Foto Jurnalistik LAPAN Harus Bisa
Menarik Simpati Stakeholder!
oleh Ricko Benardhi
Foto adalah sarana untuk mengabadikan momen dan menyampaikan informasi. Foto saat ini bukan hanya menjadi memorabilia saja tetapi bisa menjadi pengantar atau pemberi keterangan pada suatu kejadian. Foto jurnalistik adalah salah satu kategori dalam fotografi. Lalu seberapa besar peran foto jurnalistik dan jenis foto seperti apa yang dapat menarik perhatian stakeholder? mari kita bahas satu persatu.
Pengertian Foto Jurnalistik
Menurut Wikipedia, foto jurnalistik adalah sebuah bentuk dari jurnalisme (mengumpulkan, menyunting, dan
memperlihatkan bahan berita untuk publikasi atau penyiaran) yang menggunakan gambar-gambar dalam rangka mengabarkan sebuah berita. Foto jurnalistik berbeda dengan foto dokumenter, foto perjalanan, ataupun fotografi jalanan. Karena foto jurnalistik menitikberatkan hubungan antara foto dengan beritanya. Sehingga foto jurnalistik yang baik dapat dikatakan sebagai karya foto yang mampu menyajikan kisah cerita secara eksplisit dan implisit, tanpa harus menjelaskan isi foto yang disajikan.
Menurut Alwi di dalam kutipan artikel yang penulis peroleh dari situs web Indonesia one search, foto jurnalistik dibagi menjadi
beberapa kategori. Menurutnya, Spot photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan, maka foto spot harus segera disiarkan. General news photo adalah foto-foto yang bisa diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa. People in the news photo adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.Bisa kelucuannya, nasib, dan sebagainya. Tokoh-tokoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan.
Masih mengulas tentang kategori foto jurnalistik, daily life photo adalah foto-foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiannya (human interest). Portrait adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan mejeng. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya. Sport photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive. Science and technology photo adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Art and culture photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Lalu, Social environment adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.
Foto Jurnalistik yang Baik
Lalu bagaimana foto jurnalistik yang baik? Sementara Frank Hoy dalam bukunya Photojournalism: The Visual Approach memberikan pemahaman. Kesegaran yaitu suatu foto harus dapat memberikan informasi yang di dalamnya dengan secepat mungkin sehingga orang yang melihatnya bisa langsung mengerti info yang disampaikan. Lalu, memancing emosi merupakan sebuah foto yang baik tidak hanya dapat menarik perhatian saja tetapi juga memancing emosi. Kemudian, menyajikan sudut pandang yaitu sebuah foto tunggal mengisolasi hanya satu sudut (bagian) dari sebuah peristiwa. Maka foto -yang memancing emosi masyarakat- itu kemungkinan hanya sebuah fakta dari satu sisi peristiwa.
Nilai Kepentingan Foto
Foto jurnalisik juga bisa dibagi menurut penting tidaknya foto tersebut dimuat. Foto hard news yaitu jenis foto yang menjadi perhatian utama dan sangat penting dan memiliki nilai aktualitas tinggi. Foto ini biasa dipakai di artikel utama atau di halaman utama. Sementara foto soft news tidak begitu penting tetapi juga masih bisa dimuat. Sedangkan filter news yaitu foto jurnalistik yang berfungsi sebagai selingan atau pengisi halaman. Bila tidak memungkinkan, foto ini bisa juga di muat.
Foto jurnalistik
berbeda dengan
foto dokumenter,
foto perjalanan,
ataupun fotografi
jalanan. Karena
foto jurnalistik
menitikberatkan
hubungan antara
foto dengan
beritanya
“
“
Dokumentasi Foto Jurnalistik di LAPAN
Dokumentasi sudah menjadi kewajiban di setiap acara kelembagaan di lingkungan LAPAN. Sebagian besar satuan kerja di LAPAN sudah memiliki personel dengan jabatan fungsional pranata humas.
Merekalah yang bertanggung jawab dalam peliputan acara kelembagaan. Tetapi ada beberapa satker yang tidak memiliki staf tersebut sehingga personel yang tidak memilki keahlian dalam hal fotografi dipaksa untuk menjadi fotografer. Akibatnya adalah teknik pengambilan foto yang berkesan ‘asal-asalan’ dan hanya sekadar untuk pelengkap di laporan. Imbasnya adalah ketika foto tersebut kurang bahkan tidak layak ketika akan digunakan untuk foto jurnalistik di dalam majalah populer, jurnal tahunan, atau bahkan berita pada situs web, di mana pembacanya adalah dari kalangan masyarakat umum.
Masyarakat sudah terbiasa mengonnsumsi jenis foto jurnalistik yang ada pada media cetak ataupun media digital. Di media cetak dan digital foto jurnalistik digunakan untuk menggaet pembaca. Sama halnya dengan foto jurnalistik di lembaga pemerintah, sudah seharusnya menjadi perhatian dalam mendalami hal ini. Karena saat ini setiap lembaga pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukan diseminasi kegiatannya tidak hanya pada media cetak dan media digital, tetapi juga di media sosial. Sehingga foto jurnalistik yang dapat memberikan informasi dan menarik pembaca menjadi sangat penting untuk meningkatkan engagement dengan pembaca.
Berikut adalah foto kelembagaan yang bersifat hanya foto filter news dan tidak terlalu bisa menjelaskan kegiatan yang dilaksanakan.
Foto ini diambil dalam acara rakornas bandar antariksa. Menurut pandangan penulis, foto itu tentu tidak cocok untuk ditampilkan di muka berita karena kurang spesifik di dalam menjelaskan apa dan di mana foto itu diambil.
Selain itu juga jenis foto bersama juga dirasa kurang cocok untuk menjadi sampul berita. Dalam foto ini juga tidak memancing emosi pembaca dan tidak bisa memberikan sudut pandang yang menarik dari suatu kegiatan. Foto bersama juga kurang tepat untuk
dijadikan cover suatu berita kegiatan. Karena selain tidak menjelaskan kegiatan dalam foto tersebut, sisi emosional dan personal dalam foto tersebut tidak tergali. Sehingga value foto tersebut tidak cukup untuk dijadikan cover sebuah berita.
Tetapi di sisi lain ada juga foto jurnalistik yang menarik. Walaupun di dalam pengambilan foto bukan untuk misi foto jurnalistik LAPAN, melainkan sekadar dokumentasi personal staf LAPAN yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Salah satu staf Pusteksat dalam acara kunjungan Menristek/BRIN ke Pusteksat mengambil foto di atas menggunakan kamera pribadinya dan mengunggah di halaman IG pribadinya pula. Dalam foto ini dapat tersirat ekspresi Kepala LAPAN dan Menteri Kemenristek/ BRIN yang bisa menimbulkan emosi senang dan gembira serta memunculkan perasaan penasaran, bahkan sebelum kita membaca konteks beritanya.
Ada pula contoh foto yang merupakan hasil jepretan kawan di bagian Humas LAPAN masih dalam acara yang sama. Dalam foto ini tidak harus berfokus pada personal dan tokoh di dalamnya, tetapi masih menarik dari segi jurnalistik dan masih bisa menyampaikan pesan dan emosi di dalamnya.
Foto tersebut fokus terhadap roket. Tetapi masih bisa menjadi foto pendamping untuk sebuah berita disajikan. Foto ini lebih menyajikan sudut pandang daripada emosi atau kesegaran foto. Jika kedua foto ini digabungkan maka akan menjadi foto jurnalistik yang menarik yang dapat memancing perhatian pembaca, sehingga memberikan kesan yang estetis.
Harapan untuk Kemajuan Foto Jurnalistik LAPAN
Harapannya adalah dalam pengambilan dokumentasi ataupun foto kegiatan yang nantinya akan digunakan berpegang pada tujuan untuk mendukung berita maupun artikel. Bisa mengambil pertimbangan foto jenis apa yang akan disajikan sebagai pendamping berita. Foto yang disajikan harus bisa menyajikan cerita, emosi, dan estetika.
Realitanya, dalam suatu pendokumentasian kegiatan, waktu dan momen yang tepat sangat susah untuk dicari. Selain akan susah menempatkan diri pada posisi yang tepat, momen yang dikejar juga akan cepat berlalu. Trik yang bisa diterapkan adalah kita harus
mengetahui jadwal acaranya, ke mana saja tokoh tersebut akan berhenti, dan tentunya mengetahui lokasi – lokasi strategis untuk mengambil foto sebelum acara dimulai. Selain itu jam terbang yang tinggi sebagai fotografer juga akan membantu dalam mengambil keputusan saat melakukan dokumentasi. Sehingga nantinya setiap berita yang ditampilkan dalam media sosial maupun berita dalam situs web bisa didukung dengan foto jurnalistik yang menarik dan bisa meningkatkan minat baca dan pengetahuan terhadap LAPAN itu sendiri.