• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA KESELAMATAN

DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN

Yohanes Dwi Anggoro, Sahala M. Lumbanraja

Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) – BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan 12710

Telp./Fax.: 021-5204243, Email:yohanes.anggoro@batan.go.id

ABSTRAK

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN. Budaya keselamatan PLTN adalah kompleksitas keyakinan, nilai-nilai bersama dan perilaku yang tercermin pada saat membuat keputusan dan melakukan pekerjaan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau di fasilitas nuklir. Selain di bidang operasional, budaya keselamatan di bidang pemeliharaan PLTN adalah aspek yang layak untuk mendapatkan perhatian khusus, karena kegiatan pemeliharaan dapat memiliki pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap keandalan peralatan dan dapat mempengaruhi keselamatan operasional PLTN. Tujuan penulisan makalah ini adalah mendiskripsikan tentang pentingnya budaya keselamatan pada aspek pemeliharaan, diharapkan akan dapat meningkatkan budaya keselamatan bidang pemeliharaan yang berkontribusi terhadap peningkatan faktor kapasitas PLTN. Hasil menunjukkan bahwa beberapa hal yang perlu menjadi perhatian yaitu organisasi, personalia, komunikasi, kontraktor, serikat pekerja, penuaan PLTN, teknologi baru, dan tindakan untuk meningkatkan budaya keselamatan.

Kata kunci : budaya keselamatan, pemeliharaan, PLTN.

ABSTRACT

SAFETY CULTURE IN THE FIELD OF NUCLEAR POWER PLANT MAINTENANCE. Safety culture of NPP is the complexity of beliefs, shared values and behaviors that are reflected at the time of making decisions and to do the work in the Nuclear Power Plant or in nuclear facilities. In addition to the operational field, safety culture in the field of maintenance of NPP is an aspect which deserves special attention, because the maintenance activities can have an influence either directly or indirectly to the the reliability of equipment and can affect the operational safety of nuclear power plants. The purpose of this paper is expected to improve the safety culture of maintenance that contribute to improving capacity factor of nuclear power plant. The result showed that some things need to be a concern associated with actions to improve safety culture, ie the organization, personnel, communications, contractors, unions, aging nuclear power plants, new technology, and action to improve safety culture.

Keywords: safety culture, maintenance, nuclear power plants,

1.

PENDAHULUAN

Budaya keselamatan adalah susunan karakteristik dan sikap yang terbentuk dalam organisasi dan individu sebagai prioritas utama, isu keselamatan instalasi nuklir mendapat perhatian yang lebih besar maknanya dalam budaya keselamatan[1]. Budaya keselamatan yang baik dalam instalasi nuklir adalah refleksi tata nilai yang terdapat dalam semua tingkatan dalam organisasi dan didasarkan pada keyakinan bahwa keselamatan adalah penting dan menjadi tanggung jawab setiap orang[2] . Budaya keselamatan adalah produk tata nilai, sikap,

kemampuan, dan pola perilaku dari perorangan maupun kelompok untuk menentukan kemampuan organisasi dalam program keselamatan[3].

Tinjauan terhadap kecelakaan nuklir saat ini, adalah kecelakaan PLTN Fukushima Jepang menunjukkan bahwa masalah budaya keselamatan sangat berperan penting, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sekitar dua pertiga penyebab kecelakaan nuklir

(2)

adalah karena kesalahan manusia dan bukan karena kesalahan teknis atau kesalahan prosedur. Pada saat ini, sebagian besar upaya dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas budaya keselamatan dititikberatkan pada instalasi pembangkit tenaga nuklir.

Selain di bidang operasional, budaya keselamatan di bidang pemeliharaan PLTN adalah aspek yang layak untuk mendapatkan perhatian khusus, karena kegiatan pemeliharaan dapat memiliki pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap keandalan peralatan dan dapat mempengaruhi keselamatan operasional PLTN.

Tujuan penulisan makalah ini adalah mendiskripsikan tentang pentingnya budaya keselamatan pada aspek pemeliharaan, diharapkan akan dapat meningkatkan budaya keselamatan di bidang pemeliharaan dan berkontribusi terhadap peningkatan budaya keselamatan dalam pengoperasian PLTN.

2.

BUDAYA KESELAMATAN PEMELIHARAAN PLTN

2.1. Budaya Keselamatan di Bidang Pemeliharaan PLTN

Budaya keselamatan adalah kompleksitas dari keyakinan, nilai-nilai kebersamaan dan perilaku yang tercermin dalam mengambil keputusan dan melakukan pekerjaan. Budaya keselamatan yang kuat dalam pemeliharaan memberikan nilai kontribusi yang signifikan terhadap keamanan operasional PLTN. Sehubungan dengan pemeliharaan PLTN, budaya keselamatan berarti menjaga proses pemeliharaan di setiap tahapan kinerja PLTN[4].

2.2. Manajemen di Bidang Pemeliharaan PLTN

Tujuan dari manajemen di bidang pemeliharaan PLTN adalah untuk memastikan bahwa peralatan dan sistem keamanan PLTN dapat beroperasi dengan baik pada saat dibutuhkan sedangkan peralatan yang rusak dapat diperbaiki secara tepat waktu. Alasan utama PLTN memanfaatkan program manajemen pemeliharaan adalah untuk mencegah kegagalan perangkat sehingga seluruh kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik. Keterlibatan manajemen dalam pengendalian kegiatan pemeliharaaan memastikan bahwa praktek pemeliharaan yang berlaku dapat menegakkan dan mendukung budaya keselamatan yang kuat.

Manajemen kerja merupakan bagian dari manajemen di bidang pemeliharaan PLTN. Tujuan dari manajemen kerja tersebut adalah untuk memastikan pemeliharaan yang dilakukan sudah tepat seperti yang direncanakan, terjadwal dan terkoordinasi. Fungsi perencanaan ini dirancang untuk memberikan petunjuk dan prosedur yang konsisten untuk pekerja selama penugasan. Jenis dan detail perencanaan akan bervariasi dengan kategorisasi peralatan. Keselamatan, kesehatan, faktor lingkungan dan kemampuan produksi merupakan penggerak utama manajemen PLTN.

Komunikasi merupakan unsur penting dari budaya keselamatan pemeliharaan PLTN. Ada banyak cara untuk mengkomunikasikan pesan keselamatan. Salah satu cara, pesan manajemen PLTN biasanya ditemukan dalam bentuk petunjuk atau prosedur. Cara lain adalah melalui perintah lisan yang disampaikan oleh pihak manajemen PLTN.

2.3. Manajemen di Bidang Sumber Daya Manusia

Salah satu tantangan utama yang dihadapi sebuah organisasi PLTN khususnya di bidang pemeliharaan di waktu dekat adalah perbedaan usia di antara personil. Generasi saat ini banyak pekerja yang sudah memasuki masa senja sesuai dengan masa operasional PLTN, dengan pengetahuan yang baik mengenai sistem PLTN, komponen dan lingkungan kerja. Namun dalam beberapa tahun terakhir perubahan dramatis mempengaruhi organisasi di bidang pemeliharaan, dimana generasi saat ini diganti oleh kontraktor atau personil baru yang kurang pengalaman.

(3)

Selain itu, banyak negara tidak melakukan perekrutan profesional muda dalam bidang nuklir akibat kurangnya pembangunan PLTN baru. Pembahasan berikut ini akan menekankan dua aspek. Pertama, tantangan yang mungkin timbul dari perubahan generasi di tingkat manajemen dan staf. Kedua, isu meningkatkan atau memelihara profesionalisme.

Operator PLTN banyak menggunakan jasa kontraktor untuk pekerjaan tertentu yang tidak tersedia dalam struktur organisasinya. Penggunaan kontraktor telah meningkat secara dramatis dalam industri atau manajemen PLTN. Sebagai hasilnya, diharapkan pertimbangan budaya keselamatan yang berlaku tidak hanya untuk organisasi, tetapi juga untuk pihak kontraktor.

Adanya serikat pekerja dalam sebuah organisasi memudahkan pihak manajemen berkomunikasi langsung dengan individu yang terlibat dalam bidang pemeliharaan PLTN. Hubungan antara serikat pekerja dengan pihak manajemen organisasi PLTN mempengaruhi sikap dan perilaku dari semua pihak. Sebagai contoh, perubahan jadwal kerja harus mendapat persetujuan dari serikat pekerja agar berjalan dengan baik.

2.4. Perubahan Kondisi PLTN dan Teknologi Baru

2.4.1. Penuaan PLTN

Umur PLTN telah menjadi masalah penting dan isu yang krusial bagi industri PLTN di seluruh dunia. Penuaan system, structure and component (SSC), jika tidak secara efektif dikelola, akan berdampak negatif terhadap:

a. Keselamatan PLTN.

b. Kinerja PLTN (termasuk kelayakan ekonomi). c. Pertambahan usia PLTN.

2.4.2. Penggunaan Teknologi Baru

Teknologi baru yang tersedia pada industri PLTN dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang pemeliharaan PLTN. Organisasi di bidang pemeliharaan harus mengikuti perkembangan teknologi baru dan terus mengevaluasinya sehingga dapat menghasilkan yang lebih baik terhadap keselamatan, efisiensi dan transparansi. Pemeliharaan nuklir yang profesional akan selalu bertukar informasi terhadap industri lain. Semua pengguna teknologi baru membutuhkan pendidikan dan pelatihan tambahan yang sesuai.

2.5. Pengkajian dan Peningkatan Budaya Keselamatan di Bidang Pemeliharaan

2.5.1. Penilaian Budaya Keselamatan

Pembelajaran terus-menerus merupakan salah satu karakteristik budaya keselamatan yang kuat dalam sebuah organisasi yang berasal dari penilaian oleh organisasi dan berbagai bidang organisasi dan umpan balik dari pengalaman antara individu dan kelompok. Penilaian dapat diperoleh dari berbagai bentuk dan dilakukan pada berbagai tingkat organisasi. Penilaian ini dikumpulkan menggunakan berbagai metode seperti kuesioner, wawancara, pengamatan, dan review.

2.5.2. Tindakan Untuk Meningkatkan Budaya Keselematan

Deteksi awal terhadap berbagai permasalahan yang dapat menghambat budaya keselamatan akan mempermudah langkah-langkah perbaikan yang efektif. Kewaspadaan terhadap tanda-tanda peringatan dini dapat diambil tindakan korektif dalam waktu yang cukup untuk menghindari konsekuensi yang merugikan keselamatan PLTN.

(4)

3.

PEMBAHASAN

Budaya keselamatan di bidang pemeliharaan PLTN merupakan bagian penting dari operasional sebuah PLTN. Pemeliharaan yang terstruktur memerlukan peran dan tanggung jawab yang jelas untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, untuk membuat keputusan tentang prioritas keselamatan, untuk menyiapkan dan menjadwalkan kegiatan pemeliharaan, dan untuk mencapai tingkat kinerja yang sangat tinggi menggunakan dokumen yang sudah disetujui dengan pengawasan dan pengendalian kualitas. Budaya keselamatan harus dijadikan etos dalam segala aspek bidang pemeliharaan.

Pengembangan budaya keselamatan adalah suatu proses di dalam organisasi PLTN, berdasarkan pada elemen-elemen seperti berikut :

a. Kemauan dari manajemen PLTN untuk menerapkan dan menunjukkan prinsip budaya keselamatan yang kuat.

b. Tugas harian dan kegiatan yang baik dari staff bidang pemeliharaan. c. Pendidikan khusus dan pelatihan personil.

d. Prosedur kerja yang berakar pada budaya keselamatan.

Manajemen kerja merupakan proses administrasi yang digunakan untuk mengatur sebuah tim yang efektif untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, menguji dan menutup aktivitas kerja dengan benar. Untuk mempertahankan budaya keselamatan yang kuat, prosedur harus dikembangkan dengan persetujuan bidang pemeliharaan.

Suatu budaya keselamatan yang kuat didukung dan ditopang oleh adanya struktur organisasi yang baik di bidang pemeliharaan PLTN. Apapun konsep struktur organisasi yang digunakan, faktor kunci berikut harus tergabung untuk mendorong budaya keselamatan sebuah PLTN:

a. Penunjukan satu individu (misalnya pengawas lapangan, mandor) harus akuntabel. Akuntabilitas dan tanggung jawab yang terlibat, harus tertulis, jelas dan mudah disampaikan.

b. Pengawasan lapangan, yang melibatkan pengamatan berkala terhadap aktivitas kerja. Untuk pekerjaan yang lebih kompleks pengawasan ini perlu dilanjutkan. Terlepas dari kasus tersebut, pengawasan lapangan memberikan konsistensi dalam aplikasi dan dukungan keselamatan dan standar kualitas.

c. Budaya keselamatan harus ditinjau berkala. Apabila diperlukan, proses dan prosedur tindakan korektif tersebut dapat dilembagakan untuk mencegah timbulnya kebiasaan negatif.

d. Struktur organisasi yang ada harus memungkinkan bagi kontraktor untuk dididik dalam suatu standar keselamatan PLTN. Jika mereka bekerja pada peralatan PLTN, standar keselamatan kontraktor harus sama dengan standar keselamatan staff PLTN. Kemitraan jangka panjang antara kontraktor dan staff didorong untuk mendukung upaya tersebut.

e. Post-job briefing sangat efektif dalam mendukung kebijakan dengan membandingkan pelajaran yang sudah diambil dan dalam meningkatkan budaya keselamatan.

Komunikasi dalam suatu organisasi merupakan unsur penting dari budaya keselamatan di bidang pemeliharaan. Berikut ini adalah poin paling penting didalam komunikasi yang baik di dalam suatu personil PLTN:

a. Tujuan jelas dan sasaran tepat mengenai aspek-aspek teknis keselamatan. b. Keadaan dan kondisi di mana staf akan bekerja.

c. Dengan siapa staf akan bekerja, dan dari mana dukungan mereka akan datang.

d. Briefing atau deskripsi tentang kompleksitas pekerjaan dan langkah penting yang harus dilakukan.

(5)

Pada saat pre-job briefing perlu menekankan isu-isu keselamatan yang sama pentingnya dengan petunjuk teknis operasional PLTN. Kehadiran seorang pengawas di lapangan memastikan bahwa pandangan atau pendapat seorang pekerja dapat diketahui. Peningkatan pengawasan dan pembinaan dapat menyebabkan penyelesaian masalah lebih efektif.

Budaya keselamatan pemeliharaan harus mempertahankan keterbukaan dan konservatisme dalam hubungannya dengan keselamatan reaktor, dan dokumentasi yang akurat. Personil harus memiliki pengetahuan yang terkini dari konfigurasi dan peralatan PLTN sepanjang waktu.

Komunikasi, kerja tim, pre-job briefing, kegiatan lapangan, dan saling menerima respon balik dari teman dalam satu tim merupakan sebuah contoh budaya keselamatan yang kuat dalam pemeliharaan. Tim inti yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang sistem dan komponen penting keselamatan adalah pondasi kuat yang diperlukan organisasi di bidang pemeliharaan.

Manajemen industri PLTN umumnya menggunakan kontraktor sebagai tenaga kerja tambahan untuk menyediakan tenaga terampil yang biasanya tidak tersedia di SDM PLTN. Penggunaan kontraktor telah meningkat secara dramatis dalam industri PLTN, oleh karena itu diharapkan pertimbangan budaya keselamatan yang berlaku tidak hanya untuk organisasi PLTN, tetapi untuk pihak kontraktor juga.

Salah satu tantangan atau hambatan akan selalu terkait dengan suatu pemahaman bersama dari karakteristik penting budaya keselamatan. Hal ini dapat diatasi dengan pengembangan peraturan untuk memahami tentang budaya keselamatan dan pemeliharaan PLTN. Pembentukan komite bersama antara serikat pekerja dan perwakilan manajemen diperlukan untuk mengembangkan seperangkat aturan, juga untuk memantau pelaksanaan perjanjian kemitraan dan, jika perlu, mengambil bagian dalam komunikasi bersama dengan tenaga kerja untuk menangani isu-isu yang muncul. Dukungan dari petugas serikat kerja dapat mempermudah pendekatan yang lebih baik di dalam organisasi PLTN.

Pada saat diadakan diskusi dalam organisasi PLTN di mana pihak manajemen atau serikat pekerja mengidentifikasi masalah keselamatan, kemudian mengembangkan solusi yang dapat disampaikan bersama kepada tenaga kerja agar masalah yang terkait dengan pelaksanaan dapat diatasi bersama. Perwakilan serikat pekerja juga berada dalam posisi untuk mengidentifikasi kepentingan yang signifikan kepada pihak manajemen

,

sehingga memungkinkan suatu individu untuk menyoroti masalah keselamatan tanpa ada rasa takut akan adanya pembalasan (semacam perasaan takut mungkin dianggap sebagai aspek negatif dari budaya yang telah ada). Perwakilan serikat pekerja dapat membantu meningkatkan pembelajaran perusahaan dan juga dapat sebagai pelatihan individu. Perwakilan serikat pekerja juga dapat terlibat dalam pengembangan pelatihan keselamatan dan meningkatkan perilaku dan sikap di mana mungkin membantu mengembangkan pendekatan baru untuk memecahkan hambatan antara kelompok yang berbeda.

Efek samping dari proses penuaan PLTN merupakan tantangan bagi bidang operasional, pemeliharaan dan pendukung teknis dimana dalam rangka menjaga dan meningkatkan efektivitas, harus menindaklanjuti kemajuan teknologi, memelihara pengetahuan yang baik tentang mekanisme degradasi fisik dan menyadari pengalaman internal dan eksternal. Hal ini perlu dilakukan melalui pembelajaran terus-menerus dari perkembangan teknologi baru dan penerapan teknologi tersebut dengan tujuan untuk mengantisipasi proses penuaan dan kejadian tak terduga. Masalah penuaan harus dimasukkan dalam Tinjauan Keselamatan Periodik (TKP) yang biasanya dilakukan pada interval sepuluh tahun. Perbandingan dan pemeriksaan kepatuhan dengan persyaratan keselamatan yang sudah diperbaharui telah dilakukan dan memerlukan tindakan korektif.

(6)

Teknologi baru yang tersedia pada industri tenaga nuklir dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang pemeliharaan PLTN. Teknologi baru dapat mencakup tiga bidang di bawah ini :

a. Risiko berdasarkan strategi pemeliharaan. b. Pengetahuan tentang situasi risiko PLTN.

c. Penggunaan penanganan data tingkat lanjut, seperti penggunaan operasi dan pengujian data untuk mendukung proses pemeliharaan .

Kesepakatan pada karakteristik utama budaya keselamatan telah berangsur-angsur muncul dalam beberapa tahun terakhir berdasarkan hasil penelitian, pelajaran tentang akar penyebab kegagalan organisasi dalam manajemen keselamatan dan budaya keselamatan, dan dari kerjasama internasional para ahli keselamatan di bawah naungan IAEA[5]. Dalam proses

ini, lima karakteristik utama budaya keselamatan dengan atribut yang sesuai telah diidentifikasi terkait dengan kinerja keselamatan seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Ciri-ciri dan atributnya dapat digunakan ketika melakukan penilaian diri sendiri dan atau penilaian

independent oleh para pakar budaya keselamatan.

Tabel 1. Karakteristik Budaya Keselamatan dan Atribut Terkait[4] Karakteristik Budaya

Keselamatan

Sesuai dengan atribut budaya keselamatan

Nilai keselamatan diketahui dengan jelas

- Prioritas utama ditujukan untuk keselamatan: diperlihatkan dalam dokumentasi, komunikasi dan pengambilan

keputusan

- Keamanan adalah pertimbangan utama dalam alokasi sumber daya.

- Pentingnya usaha strategis terhadap keselamatan tercermin dalam rencana bisnis.

- Staff yakin bahwa keselamatan dan produksi saling berkaitan.

- Pendekatan jangka panjang dan proaktif untuk masalah keselamatan ditunjukkan dalam pengambilan keputusan - Perilaku akan sadar keselamatan baik formal maupun

informal secara sosial diterima dan didukung. Kepemimpinan mengenai

keselamatan adalah jelas

- Manajemen senior dengan jelas berkomitmen mengenai keselamatan.

- Komitmen keselamatan adalah bukti pada semua tingkatan manajemen.

- Kepemimpinan yang terlihat menunjukkan keterlibatan manajemen dalam kegiatan yang terkait dengan

keselamatan.

- Keterampilan kepemimpinan dikembangkan secara sistematis.

- Manajemen memastikan bahwa ada staff yang cukup dan terlatih.

- Manajemen mencari keterlibatan aktif seorang staff di dalam mengembangkan keselamatan.

- Keterkaitan keselamatan dipertimbangkan dalam mengubah proses manajemen.

- Manajemen menunjukkan upaya berkelanjutan untuk keterbukaan dan komunkasi yang baik melalui organisasi.

(7)

- Manajemen memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik.

- Hubungan antara manajemen dan staff dibangun di atas kepercayaan.

Akuntabilitas keselamatan adalah jelas

- Adanya hubungan yang sesuai dengan badan pengawas, yang menjamin akuntabilitas keselamatan

dengan penerbitan ijin.

- Peran dan tanggung jawab ditentukan dengan jelas dan dapat dipahami.

- Terdapat tingkat kepatuhan yang tinggi sesuai dengan peraturan dan prosedur.

- Tanggung jawab manajemen didelegasikan kepada pihak yang wewenang.

Keselamatan adalah pembelajaran yang

diarahkan

- Sikap bertanya berlaku pada semua tingkat organisasi. - Sebuah laporan terbuka tentang penyimpangan dan

kesalahan sangat dianjurkan. - Penilaian internal dan eksternal.

- Pembelajaran dilakukan melalui kemampuan mengenali dan mendiagnosa penyimpangan, merumuskan dan menerapkan solusi serta memonitor efek dari tindakan korektif.

- Indikator kinerja keamanan diketahui, kemudian dievaluasi dan ditindaklanjuti.

- Terdapat perkembangan sistematis dari kompetensi staf. Keselamatan terintegrasi ke

dalam semua kegiatan

- Kepercayaan di dalam organisasi.

- Pertimbangan untuk semua jenis keselamatan, termasuk industri dan keamanan keselamatan lingkungan, adalah jelas.

- Kualitas dokumentasi dan prosedur yang baik.

- Kualitas proses, dari perencanaan hingga pelaksanaan dan

review, adalah baik

- Anggota staff memiliki pengetahuan dan pemahaman proses kerja.

- Faktor yang mempengaruhi motivasi kerja dan kepuasan kerja dipertimbangkan.

- Terdapat kondisi kerja yang baik berkenaan dengan tekanan waktu, beban kerja dan stres.

- Kehadiran cross-functional dan kerjasama interdisipliner dan kerja tim.

Tabel 2 berikut menunjukkan langkah-langkah untuk lebih meningkatkan budaya

keselamatan di bidang pemeliharaan.

Tabel 2. Pengembangan Budaya Keselamatan di bidang pemeliharaan[4]

Gejala Penyebab relevan dengan budaya

keselamatan (contoh)

Tindakan yang dimungkinkan Manajemen

Pemeliharaan Kejadian tak terduga

Kurangnya komunikasi seperti: risiko tidak dipahami oleh

pelaku, atau hasil analisis risiko tidak dikomunikasikan.

Resiko harus

sistematis dan disajikan di briefing pra-kerja.

(8)

Kurangnya kesadaran di dalam pekerjaan ( tidak dilakukan sesuai dengan rencana)

Kurangnya ketelitian dan pendekatan yang bijaksana untuk mengendalikan pekerjaan.

Mendidik staf tentang kebutuhan kerja terstruktur.

Penggunaan suatu sistem informasi

Pelaporan

penyimpangan tidak disampaikan

Kurangnya sikap bertanya.

Mendorong staf untuk menyampaikan laporan. Meningkatkan sistem umpan balik. Manajemen Sumber Daya Manusia Tidak adanya pengakuan yang diberikan untuk personil yang proaktif.

Berpikir jangka pendek. Kurangnya visi jangka panjang.

Mempromosikan pendekatan sistematis untuk perencanaan jangka panjang. Pemecahan kerja kepada subkontraktor.

Kurangnya pengawasan keselamatan dan kontraktor yang jelas-

pendekatan manajemen Tentukan persyaratan kontrak. Periksa bahwa subkontraktor telah menunjukkan keterampila n untuk melaksanakan tugas.

Kualitas dan pelatihan keselamatan disyaratkan sebelumnya.

Konflik dengan operasional tentang prioritas kerja .

Kurangnya pemahaman yang jelas tentang tanggung jawab antara

pemeliharaan dan operasional.

Promosikan team building antara pemeliharaan dan operasional untuk pemahaman umum tentang tujuan perusahaan. Penilaian kondisi PLTN

Banyak masalah tak terselesaikan dan waktu penyelesaian solusi lama.

Penerimaan tingkat keselamatan PLTN yang lebih rendah.

Kehilangan motivasi.

Pembuat keputusan dan komunikasi yang buruk.

Kurangnya sumber daya yang cukup.

Meningkatkan komunikasi

dan kontrol untuk tindak lanjut masalah.

Membangun prioritas umum.

Peninjauan ulang masalah yang tertunda. Peninjauan ulang kebutuhan sumber daya. Kegagalan yang berulang.

Kurangnya analisis akar penyebab dan sistem umpan balik.

Kegagalan berulang diterima sebagai hal normal.

Meningkatkan manajemen pengendalian.

Menetapkan indikator kegagalan yang berulang. Kurangnya praktek

Foreign Material Exclusion (FME)

Kurangnya konsekuensi kesadaran dari Foreign Material Exclusion (FME)

Pengendalian diri,verifikasi independen dan pengawasan manajemen. Lingkungan bisnis Manajemen perspektif terlalu terbatas.

Tujuan ekonomi merusak prioritas keselamatan (seperti menerima penundaan modifikasi dan pemeliharaan).

Keputusan biaya efektif berbasis penilaian risiko dan berada sejajar dengan prioritas keselamatan. Masalah kesalahan dan

kualitas karena perubahan lingkungan bisnis.

Staf kehilangan fokus pada pekerjaan

Membuat keyakinan di masa akan datang. Staf harus terlibat dalam perubahan.

PLTN bereaksi hanya untuk temuan peraturan .

Kurangnya 'kepemilikan' untuk tanggung jawab keselamatan.

Kurangnya inisiatif di pemecahan masalah perawatan.

Promosikan suasana yang proaktif untuk menjaga inisiatif keselamatan dari PLTN.

(9)

4.

KESIMPULAN

Budaya keselamatan adalah kompleksitas dari keyakinan, nilai-nilai kebersamaan dan perilaku yang tercermin dalam mengambil keputusan dan melakukan pekerjaan. Manfaat budaya keselamatan di bidang pemeliharaan memberikan nilai kontribusi yang signifikan terhadap keamanan operasional PLTN.

Belajar dari kecelakaan PLTN Fukushima Jepang menunjukkan bahwa masalah budaya keselamatan berperan sangat penting. Pada saat ini, sebagian besar upaya dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas budaya keselamatan dititikberatkan pada instalasi pembangkit tenaga nuklir.

Peningkatan kualitas budaya keselamatan mencakup beberapa sisi, yaitu : manajemen pemeliharaan, manajemen sumber daya manusia, kondisi PLTN, lingkungan bisnis. Deteksi awal terhadap berbagai permasalahan yang dapat menghambat budaya keselamatan akan mempermudah langkah-langkah perbaikan yang efektif. Kewaspadaan terhadap tanda-tanda peringatan dini dapat diambil tindakan korektif dalam waktu yang cukup untuk menghindari konsekuensi yang merugikan keselamatan PLTN.

DAFTAR PUSTAKA

[1] INTERNATIONAL NUCLEAR SAFETY ADVISORY GROUP, Safety Culture, Safety Series No. 75-INSAG-4, IAEA, Vienna, 1991.

[2] NUCLEAR REGULATORY COMMISSION, Requirements for Monitoring the

Effectiveness of Maintenance at Nuclear Power Plants, 10CFR50.65, NRC, Washington DC,1998.

[3] ACSNI 1993. ACSNI Human Factors Study Group. Third Report: Organising for Safety, Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations, Health and Safety

Commission, 1993.

[4] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety Culture in the Maintenance of Nuclear Power Plants, Safety Reports Series No. 42, IAEA, Vienna, 2005.

[5] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety Culture in Nuclear

Installations: Guidance for Use in the Enhancement of Safety Culture, IAEATECDOC-1329, IAEA, Vienna, 2002.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Budaya Keselamatan dan Atribut Terkait [4]
Tabel 2.  Pengembangan Budaya Keselamatan di bidang pemeliharaan [4]

Referensi

Dokumen terkait

dapat disimpulkan bahwa adanya hamabatan yang besar bagi pendatang baru dan memiliki hubungan yang baik dengan pemasok dapat menjadi peluang bagi UD.Budi Veneer

Perhitungan ini dilakukan dengan pengulangan yang sesuai dengan kriteria tertentu Namun penyeimbangan lini dengan menggunakan solusi awal metode RPW yang dilanjutkan

2.2 Instrumen asesmen yang dirancang harus sesuai dengan bahasa yang dipergunakan untuk mendemonstrasikan unit kompetensi yang akan diases.. 2.3 Instrumen asesmen

Menerapkan peraturan perundang – undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan dalam pekerjaan pemeliharaan; menggunakan alat kerja dan pengujian,

Selain itu dari empat kanji yang dianalisis penulis, tiga kanji yaitu kanji 「軽い」、「転ぶ」 dan 「輪」 termasuk ke dalam golongan pembentukan kanji keisei moji yaitu

KESATU : Mengubah Lampiran I Form 8 hal Standar Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil

Aktifitas guru mendapat skor 91,67% artinya performa guru dalam mengajar sudah baik, agar hasil pembelajaran lebih baik lagi perlu ditingkatkan lagi kinerja guru

g) Konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan ketentuan Pasal 134 huruf c