• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI. Jurnal Kependidikan ISSN Seger. : Penerapan Teknik X-Pector untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERAKSI. Jurnal Kependidikan ISSN Seger. : Penerapan Teknik X-Pector untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN1412 - 2953

INTERAKSI

Jurnal Kependidikan

Seger Sri irawati Shamrah

Agus Subaidi dan Sri Indriati Hasanah Maswiyanto Hasan Basri Mohammad Sahril Rohmah Indahwati M. Tauhed Supratman Sri Indriati Hasanah dan Yuni Hidayati Moh. Zayyadi Ukhti Raudhatul Jannah

: Penerapan Teknik X-Pector untuk Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris

: Perbedaaan Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Diajari

Menggunakan Strategi Inkuiri dengan Strategi Ekspositori pada Materi Pokok Turunan Fungsi Siswa Kelas IPA SMAN I Galis

: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII

SMPN I Waru melalui Pendekatan Learning Community Tahun Pelajaran 2013-2014

: Prestasi Belajar Matematika antara Siswa yang Diajar

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Model Pengajaran Langsung

: Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia Pokok

Materi Sistem Koloid dengan Model Pembelajaran NHT di Kelas XI Semester 2 SMAN I Sumenep

: Kesuitan Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam

Menyelesaikan Soal Geometri Non Rutin Berdasarkan Perbedaan Gender

: Penggunaan Metode Demontrasi dalam Upaya

Meningkatkan Pemahaman tentang Otonomi Daerah Pada Siswa Kelas IX D Semester I SMPN 2 Pamekasan

: Penalaran Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika Ditinjau dari Tingkat Kemampuannya

: Kemiskinan dalam Novel Indonesia

: Pembelajaran Matematika Realistik Bernuansa Islami

pada Pokok Bahasan Bangun Sisi Datar Kelas VIII MTs

: Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa yang Diajar

Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Metode Tugas dan Resitasi

: Hubungan Limit Fungsi dan Limit Barisan Pada Topologi

(2)

SUSUNAN PENYUNTING JURNAL INTERAKSI

Penanggung Jawab

Dra. Sri Harini, M.M.

Ketua Penyunting

Rahmad, M.Pd.

Wakil Ketua Penyunting

Ach. Zaini, M.Pd.

Penyunting Pelaksana

Dra Yanti Linarsih, M.Pd.

Sri Indriati Hasanah, M.Pd.

Moh. Tauhed Supratman, M.Pd.

Agus Budiharto, S.S

Pembantu Penyunting Pelaksana.

Moh. Zayyadi, M.Pd.

Nur Syakherul Habibi, SE

Penyunting Ahli

Drs. H. Kutwa, M.Pd.

Drs. H. Abd. Roziq, M.H

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Madura Pamekasan, Jl. Raya Panglegur KM 3,5 Pamekasan, Telp (0324) 322231,

325786. Fax. (0234) 327418, E-mail: interaksi_fkipunira@yahoo.co.id

Penyunting menerima sumbangan artikel yang belum pernah diterbitkan dalam media

cetak lain. Artikel diketik dengan spasi ganda pada ukuran kertas A4, panjang antara

5-15 halaman,

dengan format seperti yang tercantum pada Petunjuk bagi Penulis di bagian belakang jurnal

ini.

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI

(3)

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI

Volume 9, Nomor 2, Juli 2014

Seger

Penerapan Teknik X-Pector untuk Meningkatkan Kemampuan

Berbicara Bahasa Inggris

76-83

Sri Irawati

Perbedaaan Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Diajari Menggunakan Strategi Inkuiri dengan Strategi Ekspositori pada Materi Pokok Turunan Fungsi Siswa Kelas IPA SMAN I Galis

84-87

Shamrah

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMPN I Waru melalui Pendekatan Learning Community Tahun Pelajaran 2013-2014

88-92

Agus Subaidi

dan Sri Indriati

Hasanah

Prestasi Belajar Matematika antara Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Model Pengajaran Langsung

93-96

Maswiyanto

Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia Pokok Materi Sistem Koloid dengan Model Pembelajaran NHT di Kelas XI Semester 2 SMAN I Sumenep

97-104

Hasan

Basri

Kesuitan Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam Menyelesaikan

Soal Geometri Non Rutin Berdasarkan Perbedaan Gender

105-110

Mohammad

Sahril

Penggunaan Metode Demontrasi dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman tentang Otonomi Daerah Pada siswa Kelas IXD Semester I SMPN 2 Pamekasan

111-118

Rohmah

Indahwati

Penalaran Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Ditinjau dari Tingkat Kemampuannya

119-129

M. Tauhed

Supratman

Kemiskinan dalam Novel Indonesia

130-133

Sri Indriati

Hasanah dan

Yuni Hidayati

Pembelajaran Matematika Realistik Bernuansa Islami pada Pokok

Bahasan Bangun Sisi Datar Kelas VIII MTs

134-138

Moh. Zayyadi

Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa yang Diajar Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Metode Tugas dan Resitasi

139-142

Ukhti Raudhatul

Jannah

Hubungan Limit Fungsi dan Limit Barisan Pada Topologi Real

(4)

76

PENERAPAN TEKNIK ”X-PECTOR” UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS

Seger

Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Pamekasan Email:

Abstract :

Speaking is one of the most important skills to gain in learning language. The crusial problem of the teaching is that the students are not dare to sepak English. Mpst of them ara afraid to fall into mistake in speaking. The most dominat faktor is that they do not have enough chance to practice spekaing English. Most of the time in the class they use to do paper-exercises. It is important to overcome this problem by implementing a teaching technique which gives the students more chances to practice spekaing English. X-Pector is one technique which is considered effective to fulfill what the sdtudents need in learning English. This technique is addopted from one of the TV program with a litle modification so that it will be suitable with the class condition. The implementation of the stechnique is expected; 1) the students get enough chance to practice speaking, 2) it persuasively motivate the students to speak English, 3) the students get joyful learning in the class. To reach the goals, this technique is implemented in the following procedures; 1) make a group of four; 2) each group prepare a song and a singer; Each group present one song by a singer and the other three members give a comments after the song; dan 4) The next comments comments come from all audiens of other groups. The conclussion of implementng htis tcechnique is that ; 1) This technique is simple and practice to apply so the calss to be more active; 2) This technique also persuasively motivate students to practice speaking English; and 3) It creates a joyful leraning for the stuents in the class.

Key words : X-Pector

PENDAHULUAN

Kemampuan berbicara bahasa Inggris merupakan salah satu kompetensi dari empat kompetensi penting, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, yang menjadi target pencapaian dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pencapaian kompetensi berbicara memberikan kesan yang sangat kuat terhadap kemampuan berbahasa Inggris seseorang. Dibanding dengan tiga kemampuan lainnya, kemampuan berbicara sangat dominan dalam mewakili penguasaan kecakapan berbahasa Inggris.

Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan pembelajaran bahasa Inggris di kelas cenderung lebih banyak didominasi dengan kegiatan tulis menulis. Disamping itu dominasi guru dalam berbicara selalu mewarnai kelas sehingga peserta didik belum mendapat kesempatan yang cukup untuk berlatih berbicara. Situasi kelas yang terlalu formal, kurang rileks, menjadi bagian yang menghambat perkembangan bahasa peserta didik. Ketakutan membuat kesalahan menyebabkan perkembangan bahasa

terhambat, padahal perkembangan bahasa akan berkembang cepat jika anak terbebas dari rasa takut.

Temuan peneliti sebagai guru membuktikan bahwa dari waktu ke waktu ketika proses pembelajaran belum memberikan porsi berlatih berbicara yang cukup kepada peserta didik. Suasana kelas juga terlalu formal sehingga anak kurang mendapatkan rasa senang dalam pembelajaran. Tidak lebih dari enam peserta didik yang merespon pertanyaan-pertanyaan guru dengan menggunakan bahasa Inggris secara lisan ketika pembelajaran berlangsung. Peserta didik hanya menjawab pertanyaan dan belum menunjukkan kemampuan menjelaskan jawabannya. Kegiatan berbicara bahasa Inggris didominasi oleh guru dengan memberikan penjelasan dan contoh. Peserta didik kurang mendapat kesempatan untuk berekspresi dengan mengungkapkan ide-idenya. Kegiatan peserta didik lebih banyak diisi dengan menyelesaikan latihan-latihan dalam bentuk tulis, seperti: menjawab pertanyaan

(5)

77 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83

dan mengisi lembar kerja dsb. Padahal kemampuan berkomunikasi lisan sangat diperlukan, selain mengatasi kejenuhan, komunikasi lisan memberikan pengalaman berharga untuk memngembangkan potensi bahasa Inggris seseorang.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat tiga masalah dalam pembelajaran: 1) penerapan teknik pembelajaran secara praktis belum dapat menciptakan aktivitas berbicara bahasa Inggris; 2) teknik pembelajaran belum secara persuasif memotivasi untuk berani berbicara agar dapat meningkatkan kecakapan bicaranya; dan 3) kegiatan pembelajaran berlangsung terlalu formal yang tidak menyenangkan.

Peneliti berasumsi bahwa penerapan teknik X-Pector merupakan salah satu teknik yang diharapakan dapat memotivasi peserta didik untuk berlatih berbicara, memberi kesempatan peserta didik seluas-luasya untuk menyampaikan pendapatnya dan mereka mendapatkan rasa senang dalam pembelajaran. Penampilan sesama teman sebaya diharap juga dapat memotivasi peserta didik untuk lebih santai berbicara. Akan tetapi melalui lagu, dalam pembelajaran mereka mendapatkan rasa senang.

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah disusun sebagai sebrikut; 1) bagaimana menerapkan teknik X-Pector dalam pembelajaran bahasa Inggris?; 2) bagaimana teknik X-Pector secara persuasif dapat memotivasi peserta didik untuk berbicarar sehingga dapat meningkatkan kecakapan bicaranya?; dan 3) bagaimana respon peserta didik terhadap penerapan teknik X-Pector dalam pembelajaran?

Sedangkan tujuan penerapan teknik X-Pector pada materi teks fungsional berbentuk lagu adalah sebagai berikut; 1) mendiskripsikan penerapan teknik promosi dalam pembelajaran bahasa Inggris, 2) mendiskripsikan peningkatan kecakapan berbicara bahasa Inggris peserta didik, dan 3) mendiskripsikan respon peserta didik terhadap penerapan teknik X-Pector dalam pembelajaran.

METODE

Secara garis besar, penerapan teknik X-Pector untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris dilakukan dengan membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan 4 orang anggota dan satu kelompok beranggota 3 orang.. Pembagian kelompok bersifat hiterogen. Artinya setiap kelompok memiliki anggota dengan tingkat kemampuan beragam dari yang rendah sampai yang tinggi.

Setiap kelompok menyiapkan seorang penyanyi untuk menyanyikan sebuah lagu bahasa Inggris dan 3 orang lainnya menjadi komentator. Masing-masing kelompok tampil boleh dengan iringan musik atau alat lainnya. Setelah satu orang menyanyi, kesempatan berkomentar pertama diberikan kepada anggota dalam satu kelompok. Komentar selanjutnya diberikan kepada audiens dari anggota kelompok lain.

Penampilan kelompok dilakukan secara acak dengan undian. Setelah selesai tampilan, masing-masing komentar kelompok lain dirangkum dalam laporan komentar tertulis sebagai laporan masing-masing kelompok.

Disediakan waktu 15 menit kepada setiap anggota keompok untuk tampil menyanyi dan memberikan komentar, termasuk tanya jawab serta refleksi. Anggota kelompok lain dapat memberikan saran dan pertanyaan menyangkut lagu yang ditampilkan termasuk gaya dan cara menyanyikan lagu.

Penilaian terhadap penampilan kelompok dilakukan oleh guru peneliti pada aspek: kemampuan penampilan kelompok mengajak kelas mengikuti lagu bahasa Inggris dan banyaknya komentar. Sedang penilaian pada komentar dilakukan dengan banyak ide dan tepat sasaran aspek yang dikomentari.

Kegiatan penilitan sejak persiapan sampai dengan penyusunan laporan ini dilakukan pada kelas VIIIH SMP Negeri 2 Pamekasan, semester 1, yaitu sejak 25 Oktober s.d 12 Nopember 2013. Kelas ini terdiri dari 23 peserta didik. Materi pembahasan pada penelitian ini adalah teks fungsional berbentuk lagu.

(6)

Seger, Penerapan Teknik “X-Pector” | 78

Kriteria Keberhasilan

Penelitian ini berlangsung satu siklus. Penerapan satu siklus ini karena hasil penelitian telah menunjukkan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut: 1) keberhasilan rumusan masalah pertama, yaitu menyangkut penerapan teknik X-Pector, yang praktis atau mudah diterapkan dan mampu membuat proses pembelajaran berpusat pada peserta didik (bukan pada guru). Disamping praktis, teknik ini juga tidak memerlukan biaya mahal. 2) keberhasilan rumusan masalah ke dua, yaitu menyangkut peningkatan kemampuan berbicara diukur dari dua hal; yaitu banyak peserta didik yang berbicara bahasa Inggris dan kegiatan berbicara bahasa Inggris didominasi oleh peserta didik, bukan oleh guru. Jumlah peserta didik yang berbicara lebih banyak dari jumlah siswa sebelum teknik ini diterapkan yang hanya enam orang (26%); dan 3) rumusan masalah ke tiga, yaitu menyangkut respon peserta didik terhadap penerapan teknik ini, yaitu sebanyak 80% peserta didik mendapatkan rasa senang dalam belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertemuan 1

Pada Selasa, 29 Oktober 2013, guru peneliti memberikan penjelasan materi bahasan teks fungsional. Penjelasan dimulai dengan pengertian (definisi) teks fungsional, termasuk lagu. Kemudian dilanjutkan dengan struktur teks dan contoh-contohnya. Kegiatan selanjutnya diteruskan dengan mengamati sebuah lagu lewat slide projector. Pada tahap ini lagu yang ditampilkan berjudul “Love of MY Life” oleh Clauseman, Grup Slowrock Scorpion. Setelah ditampilkan, peserta didik diminta untuk memberikan komentar dan hasil komentar selanjutnya ditulis sebagai laporan.

Kegiatan dilanjutkan dengan membagi kelas menjadi enam kelompok dengan satu kelompok empat anggota. Diskusi oleh masing-masing kelompok untuk membagi tugas dan merencanakan jadwal pertemuan yang

dilakukan di luar jam sekolah. Pertemuan dilakukan untuk; 1) membagi tugas siapa yang mennaynyi dan siapa yang menjadi komentator. 2) menentukan judul lagu yang akan dinyanyikan. dan 3) pesrsiapan tampil menyanyi.

B. Pertemuan ke 2, 3, dan 4

Pertemuan ke 2 (31 Oktober 2013) Pada pertemuan ini kegiatan diawali dengan menyampaikan aturan main penampilan kelompok. Kemudian diambil 3 kelompok secara acak. Hasil undi, kelompok C, D, dan F tampil lebih dahulu. Sesuai dengan aturan main, kegiatan tampil bernyanyi dibagi menjadi dua bagian, 1) salah seorang anggota kelompok menyanyikan satu lagu bahasa Inggris; dan 2) selesai satu lagu, kesempatan berkomentar diberikan kepada anggota dalam satu kelompok dan diteruskan komentar yang berasal dari audiens dari kelompok lain.

Pada penampilan kelompok C, dengan lagu berjudul “I’m yours” peserta antusias untuk mendengar dan ikut manyanyikan lagu.. Pada bagian ini muncul 4 pertanyaan dan 6 komentar. Pada penampilan kelompok D dengan judul lagu “Just Give Me a Reason” muncul 4 dan 8 komentar. Penampilan selanjutnya yaitu kelompok F, dengan judul lagu “You Raise Me Up”. Pada penampilan kelompok ini muncul 4 pertanyaan dan 9 komentar.

Setelah diinventarisisr dan dianalisa, pertanyaan-pertanyaan yang muncul masih berkisar pada alasan pemilihan lagu dan pesan lagu yang ditampilkan. Komentar selanjuynya menyangkut gaya menyanyi, dan alas an memilih lagu. Setelah masing-masing satu anggota kelompok menyanyikan lagu, selalau diringi dengan pertanyaan dan komentar. Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi kelas untuk memberikan kritik dan masukan. Setelah diinventarisir, jenis komentar ditujukan pada tiga hal, yaitu 1) gaya menjanyi kurang rileks, 2) komunikasi emosional dengan audiens, dan 3) kemampuan mengajak audiens ikut terlibat dalam menyanyikan lagu

(7)

79 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83

Pertemuan ke 3, 5 Nopember 2013 Pada pertemuan promosi ke 3, guru peneliti mengawali pertemuan dengan mereviw kembali hasil refleksi dari kegiatan X-Pector pertemuan sebelumnya. yaitu , gaya menjanyi kurang rileks, 2) komunikasi emosional dengan audiens, dan 3) kemampuan mengajak audiens ikut terlibat dalam menyanyikan lagu .Pada kegiatan X-Pector kali ini, undian jatuh pada; kelompok A, E dan B. Pada penampilan kelompok A penampilan dengan membawakan lagu berjudul “Lucky” sudah ada perbaikan pada aspek gaya menyanyi yang sudah rileks, sedikit ada peningkatan pada komunikasi emosional, hanya masih belum secara optimal dapat membawa audiens ikut bersama-sama menyanyi. Perubahan gaya menyanyi yang rileks dan kominikasi emosional telah menunjukkan adanya peningkatan. Pada bagian ini muncul 5 pertanyaan dan 8 komentar. Pertanyaan masih banyak berkisar pada alasan pemilihan lagu dan pesan lagu yang ditampilkan.

Pada penampilan kelompok E dengan lagu berjudul: A Thousand Years: terdapat perubahan yang cukup menonol, dimana penyanyi yang bernama Ati’, dengan gaya yang menarik semua anggota kelompok di kelas untuk ikut bernyanyi dan begembira. Kemampuan emosional dalam benyanyi membuat suasana kelas semakin hidup. Pada bagian ini muncul 4 pertanyaan dan 14 komentar. Pertanyaan masih banyak berkisar pada alasan pemilihan lagu dan pesan lagu yang ditampilkan. Komentar selanjuynya menyangkut gayabernyanyi, dan lagu yang dinyanyikan.

Pada penampilan kelompok B dengan lagu berjudul “Fly to Your Heart”, sedikit agak berbeda dengan kelompok E, dimana ditinjau dari kemampuan emosional, penampilan penyanyi dari kelompo B masih dibawah penampilan kelompok E. Pada penampilan kelompok ini muncul 5 pertanyaan dan 8 komentar. Karena pertimbangan waktu, maka kegiatan refleksi dilakukan untuk pertemuan berikutnya, yaitu pada pertemuan ke 4, tanggal 7 Nopember 2013

Pertemuan ke 4, 7 Nopember 2013 Suasana pembelajaran menjadi semakin menarik saat masing-masing peserta menyampaikan komentar pada kegiatan refleksi. Arus komunikasi multi arah semakin membuat suasana komunikasi bahasa Inggris di kelas semakin hidup. Peserta didik sering terlibat saling komentar memberikan pendapat masing-masing. ide-ide semakin beragam. Walaupun disampaikan dengan bahasa yang berbeda, dan bahasa yang belum sempurna tetapi ide-ide yang mereka bisa pahami. Jika dikelompokkan, komentar audiens masih berputar pada tiga hal, yaitu; 1) gaya menjanyi kurang rileks, 2) komunikasi emosional dengan audiens, dan 3) kemampuan mengajak audiens ikut terlibat dalam menyanyikan lagu.

Adapun hasil secara keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan teknik X-Pector adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Teknik Promosi dan

Peningkatan Kemampuan

Berbicara Bahasa Inggris

Teknik ini mudah diterapkan dalam pembelajaran di kelas khususnya untuk meningkatkan aktivitas berbicara bahasa Inggris. Dari 23 orang peserta didik, semuanya mendapat kesempatan untuk berbicara bahasa Inggris. Secara klasikal, total waktu kegiatan pembelajaran 1 kali pertemuan 80 menit, dimana 10 menit untuk pengantar dan 5 menit untuk kegiatan penutup sehingga proses kegiatan inti berlangsung 65 menit.

Dibanding pembelajaran biasa yang sebelumnya hanya 6 orang (26%) yang tampil berbicara bahasa Inggris, pada penerapan tekhnik ini, dapat kita rinci sebagai berikut:

(8)

Seger, Penerapan Teknik “X-Pector” | 80

Tabel 1 Judul Lagu “Love of MyLife”

Catatan:

Prosentase kenaikan hanya dihitung pada kemampuan berkomentar lisan

Tabel 2: Judul Lagu

Keterangan: 1. I’m Yours,

2. Just Give Me a Reason, dan 3. You Raise Me Up.

Tabel 3: Judul Lagu

Keterangan: 1. Lucky,

2. A Thousand Years, dan 3. Fly to Your Heart

a. Pertemuan I, 29 Oktober 2013 (perhatikan tabel 1)

Terjadinya kenaikan 21% disebabkan oleh beberapa hal: 1) Lagu merupakan topik yang disenangi oleh peserta didik, 2) Lagunya sederhana dan diserta dengan teks lagu yang tampil pada layar sehingga mudah diikuti; 3) Kelompok pembawa sangat popular, yaitu scorpion, 4) langkah pembelajaran sangat sederhana, 5) proses pembelajaran relatif tidak membutuhkan biaya mahal karena peserta didik melihat tayangan lagu melalui projector dan memberikan komentar lewat lisan yang dibuktikan dengan laporan tertulis pada selembar kertas.

b. Pertemuan II, 31 Oktober 2013 (perhatikan tabel 2)

Terjadinya kenaikan 24% disebabkan oleh beberapa hal: 1) Lagu merupakan topik yang disenangi oleh peserta didik, 2) Lagunya merupakan lagu pilihan peserta didik yang pada umumnya anak usia sebaya menyukainya, 3) Penyanyinya adalah teman kelas, jadi peserta didik lebih berani berkomentar, 4) langkah pembelajaran sangat sederhana.

c. Pertemuan III, 5 Nopember 2013(perhatikan tabel 3)

Terjadinya kenaikan 37% disebabkan oleh beberapa hal: 1) Lagu merupakan topik yang disenangi oleh peserta didik, 2) Lagu A Tahosand Years” merupakan lagu yang sangt popular untuk No Komentar Lisan Komentar Tertulis Prosentase (%) Keterangan

Lisan Tulis 1 11 23 47% 100% Naik 21% No Komentar Lisan Pertanyaan Lisan Komentar Tertulis Prosentase (%) Keterangan Lisan Tulis 1 6 4 Kelompok 43% 6 (100%) Naik 17% 2 8 4 Kelompok 52% 6 (100%) Naik 26% 3 9 4 Kelompok 56% 6 (100%) Naik 30%

Rata-rata kenaikan Naik 24%

No Komentar Lisan Pertanyaan Lisan Komentar Tertulis Prosentase (%) Keterangan Lisan Tulis 1 8 5 Kelompok 56% 6 (100%) Naik 30% 2 14 4 Kelompok 78% 6 (100%) Naik 52% 3 8 5 Kelompok 56% 6 (100%) Naik 30%

(9)

81 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83

anak-anak. 3) Kemampuan penyanyi (Ati’) berkomunikasi secara emosional dengan audiens sangat baik sehingga mereka ikut bernyanyi bersama sambil tepuk tangan, dan 5) langkah pembelajaran relative sederhana dan mudah dilakukan, yaitu : mendengar lagu (bisa sambil ikut bernyanyai), emberikn pertanyaan atau komentar, dan terakhir merangkum hasil komentar sebagai bukti laporan tertulis. d. Pertemuan 4, 7 Nopember 2013

Pada pertemuan ke empat, kegiatan hanya diisi dengan kegiatan refleksi untuk memberikan catan dan masukan. Pada kegiatan ini dilakukan melalui tiga tahap’ 1) pengarahan oleh guru peneliti terkait temuan, 2) refleksi diri kelompok, dan 3) komentar dari kelompok lain. Selanjutnya kegiatan diteruskan dengan penyebaran angket peserta didik yang diberikan oleh guru peneliti untuk mengetahui sejauh mana respon peserta didik terhadap penerapan tekhnik ini.

Berikut disampaikan pula hasil angket peserat didik menyangkut penerapan tekhnik X-Pector: Point angket dapat dikategorikan menjadi tiga; 1) tingkat kepraktisan teinik X-Pector, 2) Tekhnik X-Pector secara memotivasi peserta didik untuk berbicara bahasa Inggris, dan 3) dengan teknik X-Pector pembelajaran memberikan rasa senang. Sesuai dengan bagian sub bahasan, maka pada bagian ini hanya dipaparkan respon peserta didik hasil angket menyangkut pertanyaan nomor satu dan dua saja. Semua responden yang berjumlah 23 orang peserta didik (100%) menyatakan bahwa tekhnik ini mudah diterapkan. Sedang respon peserta didik menyangkut tekhnik ini memotivasi untuk berani berbicara bahasa Innggris sebesar 21 orang (91%) sedang 2 orang (9%) menyatakan tidak. Ini artinya teknik ini belum tuntas membawa peserta didik berani berbicara bahasa Inggris

2. Respon peserta didik terhadap penerapan tekhnik X-Pector

Hasil rekam tanggapan peserta didik terhadap penerapan teknik X-Pector adalah sebagai berikut; terdapat 22 dari 23 orang peserta didik atau 95,6% orang menyatakan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan teknik X-Pector menarik dan menyenagkan. Hanya ada 1 orang atau 3,4% menyatakan tidak menarik. Hal ini berarti bahwa ketika tekhnik X-Pector ini diterapkan dalam pembelajaran, peserta didik mendapatkan rasa senang dalam belajar.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut; 1) Teknik X-Pector merupakan teknik pembelajaran yang sangat praktis (mudah dilaksanakan) dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, karena kegiatan ini hamier seluruhnya diisi oleh kegiatan peserta didik dalam bentuk bernyanyi, berkomentar, dan bertanya.. Dengan aktifnya peserta didik berbicara, kegiatan menjadi berpusat pada peserta didik. Meningkatnya aktivitas belajar juga tidak lepas dari sederhananya teknik ini serta tidak perlu biaya banyak unyuk implementasinya. Ada faktor lain yang sangat menentukan yaitu, keterlibatan peserta didik mepersiapkan pembelajaran sebelum kegiatan duimulai; 2) Menyangkut peningkatan kemampuan berbicara, kalau pada pembelajaran biasa, kegiatan beribacara abahasa Inggris didominasi oleh guru, tetapi dengan diterapkannya teknik ini, kegiatan berbicara di kelas didominasi oleh peserta didik. Sebelum teknik ini diterapkan, hanya terdapat 6 orang peserta didik berbicara bahasa Inggris, tetapi sejak teknik promosi ini diterapkan, dari pertemuan 1 s.d 4, jumlah peserta didik yang berbicara bahasa Inggris terus mengalami peningkatakan. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil angket peserta didik yang 91% menyatakan bahwa teknik ini memotivasi utuk berani berbicara bahasa Inggris. 3) Hasil angket peserta didik menunjukkan bahwa, terdapat 22 dari 23 orang peserta didik atau 95,6% orang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik X-Pector ini menyenangkan.

(10)

Seger, Penerapan Teknik “X-Pector” | 82

B. Saran

Dari hasil penelitian, disarankan kepada guru bahasa Inggris agar menggunakan teknik X-Pector sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris. Hal ini karena beberapa alasan; 1) teknik ini sangt praktis dan tidak membutuhkan biaya mahal; 2) teknik ini mampu secara peseruasif memotivasi peserta didik untuk melakukan praktik bebribacara bahasa Inggris, 3) teknik ini juga mudah menciptakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (bukan pada guru), 4) karena sifatnya yang persuasif dan menyenangkan, maka teknik ini sangat mudah untuk meningkatakan kemampuan berbicara; 5) Dari sisi komunikasi, terjadi komunikasi multi arah, yaitu komunikasi dengan lagu yang dinyanyikan, komunikasi dengan penyanyi dalam kondisi gembira sehingga kegembiraan ini menambah suasana menjadi menarik dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiana, Leo Idra. 2003. Penelitian Tindakan Kelas: Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Reviewer oleh Bambang Yulianto, dkk. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles (2nd Ed). New York: San Francisco State University

Latief, Adnan Mohammad. Ph.D. 2004. Pembelajaran, Penilaian, dan Penelitian Bahasa Inggris. (Kumpulan Artikel Ilmiah). Malang. Universitas Negeri Malang.

……….., 2003. Jurnal Ilmu Pendidikan, Juni 2003, Jilid 10, nomor 2.

Kisyani-Laksono.2007. Bahan Pendidikan dan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas dan karya Ilmiah. Surabaya: Universitas Surabaya

Ada satu hal penting sebagai temuan dalam pembelajaran ini, yaitu keberhasilan teknik ini ditunjang oleh keikutsertaan semua peserta didik secara aktif untuk ikut serta mempersiapkan pembelajaran sebelum dimulai. Persiapan dimaksud adalah menyiapkan penampilamn masing-masing kelompok bersama dengan komentarnya. Oleh sebab itu, point baru dalam penerapan teknik ini, yaitu keikutsertaan peserta didik dalam mempersiapkan pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.

McNiff, Jean. 1988. Action Research. New York: Macmillan Education Ltd.

Soedarsono, FX. 1997. Rencana, Desain, dan Implementasi dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti.

Sumarno. 1997. Pemantauan dan Evaluasi dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Susanto. 2002. Developing a Research Proposal, a practical Guidline. Surabaya, Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan bahas Inggris, Universitas Surabaya.

---2010. Konsep Penelitian Tindakan kelas dan Penerapannya. Surabaya. Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan bahas Inggris, Universitas Surabaya.

(11)

83 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83

Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

(12)

84

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG

DIAJARI MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI DENGAN STRATEGI

EKSPOSITORI PADA MATERI POKOK TURUNAN FUNGSI SISWA KELAS

XI IPA SMA NEGERI 1 GALIS

Sri Irawati

Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat : Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan

dira.irawati@gmail.com

Abstrak : Seiring perkembangan zaman banyak strategi yang mulai bermunculan, diantaranya

adalah strategi inkuiri dan strategi ekspositori. Strategi inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered approaches) sedangkan strategi ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered

approaches. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar matematika

siswa yang diajar menggunakan strategi inkuiri dengan strategi ekspositori pada materi pokok turunan fungsi siswa kelas XI IPA SMA NEGERI 1 Galis. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif jenis komparatif dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diajar menggunakan strategi inkuiri dan kelas kontrol yang diajar menggunakan strategi ekspositori. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dengan tekhnik analisis data menggunakan uji-t. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diajari menggunakan strategi inkuiri dengan strategi ekspositori pada materi pokok turunan fungsi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galis.

Kata kunci : prestasi belajar matematika, strategi inkuiri, strategi ekspositori,

PENDAHULUAN

Matematika selama ini dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit bagi sebagian siswa karena dalam pembelajaran matematika sangat kental hubungannya dengan angka-angka, rumus-rumus serta simbol-simbol. Dalam keadaan sulit tersebut kebanyakan siswa sangat minim pemahamannya terhadap pelajaran matematika sehinga mengakibatkan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah-maslah matematika. Sehingga hal ini menjadi masalah bagi seorang guru untuk kemudian harus dicarikan solusinya.

Untuk membantu siswa memahami konsep dan memudahkan guru dalam mengajarkan konsep tersebut diperlukan suatu pemdekatan pembelajaran yang mengaitkan materi konteks pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran ada dua pendekatan, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) contohnya pembelajaran menggunakan strategi ekspositori dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches) contohnya pembelajaran menggunakan strategi inkuiri. (sanjaya, 2008)

Dalam kegiatan pembelajaran sangat dituntut keaktifan siswa. Oleh karena itu guru matematika dituntut menjadi seorang pengajar profesional yang memiliki kemampuan (skill) dan bisa menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sesuai materi secara aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dapat meningkatkan motivasi pada diri siswa. Selain itu dimaksudkan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa jenuh dan semakin tekun belajar matematika.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diajar menggunakan strategi inkuiri dengan strategi ekspositori pada materi pokok turunan fungsi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galis

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif jenis komparatif, sebab data yang diperoleh berupa angka dari hasil tes dan dari hasil tes tersebut diteliti tentang perbedaannya. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu

(13)

85 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 84-87

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diajari menggunakan strategi inkuiri sedangkan kelas kontol diajari menggunakan strategi ekspositori. Pemilihan kedua kelas ini dilakukan dengan melihat rata-rata dari nilai matematika, dimana rata-rata-rata-rata dari kedua kelas haruslah relatif sama. Berdasarkan rata-rata nilai matematika, terpilihlah kelas XI IPA 2 sebanyak 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes yang berupa uraian (essay) sebanyak 4 soal. Namun sebelum digunakan, tes terlebih dahulu diujicobakan yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari soal tes yang dibuat. Uji coba tes diberikan kepada 10 siswa SMA Negeri 1 Pademawu. Hasil uji coba instrumen ini kemudian dianalisis untuk mengetahui layak tidaknya dengan menggunakan validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan menghitung uji t dengan taraf singnifikan 5%.

PEMBAHASAN DAN HASIL 1. Prestasi Belajar

Menurut Yasa

(http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prest asi-belajar/) Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Lebih lanjut dalam situs yang sama Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan bahwa prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).

Benjamin S. Bloom mengklasifikasikan prestasi belajar menjadi 3 ranah yaitu (1) ranah kognitif: berkaitan dengan pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi (2) ranah afektif : berkaitan dengan sikap (3) ranah psikomotorik: berkenaan dengan keterampilana dan kemampuan bertindak.

2. Strategi Inkuiri

Inkuiry yang dalam bahasa Inggris Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. trategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. (Gulo, 2002). Sedangkan menurut Sanjaya (2008) inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Menurut Sanjaya (2008) Prinsip penggunaan strategi inkuiri adalah : (1)

berorientasi pada pengembangan intelektual (2) prinsip interaksi (3) prinsip bertanya (4) prinsip bertanya untuk berpikir (5) prinsip keterbukaan.

Sedangkan langkah-langkah strategi inkuiri adalah :

1) Orientasi. Beberapa hal yang dapat guru lakukan dalam tahap ini adalah menjelaskan topik, tujuan, hasil belajar yang dapat dicapai siswa, langkah-langkah inkuiri serta memberikan motivasi pada siswa

2) Merumuskan masalah. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah masalah dirumuskan sendiri oleh siswa, masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung jawaban yang pasti dan Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa 3) Merumuskan hipotesis. Dalam langkah

ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban sementara.

(14)

Irawati, Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Siswa | 86

4) Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan

5) Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data

6) Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Menurut Sanjaya (2008) Kelebihan dari strategi inkuiri adalah : (1) strategi inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. (2) memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar meraka. (3) merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perudahan tingkah laku berkat adanya perubahan. (4) metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Sedangkan kelemahan dari strategi inkuiri adalah : (1) sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. (2) sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. (3) memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan (4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.

Cara mengatasi kelemahan strategi inkuiri adalah (1) guru sebaiknya merencanakan pembelajaran lebih matang agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (2) guru hendaknya memperhatikan dan menggunakan waktu seefisien mungkin (3) guru diharapkan lebih aktif untuk memperhatikan aktifitas siswa secara keseluruhan.

3. Strategi Ekspositori

Strategi ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan

maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (sanjaya, 2008).

Menurut Sanjaya (2008) prinsip strategi ekspositori adalah : (1) Berorientasi pada tujuan (2) Prinsip komunikasi (3) Prinsip kesiapan (4) Prinsip berkelanjutan Sedangkan langkah-langkah strategi ekspositori meliputi : 1) Persiapan. Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.

2) Penyajian. Penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan.

3) Korelasi. Menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya

4) Menyimpulkan. Memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. 5) Mengaplikasikan. Dalam langkah ini guru

akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.

Adapun kelebihan dari strategi ekspositori, yaitu: (1) Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. (2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. (3) Siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). (4) Strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Sedangkan kelemahan dari strategi ekspositori, yaitu: (1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik (2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta

perbedaan gaya belajar. (3) Kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis akan kurang. (4) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang

(15)

87 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 84-87

dimiliki guru (5) kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

Cara mengatasi kelemahan pada strategi ekspositori adalah sebaiknya guru mempersiapkan materi yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.

4. Turunan Fungsi

Kajian turunan fungsi yang menjadi fokus penelitian iniadalah turunan fungsi sub pokok materi model matematika yang berkaitan dengan ekstrim fungsi. Langkah-langkah yangg diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan ekstrim fungsi adalah : (1) merumuskan fungsi yang akan dimaksimumkan/minimumkan dalam satu variabel (2) menentukan maksimum/minimum dari fungsi yang diperoleh pada langkah sebelumnya (3) menafsirkan penyelesaian yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Grasindo

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Berdasarkan analisis data diperoleh = 6,75, selanjutnya dikonsultasikan dengan dengan taraf singnifikan 5% dan db=34, maka . Dari dua nilai tersebut tampak bahwa 6,75 > 2,032 atau . Sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diajari menggunakan strategi inkuiri dengan strategi ekspositori pada materi pokok turunan fungsi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galis.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galis maka disimpulakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diajari menggunakan strategi inkuiri dengan strategi ekspositori pada materi pokok turunan fungsi dengan taraf singnifikan sebesar 6,75 dan berdasarkan hasil perhitungan pada analisis data perbedaan hasil belajar matematika yang menggunakan strategi inkuiri dan ekspositori sebesar 4,718.

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/presta si-belajar/

(16)

88

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS

VIII SMPN 1 WARU PAMEKASAN MELALUI PENDEKATAN

LEARNING COMMUNITY TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Shamrah

Dinas Pendidikan, SMP Negeri 1 Waru

Jalan Raya Tamberu Waru Telp (0324) 510263 Pamekasan Email:

Abstrak:

Dalam pelaksanaan menilai pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian IPS yang pertama di kelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan pada kompetensi dasar mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan mencapai rata – rata 57,8 dan hanya 50 % siswa mencapai nilai 70 atau > 70. Untuk itu, penelitian ini melalui pendekatan learning communityuntuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMPN 1 Waru. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom

action research) dan dilakukan selama dua siklus. Instrumen dalam penelitian berupa angket,

observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui pendekatan learning communitymengalami peningkatan di setiap siklusnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning community sangat cocok digunakan dalam pembelajaran IPS.

Kata kunci:Learning community, IPS

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.

Dalam implementasi materi, menemukan IPS lebih menekankan aspek pengetahuan, berpusat pada guru, mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta hanya membentuk budaya menghafal dan bukan berpikir kritis. Dalam pelaksanaan menilai pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa karena minat

merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian IPS yang pertama di kelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan pada kompetensi dasar mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan mencapai rata – rata 57,8 dan hanya 50 % siswa mencapai nilai 70 atau > 70. Padahal idealnya minimal harus mencapai 100% siswa mendapat 70 atau > 70. Diduga bahwa yang menjadi kendala yang dirasakan adalah masalah proses pembelajaran yang kurang variasi dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Guru menggunakanmodel pembelajaran yang terkesan monoton sehingga siswa menjadi kurang aktif.

Setelah memperhatikan situasi kelas yang seperti itu, maka perlu dipikirkan cara penyajian dan suasana pembelajaran IPS yang cocok untuk siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini pemerintah sudah sering mensosialisasikan berbagai model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran

(17)

89 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 88-92

yang disosialisasikan adalah model pembelajaran learning community.

Learning community merupakan suatu konsep terciptanya masyarakat belajar di sekolah, yakni proses belajar membelajarkan antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan bahkan antara masyarakat sekolah dengan masyarakat di luar sekolah, agar prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.Learning community berusaha menggeser pembelajaran yang bersifat individual menjadi pembelajaran yang bersifat sosial. Ini berarti iklim kompetitif dalam kelas harus diubah menjadi iklim sosial, sehingga tidak terjadi kesenjangan intelektual dan pengalaman di antara siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswakelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan melalui pendekatan learning community tahun pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2005). Penelitian Tindakan Kelas sebagaimana dinyatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Yatim Riyanto, 2001) merupakan penelitian yang bersiklus, yang terdiri dari perencanaan,pelaksanaan,observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang, hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Obyek Tindakan

Proses penelitian tindakan kelas ditik beratkan pada prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui pendekatan learning community, melalui strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meraih prestasi belajar.

2. Tempat, waktu dan subyek penelitian Penelitian dilaksanakan di SMPN 1 Waru Pamekasan Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari minggu ke 2 bulan Juli 2013 sampai dengan minggu ke 2 bulan September 2013. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMPN 1 Waru Pamekasan dengan jumlah siswa di

kelas ini adalah 30 orang yang terdiri dari 14 orang laki – laki dan 16 orang perempuan.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah data primer yang diperoleh melalui angket, wawancara dan observasi pada siswa kelas VIII A SMPN 1 Waru Pamekasan pada tahun ajaran 2013/2014

4. Teknik dan alat pengumpulan data

Dalam PTK ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik yaitu :

a. Angket, yaitu untuk memperoleh data secara cepat dari responden dalam waktu singkat.

b. Observasi, yaitu untuk cross check data yang dikumpulkan dari angket, tentang sikap dan perilaku guru selama kegiatan sehingga diharapkan mendapatkan data yang akurat.

c. Wawancara, yaitu melengkapi data yang diperoleh melalui angket dan observasi.

5. Validasi Data

Untuk memperoleh data yang valid peneliti melalukan validasi data yang diperoleh dari angket, observasi dan wawancara.

6. Analisis data

a. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : Analisis kuantitatif, yaitu adalah analisis data yang dinyatakan dengan angka.

b. Analisis kualitatif adalah analisis data yang dinyatakan dengan kualita atau keterangan yang dilakukan pada data hasil angket, observasi, dan wawancara.

c. Analisis digunakan terhadap data hasil penelitian tahap pra siklus, siklus pertama, dan siklus ke dua. Teknik analisis dilakukan dengan membandingkan seberapa besar selisih nilai yang diperoleh siswa dalam mengikuti ulangan harian dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada setiap tahap.

(18)

Shamrah,

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS | 90

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal

1. Deskripsi Hasil Belajar Prasiklus

Hasil pembelajaran kondisi awal IPS Kompetensi Dasar mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan melalui pendekatan learning community diperoleh data dimana pada masa pra siklus mencapai rata – rata 63,33 dan hanya 50 % siswa mencapai nilai 70 atau > 70. Padahal idealnya minimal harus mencapai 100% siswa mendapat 70 atau > 70.

2. Deskripsi Proses pembelajaran

Proses pembelajaran kondisi awal siswa kelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan pada mata pelajaran IPS tentang keragaman bentuk muka bumi , proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan kurang berhasil karena rata – rata kelas mencapai 63,33 dan hanya 50% siswa mencapai ketuntasan atau nilainya lebih dari 70.Padahal idealnya ketuntasan klasikal adalah 85% dan KKM harus 70.

Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 26 Nopember 2013 , pertemuan kedua tanggal 28 Nopember 2013 dan pertemuan ketiga tanggal 30 Nopember 2013.

Sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran, dilakukan persiapan terakhir. Langkah awal dalam perencanaan adalah peneliti memeriksa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, dibaca ulang, mencermati setiap butir yang akan direncanakan.

Peneliti memeriksa skenario pembelajaran yang terdapat dalam RPP yang akan diimplementasikan melalui kegiatan pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir.

a. Kegiatan Awal

Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 26 Nopember 2013. Kegiatan awal dilaksanakan kurang lebih 10 menit, yaitu memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan apersepsi untuk memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran.Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti siklus I pertemuan pertama dilaksanakan selama 40 menit. Guru membentuk kelompok diskusi berdasarkanlokasi tempat duduk siswa, untuk melaksanakan diskusi sesuai permaslahan yang ada.Ketua kelompok mengambil lembar kerja siswa yang telah disiapkan untuk di diskusikan secara bersama – sama di dalam kelompok.

Guru mengawasi siswa yang sedang melakukan diskusi. Setelah kerja kelompok selesai, dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk saling mencocokkan hasil kerjanya. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan.

Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru mengulas materi dan hasil kerja siswa. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

c. Kegiatan Akhir

Guru memberikan saran dan tindak lanjut untuk pelajaran berikutnya. Guru memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa untuk menyelasaikan yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Siswa dengan bimbingan guru mengkaji dan menelaah masalah yang ada pada materi tentang keragaman bentuk – bentuk muka bumi, kemudian dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan pada lembar kerjasiswa.Siswa mengerjakan LKS, beberapa siswa melaporkan hasil kerjanya di depan kelas bergantian dan siswa lain yang belum maju memberikan tanggapan, sanggahan,

(19)

91 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 88-92

pertanyaan dan pendapat yang berbeda kepada siswa yang sedang melaporkan hasil kerjanya.

Selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama 3 kali pertemuan, semua kegiatan berjalan lancar dan tidak ada kendala yang menganggu proses belajar mengajar.

3. Hasil Pengamatan a. Hasil Belajar

Hasil belajar pada siklus I terdapat kenaikan prestasi belajar berupa rata – rata kelas menjadi 69,89 dan sebanyak 65 % siswa memperoleh nilai tuntas. Nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 90.

b. Proses Pembelajaran

Dalam pembelajaran IPS siswa mulai tertarik untuk mengikuti diskusi walaupun masih ada yang bermain – main, pasif dalam diskusi.Dengan model pembelajaran learning community mulai ada perubahan prestasi belajar siswa kea rah peningkatan.

4. Refleksi

Dengan memperhatikan hasil pengamatan terhadap siswa diperoleh hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam proses pembelajaran IPS di Kelas VIII A terdapat peningkatan prestasi belajar dari nilai rata – rata 63,33 menjadi 69,89 dan jumlah siswa yang tuntas dari 50% menjadi 75%.

b. Tetap meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning community.

Deskripsi Hasil Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3, 5, dan 7 Desember 2013 Sebelum melaksanakan tindakan perbaikan, dilakukan persiapan terakhir. Langkah awal dalam perencanaan adalah peneliti memeriksa RPP yang telah disusun, dibaca ulang, mencermati setiap butirnya.Yang tidak kalah pentingnya adalah semua perencanaan harus dimatangkan dan saran prasarana dipersiapkan dengan baik agar kegiatan PBM tidak menemukan hambatan yang dapat menganggu proses penyusunan PTK ini.

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dilaksanakan kurang lebih 10 menit, yaitu memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan

siswa agar siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan apersepsi untuk memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran.Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti siklus II pertemuan pertama dilaksanakan selama 40 menit. Guru membentuk kelompok diskusi berdasarkan lokasi tempat duduk siswa, untuk melaksanakan diskusi sesuai permaslahan yang ada.Ketua kelompok mengambil lembar kerja siswa yang telah disiapkan untuk di diskusikan secara bersama – sama di dalam kelompok. Guru mengawasi siswa yang sedang melakukan diskusi. Setelah kerja kelompok selesai, dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk saling mencocokkan hasil kerjanya. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan.

Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru mengulas materi dan hasil kerja siswa. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

c. Kegiatan Akhir

Guru memberikan saran dan tindak lanjut untuk pelajaran berikutnya. Guru memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa untuk menyelasaikan yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Siswa dengan bimbingan guru mengkaji dan menelaah masalah yang ada pada materi tentang keragaman bentuk-bentuk muka bumi, kemudian dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan pada lembar kerjasiswa.Siswa mengerjakan LKS, beberapa siswa melaporkan hasil kerjanya di depan kelas bergantian dan siswa lain yang belum maju memberikan tanggapan, sanggahan, pertanyaan dan pendapat yang berbeda kepada siswa yang sedang melaporkan hasil kerjanya.

Selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama 3 kali pertemuan, semua kegiatan berjalan lancar dan tidak ada kendala yang menganggu proses belajar mengajar.

(20)

Shamrah,

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS | 92

3. Hasil Pengamatan a. Hasil Belajar

Hasil belajar pada siklus II terdapat kenaikan prestasi belajar berupa rata – rata kelas menjadi 83.3 dan sebanyak 90 % siswa memperoleh nilai tuntas. Nilai terendah adalah 70 dan nilai tertinggi adalah 100

b. Proses Pembelajaran

Dalam pembelajaran IPS siswa sangat tertarik untuk mengikuti diskusi, siswa yang suka bermain – main tidak ada, siswa sangat aktif dalam diskusi.Dengan model pembelajaran learning community perubahan prestasi belajar siswa kea rah peningkatan sangat dirasakan.

4. Refleksi

Dengan memperhatikan hasil pengamatan terhadap siswa diperoleh hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam proses pembelajaran IPS di Kelas VIII A terdapat peningkatan prestasi belajar dari nilai rata – rata 69,89 menjadi 83,3 dan jumlah siswa yang tuntas dari 75% menjadi 90%. b. Tetap meningkatkan prestasi belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning community.

KESIMPULAN

1. Hasil pembelajaran kondisi awal IPS Kompetensi Dasar mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan melalui pendekatan learning community diperoleh data dimana pada

masa prasiklus mencapai rata – rata 63,33 dan hanya 50 % siswa mencapai nilai 70 atau > 70. Padahal idealnya minimal harus mencapai 100% siswa mendapat 70 atau > 70.

2. Hasil belajar pada siklus I terdapat kenaikan prestasi belajar berupa rata – rata kelas menjadi 69,89dan sebanyak 65 % siswa memperoleh nilai tuntas. Nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 90.

3. Hasil belajar pada siklus II terdapat kenaikan prestasi belajar berupa rata – rata kelas menjadi 83.3 dan sebanyak 90 % siswa memperoleh nilai tuntas. Nilai terendah adalah 70 dan nilai tertinggi adalah 100

4. Karena dalam penelitian ini terjadi peningkatan prestasi belajar siswa , maka peneliti berkesimpulan bahwa model pembelajaran learning community sangat cocok digunakan dalam pembelajaran IPS.

SARAN

1. Guru hendaknya selalu mencari dan menyesuaikan model pembelajaran dengan materi yang disampaikan, guru sebagai pendidik hendaklah juga memahami karakteristik dan kemampuan siswa, karena masing-masing siswa pada dasarnya mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.

2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran IPS.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

Mulyasa, E.. 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset.

Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi, Suparti. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur.

Sumadi. 2002. Prestasi dalam Belajar. Pustaka Widyamara : Jakarta

(21)

93

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG

DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL

PENGAJARAN LANGSUNG

Agus Subaidi Sri Indriati Hasanah

Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan

Abstract: cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) or numbering think

with the type of cooperative learning is designed to influence the pattern of student interaction and as an alternative to the traditional classroom structure. While the direct instruction model is one approach to teaching that is designed specifically to support students' learning process related to declarative knowledge and procedural knowledge are well structured that can be taught with the pattern of activity gradually, step by step. Both models have a different syntax that needs to be investigated whether there are differences of learning achievement when used in learning. Apparently after research showed that there was no difference in math achievement between students taught using cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) is taught by using the model of Direct Instruction.

Keywords: cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT), direct instruction

model, achievement.

PENDAHULUAN

Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Maka dari itu bidang pendidikan memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah, masyarakat pada umumnya dan para pengelola pendidikan pada khususnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini pendidikan banyak mengalami berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang sangat menarik adalah berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan. Upaya Peningkatan mutu pendidikan dilakukan dikarenakan masih rendahnya prestasi belajar. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, salah satunya dengan melakukan perubahan kurikulum sekolah. Langkah ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil

belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2007). Sedangkan tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai melalui prestasi belajar dalam proses pembelajaran.

Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru mempunyai peranan yang penting. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang luas. Selain sebagai pengajar, guru dituntut berlaku sebagai pembimbing dan pendidik siswa. Kemampuan penguasaan materi yang dimiliki oleh guru, kemampuan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran serta ketrampilan dalam menyampaikan materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

Berbagai model pembelajaran dapat guru gunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun tidak semua dari model pembelajaran tersebut dapat digunakan. Guru perlu menyeleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu khususnya mata pelajaran matematika sehingga diperoleh prestasi belajar yang lebih baik.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran

Gambar

Tabel 2: Judul Lagu
Tabel  2.  Nilai  psikomotorik  siswa  ke-1  dan  ke-2  pada  pokok  materi  sistem  sistem  koloid  dengan  model  Pembelajaran  NHT  pada  siswa  kelas  XI.IA4  SMA  Negeri  1  Sumenep  N o  Pencapaian  Praktikum I  Praktikum II Nilai Kriteri a  Nilai  K
Tabel  5.      Hasil  kuesioner  tentang  tanggapan  siswa  siklus  I,  II  dan  III  pada  pokok  materi  sistem  sistem  koloid  dengan model Pembelajaran NHT  pada  siswa  kelas  XI  IA4  SMA  Negeri 1 Sumenep  N o  Indikator  S S  T S  S  S S  1  Tujua
Tabel 1. Hasil Tes Tulis Siswa pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen, komposisi mineral mikro (besi, seng, tembaga, dan iodium) dan cemaran logam berat (timbal, kadmium, merkuri) terhadap

Pelaksanaan Manhaj Rasulullah dalam Pengajaran dan Pembelajaran Kelas al-Quran Bagi Golongan Dewasa. IodelAsas P&P Kelas al-Quran Dewasa

Artinya peningkatan kualitas pelayanan pajak (X) akan menyebabkan terjadinya peningkatan kepatuhan wajib pajak (Y) dalam membayar PBBP2 di Dinas Pendapatan Kota Denpasar.

DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket)

Petani Dengan Respon Afektif Hubungan yang diteliti adalah hubungan antara karakteristik petani (umur, pendidikan, pengalaman usahatani, luas lahan dan pendapatan

dideskripsikan bahwa pada siklus I ini tingkat kerja sama siswa mengalami peningkatan. Presentase kategori tinggi meningkat sebanyak 9,55%, kategori sedang mengalami

2) Customer satisfaction memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap customer equity. Hal ini didukung dengan rata-rata jawaban responden yang menyatakan setuju jika

Adanya goncangan negatif pada variabel kompetisi (nilai lerner index yang semakin kecil yang berarti bahwa industri perbankan semakin kompetitif) akan mendorong bank semakin