• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan Bab 2. Hasil Kegiatan Lapangan Bab 3. Penutup Laporan LAMPIRAN DOKUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan Bab 2. Hasil Kegiatan Lapangan Bab 3. Penutup Laporan LAMPIRAN DOKUMEN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN

Implementasi Pilot Rehabilitasi Kearifan Lokal Kayu Bulian

(Eusideroxylon zwageri) di Hutan Lindung Meranti Sungai Merah (MsM)

dan Pembuatan Persemaian di Desa Pangkalan Bulian, Kecamatan

Batanghari Leko, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Wan Kamil1/2, Dr. Syafrul Yunardy1/3, Dudy Nugroho4, Yoga Travolindra3, Dodi

Kurniawan3

1. Dinas Kehutanan Sumatera Selatan 2. KPHP Meranti

3. Forum DAS Musi 4. GIZ Bioclime

(2)

Summary

More than 60% of the area of the Forest Management Unit Meranti area is in a critical condition and degraded status due to encroachment, illegal mining, illegal logging and illegal plantations. Especially the area Meranti Sungai Merah (MsM), a Protected Forest (HL) has experienced a huge rate of deforestation and degradation in the past decade. This landscape it is a very important habitat and hotspot of Sumatran biodiversity such as Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) and IRON wood (Eusideroxylon zwageri) which is on the list of endangered species.

The Provincial Forestry Office of South Sumatra in cooperation with GIZ BIOCLIME and the Musi Watershed Forum have conducted a series of rehabilitation activities at FMU Meranti from 25 April to 2 May 2017 in a 3 (three) step series of activities: training and rehabilitation assistance for the community in Pangkalan Bulian Village, Nursery establishment and pilot rehabilitation on 2 Ha critical land. This activity was undertaken as a follow-up of drafting a technical rehabilitation design that has been socialized on 17 April 2017 by the Forest Service and Musi Watershed Forum.

On village level 8 representatives have been trained to set up a nursery with a capacity of 3,000 - 4,000 seeds. Paramount is, generating new job based on Forest Landscape Restauration on village level with a long-term plan on preparation of seeds for rehabilitation and restoration. It is estimated that more than 100,000 seedlings are required to rehabilitate the area Meranti Sungai Merah (MsM) (in order to keep the status of protected forest) within the next two years. The community has also been trained on lokalcrop species that which can be utilized to support non-timber forest products (NTFPs). Similarly, participatory implementation was done by FMU Meranti and Bulian Pangkalan Village Community as well as Forestry Service Prov. South Sumatra, facilitated by GIZ BIOCLIME with a pilot of 2 Ha rehabilitation. More than 500 seeds from various local crops have been replanted such as; Bulian seedlings, meranti seedlings, merawan seedlings as other forest species to be combined with durian seedlings, petai seedlings and jengkol seedlings that can be utilized as NTFPs by the local community. Despite the tenurial conflicts and constraints on the rehabilitation pilot land, due to mediation, the village head and village representatives have been convinced to further rehabilitate the protected forest area.

The community participation was a highly appreciated approach because they voluntarily asked for the remaining seeds from rehabilitation to be planted on their yard and also in boarding schools to create a mini arboretum. This concept is in line with the mission submitted by the village head on re-greening the village of Pangkala Bulian with timber plants that have a local historical value such as BULIAN ironwood and Meranti. As a side impact it provides environmental education to the community in a collaborative process with focus on rehabilitation of plant cultivation as well as fostering an understanding in safeguarding forests sustainably and manage NTFPs in order to support the family oriented economy.

(3)

Ringkasan

Lebih dari 60% areal Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Meranti berada pada status kritis sampai sangat kritis karena banyak aktivitas masyarakat mendorong perubahan penggunaan hutan khususnya di Hutan Lindung (HL) Meranti Sungai Merah (MsM) selama satu dekade terakhir. Lansekap ini sangat strategis karena merupakan habitat penting dari biodiversitas lokal sumatera seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan kayu bulian (Eusideroxylon zwageri) yang masuk dalam daftar spesies yang hampir punah. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan bekerjasama dengan GIZ Bioclime dan Forum DAS Musi telah melaksanakan rangkai kegiatan rehabilitasi di KPHP Meranti dari tanggal 25 April sampai 2 Mei 2017. Ada 3 (tiga) rangkaian kegiatan yaitu: pelatihan dan pendampingan rehabilitasi untuk masyarakat di Desa Pangkalan Bulian, pembuatan lahan persemaian dan pilot rehabilitasi 2 Ha di lahan kritis. Kegiatan ini dilakukan sebagai tindaklanjut dari pembuatan konsep dan desain teknis rehabilitasi yang sudah disosialisasikan pada tanggal 17 April 2017 oleh Dinas Kehutanan dan Forum DAS Musi.

Sebanyak 8 (delapan) orang telah dilatih untuk pembuatan lahan persemaian yang memiliki kapasitas sebanyak 3.000 – 4.000 bibit. Tujuan lain dari pembuatan persemaian ini untuk menciptakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat dengan jangka panjang menyiapkan bibit rehabilitasi atau restorasi. Diperkirakan lebih dari 100.000 bibit diperlukan untuk merehabilitasi Hutan Lindung MsM dalam waktu dua tahun kedepan. Masyarakat juga telah diajari dengan kebutuhan jenis tanaman lokal yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung hasil hutan bukan kayu (HHBK).

Begitupula, implementasi secara partisipatif dilakukan oleh KPH Meranti, Masyarakat Desa Pangkalan Bulian dan Dinas Kehutanan Prov. Sumatera Selatan difasilitasi oleh GIZ Bioclime dalam membuat pilot rehabilitasi 2 Ha. Lebih dari 500 bibit dari berbagai jenis tanaman lokal telah ditanam kembali seperti; bibit bulian, bibit meranti, bibit merawan sebagai jenis kayu hutan dikombinasikan dengan bibit durian, bibit petai dan bibit jengkol yang bisa dimanfaatkan buahnya oleh masyarakat. Walaupun ada kendala konflik tenurial pada lahan pilot rehabilitasi, namun melalui mediasi dengan kepala desa dan perangkat desa telah diputuskan untuk lanjut rehabilitasi di kawasan hutan lindung ini.

Peran serta masyarakat sangat diapresiasi karena mereka juga secara sukarela (voluntary) meminta bibit tersisa dari rehabilitasi untuk ditanam di lahan pekarangan mereka dan juga di pondok pesantren untuk membuat “mini arboretum”. Konsep ini sejalan dengan misi yang disampaikan oleh kepala desa menghijaukan kembali Desa Pangkala Bulian dengan tanaman kayu-kayuan yang memiliki nilai sejarah lokal misalnya kayu bulian dan kayu meranti. Secara tidak langsung juga memberikan pembelajaran kepada masyarakat terhadap proses kolaborasi dalam perawatan tanaman rehabilitasi serta menumbuh-kembangkan pemahaman dalam menjaga hutan yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi keluarga.

(4)

Singkatan

APL Areal Penggunaan Lain Bimtek Bimbingan Teknis

BIOCLIME Biodiversity and Climate Change

BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPDAS Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

BPLHK Balai Penelitian Lingkungan Hidup dan Kehutanan BPPHP Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi DAS Daerah Aliran Sungai

DisHut Dinas Kehutanan

Forum DAS Forum Koordinasi Pengelolaan DAS

GIZ Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit HHBK Hasil Hutan Bukan Kayu

HL Hutan Lindung Kades Kepala Desa Kadus Kepala Dusun

KPH Kesatuan Pengelolaan Hutan

KPHP Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi JDSK Jaringan Data Spasial Kehutanan MsM Meranti Sungai Merah

Permenhut Peraturan Menteri Kehutanan Rantek Rancangan Teknis

RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah SDA Sumber Daya Alam

SDM Sumber Daya Manusia SumSel Sumatera Selatan

(5)

Daftar Isi Summary ... 2 Ringkasan ... 3 Singkatan ... 4 Daftar Isi ... 5 Daftar Tabel... 6 Daftar Gambar ... 6 Daftar Lampiran ... 6 Bab 1. Pendahuluan ... 7 1.1 Latar Belakang ... 7 1.2 Tujuan ... 8 1.3 Keluaran ... 8

Bab 2. Hasil Kegiatan Lapangan ... 9

2.1 Pelatihan Kader Rehabilitasi melalui Kelompok Bulian Alam Mulia (BAM) ... 9

2.2 Pembuatan Persemaian di Pangkalan Bulian ... 10

2.3 Pemberdayaan Lahan Masyarakat ... 12

2.4 Rehabilitasi Lahan 2 Ha ... 13

2.5 Koordinasi Isu Tenurial Hutan Lindung Meranti Sungai Merah ... 14

Bab 3. Penutup Laporan ... 16

3.1 Kesimpulan ... 16

3.2 Saran dan Rekomendasi ... 16

(6)

Daftar Tabel

Tabel 1. Daftar Peserta Pelatihan Rehabilitasi... 9

Tabel 2. Komposisi dan Jumlah Jenis Tanaman Rehabilitasi ... 14

Daftar Gambar Gambar 1. Pelatihan dan Peningkatan Pengetahuan Sumber Daya Manusia tentang Rehabilitasi Lahan ... 10

Gambar 2. Persemaian di Desa Pangkalan Bulian dibangun secara partisipatif ... 11

Gambar 3. Pengisian polybag persemaian oleh ibu-ibu anggota BAM ... 12

Gambar 4. Penanaman pohon bulian di sekitar kantor Desa oleh Perangkat Desa Pangkalan Bulian ... 12

Gambar 5. Penanaman 2 Ha Lahan Kritis di HL Meranti Sungai Merah ... 13

Gambar 6. Koordinasi Isu Konflik Tenurial dengan Kepala Desa Pangkalan Bulian ... 14

Daftar Lampiran Lampiran 1. Surat Perintah Tugas (SPT) Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan ... 17

Lampiran 2. Prioritas Rehabilitasi di HL Meranti Sungai Merah KPHP Meranti ... 18

Lampiran 3. Peta Rancangan Teknis Rehabilitasi ... 19

Lampiran 4. Peta Lokasi Persemaian di Desa Pangkalan Bulian ... 20

(7)

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setelah melalui rangkaian kegiatan yang dipersiapkan sejak awal tahun 2017, Dinas Kehutanan difasilitasi oleh GIZ Bioclime telah melakukan pembuatan dokumen evaluasi kondisi kekritisan lahan di KPHP Meranti dengan fokus area di KPHP Meranti khususnya pada Hutan Lindung (HL) Meranti Sungai Merah. Data menyebutkan lebih dari 20% lahan berada pada status kritis dan perlu menjadi prioritas rehabilitasi guna mengkembalikan fungsi hutan lindung ini. Sedangkan sebanyak 57% perlu upaya teknis dengan pengkayaan jenis dilapangan supaya tidak menjadi lahan perkebunan.

Melalui misi dan mengadopsi inisiatif dari Desa Pangkalan Bulian yang ingin mengkembalikan kearifan lokal dari kayu bulian1 (Eusideroxylon zwageri). Dikombinasikan

dengan beberapa jenis tanaman hasil hutan bukan kayu2 (HHBK) yang dapat dimanfaatkan

untuk peningkatan pendapatan masyarakat sesuai dengan peraturan menteri Nomor P.35 tahun 2007. Pada lokasi demo plot dengan luasan 2 Ha telah direncanakan untuk ditanami sekitar 1000 jenis. Pengelolaan dan rehabilitasi lahan terbagi dalam 2 wilayah rehabilitasi; zona 1 sebagai lahan terbuka dan zona 2 untuk pengkayaan jenis dengan kayu bulian. Desain dan rancangan teknis rehabilitasi ini telah dikonsultasikan publik kepada para mitra kunci di Sumatera Selatan pada bulan April 2017. Begitupula dokumen tersebut dapat diunduh pada link website GIZ Bioclime: http://www.bioclime.org/index.php/en/media-center/publications.

Implementasi kegiatan rehabilitasi di KPHP Meranti dilaksanakan pada tanggal 25 April sampai 2 Mei 2017 mengambil lokasi di HL Meranti Sungai Merah dan Desa Pangkalan Bulian. Secara teknis, kegiatan ini melibatkan kelompok masyarakat Bulian Alam Mulia (BAM) dengan pelatihan pemahaman rehabilitasi dan pembuatan persemaian guna mendukung pengelolaan rehabilitasi secara berkelanjutan.

1https://id.wikipedia.org/wiki/Ulin

(8)

1.2 Tujuan

Tujuan umum adalah untuk merehabilitasi lahan kritis di KPHP Meranti. Sedangkan dua tujuan khusus kegiatan ini, antara lain:

1. Melakukan rehabilitasi lahan terdegradasi seluas 2 Ha di Hutan Lindung (HL) Meranti Sungai Merah dengan mengkembalikan kearifan lokalkayu bulian

2. Membuat persemaian di Desa Pangkalan Bulian guna mendukung pengelolaan rehabilitasi dan memberikan alternative pendapatan masyarakat

1.3 Keluaran

Ada 3 (tiga) keluaran utama dari kegiatan ini, yaitu: 1. Persemaian di Desa Pangkalan Bulian (Dusun-1)

2. Rehabilitasi lahan kritis di Hutan Lindung (HL) Meranti Sungai Merah seluas 2 Ha 3. Laporan kegiatan

(9)

Bab 2. Hasil Kegiatan Lapangan

2.1 Pelatihan Kader Rehabilitasi melalui Kelompok Bulian Alam Mulia (BAM)

Kegiatan pelatihan ini dilakukan secara parallel dengan kegiatan rehabilitasi dari tanggal 26 – 30 April 2017 di Desa Pangkalan Bulian dan dibuka secara resmi oleh Koordinator KPH wilayah 1 Meranti. Pelatihan bertujuan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) dengan cara learning by doing guna membantu rehabilitasi lahan terdegradasi dan memberikan pelatihan pendapatan alternative melalui penyediaan benih/bibit rehabilitasi hutan. Sebanyak 8 (delapan) peserta dari Desa Pangkalan Bulian dan 2 (dua) staf KPH ikut dalam kegiatan ini. Tabel berikut ini adalah daftar peserta pelatihan:

Tabel 1. Daftar Peserta Pelatihan Rehabilitasi

No Nama Instansi Keterangan

1 Wan Kamil Dinas Kehutanan/KPH Kepala KPH

2 Dr. Syafrul Yunardi Dinas Kehutanan/Forum DAS Pelatih

3 Dodi Kurniawan KPH Meranti Peserta

4 Yoga Travolindra KPH Meranti Peserta

5 Dudy Nugroho GIZ Bioclime Peserta

6 Junaini Kadus Pangkalan Bulian Kadus

7 Ahmad Yani Kadus Pangkalan Bulian Kadus

8 Sobri Warga Dusun-1 Warga

9 M. Idris Warga Dusun-3 Warga

10 Mustika Warga Dusun-1 Warga

11 I'ir Warga Dusun-3 Warga

12 Abesa Warga Dusun-1 Warga

13 Asia Warga Dusun-3 Warga

Ketiga materi ini disampaikan oleh Dr. Syafrul Yunardi dari Forum DAS Musi3 dan juga

selaku perwakilan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Ada 3 (tiga) materi yang disampaikan dalam pelatihan ini, yaitu:

1. Materi dasar mengenai pemahaman kondisi kekritisan lahan 2. Materi Rancangan Teknis rehabilitasi lahan

3. Materi pembuatan lahan persemaian

Selain materi disampaikan secara konsep teori, para peserta pelatihan juga melaksanakan pelatihan secara praktek langsung lapangan. Runutan materi ini disampaikan terkait dengan alur kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Dokumentasi gambar 1 adalah pelatihan dalam kelas dan diskusi terkait upaya rehabilitasi lahan khususnya di HL Meranti Sungai Merah dengan partisipasi masyarakat Desa Pangkalan Bulian.

(10)

Gambar 1. Pelatihan dan Peningkatan Pengetahuan Sumber Daya Manusia tentang Rehabilitasi Lahan

2.2 Pembuatan Persemaian di Pangkalan Bulian

Rangkaian pelatihan yang sudah dijelaskan secara teori dilanjutkan dengan kegiatan praktek lapangan dengan membangun persemaian di Desa Pangkalan Bulian. Proses pembuatan persemaian ini telah didesain untuk kapasitas sekitar 3.000 – 5.000 bibit. Ini sebagai implementasi dari dokumen desain rancangan teknis pembibitan yang melibatkan masyarakat. Pembuatan lahan persemaian ini berada di tanah desa yang dihibahkan untuk balai desa. Proses pembuatan persemaian ini dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 26 – 29 April 2017.

Gambar 2 memperlihatkan proses pembuatan persemaian oleh masyarakat khususnya anggota kelompok tani Bulian Alam Mulia (BAM). Masyarakat juga berkontribusi

(11)

dalam pembuatan persemaian ini secara partisipatif dan akan dihubungkan dengan bengkel rotan yang sudah dibuat terkait penyediaan bahan alam.

Gambar 2. Persemaian di Desa Pangkalan Bulian dibangun secara partisipatif

Keterlibatan pembuatan persemaian juga dibantu oleh ibu-ibu yang berkontribusi dalam persiapan media tanaman persemaian mulai dari penyiapan media tanam dengan tanah yang berhumus, penyiapan material persemaian dan pengisian polybag. Transfer pengetahuan dilakukan oleh pelatih untuk memberikan masukkan pengisian media tanam supaya sesuai standar penyemaian benih atau bibit yang akan diambil dari lapangan.

(12)

Gambar 3. Pengisian polybag persemaian oleh ibu-ibu anggota BAM 2.3 Pemberdayaan Lahan Masyarakat

Hal menarik yang dilakukan oleh masyarakat di Pangkalan Bulian sebagai value added dari rehabilitasi adalah inisiatif mereka untuk mengkembalikan kearifan lokal(LokalWisdom) untuk jenis kayu bulian dikombinasikan dengan tanaman buah-buahan seperti durian, petai dan jengkol. Mereka merehabilitasi lahan pekarangan mereka dengan jenis ini sebagai dukungan terhadap program Desa Hijau yang sesuai dengan nama asal yaitu Bulian.

Melalui koordinasi dengan dua kepala dusun (kadus), telah dibagikan lebih dari 500 bibit yang dikelola masyarakat untuk ditanam di lahan pekarangan mereka sebagai upaya penyadartahuan kepada masyarakat tentang arti penting pohon khususnya pohon buah-buahan yang dapat membantu perekonomian secara tidak langsung. Pada lampiran 5 adalah daftar bibit yang telah dibagikan kepada masyarakat. Selain itu, sebagai symbol desa untuk kayu bulian. Telah ditanam sebanyak 4 bibit kayu bulian di kantor balai Desa Pangkalan Bulian dan sekitar 10 bibit kayu bulian sebagai mini arboretum di pondok pesantren Desa Pangkalan Bulian.

Gambar 4. Penanaman pohon bulian di sekitar kantor Desa oleh Perangkat Desa Pangkalan Bulian

(13)

2.4 Rehabilitasi Lahan 2 Ha

Komposisi dari jenis tanaman rehabilitasi ini telah disesuaikan dengan kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan diskusi dengan masyarakat di Desa Pangkalan Bulian yang berada di sekitar HL Meranti Sungai Merah. Tabel berikut ini menjelaskan komposisi dan jumlah jenis yang ditanam pada lahan 2 Ha. Lebih dari 400 bibit telah ditanam dilokasi utama target rehabilitasi dengan detail dijelaskan pada tabel 2. Sedangkan proses pelaksanaan penanaman telah dimulai dari tanggal 26 April sampai tanggal 1 Mei 2017.

(14)

Tabel 2. Komposisi dan Jumlah Jenis Tanaman Rehabilitasi

No Jenis Jumlah Zona

1 Meranti 100 Inti Rehabilitasi 2 Merawan 100 Inti Rehabilitasi 3 Jengkol 75 Inti Rehabilitasi 4 Petai 75 Inti Rehabilitasi 5 Durian 75 Inti Rehabilitasi

6 Durian 75 Buffer-1

7 Ulin (Bulian) 100 Buffer-1

Jumlah 600

2.5 Koordinasi Isu Tenurial Hutan Lindung Meranti Sungai Merah

Implementasi rehabilitasi yang sudah dikoordinasikan dari bulan Maret 2017 tidak juga berjalan lurus, ada kendala pada saat akan melakukan penanaman di areal rehabilitasi HL Meranti Sungai Merah. Satu warga menyatakan klaim pemilikan tanah, walaupun pada tahap survey lokasi di bulan Maret 2017 sudah dikoordinasikan dengan kepala dusun (kadus) setempat. Menarik dari klaim tenurial ini adalah status lahan yang merupakan Hutan Lindung dikelola oleh KPH Meranti. Atas arahan dari KKPH, dilakukan komunikasi dengan Kepala Desa (Kades) untuk proses mediasi. Karena memiliki misi yang sama terhadap Desa Hijau dan ingin mengkembalikan kearifan lokal tanaman bulian di HL Meranti Sungai Merah, kades memutuskan melanjutkan proses rehabilitasi lahan.

(15)

Ada proses pembelajaran dari permasalah ini, yaitu

1. Dukungan dari kepala desa terkait program rehabilitasi hutan yang akan bermanfaat untuk masyarakat

2. Opsi dan media konflik tenurial yang diutamakan oleh kades dan KPH guna mendapatkan solusi yang lebih baik sebelum proses penegakan hukum

3. Memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam proses rehabilitasi dan memberikan peran dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat

4. Perlu upaya pendataan segera oleh KPH dan masyarakat Desa Pangkalan Bulian terkait kondisi tenurial di HL Meranti Sungai Merah

Dukungan kepala desa dan masyarakat ini menjadi modal penting dalam keberlanjutan program rehabilitasi hutan di KPH Meranti. Begitu pula fasilitasi dan akomodasi keterlibatan masyarakat secara partisipatif telah menjadi kolaborasi nyata dalam upaya pelestarian lansekap berkelanjutan.

(16)

Bab 3. Penutup Laporan

3.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini antara lain:

1. Telah dilaksanakan pilot rehabilitasi seluas 2 Ha di Hutan Lindung Meranti Sungai Merah dengan mengakomodasi inisiatif masyarakat untuk mengkembalikan kearifan lokal kayu bulian sekaligus sebagai restorasi alam di hutan dataran rendah Sumatera Selatan.

2. Kombinasi rehabilitasi secara partisipatif ini menggabungkan antara jenis kayu bulian, meranti dan merawan dengan jenis tanaman buah-buahan sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK)

3. Telah dibangun lahan persemaian dengan kapasitas sekitar 3.000 bibit di Desa Pangkalan Bulian dan dapat dikelola oleh masyarakat melalui kelompok Bulian Alam Mulia

4. Selama proses implementasi rehabilitasi, ada nilai tambah dengan mengintroduksi penanaman tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan di halaman masyarakat Desa Pangkalan Bulian.

5. Solusi mediasi konflik tenurial antara kepala desa dan KPH terhadap klaim masyarakat menjadi pembelajaran penting untuk resolusi konflik program rehabilitasi di Hutan Lindung Meranti Sungai Merah

3.2 Saran dan Rekomendasi

Masukkan dan saran untuk tahap selanjutnya di KPH Meranti terkait program rehabilitasi, yaitu:

1. Perlu dibangun system monitoring yang sinergi dan dapat digunakan oleh para pihak yang mendukung program rehabilitasi

2. Keterpaduan antara program rehabilitasi dengan Desa Peduli Api yang sedang dibangun oleh KPH

3. Dukungan dari mitra-mitra penting seperti Kelola Sendang, Conoco Phillips, SinarMas Forestry guna mengimplementasikan Lansekap Hijau Berkeanjutan.

(17)

LAMPIRAN DOKUMEN

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

Referensi

Dokumen terkait

Kealamian dari sinyal PD yang sebenarnya adalah tak stasioner, dimana sinyal seperti ini tidak dapat dianalisis dengan transformasi konvensional, disinilah transformasi

Hal tersebut didukung oleh teori tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, bahwa siswa sekolah dasar termasuk dalam tahap operasional kongkret (7-11 tahun)

Se!uah tra?o step do0n harus didesain sesuai dengan ke!utuhan !e!an, ketika arus yang di!utuhkan oleh !e!an le!ih !esar dari arus keluaran yang dikeluarkan oleh tra?o step do0n,

atas rah- mat dan karuniaNya, sehingga penulis berhasil menyusun skri] si ini, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Institut Pertanian

PERKEMBANGAN PERSENTASE GURU LAYAK TERHADAP KEPALA SEKOLAH DAN GURU SELURUHNYA TIAP PROVINSI TREND OF PERCENTAGE OF QUALIFIED TEACHERS TO HEADMASTERS AND TEACHERS BY PROVINCE.

Para ahli menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat membangun pengetahuan siswa, menemukan ide-ide dari suatu bacaan, meningkatkan kemauan siswa untuk

terhadap distribusi porositas meskipun masih terdapat celah poros yang cukup lebar pada permukaan sampel, Gambar 3(b) pada penambahan ion Cu 2+ , permukaan barium

8) Jika teradu/terlapor diduga melakukan lebih dari satu pelanggaran maka hasil pemeriksaan dapat dituangkan dalam satu berita acara pemeriksaan yang sama 9) Salinan