuk aspek panduan program dengan kategori “Baik”, aspek uraian materi rata-rata 3,03 dengan kategori “Baik”, aspek interface/tampilan rata-rata 3,20 dengan kategori “Baik”, dan rata-rata 3,23 untuk aspek pemakaian dan daya tahan dengan kategori “Baik” (Lampiran 6: 390). Rata-rata keseluruhan aspek yang diperoleh dari penilaian siswa adalah sebesar 3,15 dengan kategori “Baik”. Secara keseluruhan modul layak digunakan dengan kategori “Baik”, sehingga modul elektronik berbasis PBL layak digunakan pada uji lapangan operasional/efektifitas dengan melakukan revisi/perbaikan terlebih dahulu.

7. Revisi Produk Tahap II

Berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas diperoleh masukan dan saran dari siswa seperti yang telah disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Saran dan Revisi Produk Tahap II

No. Saran Revisi Tahap II

1. 2.

Ada beberapa siswa yang menyatakan bahwa petunjuk penggunaan kurang jelas.

Ada beberapa siswa yang menyatakan bahwa masih ada beberapa kesalahan program

Petunjuk penggunaan sudah diperjelas.

Kesalahan-kesalahan program sudah dibenahi.

(33)

Beberapa saran yang diperoleh dari siswa seperti Tabel 4.8 pada modul elektronik berbasis PBL telah dilakukan semua (Lampiran 7: 393). Revisi dilakukan untuk memperbaiki modul elektronik berbasis PBL pada materi pencemaran lingkungan agar lebih layak digunakan pada tahap uji coba selanjutnya yaitu uji coba lapangan operasional/efektivitas.

8. Uji Coba Lapangan Operasional/Efektivitas

Uji coba lapangan operasional/efektivitas dilaksanakan pada 30 orang siswa dari kelas X 5 SMA Negeri 1 Ngemplak dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas modul elektronik berbasis PBL. Uji coba lapangan operasional dilakukan sesuai dengan tahap perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Uji coba lapangan operasional menghasilkan data berupa: keterlaksanaan sintaks pembelajaran, data kemampuan memecahkan masalah, serta data hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan memecahkan masalah merupakan data utama yang akan diukur dalam penelitian ini, sedangkan hasil belajar digunakan sebagai pendukung sesuai tuntutan Kurikulum 2013.

a) Data Keterlaksaan Sintaks Pembelajaran

Data terkait keterlaksaan sintaks selama uji coba lapangan operasional selengkapnya disajikan pada Tabel 4.9.

(34)

Tabel 4.9. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Objek Pengamatan Observer (%) Rata-rata (%) Kategori I II III Aktivitas Guru

Pertemuan I 88,89 88,89 100 92,59 Sangat Baik

Pertemuan II 94,44 94,44 94,44 94,44 Sangat Baik

Pertemuan III 100 88,89 100 96,30 Sangat Baik

Rata-rata keseluruhan pertemuan 94,44 Sangat Baik Aktivitas Siswa

Pertemuan I 83,33 100 94,44 92,59 Sangat Baik

Pertemuan II 94,44 94,44 100 96,30 Sangat Baik

Pertemuan III 100 94,44 100 98,15 Sangat Baik

Rata-rata keseluruhan pertemuan 95,68 Sangat Baik Tabel 4.9 di atas menunjukkan data keterlaksanaan sintaks pembelajaran oleh guru dan siswa yang diperoleh dari tiga orang observer dengan hasil seperti berikut: persentase yang diperoleh guru pada pertemuan I yaitu sebesar 92,59%, pertemuan II sebesar 94,44% dan pertemuan III sebesar 96,30% dengan kategori keseluruhan “Sangat Baik”. Persentase yang diperoleh siswa pada pertemuan I sebesar 92,59%, pertemuan II sebesar 96,30% dan pertemuan III sebesar 98,15% dengan kategori secara keseluruhan “Sangat Baik” (Lampiran 8: 405). Secara lengkap data terkait keterlaksanaan sintaks pembelajaran disajikan pada histogram Gambar 4.19 berikut.

(35)

Gambar 4.1

b) Data Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah merupakan akan diukur dalam penelitian pengembangan ini. terkait kemampuan

Ngemplak selengkapnya disajikan pada Tabel 4.10 Tabel 4.10. Distribusi Data Nilai

Interval Nilai 36-45 46-55 56-65 66-75 76-85 86-95 Jumlah Distribusi data 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 Guru Siswa P er se n ta se ( % )

Gambar 4.19. Histogram Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran emampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah merupakan variabel

diukur dalam penelitian pengembangan ini. Distribusi serta data kemampuan memecahkan masalah siswa di SMA Negeri 1 Ngemplak selengkapnya disajikan pada Tabel 4.10 dan Tabel

. Distribusi Data Nilai Kemampuan Memecahkan Masalah Interval Nilai Nilai Tengah Pretest Frekuensi

40 9 50 10 60 9 70 2 80 0 90 0 Jumlah 30

Distribusi data kemampuan memecahkan masalah siswa pada Tabel 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

Guru 92,59 94,44 96,3

Siswa 92,59 96,3 98,15

Pembelajaran

variabel utama yang Distribusi serta data swa di SMA Negeri 1

Tabel 4.11. Kemampuan Memecahkan Masalah

Posttest 0 0 0 9 14 7 30

siswa pada Tabel

Pertemuan III 96,3 98,15

(36)

dan 2 siswa dengan interval nilai nilai posttest

adalah 9 siswa dengan interval nilai 76-85, dan 7

Distribusi perbandingan rata memecahkan masalah Gambar 4.20 Gambar Tabel 4.11. Deskripsi Jenis Tes Pretest Posttest Berdasarkan

di atas dapat dijelaskan bahwa berbasis PBL

55,00, variansi

nilai minimum sebesar 0 2 4 6 8 10 12 14 F re ku en si

siswa dengan interval nilai 66-75 (Lampiran 8:

osttest sesudah menggunakan modul elektronik berbasis siswa dengan interval nilai 66-75, 14 siswa dengan interval nilai dan 7 siswa dengan interval nilai 86-95 (Lampiran 8:

perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest

memecahkan masalah selanjutnya disajikan dalam bentuk histogram 20.

Gambar 4.20. Histogram Perbandingan Distribusi Posttest Kemampuan Memecahkan Masalah Deskripsi Data Kemampuan Memecahkan Masalah

N Rata-rata TengahNilai Variansi Standar Deviasi 30 53,83 55,00 83,937 9,162 30 82,00 80,00 54,483 7,381

Berdasarkan deskripsi data kemampuan memecahkan masalah di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata sebelum diberi modul

PBL dalam pembelajaran adalah sebesar 53,83

, variansi 83,937, standar deviasi 9,162, nilai maksimum

nilai minimum sebesar 40. Rata-rata (mean) setelah diberi modul

40 50 60 70 80 90

Nilai Tengah

: 406). Distribusi sesudah menggunakan modul elektronik berbasis PBL

siswa dengan interval nilai (Lampiran 8: 407). posttest kemampuan selanjutnya disajikan dalam bentuk histogram pada

. Histogram Perbandingan Distribusi Pretest dan Kemampuan Memecahkan Masalah

cahkan Masalah Siswa Nilai Maks Niliai Min 70 40 95 70

mecahkan masalah siswa sebelum diberi modul elektronik 53,83 dengan median nilai maksimum 70 dan ) setelah diberi modul

Pretest Posttest

(37)

elektronik berbasis median 80,00

dan nilai minimum memecahkan

histogram perbandingan rata 4.21.

Gambar

Efektivitas penggunaan modul elektronik berbasis

pembelajaran selanjutnya dapat dianalisis melalui tingkat kenaikan nilai kemampuan memecahkan masalah

Negeri 1 Ngemplak. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K em am p u an M em ec ah k an M as al ah

berbasis PBL dalam pembelajaran adalah

80,00, variansi 54,483, standar deviasi 7,381, nilai maksimum dan nilai minimum 70 (Lampiran 8: 409). Deskripsi d

memecahkan masalah pada Tabel 4.11 selanjutnya disajikan histogram perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest

Gambar 4.21. Histogram Perbandingan Rata-Rata Posttest Kemampuan Memecahkan Masalah Efektivitas penggunaan modul elektronik berbasis

pembelajaran selanjutnya dapat dianalisis melalui tingkat kenaikan nilai kemampuan memecahkan masalah yang diperoleh siswa

Negeri 1 Ngemplak. Rumus yang digunakan untuk mengetahui kenaikan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pretest Postest 53,83 82

dalam pembelajaran adalah 82,00 dengan nilai maksimum 90 data kemampuan masalah pada Tabel 4.11 selanjutnya disajikan melalui

posttest pada Gambar

Rata Pretest dan Kemampuan Memecahkan Masalah

Efektivitas penggunaan modul elektronik berbasis PBL selama pembelajaran selanjutnya dapat dianalisis melalui tingkat kenaikan nilai yang diperoleh siswa kelas X SMA untuk mengetahui kenaikan

Pretest Postest

(38)

menganalisis permasalahan memiliki peningkatan paling tinggi sebesar 91,32% dan indikator mencari berbagai alternatif pemecahan masalah memiliki peningkatan paling rendah sebesar 74,5%. Peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah ini disebabkan karena selama pembelajaran menggunakan modul elektronik berbasis PBL siswa menjadi lebih aktif untuk belajar karena modul elektronik mampu menghadirkan pengalaman belajar melalui sintaks PBL yang mewarnai modul. Modul elektronik juga mampu merangsang minat siswa belajar karena modul dirancang dengan menarik, disertai video, animasi dan gambar-gambar di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suarsana dan Mahayukti (2013) yang menjelaskan bahwa e-modul bersifat interaktif, mampu menyajikan gambar, audio, video dan animasi yang mampu merangsang minat siswa untuk belajar. Modul elektronik juga mampu menghadirkan tes yang memungkinkan umpan balik otomatis dengan segera.

Uji yang akan dilakukan selanjutnya terkait data kemampuan memecahkan masalah adalah uji normalitas dan homogenitas sebagai prasyarat untuk uji-t. Hasil uji normalitas dan dan homogenitas kemampuan memecahkan masalah secara lengkap disajikan pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13

Tabel 4.12. Uji Normalitas Kemampuan Memecahkan Masalah

Variabel Kelas Kolmogorov-Smirnov N Sig. Ket. HasilKeputusan Kemampuan

(39)

Uji normalitas yang dilakukan sesuai Tabel 4.12 di atas adalah menggunakan uji Kolmogororv Smirnov dengan hasil sebagai berikut: signifikansi nilai kemampuan memecahkan masalah pada saat pretest adalah 0,133, nilai posttest 0,140 (Lampiran 8: 412). Berdasarkan uji normalitas tersebut pada soal pretest dan posttest kemampuan memecahkan masalah siswa maka dapat disimpulkan bahwa seluruh data data berdistribusi normal, karena nilai signifikansi yang diperoleh > 0,05.

Hasil uji homogenitas kemampuan memecahkan masalah selengkapnya disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Uji Homogenitas Kemampuan Memecahkan Masalah Variabel F Sig. Keterangan Keputusan Kemampuan

Memecahkan

Masalah 1,788 0,186 Sig > 0,05 Homogen Berdasarkan Tabel 4.13 di atas dapat dijelaskan bahwa uji homogenitas soal kemampuan memecahkan masalah menggunakan Levene’s test diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,186 (Lampiran 8: 412) sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan memecahkan masalah secara keseluruhan berasal dari sampel yang homogen (sig > 0,05).

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan sebelumnya dan memenuhi syarat, maka selanjutnya dapat

(40)

Tabel 4.14. Uji-t Berpasangan Kemampuan Memecahkan Masalah Variabel Sig. Kriteria Keputusan Kemampuan Memecahkan

Masalah 0,000 Sig. < 0,05 Sig < 0,05H0ditolak

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada Tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa signifikansi nilai kemampuan memecahkan masalah sebesar 0,000 (sig < 0,05) (Lampiran 8: 413), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan memecahkan masalah siswa sebelum dan setelah menggunakan modul elektronik berbasis PBL.

Berdasarkan analisis uji-t berpasangan pada modul elektronik berbasis PBL ini dapat diketahui bahwa modul elektronik yang dikembangkan dengan basis PBL mampu membantu kelemahan dan kebutuhan siswa dalam belajar mandiri dan memperoleh pengalaman belajar secara langsung melalui serangkaian kegiatan sesuai sintaks PBL yang dihadirkan secara sistematis dan menarik. Serangkaian kegiatan yang dihadirkan dalam modul elektronik juga bertujuan untuk memberdayakan kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan sesuai tantangan abad 21 dan Kurikulum 2013 saat ini.

c) Data Hasil Belajar

Data hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini terdiri atas ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian dan pengembangan ini tidak dianalisis menggunakan SPSS seperti data kemampuan memecahkan masalah, karena hasil belajar

(41)

dengan tuntutan kurikulum 2013 yang berfokus pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Data pendukung kognitif terdiri atas nilai proses dan nilai produk, sedangkan data pendukung afektif dan psikomotor diperoleh dari nilai observasi pada proses pembelajaran. Hasil belajar selengkapnya disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Data Hasil Belajar Siswa

Aspek Pert I Rata-rataPert II Pert III Nilai Total

Kognitif 79 81 82 80,73

Afektif 78 79 81 79

Psikomotor 81 81 82 81

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat di jelaskan bahwa hasil belajar siswa mulai dari kognitif, afektif hingga psikomotor menggunakan modul elektronik berbasis PBL mengalami penimgkatan dari pertemuan I hingga pertemuan III. Nilai total hasil belajar yang diperoleh sebesar 80,73 untuk kognitif, 79 untuk afektif dan 81 untuk psikomotor (Lampiran 8: 414). Nilai total kognitif diperoleh dari rata-rata pertemuan 1 hingga 3 dan ditambah nilai evaluasi akhir dengan kriteria soal C2 -C6, sedangkan nilai total afektif dan psikomotor diperoleh dari rata-rata pertemuan 1 hingga 3 menggunakan LO selama pembelajaran berlangsung (Lampiran 8: 415). Perbandingan nilai total hasil belajar siswa selengkapnya disajikan pada histogram Gambar 4.22.

(42)

Gambar 4.

d) Data Penilaian

Lapangan Operasional

Pada uji coba operasional, selain diperoleh data terkait kemampuan memecahkan masaslah dan hasil belajar juga dip

penilaian siswa terhadap modul elektronik berbasis digunakan. menggunakan pembelajaran disajikan pada T Tabel 4.16. No. 1. Panduan program 2. Uraian materi 3. Interface

4. Pemakaian dan daya tahan 78 78,5 79 79,5 80 80,5 81 R at a-ra ta H as il B el aj ar

Gambar 4.22. Histogram Perbandingan Nilai Total Hasil Belajar (Kognitif, Afektif dan Psikomotor)

Data Penilaian/Tanggapan Siswa terhadap Modul Elektronik Lapangan Operasional

Pada uji coba operasional, selain diperoleh data terkait kemampuan memecahkan masaslah dan hasil belajar juga diperoleh

penilaian siswa terhadap modul elektronik berbasis PBL

digunakan. Penilaian modul elektronik ini dilakukan dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada siswa

pembelajaran selesai. Hasil analisis angket penilaian modul selengkapnya disajikan pada Tabel 4.16 berikut.

Hasil Analisis Angket Penilaian Modul Elektronik PBL.

Aspek Rata-rata

Panduan program 3,68

Uraian materi 3,65

Interface/tampilan 3,67 Pemakaian dan daya tahan 3,80

78 78,5 79 79,5 80 80,5 81

Kognitif Afektif Psikomotor

80,73

79

81

Hasil Belajar

Elektronik pada Uji

Pada uji coba operasional, selain diperoleh data terkait kemampuan eroleh data terkait PBL yang telah dilakukan dengan siswa setelah proses penilaian modul selengkapnya

Elektronik Berbasis Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Psikomotor 81

(43)

Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil penilaian yang diperoleh terhadap modul elektronik berbasis PBL adalah sebesar 3,68 untuk aspek panduan program, 3,65 untuk aspek uraian materi, 3,67 untuk aspek interface/tampilan dan 3,80 aspek pemakaian dan daya tahan (Lampiran 8: 441). Rata-rata yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa modul elektronik berbasis PBL memiliki kategori “Sangat Baik” dari semua aspek yang dinilai.

9. Penyempurnaan Produk Akhir (Revisi Produk Akhir)

Berdasarkan uji coba lapangan operasional yang telah dilakukan diperoleh beberapa saran dan revisi yang ditujukan untuk perbaikan modul elektronik berbasis PBL. Saran dan revisi akhir produk modul elektronik berbasis PBL selengkapnya disajikan pada Tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17. Saran dan Revisi Akhir

No. Saran Revisi

1. Modul elektronik sudah bagus dan menarik, materi dan gambar pada modul elektronik sudah lengkap.

Modul elektronik tidak perlu diperbaiki dari segi materi dan gambar karena sudah lengkap. 2. Modul elektronik mudah dipahami baik dari

isi, materi dan soal. Tidak perlu direvisi karena modul elektronik sudah dapat dipahami siswa dengan baik.

Saran dan revisi yang diperoleh pada uji coba lapangan operasional ini menunjukkan bahwa modul elektronik sudah baik dalam hal penyajian materi, soal maupun gambar-gambar yang disajikan, sehingga dapat

(44)

10. Diseminasi dan Implementasi

Tahapan terakhir pada penelitian dan pengembangan ini adalah tahap diseminasi dan implementasi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mensosialisasikan dan menyebarkan produk hasil penelitian dan pengembangan berupa modul elektronik agar dapat digunakan oleh guru biologi di sekolah. Strategi yang digunakan pada tahap ini dengan cara door to door yaitu menyebarkan produk modul elektronik berbasis PBL yang telah direvisi dengan mendatangi sekolah satu per satu dan mengajarkan cara penggunaan modul elektronik ke guru biologi di setiap sekolah. Sasaran dari tahap diseminasi dan implementasi ini adalah guru biologi di 8 sekolah negeri di Kabupaten Boyolali yang terdiri atas: SMA Negeri 1 Boyolali, SMA Negeri 2 Boyolali, SMA Negeri 3 Boyolali, SMA Negeri 1 Banyudono, SMA Negeri 1 Cepogo, SMA Negeri 1 Simo, SMA Negeri 1 Nogosari dan SMA Negeri 1 Wonosegoro. Data yang diperoleh dari tahap diseminasi dan implementasi adalah tanggapan, saran atau masukan, serta kuesioner penilaian terhadap modul eletronik berbasis PBL yang dikembangkan, sehingga modul tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa sebagai salah satu alternatif bahan ajar. Data terkait tanggapan, saran atau masukan terhadap modul elektronik bebasis PBL disajikan pada Tabel 4.18, dan kuesioner penilaian oleh guru terhadap modul elektronik berbasis PBL disajikan pada Tabel 4.19 berikut.

(45)

Tabel 4.18. Hasil Tanggapan, Saran/Masukan Guru Biologi pada Tahap Diseminasi dan Implementasi Produk

No. Tanggapan, Saran atau Masukan dari Guru Biologi SMA N 1 Boyolali (Bambang Prihantoro, S. Pd.)

1. Modul elektronik yang disusun lengkap dan menarik saat disajikan sehingga membantu meningkatkan pemahaman penguasaan materi bagi siswa.

2. Mohon disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia dalam PBM

SMA N 2 Boyolali (Endang Tri Sarwasih, S. Pd.)

1. Modul elektronik baik untuk digunakan di sekolah kami

SMA N 3 Boyolali (Ngadi Mulyanto, S. Pd.)

1. Modul elektronik yang dikembangkan sangat menarik untuk pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan

SMA N 1 Banyudono (Dra. Sri Haryanti)

1. Materi bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan situasi kejadian yang nyata.

2. Bisa mengajarkan siswa untuk mencintai lingkungan

SMA N 1 Simo (Ismu Yunanto, S. Pd.)

1. Materi mendukung di kelas X

2. Dapat digunakan untuk pendalaman dan aplikasi metode ilmiah

3. Untuk kelas X, baik untuk menuntaskan beberapa variabel (kontrol, terikat,

bebas)

SMA N 1 Nogosari (Siti Prihatin, S. Pd.)

1. Modul elektronik yang dikembangkan sudah bagus dan bisa diaplikasikan di sekolah-sekolah.

SMA N 1 Cepogo (Syamsudin, S. Pd.)

1 Sudah bagus hanya contoh pencemaran sebaiknya yang ada di sekitar kita.

SMA N 1 Wonosegoro (Sudarti, M. Pd.)

1 Sudah baik, bisa disebarluaskan ke guru-guru biologi di Kabupaten

Boyolali dan bisa membuat modul-modul materi yang lain.

(46)

Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh dari 8 guru biologi di SMA Negeri Kabupaten Boyolali pada Tabel 4.18 dapat dijelaskan bahwa modul elektronik berbasis PBL memiliki rata-rata sebesar 3,68 untuk aspek panduan program,3,69 untuk aspek uraian materi, 3,63 untuk aspek interface/tampilan, dan 3,81 untuk aspek pemakaian dan daya tahan (Lampiran 8: 457). Secara keseluruhan modul memiliki rata-rata sebesar 3,70 dengan kategori “Sangat Baik”, sehingga modul elektronik yang dikembangkan layak digunakan dan diterapkan di sekolah.

B. Pembahasan

1. Penelitian dan Pengumpulan Data a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan gambaran awal pada penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan kurikulum, bahan ajar dan model pembelajaran yang digunakan di SMA Negeri 1 Ngemplak. Studi pustaka bisa digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan. Analisis terhadap kurikulum dan bahan ajar sangat penting dilakukan dalam menyusun bahan ajar yang baik. Kurikulum merupakan acuan utama dalam pengembangan bahan ajar yang harus diperhatikan karena kurikulum memuat tujuan pembelajaran dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai peserta didik setelah mereka melalui proses pembelajaran (Toharudin et al., 2011). Kurikulum yang digunakan dalam pelelitian dan pengembangan ini adalah Kurikulum 2013, sedangkan Kompetensi Inti

(47)

dan Kompetensi Dasar yang digunakan sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. Prastowo (2012) menjelaskan bahwa KI adalah acuan dalam menentukan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dan KD adalah acuan untuk menentukan indikator (Prastowo, 2012). Indikator yang digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.

Analisis materi yang akan digunakan dalam penyusunan modul elektronik dilakukan berdasarkan hasil UN Tahun Pelajaran 2012/2013 yang menunjukkan bahwa pencemaran lingkungan adalah materi dengan persentase terendah pada tingkat kota/kabupaten, propinsi, dan nasional (BSNP, 2013). Rata-rata nilai sekolah yang masih rendah juga diperoleh dari hasil analisa dan wawancara dengan guru yang menyatakan bahwa rendahnya nilai siswa disebabkan oleh beberapa faktor seperti: siswa hanya menghafal materi, jarang dilakukan diskusi kelompok, dan kurangnya kegiatan belajar berbasis penemuan yang dilakukan melalui percobaan. Proses pembelajaran yang baik seharusnya banyak melibatkan siswa secara langsung, karena materi pencemaran lingkungan merupakan materi yang sangat berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini sejalan dengan teori belajar Bruner (dalam Dahar, 1989) yang

(48)

tahu siswa serta menumbuhkan motivasi untuk terus belajar sampai memperoleh jawaban atas permasalahan yang dihadapi (Dahar, 1989).

Hasil tes kemampuan memecahkan masalah siswa menunjukkan kemampuan siswa dalam memecahkan masih rendah dengan rata-rata 43,33, hasil observasi di kelas menunjukkan bahwa selama pembelajaran di kelas guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga banyak siswa kurang tertarik, cepat bosan, dan kurang memahami materi yang disampaikan karena kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran belum berpusat pada siswa. Hasil observasi terkait bahan ajar yang digunakan di SMA Negeri 1 Ngemplak menunjukkan bahwa buku ajar yang digunakan memiliki cakupan materi masih terlalu umum yang hanya fokus untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, tampilan buku kurang menarik dengan penggunaan warna yang kurang bervariasi, serta penggunaan bahasa yang kurang komunikatif dan cenderung membuat siswa menjadi sulit dalam memahami materi. Buku ajar yang digunakan belum terdapat komponen-komponen yang mendorong siswa berpikir melalui penyelesaian masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Latihan soal yang ada di dalam buku cenderung melatihkan kemampuan berpikir tingkat rendah. Selama pembelajaran menggunakan buku ajar guru selalu menggunakan metode ceramah tanpa disesuaikan dengan karakteristik masing-masing materi, sehingga buku ajar yang digunakan belum membantu melatihkan kemampuan memecahkan masalah baik melalui diskusi, eksperimen, maupun implementasinya dalam kehidupan

(49)

sehari-hari. Hasil analisis yang dilakukan sependapat dengan Wenna (2009) yang menyatakan bahwa buku yang kurang berkualitas hanya disusun agar siswa mudah memahami saja, teori-teori dan desain kurang diperhatikan dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan siswa merasa bosan dan sulit memahami isi buku yang dibaca. Survei yang dilakukan oleh Millah (2012) terhadap bahan ajar di pasaran juga menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan yaitu belum dapat membuat siswa memecahkan dalam kehidupan sehari-hari atau mengaitkan masyarakat dengan lingkungan. Perlunya pengembangan bahan ajar yang berkualitas adalah untuk membantu siswa dalam belajar secara mandiri kapanpun dan dimanapun. Analisis tentang soal ulangan harian dan soal ujian semester juga menunjukkan bahwa guru masih menggunakan tipe soal pilihan ganda dan essai dari C1 – C3, belum mengarah pada soal-soal tipe C4 dan C6, sehingga siswa tidak terlatih dalam berpikir tingkat tinggi yang mengakibatkan kemampuan memecahkan masalah siswa menjadi kurang terasah.

b. Survei Lapangan

Survei lapangan meliputi SNP dan analisis kebutuhan data terkait siswa dan guru di SMA Negeri 1 Ngemplak. Survei lapangan bertujuan

(50)

1) SNP

Penilaian 8 SNP dilakukan dengan cara memberi angket serta kegiatan observasi dan wawancara terhadap wakasek kurikulum dan guru biologi SMA Negeri 1 Ngemplak. Penilaian 8 SNP dapat digunakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan berkaitan dengan isi, proses pembelajaran sampai dengan standar penilaian di sekolah. Hasil dari penilaian 8 SNP dapat diketahui bahwa tiga standar memiliki gap paling tinggi, yaitu pada standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian. Standar proses adalah salah satu standar yang memiliki nilai gap yang besar yaitu sebesar 3,70%. Standar proses berkaitan langsung dengan proses pembelajaran di kelas, instrumen pembelajaran, bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan sehingga memiliki pengaruh terhadap standar kompetensi lulusan dan standar penilaian, oleh karena itu perlu diadakan perbaikan terhadap standar proses untuk meningkatkan standar yang lain.

2) Analisis Kebutuhan Data

Analisis kebutuhan data dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran dengan cara memberi angket dan melakukan wawancara pada siswa kelas X dan guru biologi SMA Negeri 1 Ngemplak. Penilaian angket guru menunjukkan bahwa perangkat yang digunakan guru dalam mengajar sudah lengkap yaitu silabus, RPP, buku ajar, dan LKS siswa. Buku ajar yang digunakan adalah

(51)

Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan LKS, bukan hasil pengembangan oleh guru sendiri karena menurut guru LKS yang diperoleh dari kesepakatan dalam MGMP sudah sesuai dengan tujuan indikator dan tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran langsung dominan satu arah, karena menurut guru siswa kurang memadai untuk diajarkan dengan strategi yang lain, selain itu guru menyatakan bahwa banyaknya materi yang harus diajarkan kepada siswa membuat waktu yang digunakan untuk melakukan strategi/ model pembelajaran yang bervariasi kurang efektif untuk dilakukan. Soal evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif yang digunakan guru masih terbatas C1-C3.

Hasil analisis angket pada analisis kebutuhan menunjukkan bahwa buku ajar yang digunakan siswa kurang menarik, sehingga siswa kurang berminat untuk mempelajari buku ajar tersebut. LKS yang digunakan siswa juga kurang menarik karena hanya disajikan materi-materi dan menjawab pertanyaan. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga dinilai siswa kurang menarik karena dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah yang

(52)

berbagai kegiatan, serta belajar biologi dengan menghafal materi, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang terlatih. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hadi (2005) yang menyatakan bahwa siswa yang terbiasa belajar dengan cara menghafal tidak akan terlatih dalam memecahkan permasalahan.

Hasil observasi dalam kelas selama proses pembelajaran juga sesuai dengan hasil analisis angket oleh guru dan siswa. Selama pembelajaran di kelas guru belum mampu mengorganisir pengetahuan/konsep yang diperoleh siswa dengan baik, sehingga banyak siswa yang mudah lupa pada konsep/pengetahuan yang mereka peroleh. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah di lakukan di SMA Negeri 1 Ngemplak pada kurikulum, siswa, guru dan buku ajar yang digunakan dapat disimpulkan bahwa buku ajar belum digunakan secara optimal selama pembelajaran. Buku ajar yang digunakan hanya sebatas buku cetak dan LKS yang ada di pasaran yang berisi materi yang lengkap, latihan soal, warna yang monoton dan kurang menarik, sehingga dalam penelitian pengembangan ini peneliti akan mengembangkan modul elektronik berbasis PBL.

3) Analisis Sarana dan Prasarana

Hasil pengamatan awal mengenai sarana dan prasarana pada SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah dilakukan menujukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Ngemplak sudah

(53)

memadai untuk dilakukan pengembangan modul elektronik berbasis PBL dan tidak terdapat kendala mengenai perangkat yang digunakan jika modul elektronik yang dikembangkan diimplementasikan di SMA Negeri 1 Ngemplak.

5) Analisis Penguasaan TIK Guru dan Siswa

Hasil analisis tentang penguasaan TIK siswa dan guru sudah memadai untuk dilakukan penerapan modul elektronik dalam proses pembelajaran, sehingga tidak ada kendala untuk mengembangkan dan mengimplementasikan modul elektronik yang berkaitan dengan kesiapan guru dan siswa dalam hal penguasaan TIK.

2. Perencanaan/planning

Tahap perencanaan dilakukan dilakukan dengan cara menganalisis KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam penelitian dan pengembangan. Widodo, Aswandi, dan Fadillah (2013) juga menjelaskan bahwa modul yang dikembangkan dalam pembelajaran mencakup komponen-komponen yang berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran serta cara mengevaluasinya yang dirancang secara sistematis dan menarik, sehingga modul yang dikembangkan mampu memacu kemandirian siswa dalam menerima materi

(54)

Kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan dan diajarkan kepada siswa, karena kemampuan-kemampuan ini dapat membantu siswa membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang (Takwin, 2006). Kemampuan memecahkan masalah dituntut untuk dijadikan student’s learning outcome di sekolah-sekolah lanjutan sebagai bagian dari 7 jenis keterampilan yang harus dikuasai siswa pada abad pengetahuan (Trilling dan Hood, 1999). Hasil belajar yang meliputi aspek kogitif, afektif dan psikomotor juga akan dilihat sebagai salah satu efek pembelajaran menggunakan modul elektronik berbasis PBL sesuai hakikat sains dalam Kurikulum 2013.

Modul elektronik yang akan dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan basis PBL, artinya seluruh kegiatan yang terdapat dalam modul elektronik disesuaikan dengan sintaks PBL. Setiap akan memulai kegiatan siswa dihadapkan dengan permasalahan lingkungan yang disajikan dalam bentuk video untuk selanjutnya dipecahkan oleh siswa melalui kegiatan diskusi dan observasi. Menurut Sari (2012) dengan menerapkan model PBL kemampuan memecahkan masalah siswa dapat terlatih karena pada pembelajaran siswa diberikan wacana yang membutuhkan solusi untuk dipecahkan bersama anggota kelompok. Peserta didik menjadi terpancing untuk belajar lebih lanjut dalam menyelesaikan masalah. Hal ini menjadikan belajar peserta didik lebih aktif.

Materi pada yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini didasarkan pada hasil UN yang telah dijelaskan, yaitu materi pencemaran

(55)

lingkungan. Materi pencemaran lingkungan adalah materi yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dengan mempelajari materi ini siswa juga dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar mereka. Pendapat ini juga disampaikan oleh Kamila (2009) yang menyebutkan bahwa model PBL sangat cocok diterapkan pada materi pencemaran lingkungan, karena membuat siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar. Materi yang dikembangkan dengan pendekatan lingkungan juga membantu siswa memahami permasalahan yang ada di alam sekitar, sehingga siswa menjadi lebih terlatih untuk menemukan dan memahami apa yang ada disekitar mereka (Wenno, 2008).

Tahapan perencanaan dalam penelitian pengembangan modul elektronik berbasis PBL disesuaikan dengan model pengembangan Borg and Gall (1989) yang di modifikasi. Penelitian dan pengembangan Borg and Gall ini terdiri atas 10 tahap dan disusun secara sistematis meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa menguasai materi dengan tuntas serta membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur (Nasution, 2006). 3. Pengembangan Draft Produk

(56)

pencemaran udara. Borg and Gall (dalam Putra, 2012) menjelaskan bahwa pengembangan produk awal terdiri meliputi penyiapan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran, penyusunan produk serta perangkat evaluasi. pengembangan draft produk modul elektronik berbasis PBL adalah sebagai berikut:

a. Bagian Awal

Bagian awal modul elektronik berbasis PBL terdiri atas: 1) Halaman awal, yaitu cover atau tampilan luar modul elektronik yang dibuat menarik berupa animasi sesuai dengan tema pada materi yang akan dipelajari, sehingga menarik minat siswa terhadap modul elektronik tersebut.; 2) Judul pendahuluan, yaitu: “Modul Elektronik Berbasis PBL Materi Pencemaran Lingkungan”, yang dilengkapi dengan nama penyusun, tulisan lembaga pendidikan dan tahun penyusunan; 3) Kata pengantar yang berisi sambutan, puji syukur dan gambaran modul elektronik secara umum.; 4) Petunjuk penggunaan modul elektronik, memuat petunjuk atau cara sebelum menggunakan modul secara umum agar mempermudah siswa selama pembelajaran menggunakan modul elektronik. Petunjuk penggunaan modul elektronik ini disesuaikan dengan model sebagai basis yang mewarnai modul elektronik yakni PBL.; 5) Kompetensi Inti, berisi 4 komponen inti yang telah ditetapkan dalam Kurikulum 2013; 6) KD yang berisi kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian pengembangan modul elektronik.; dan 7) Indikator, memuat indikator-indikator materi pencemaran lingkungan

Gambar

Tabel 4.1. Capaian Skor Hasil Pemetaan 8 SNP
Gambar 4.1. Animasi Pembuka
Gambar 4.3. Tampilan Slide Kata Pengantar
Gambar 4.5. Tampilan Kompetensi Inti 5) Kompetensi Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur patut kami naikan kehadirat yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tindakan Kelas (PTK)

Dalam menyusun kerangka acuan harus jelas tujuan dan kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan. Tujuan dibedakan atas tujuanumum yang merupakan

rata hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan KKM. Dengan rata-rata hasil belajar akhir siswa lebih besar dari KKM, sehingga media pembelajaran ini

Ternyata UUPLH memberikan pengaturan penyelesaian sengketa lingkungan di luar pengadilan dulu (Pasal 31-33), baru yang melalui pengadilan (Pasal 34-39), kalau memang

Capaian pembelajaran Matematika (IPS) SMA/MA XII, meliputi 1) menghitung integral tak tentu dan integral tentu dari fungsi aljabar sederhana; 2) menyelesaikan model matematika

Saham emiten Royal Bank of Scotland naik 1.71% pada perdagangan Jumat lalu setelah rilis laporan keuangan 3Q17 yang mencatatkan laba 871 juta pounds, naik dari

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. BAB I