• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao Menjadi Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Petani di Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao Menjadi Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Petani di Kabupaten Asahan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

39

Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao Menjadi

Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Petani di Kabupaten

Asahan

Sarmin, Yusniar Lubis & Syaifuddin

Universitas Medan Area, Indonesia

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh biaya, tenaga kerja, produksi dan harga terhadap pendapatan petani dengan konversi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Asahan. Metode penelitian ini metode nonprobability sampling adalah purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur, pusat penelitian, jurnal ilmiah, lembaga statistik, hasil penelitian atau studi sebelumnya dan sumber lain. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi, tenaga kerja, total produksi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani baik pada kelapa sawit dan tanaman kakao. Koefisien determinasi pada tanaman kelapa sawit sebesar 0,733 dan tanaman kakao adalah 0,596. Ini menunjukkan bahwa variabel lebih efisien pada kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman kakao. Secara parsial, tanaman kelapa sawit hanya variabel tenaga kerja yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani, sedangkan tanaman kakao biaya produksi dan variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Berdasarkan analisis, faktor penentu yang menyebabkan konversi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit adalah biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga yang lebih efisien pada tanaman kelapa sawit.

Kata kunci: Biaya Produksi; Konversi Lahan; Pendapatan; Produksi; Tenaga Kerja. PENDAHULUAN

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah bahwa sektor pertanian masih menyumbang sekitar 14,44 % dari Produk Domestik Bruto (PDB) serta sektor pertanian masih mampu menyediakan sekitar 52,28 % dari angkatan kerja yang ada, dan bahkan di provinsi tertentu kontribusinya melebihi angka tersebut (Anonimus, 2013).

Salah satu sub-sektor pertanian yang memberikan sumbangan cukup besar bagi perekonomian nasional dan menjadi makin penting adalah sub-sektor perkebunan. Keunggulan komparatif dari sub-sektor perkebunan

dibandingkan dengan sektor non-migas lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan berada di kawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan melimpah sehingga bisa secara kompetitif dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan suatu hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk-produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia (Franskennedy, 2013).

Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis kelapa sawit merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustri hulu), pertanian, industri

(2)

40

hilir, dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi (Pahan, 2008).

Komoditi kelapa sawit salah satu sub sektor pertanian yang turut menyumbang pertumbuhan ekonomi Nasional, baik sisi pendapatan maupun kontribusi pendapatan devisa dari sektor non migas melalui kegiatan ekspor. Devisa ekspor komoditi kelapa sawit umumnya berasal dari produk primer berupa crude palm oil (CPO) , inti sawit dan bungkil sawit, sedangkan sisanya berasal dari produk hilir seperti bahan baku industri farmasi, palm, biodiesel dan sebagainya (Pahan, 2008).

Dalam 10 tahun terakhir, industri kelapa sawit mengalami booming dan mampu menyerap tenaga kerja serta menghasilkan devisa Negara dan pajak. Akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mencapai rata-rata 315.000 Ha/tahun menyebabkan banyak lahan pertanian banyak yang beralih fungsi ke lahan perkebunan kelapa sawit karena keuntungan yang didapat lebih besar dan nilai ekonomi yang tinggi (Pahan, 2008).

Dari data sensus pertanian periode 2003 – 2013 pemerintah telah mencatat bahwa telah terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan lain terutama menjadi lahan perkebunan kelapa sawit sebesar 100.000 ha tiap tahun (BPS, 2013). Penanganan alih fungsi lahan telah dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelajutan, serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81 Tahun 2013 tentang pedoman teknis tata cara alih fungsi lahan pertanian pangan yang berkelanjutan, namum pelaksanaannya cenderung lambat bahkan alih fungsi lahan pertanian sampai saat ini terus berlanjut.

Menurut Isa (2006), faktor-faktor yang mendorong konversi lahan pertanian adalah : a) pertumbuhan penduduk, b) kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian, c) nilai land rent yang lebih tinggi pada aktivitas pertanian non pangan, d) sosial budaya, e) degradasi lingkungan, f) otonomi daerah yang mengutamakan pembangunan pada sektor yang lebih menguntungkan untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah, dan g) lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum dari peraturan yang ada.

Land rent adalah pendapatan

bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi tiap tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada lahan tersebut. Nilai land rent pada masing-masing komoditas berbeda satu sama lain (Rustiadi, dkk. 2006).

Sumatera Utara sebagai salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 menghasilkan CPO sebanyak 4.182.052 ton. Jumlah ini mencapai 16,08 % dari total produksi CPO Nasional yaitu 26.015.518 ton. Luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan luas ini terjadi karena konversi (alih fungsi)

(3)

41

lahan pertanian ke kebun kelapa sawit (DirjenPerkebunan, 2013).

Luas lahan pertanian di Sumatera Utara terus menurun khususnya pada lahan pertanian yang beralih fungsi (konversi) ke tanaman perkebunan terutaman tanaman kelapa sawit. Penyusutan lahan pertanian ini mencapai 20.168 hektar, dilihat dari tahun 2012 mencapai 484.995 hektar turun menjadi 464.827 hektar lebih rendah. Alih fungsi lahan ke perkebunan kelapa sawit, seperti yang terjadi di Labuhanbatu Utara, Asahan, Palas, Padang Lawas Utara dan Nias (Anonimous, 2014).

Komoditas kelapa sawit di Kabupaten Asahan merupakan komoditas andalan yang memberikan pendapatan masyarakat petani yang lebih baik dan terjamin dibandingkan dengan komoditas pertanian lain seperti karet, padi dan juga tanaman kakao (BPS, 2013).

Perkembangan luas lahan perkebunan dan produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Asahan pada kurun waktu lima tahun terahir ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disebabkan para petani di Kabupaten Asahan melakukan konversi lahan pertaniannya menjadi tanaman kelapa sawit. Perkembangan luas lahan dan produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Asahan sebagai mana ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten Asahan Tahun 2008 – 2012

No Tahu Luas lahan Produksi

n Ha +/- (%) Ton +/- (%) 1 2008 61.087,70 83.887,64 2 2009 69.161,48 13,22 213.049,00 153,97 3 2010 70.455,47 1,87 939.305,91 340,89 4 2011 72.046,39 2,26 1.015.157, 86 8,08 5 2012 72.046,39 0 1.015.157, 86 0

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2013

Dari Tabel 1. di atas menunjukkan adanya peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Asahan setiap tahunnya, yaitu 61.087,70 Ha pada tahun 2008 menjadi 72.046,39 Ha pada tahun 2012 dengan rata-rata peningkatan luas lahan 4,34 % per tahun. Hal ini diikuti peningkatan hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2008 sebanyak 83.887,64 ton meningkat menjadi 1.015.157,86 ton pada tahun 2012 dengan rata-rata peningkatan produksi 125,74 % per tahun (BPS Asahan, 2013).

Namun pada tanaman Kakao terjadi sebaliknya dalam kurun waktu lima tahun terahir terjadi penurunan luas lahan dan produksi Kakao rakyat di Kabupaten Asahan hal ini disebabkan para petani Kakao telah mengkonversikan lahannya menjadi tanaman kelapa sawit. Perkembangan luas lahan dan produksi tanaman Kakao rakyat di Kabupaten Asahan seperti pada Tabel berikut.

(4)

42 Tabel 2. Perkembangan Luas Lahan

dan Produksi Kakao di Kabupaten Asahan Tahun 2008 – 2012.

N o

Tahu n

Luas lahan Produksi Ha +/- (%) Ton +/- (%) 1 2008 9.333,1 8 7.457,2 1 2 2009 7.221,6 5 - 22,6 3 5.770,1 0 - 22,6 3 3 2010 7.288,1 6 0,92 5.823,2 4 0,92 4 2011 3.040,9 1 - 58,2 8 2.429,6 9 - 58,2 8 5 2012 2.920,2 4 - 3,97 1.534,2 7 - 38,8 5

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2013

Dari Tabel 2. di atas menunjukkan adanya pengurangan luas lahan perkebunan Kakao rakyat di Kabupaten Asahan setiap tahunnya, yaitu 9.333,18 Ha pada tahun 2008 menjadi 2.920,24 Ha pada tahun 2012 dengan rata-rata pengurangan luas lahan 20,99 % per tahun. Hal ini diikuti penurunan hasil produksi Kakao pada tahun 2008, dari 7.457,21 ton turun menjadi 1.534,27 ton pada tahun 2012, penurunan tersebut sebesar 5.922,97 ton dalam kurun waktu 5 tahun dengan rata-rata penurunan

produksi 1.187,59 ton (29,71 %) per tahun (BPS Asahan, 2013).

Menurunnya produksi Kakao ini disebabkan adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Dari berbagai hasil pengamatan, serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dapat menurunkan produksi hingga 60 % - 80 % dan menurunkan kualitas biji Kakao yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pendapatan petani (World Bank, 2005). Serangan PBK mengakibatkan kualitas biji Kakao yang dihasilkan rendah hal ini berpengaruh pada harga jual yang diterima petani juga rendah. Harga Kakao juga dipengaruhi haga pasar di dunia yang berpengaruh pada penawaran dan permintaan di pasar dalam negeri dan ekspor keadaan akan mempengaruhi perilaku petani dalam berusahatani. Apabila ekspor menurun ini akan berakibat menurunnya harga Kakao yang diterima petani.

Sempurnajaya (2012), mengatakan beberapa penyebab konversi lahan Kakao ke kelapa sawit adalah penurunan kualitas dan kwantitas produksi Kakao dikarenakan penuaan pohon, serangan hama dan penyakit yang telah mengurangi pendapatan para petani kakao. Keinginan petani untuk meningkatkan pendapatannya ini menyebabkan sebagian petani mengalih-fungsikan lahan kakaonya menjadi kelapa sawit yang dianggap lebih menguntungkan.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk manganalisis alih fungsi lahan tanaman kakao menjadi tanaman

(5)

43

kelapa sawit terhadap pendapatan petani di Kabupaten Asahan.

Kajian Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Suhendry dkk(2002), mengatakan bahwa akhir-akhir ini persaingan penggunaan lahan basah semakin kuat, sejumlah lahan karet telah dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit. Evaluasi baru-baru ini delapan perusahaan perkebunan menunjukkan 14.031 ha lahan karet telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, kemungkinan jumlah konversi yang sebenarnya jauh lebih besar diyakini tidak semua perusahaan mengkonfirmasi data tersebut. Konversi ini akan terus berlanjut baik di Sumatera dan Kalimantan karena beberapa perusahaan perkebunan merencanakan mengkonversi lahan karet dalam jumlah ribuan hektar.

Hasil studi Asni (2005), bahwa alih fungsi lahan pertanian padi sawah ke tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu memberikan pengaruh yang positif terhadap pendapatan masyarakat. Penerimaan (revenue) yang diperoleh petani padi sawah adalah Rp 1.387.577,-/ha lebih rendah dari pada petani kelapa sawit sebesar Rp. 5.735.202.47,-/ha.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisi pengaruh biaya terhadap pendapatan petani.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan petani. 3. Untuk mengetahui dan

menganalisi pengaruh produksi terhadap pendapatan petani. 4. Untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh harga terhadap pendapatan petani. 5. Untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh biaya, tenaga kerja, produksi dan harga terhadap pendapatan petani.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Air Joman dan Kecamatan Silau Laut.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, mulai bulan februari tahun 2014 sampai dengan bulan Juni tahun 2014.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini meliputi para petani yang sudah melakukan alih fungsi lahan tanaman kakao menjadi tanaman kelapa sawit yang terdapat di Kecamatan Air Joman (tiga desa) dan Kecamatan Silau Laut (tiga desa).

Sampel penelitian ditetapkan secara matematis menurut rumus Solvin adalah 86,15 responden digenapkan menjadi 87 orang sampel responden.

(6)

44

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. DataPrimer

Data primer diperoleh melalui kuisioner dan wawancara langsung dengan para responden yaitu para petani yang mengkonversikan lahannya sebagai

objek penelitian. b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, pusat penelitian, jurnal ilmiah, badan statistik, hasil riset atau penelitian terdahulu dan sumber data lainnya.

Teknik Analisa Data

Hipotesis diatas diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Pendapatan petani sebagai variabel terikat, sedangkan biaya, jumlah tenaga kerja, produksi dan hargasebagai variabel bebas. Model regresi yang digunakan adalah:

Ŷ = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e

Dimana:

Ŷ = Pendapatan petani a = parameter intercept

b1,…,b4 = parameter koefisien regresi

X1 = biaya produksi

X2 = tenaga kerja

X3 = total produksi

X4 = harga

e = error

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap Pendapatan petani, digunakan uji F dengan criteria uji sebagai berikut:

Jika Fhitung ≤ Ftabel : maka terima H1 atau

tolak H0

Jika Fhitung ≥ Ftabel : maka terima H0 atau

tolak H1

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap Pendapatan petani, digunakan uji t dengan criteria uji sebagai berikut:

Jika thitung ≤ ttabel : maka terima H1 atau

tolak H0

Jika thitung ≥ ttabel : maka terima H0 atau

tolak H1(Hasan, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Analisis Deskriptif Tabel 3. Analisis Deskriptif

Variabel Mean Kelapa Sawit Std. Kakao Deviasi Mean Deviasi Std. Y 3,7165 .31734 3,6705 .30802 X1 3,8046 .48238 3,6341 .50376 X2 3,7356 .50462 3,7192 .52937 X3 3,9507 .49670 3,7783 .42899 X4 3,6916 .42265 3,6648 .51244

Sumber : Data Primer, 2014 (diolah)

- Uji Normalitas

Suatu regresi yang baik adalah apabila data tersebut berdistribusi dengan normal. Hal tersebut dapat dilihat dengan beberapa grafik uji yaitu :

(7)

45 Gambar 1. Gambar Histogram Variabel

Penelitian (atas: K. Sawit, bawah: Kakao)

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa histogram menunjukkan pola distribusi mendekati normal.

Gambar 2. Uji Normalitas Variabel Penelitian (atas: K. Sawit; bawah: Kakao)

Berdasarkan gambar 2. di tas dapat dilihat bahwa grafik normal pola menunjukkan penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, yang mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Uji Multikolinearitas

Pengujian Multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai tabel VIF (Variance Inflation Factor), sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas

(8)

46

Toleran

ce VIF Tolerance VIF X1 .347 2.878 .311 3.212 X2 .236 4.238 .304 3.286 X3 .444 2.254 .408 2.450 X4 .217 4.602 .585 1.709

Sumber : Data Primer, 2014 (diolah)

- Pengujian Model Uji

(Pengujian Kefisien

Determinasi)

Hasil analisis data secara regresi dengan program SPSS diperoleh nilai statistik sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Regresi Uji R2 (Koefesien

Determinasi)

Tanaman R Square R Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate K. Sawit 56.8 a .733 .720 .16800 Kakao 72.7 a .596 .576 .20056 a. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa nilai R2 (Koefisien Determinasi)

sebesar 0,733 untuk tanaman kelapa sawit, artinya bahwa variabel bebas yaitu : biaya produksi (X1), tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan harga (X4) dapat menjelaskan variabel terikat pendapatan petani kelapa sawit (Y) sebesar 73,3 % di daerah penelitian. Selebihnya 26,7 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi penelitian ini. Selanjutnya diperoleh nilai R2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0,596

untuk tanaman kakao, artinya bahwa variabel bebas yaitu : biaya produksi (X1), tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan harga (X4) dapat menjelaskan variabel terikat pendapatan petani kakao (Y) sebesar 59,6 % di daerah penelitian. Selebihnya 40,4 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi penelitian ini.

- Uji F (Uji Simultan)

Tamanan Kelapa Sawit

Terima hipotesis jika F hitung lebih besar dari F tabel dengan dk = n-k-1 Derajat kebebasan 95%. Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS maka dapat diperoleh Nilai F statistik sebagai berikut.

Tabel 6. Uji F Tanaman Kelapa Sawit

Model

Sum of Square

s df Square Mean F Sig.

1 Regre ssion 6.346 4 1.587 56.218 .000a Resid ual 2.314 82 .028 Total 8.661 86 a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Primer, diolah 2014

Berdasarkan tabel di atas diperoleh Nilai F sebesar 56,218 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000< alpha 0,05. Artinya secara serempak variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat pada taraf alpha 5 persen. Dengan demikian:

- H0 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi (X1), tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan harga (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

(9)

47

petanikelapa sawit (Y) di daerah penelitian, ditolak ( ditolak)

- H1 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi (X1), tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan harga (X4) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petanikelapa sawit (Y), di daerah penelitian, diterima (H1 diterima).

Tamanan Kakao

Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS maka dapat diperoleh Nilai F statistik sebagai berikut.

Tabel 7. Uji F Tanaman Kakao

Model

Sum of Square

s df Square Mean F Sig. 1 Regre ssion 4.861 4 1.215 30.208 .000a Resid ual 3.299 82 .040 Total 8.159 86 a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Primer, diolah 2014

Berdasarkan tabel di atas diperoleh Nilai F sebesar 30,208 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000< alpha 0,05. Artinya secara serempak variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat pada taraf alpha 5 persen. Dengan demikian:

- H0 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi (X1), tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan harga (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kakao (Y) di daerah penelitian, ditolak ( ditolak)

- H1 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi

(X1), tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan harga (X4) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kakao (Y), di daerah penelitian, diterima (H1 diterima).

- Uji t (Uji Parsial)

Tamanan Kelapa Sawit

Hasil analisis data secara statistik dengan program SPSS diperoleh nilai t statistik masing-masing variabel bebas sebagai berikut.

Tabel 8. Uji t Tanaman Kelapa Sawit

Model Unstandardi zed Coefficients Standar dized Coeffici ents t Sig. B Std. Erro r Beta 1 (Constant) 1.217 .168 7.256 .000 X1 .189 .064 .287 2.968 .004 X2 -.092 .074 -.146 -1.245 .217 X3 .177 .055 .278 3.239 .002 X4 .386 .092 .513 4.193 .000

Sumber : Data Primer Diolah 2014

Dari tabel di atas dapat dibuat persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 1,217 + 0,189 X1– 0,092X2 +

0,177 X3 + 0,386X4

Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa variabel biaya produksi ( ), total produksi (X3) dan harga (X4) berpengaruh positif terhadap pendapatan petani kelapa sawit (Y), sedangkan tenaga kerja (X2) berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani kelapa sawit (Y). Koefisien regresi

(10)

48

variabel-variabel bebas tersebut memberikan arti sebagai berikut :

1. Koefisien regresi X1 bertanda positif berarti bahwa penambahan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit, sebaliknya jika biaya produksi berkurang, maka pendapatan petani kelapa sawit juga akan berkurang. Nilai t sebesar 2,968 dengan signifikansi 0,004, berarti bahwa variabel biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit.

2. Koefisien regresi X2 bertanda negatif berarti bahwa penambahan tenaga kerja akan menurunkan pendapatan petani kelapa sawit, sebaliknya jika tenaga kerja berkurang, maka pendapatan petani kelapa sawit juga akan meningkat. Nilai t sebesar 1,245 dengan signifikansi 0,217, berarti bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit

3. Koefisien regresi X3 bertanda positif berarti bahwa bila total produksi meningkat, maka pendapatan petani kelapa sawit juga akan meningkat, sebaliknya jika total produksi berkurang, maka pendapatan petani kelapa sawit juga akan berkurang. Nilai t sebesar 3,239 dengan signifikansi 0,002, berarti bahwa variabel total produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit.

4. Koefisien regresi X4 bertanda positif berarti bahwa bila harga jual

meningkat, maka pendapatan petani kelapa sawit juga akan meningkat, sebaliknya jika harga jual menurun, maka pendapatan petani kelapa sawit juga akan berkurang. Nilai t sebesar 4,193 dengan signifikansi 0,000, berarti bahwa variabel harga jual berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit.

Tamanan Kakao

Hasil analisis data secara statistik dengan program SPSS diperoleh nilai t statistik masing-masing variabel bebas sebagai berikut.

Tabel 9. Uji t Tanaman Kakao

Model Unstandardize d Coefficients Standar dized Coeffici ents t Sig. B Error Std. Beta 1 (Cons tant) 1.500 .199 7.530 .000 X1 .033 .077 .054 .433 .666 X2 .045 .074 .077 .602 .549 X3 .350 .079 .488 4.43 9 .000 X4 .153 .055 .254 2.77 1 .007 Sumber : Data Primer Diolah 2014

Dari tabel di atas dapat dibuat persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 1,500 + 0,033 X1+ 0,045X2 +

0,350 X3 + 0,153 X4

Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa semua variabel, yaitu biaya produksi (X1), tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan harga (X4) berpengaruh positif terhadap pendapatan petani kakao (Y). Koefisien

(11)

49

regresi variabel-variabel bebas tersebut memberikan arti sebagai berikut :

1. Koefisien regresi X1 bertanda positif berarti bahwa penambahan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani kakao, sebaliknya jika biaya produksi berkurang, maka pendapatan petani kakao juga akan berkurang. Nilai t sebesar 0,433 dengan signifikansi 0,666, berarti bahwa variabel biaya produksi berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan petani kakao.

2. Koefisien regresi X2 bertanda positif berarti bahwa penambahan tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan petani kakao, sebaliknya jika tenaga kerja berkurang, maka pendapatan petani kakao juga akan berkurang. Nilai t sebesar 0,602 dengan signifikansi 0,549, berarti bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan petani kakao.

3. Koefisien regresi X3 bertanda positif berarti bahwa bila total produksi meningkat, maka pendapatan petani kakao juga akan meningkat, sebaliknya jika total produksi berkurang, maka pendapatan petani kakao juga akan berkurang. Nilai t sebesar 4,439 dengan signifikansi 0,000, berarti bahwa variabel total produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kakao.

4. Koefisien regresi X4 bertanda positif berarti bahwa bila harga jual meningkat, maka pendapatan petani kakao juga akan meningkat, sebaliknya

jika harga jual menurun, maka pendapatan petani kakao juga akan berkurang. Nilai t sebesar 2,771 dengan signifikansi 0,007, berarti bahwa variabel harga jual berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kakao.

2. Uji Intercrosing (Hubungan antar Variabel)

- Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh intercrosing variabel penelitian pada tanaman kelapa sawit sebagaimana disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Intercrosing Variabel untuk Tanaman Kelapa Sawit

Pendap

atan B.Produksi T.Kerja Produksi Harga Pearson Correlati on Pendapata n 1.000 .742 .703 .736 .814 B.Produks i .742 1.000 .781 .628 .769 T.Kerja .703 .781 1.00 0 .682 .849 Produksi .736 .628 .682 1.000 .735 Harga .814 .769 .849 .735 1.000 Sig. (1-tailed) Pendapatan . .000 .000 .000 .000 B.Produks i .000 . .000 .000 .000 T.Kerja .000 .000 . .000 .000 Produksi .000 .000 .000 . .000 Harga .000 .000 .000 .000 .

Dapat dilihat pada bahwa tanaman kelapa sawit, variabel harga mempunyai hubungan yang lebih tinggi dengan variabel lain, kecuali dengan biaya produksi. Hal ini berarti bahwa variabel harga dapat memberikan pengaruh yang

(12)

50

lebih besar terhadap variabel yang lain, dibandingkan dengan variabel lainnya. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa intercrosing variabel-variabel tersebut adalah signifikan.

- Kakao

Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh intercrosing variabel penelitian pada tanaman kakao sebagaimana disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Intercrosing Variabel untuk Tanaman Kakao Pend apata n B.Pr oduk

si T.Kerja Produksi Harga Pearson Correlati on Pend apata n 1.000 .607 .616 .733 .621 B.Pro duksi .607 1.000 .804 .704 .580 T.Ker ja .616 .804 1.000 .716 .573 Prod uksi .733 .704 .716 1.000 .596 Harg a .621 .580 .573 .596 1.000 Sig.

(1-tailed) Pendapata n . .000 .000 .000 .000 B.Pro duksi .000 . .000 .000 .000 T.Ker ja .000 .000 . .000 .000 Prod uksi .000 .000 .000 . .000 Harg a .000 .000 .000 .000 .

Dapat dilihat pada bahwa tanaman kakao, variabel produksi mempunyai hubungan yang lebih tinggi dengan variabel lain, kecuali dengan tenaga kerja.

Hal ini berarti bahwa variabel produksi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap variabel yang lain, dibandingkan dengan variabel lainnya. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa intercrosing variabel-variabel tersebut adalah signifikan. Variabel yang berkorelasi paling tinggi terhadap tenaga kerja adalah biaya produksi.

Pembahasan

Untuk mengetahui faktor-faktor determinan alih fungsi lahan tanaman kakao menjadi tanaman kelapa sawit dilakukan interprestasi terhadap variabel-variabel penelitian, sebagai berikut:

- Pengaruh biaya produksi (X1)

terhadap pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel biaya produksi (X1) berpengaruh positif terhadap pendapatan petani (Y), baik pada tanaman kelapa sawit maupun pada tanaman kakao.Namun perbedaannya, pada tanaman kakao biaya produksi tidak berpengaruh signifikan, sedangkan pada tanaman kelapa sawit berpengaruh signifikan. Dilihat dari pengalokasian biaya produksi tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa penggunaan biaya produksi pada tanaman kelapa sawit lebih efisien dibandingkan dengan tanaman kakao. Hal ini juga sejalan dengan hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi lebih baik pada tanaman kelapa sawit daripada tanaman kakao.

(13)

51

Dari hasil di atas menunjukkan bahwa biaya produksi di daerah penelitian memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit. Penggunaan biaya produksi secara optimal oleh petani yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dampaknya tanaman mampu meningkatkan jumlah produksi yang signifikan sehingga pendapatan petani juga meningkat. Menurut Suratiyah (2008), biaya produksi sebagai penunjang segala aktifitas yang ada karena menyangkut produktivitas tanaman dan keuntungan bagi petani. Pengeluaran biaya produksi yang optimal untuk tanaman mampu meningkatkan hasil produksi tanaman sehingga pendapatan petani juga meningkat.

- Pengaruh tenaga kerja (X2)

terhadap pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel tenaga (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani (Y), baik pada tanaman kelapa sawit maupun pada tanaman kakao. Namun perbedaannya, pada tanaman kakao tenaga kerja berpengaruh positif, sedangkan pada tanaman kelapa sawit berpengaruh negatif. Dilihat dari pengalokasian tenaga kerja tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa penggunaan tenaga pada tanaman kelapa sawit saat ini sudah melebihi dari yang dibutuhkan, sehingga berpengaruh negative terhadap pendapatan petani. Sebaliknya pada tanaman kakao bahwa penggunaan tenaga kerja masih kurang

untuk mendukung peningkatan produksi. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja lebih baik pada tanaman kelapa sawit daripada tanaman kakao.

Dalam usahatanianya, para petani pada umumnya menggunakan tenaga kerja sendiri bersama keluarga. Menurut Mubyarto (2002), penggunaan tenaga kerja sendiri bersama anggota keluarga dalam menjalankan usahataninya dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan sehingga pendapatan petani dapat meningkat.

Menurut Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008) untuk perkebunan kakao rakyat (Tanaman Menghasilkan/TM), kebutuhan tenaga kerja per hektar adalah 105 – 120 HOK. Sumber tenaga kerja ini pada umumnya adalah tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan untuk perkebunan kelapa sawit rakyat (TM), menurut Sarwani (2008) kebutuhan tenaga kerja per hektar adalah 80 – 90 HOK, yang pada umumnya merupakan tenaga kerja dalam keluarga.

Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk tanaman kakao lebih banyak dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit. Perbedaan jumlah tenaga kerja tersebut pada umumnya karena pada tanaman kakao dibutuhkan tenaga kerja pemeliharaan dan pasca panen yang lebih banyak. Pada perkebunan kelapa sawit, tenaga kerja pemeliharaan relatif sangat sedikit dan tenaga kerja pasca panen tidak ada.

(14)

52

- Pengaruh total produksi (X3)

terhadap pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel total produksi (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani (Y), baik pada tanaman kelapa sawit maupun pada tanaman kakao. Dilihat dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa penggunaan total produksi lebih baik pada tanaman kelapa sawit daripada tanaman kakao. Menurut Soekartawi (2002) bahwa produksi merupakan unsur utama pendapatan petani, dimana penggunaan faktor-faktor produksi merupakan upaya untuk peningkatan produksi, karena semakin tinggi produksi, maka pendapatan petani juga akan semakin tinggi. Hal ini juga diperjelas oleh Suratiyah (2008), bahwa tujuan usahatani adalah untuk memperoleh produksi yang maksimal, karena produksi inilah yang akan menjadi determinan pendapatan petani. Oleh karena itu semakin tinggi produksi (pada harga yang tetap), maka pendapatan petani juga akan semakin meningkat.

- Pengaruh harga (X4) terhadap

pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel harga (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani (Y), baik pada tanaman kelapa sawit maupun pada tanaman kakao. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa harga jual lebih baik pada tanaman kelapa sawit daripada tanaman kakao. Harga

merupakan faktor penentu pendapatan petani yang berada di luar kendali petani. Menurut Soekartawi (2002), petani mengharapkan harga jual komoditas pertaniannya meningkat agar pendapatannya juga meningkat. Semakin tinggi harga jual produk, maka pendapatan petani juga akan semakin meningkat. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Suratiyah (2008), bahwa pada tingkat produksi yang sama, harga jual menjadi faktor penentu naik turunnya pendapatan usahatani.

- Variabel yang berpengaruh lebih

dominan terhadap pendapatan petani

Dilihat dari besarnya nilai koefisien regresi, variabel yang lebih dominan mempengaruhi pendapatan petani pada tanaman kelapa sawit adalah harga (X4), sedangkan pada tanaman kakao adalah total produksi (X3). Berdasarkan hal ini dapat diinterpretasikan bahwa total produksi pada tanaman kelapa sawit oleh petani sudah mencapai optimal, sehingga faktor yang lebih mempengaruhi terhadap pendapatan adalah harga. Sedangkan pada tanaman kakao, produksi masih belum optimal sehingga untuk meningkatkan pendapatan petani, masih harus diupayakan peningkatan produksi. - Koefisien determinasi

Dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi pada masing-masing, jenis tanaman, yaitu 0,733 pada tanaman kelapa sawit dan 0,596 pada tanaman kakao.Berdasarkan hal ini dapat diinterpretasikan bahwa

(15)

variabel-53

variabel biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga lebih efisien pada tanaman kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman kakao. Menurut Soekartawi (2002), bahwa usahatani dilakukan dengan mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan pengeluaran (output) yang melebihi pemasukan (input).

Berdasarkan perbedaan koefisien determinasi tersebut, maka faktor determinan yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit adalah biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga yang lebih efisien pada tanaman kelapa sawit. Dilihat dari nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi pada tanaman kelapa sawit, berarti bahwa variabel biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga lebih besar pengaruhnya terhadap pendapatan petani. Hal ini selanjutnya menyebabkan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit lebih tinggi dari usahatani kakao. Hasil penelitian Bhaskara, dkk (2012) menunjukkan bahwa faktor utama penyebab transformasi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit adalah pendapatan yang lebih tinggi dari perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan usahatani lainnya. Setelah

mengusahakan perkebunan kelapa sawit, pendapatan petani meningkat hampir dua kali lipat (98%). Peningkatan pendapatan ini selanjutnya terbukti meningkatkan kesejahteraan petani.

KESIMPULAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani baik pada tanaman kelapa sawit maupun pada tanaman kakao. Nilai koefisien determinasi pada tanaman kelapa sawit sebesar 0,733 dan pada tanaman kakao sebesar 0,596. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel penelitian lebih efisien pada tanaman kelapa sawit dibandingkan pada tanaman kakao. Secara parsial, pada tanaman kelapa sawit hanya variabel tenaga kerja yang berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan petani, sedangkan pada tanama kakao variabel biaya produksi, tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor determinan yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit adalah biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga yang lebih efisien pada tanaman kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. Standar Manajemen Kerja Kebun Kelapa Sawit. Incasi Raya Group. Padang.

(16)

54 Anonimous,2012.http://mariaonmarketing.blogsp ot.com/2012/01/definisi- harga-html. Anonimous, 2012.http://ilmugreen.blogspot.com/201 2/07/pengertian-produksi. Html.

Anonimous, 2013. Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Jakarta.

Anonimous, 2014.

Ikaberita.com/2014/05/sumut- news/item/2775-lahan-petanian-di-sumut-terus-menyusut.html.

Antariksa, Yodhia. 2009. Strategi Pemasaran dan

Bauran Pemasaran.

http://rajapresentasi.com/2009/04/strat egi-pemasaran-dan-bauran- pemasaran/. Asni, 2005. Analisis Produksi, Pendapatan dan

Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Labuhan Batu, Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. (Tidak dipublikasikan).

Asni, Sya’ad Afifuddin, H.B. Tarmizi, Wahyu Ario Pratomo, 2010. Analisis Produksi, Pendapatan dan Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Labuhan Batu. http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com /2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008. Teknologi Budidaya Kakao. Seri Buku Inovasi: BUN/13/2008. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Bhaskara, Adhi Yudha; Kistiyanto, Marhadi Slamet; dan Juniarti, 2012. Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Universitas Negeri Malang.

Bappenas dan PSE-KP, 2006. Penyusunan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Kerjasama Direktorat Pangan dan Pertanian-Kantor Menteri Negara Perencanaan Nasional dengan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta.

Badan Pusat Statistik,2013. Air Joman Dalam Angka 2013

Badan Pusat Statistik, 2013. Kabupaten Asahan dalam Angka 2013.

Badan Pusat Statistik, 2013. Sumatera Utara dalam Angka 2013.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2013. Data Statistik Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Kabupaten Asahan.

Fadjarajani, Siti. 2001. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung (Implikasi pada Perencanaan Pengembangan Wilayah Bandung). Digital Library KMR GITB, Bandung.

Franskennedy, Rio. 2013. Dampak Negatif di Balik Keuntungan Berkebun Kelapa Sawit. http://riofrans.blogspot.com/2013/11/d ampak-negatif-dibalik-keuntungan.html. Hasan, M, 2002. Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi

Dampak, Pola Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 23, Nomor 1, Juni 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Isa, I. 2006. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian. Badan Litbang Departemen Pertanian. Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries Japan dan ASEAN Secretariat. Jakarta.

(17)

55

Mubyarto, 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

________, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta.

Pahan, Iyung. 2008. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Akhir. Jakarta. Penebar Swadaya.

Rustiadi, E.,S. Saefulhakim dan D.R. Panuju. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. IPB. Bogor.

Sarwani, M. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sempurnajaya, S.R. 2012.Selama Lima Tahun ke Depan, Produksi Kakao Dipediksi Turun

11 %.

http://www.neraca.co.id/article/11590/ Selama-Lima-Tahun-ke-Depan-Produksi-Kakao-Diprediksi-Turun-11.

Siregar T.H.S. Slamet R. Dan Laeli N. 2011. Budi Daya Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta Soekartawi, 2002.Prinsip Dasar Ekonomi

Pertanian: Teori dan Aplikasi, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabet. Bandung. Suhendry I, Darussamin A. Dan Karyudi, 2002. The

Possibility of Natural Rubber Development to Word dry areas in Indonesia. Indonesia Rubber Research Medan Institute.

Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Cetakan Pertama. Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Suratiyah, Ken, 2008. Ilmu Usaha Tani. Cetakan Kedua. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Todaro, Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh, Erlangga. Jakarta.

Umar H., 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan ke-6. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Wahid A, Jhon Tafbu Ritonga, Sya’ad Afifuddin, Irsyad Lubis. 2010. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengkonversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit di Kebupaten Asahan. http://jurnalmepaekonomi.blospot.com/

2010/05/faktor-faktor-yang- mempengaruhi-masyarakat-mengkonversi-lahan-html.

Wahyunto, M. Z. Abidin, A. Priyono dan Sunaryanto. 2001. Studi Perubahan Penggunaan Lahan DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Garang Jawa Timur. Makalah Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Asean Secretariate Maff Japan & Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.

World Bank. 2005. Public Private Partnership for Agriculture in Eastern Indonesia : Comparetives study of the Beef, Coffee and Cocoa.

Gambar

Gambar 2. Uji Normalitas Variabel Penelitian  (atas: K. Sawit; bawah: Kakao)
Tabel  5.  Hasil  Regresi  Uji  R 2   (Koefesien  Determinasi)  Tanaman  R  R  Square  Adjusted  R Square  Std
Tabel 9. Uji t Tanaman Kakao
Tabel  10.    Intercrosing  Variabel  untuk  Tanaman Kelapa Sawit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengajaran tersebut diperlukan aplikasi-aplikasi khusus yang sesuai dengan tema pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih atraktif dan interakrif. Untuk

Sehingga dalam pembiayaan produksi perusahaan Penggilingan padi akan timbul permasalahan dalam penentuan harga pokok per-unit yang dihasilkan dari proses produksi

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Wewenang Pemerintah Kabupaten Lampung Barat; Peraturan Daerah Kabupaten

Berdasarkan uraian pembahasan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perbaikan proses pembelajaran melalui penerapan Quick on the Draw dalam

respon siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. menggunakan metode copy

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh (1) Ada pengaruh kolaborasi model pembelajaran Direct Instruction dengan Guided Note Taking terhadap motivasi belajar matematika

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien menurut Saifuddin (2005), yaitu : jika perdarahan tidak banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi

Guru yang melaksanakan kegiatan praktikum sistem dan lingkungan tidak menggunakan tugas kinerja beserta rubrik untuk mengases kinerja siswa, sehingga guru menilai