• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) DI POLI SARAF RSUD BANYUMAS SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) DI POLI SARAF RSUD BANYUMAS SKRIPSI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN)

DI POLI SARAF RSUD BANYUMAS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

OLEH :

GUNTUR ARIANTO WIBOWO J 500 080 056

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

(2)
(3)

ABSTRAK

Guntur Arianto Wibowo J 5000 080 056 . HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) DI POLI SARAF RSUD BANYUMAS. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012 Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada dokter. Faktor psikologis menentukan kuatnya rasa nyeri pada penderita, termasuk rasa cemas. Atas dasar inilah penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas dapat diterima.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah ( Low Back Pain ) di Poli Saraf RSUD Banyumas. Penelitian observasional analitikal dengan pendekatan belah lintang ( cross sectional ). Tempat dan waktu penelitian di Poli Saraf RSUD Banyumas bulan Mei 2012. Subjek penelitian sebanyak 165 subjek (88 perempuan dan 77 laki laki ) yang didiagnosis oleh dokter spesialis Saraf menderita nyeri punggung bawah.

Berdasarkan pengujian dengan korelasi Spearmen diperoleh korelasi koefisien (r) = 0,687 (p = 0,000 < 0,01) yang berarti secara statistik terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (low back pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas.

(4)

PENDAHULUAN

NPB (Nyeri Punggung Bawah) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Meliala dkk, 2000). Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada para dokter umum. Nyeri punggung bawah akut pada umunya ditangani oleh dokter keluarga, pelayanan kesehatan primer dan pada banyak kasus diobati secara konservatif (Bratton, 1990; Adam, 2000).

Sekitar 80% dari populasi penduduk yang pernah mengalami NPB sebagian besar akut yang bisa menjadi tipe kronik termasuk tipe benigna. Penderita NPB kronik merupakan pengunjung praktek dokter yang cukup banyak dan merupakan penyebab utama disabilitas. Dari populasi ini sekitar 75% diantaranya ditemukan pada umur antara 39-59 tahun (Kelsey et al., 1992).

Berdasar jenis nyeri bisa berupa nyeri lokal maupun nyeri radikular. Jenis nyeri bisa beragam seperti neuropatik, nyeri nosiseptif, nyeri idiopatik. Tidak jarang ditemukan berupa kombinasi dari berbagai etiologi nyeri yang disebut dengan nyeri kombinasi. Atas dasar ini maka penanganan yang maksimum harus mendasar pada pengenalan etiologi nyeri tersebut (Purba, 2010).

Di Inggris dilaporkan prevalensi NPB pada populasi lebih kurang 16.500.000 per tahun, yang melakukan konsultasi ke dokter umum lebih kurang antara 3-7 juta orang. Penderita NPB yang berobat jalan berkisar 1.600.000 orang. Dari keseluruhan NPB, yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang per tahunnya (PERDOSSI, 2000). Di Amerika serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah mengalami NPB, keadaan ini menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya pengobatan dan kehilangan jam kerja (Purba, 2010).

Sekitar 5% dari populasi di Amerika Serikat mengalami serangan NPB akut, dan karena itu AHCPR ( Agency for Health Care Policy dan Research ) dari Departemen Kesehatan Amerika Serikat mengeluarkan buku panduan bagi para dokter yang bekerja di palayanan kesehatan primer (Bigos et al, 1994).

Kabupaten Banyumas merupakan daerah dimana penderita nyeri punggung bawah cukup banyak. Penduduk Kabupaten Banyumas yang bermata pencaharian sebagai petani berisiko terkena nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Di Poli Saraf RSUD Banyumas banyak sekali menerima pasien nyeri punggung bawah setiap harinya. Mereka menjalani rawat inap sebesar 165 orang dan rawat jalan sebesar 1.356 orang. Prevelansi penderita nyeri punggung bawah pada Poli Saraf RSUD Banyumas 29,47% (RSUD Banyumas, 2010).

Faktor-faktor psikologik sangat menentukan kuatnya rasa nyeri pada penderita dengan penyakit yang sudah lanjut. Rasa kuatnya tak berdaya dan rasa takut akan kematian yang sudah di ambang pintu menambah keseluruhan penderitaan pasien menambah nyeri. Adalah sangat penting untuk mengidentifikasikan kedua komponen fisik dan non-fisik, agar dapat memberi pengobatan yang tepat (Soedomo, 1991).

Dari aspek psikologi dan pengalaman klinik ternyata bahwa pada umumnya nyeri dirasakan lebih keras bila diusik juga kecemasan, depresi, dan kesepian. Bila penderita dengan nyeri dihindari lingkungannya, maka rasa nyeri

(5)

akan lebih hebat. Sebaliknya, perhatian yang dialihkan, kata-kata yang menentramkan dan menyenangkan akan mengurangi rasa nyeri. Pengalaman buruk dengan penyakit dan nyeri dimasa lalu sering dapat memperkuat rasa nyeri masa kini (Soedomo, 1991).

Kecemasan sendiri dapat menyebabkan nyeri. Otot menjadi tegang karenanya sehingga mengakibatkan nyeri kuduk, kepala, atau punggung. Rahang yang dikencangkan atau gigi yang digertakan dapat menyebabkan nyeri pada muka. Kecemasan terlebih bila menahun dapat menurunkan nilai ambang nyeri, sehingga orang itu mengalami rasa nyeri yang lebih hebat, seperti pada penyakit menahun dengan nyeri, umpamanya kanker. Kecemasan dapat memperkeras rasa nyeri juga bila perhatian difokuskan pada sensasi-sensasi yang biasanya tidak dianggap nyeri seperti prestise, rasa gatal dan kadang-kadang bahkan denyutan jantung atau gerakan usus (Soedomo, 1991).

Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui berbagai komponen pada pasien dengan NPB. Terdapat bukti yang saling bertentangan, terhadap peranan status sosial, akan tetapi mungkin yang lebih berperan adalah pekerjaan yang dilakukan secara manual atau non manual. Dalam hal ini hampir dapat dipastikan pada status sosial yang lebih rendah umumnya melakukan pekerjaan (angkat berat) secara manual, tentunya mempunyai prevalensi yang lebih untuk NPB. Terhadap pendapat umum yang memperkirakan NPB lebih umum ditemukan pada orang dengan pekerjaan kasar, tentunya dapat diterima dimana secara bermakna lebih sering dibandingkan pekerjan lainnya. Rokok dapat juga meninggikan insiden NPB, akan tetapi hal ini (merokok) mungkin merupakan faktor koinsidensi terhadap sosial demogarfis dan gaya hidup (PERDOSSI, 2000)

Beberapa faktor resiko penyebab NPB antara lain termasuk orang yang pernah mendapatkan NPB sebelumnya. Selain itu pekerja yang sehariannya dengan kesibukan mengangkat benda-benda berat terutama pada kelompok umur sekitar 45 tahun. Juga pekerja bangunan dengan menggunakan alat vibrator, perokok berat, obesitas dan kurangnya melakukan pergerakan. (Borenstein, 2001).

Berdasarkan beberapa penelitian di atas dan hasil survey pendahuluan di Poli Saraf RSUD Banyumas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumus masalah dalam penelitian ini adalah : “Adakah hubungan tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada pada penderita nyeri punggung bawah pada Poli Saraf di RSUD Banyumas?”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik melalui pendekatan cross sectional. Data diambil dari data primer yang diperoleh dari pengisian kuisioner oleh para responden sebagai subjek penelitian. Menurut Sastroasmoro et al. (2001) bahwa dalam penelitian cross sectional peneliti mencari hubungan antara variabel bebas dengan tergantung dengan melakukan

(6)

pengukuran sesaat, jadi pada pasien cross sectional tidak ada tindakan lanjut atau follow up.

Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan. Pengisian kuesioner pada penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Populasi dalam penelitian adalah pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas dengan jumlah sampel sebanyak 165 pasien. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Total sampling merupakan sampling yang diambil dengan cara mengambil semua jumlah subjek dalam populasi (terjangkau) yang telah didiagnosis LBP oleh dokter Spesialis Saraf di RSUD Banyuamas.

A. Kriteria Retriksi 1. Kriteria inklusi

a) Pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang telah didiagnosa LBP oleh dokter Spesialis Saraf di Poli Saraf RSUD Banyumas bersedia menjadi responden.

b) Lulus instrumen L-MMPI dengan nilai “tidak” tidak boleh > 10 (Iskandar, 2008).

2. Kriteria Ekslusi

Pasien yang menolak menjadi responden. B. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas : Tingkat Kecemasan

2. Variabel terikat : Intensitas Nyeri

3. Variabel perancu : gangguan sistem saraf (multiple sklerosis), nyeri neuropati, dan trauma.

C. Definisi Opersional 1. Low Back Pain (LBP)

Low Back Pain adalah rasa sakit yang dalam berbagai macam modalitasnya yang terjadi di daerah lumbal berikut sakrum (Sidharta, 1979). Dalam penelitian ini menggunakan skala VAS (Visual Analog Scale).

2. Tingkat kecemasan

Menurut Froggatt (dikutip dalam Supriyantini, 2010) adalah perasaan tidak nyaman dan ketakutan dengan beberapa gejala fisik yang tidak menyenangkan, termasuk ketegangan otot, denyut jantung yang bertambah cepat, nafas memburu, mulut kering, badan berkeringat dan gemetar. Dalam penelitian ini tingkat kecemasan diukur dengan menggunakan kuisioner Anxiety Analog Scale (AAS). Variabel bebas pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran interval.

3. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Farida, 2010). Pada

(7)

penelitian ini intensitas nyeri diukur dengan menggunakan kuesioner Visual Analog Scale (VAS). Variabel terikat pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran interval.

D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen data diri

Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui status responden secara lengkap dan terjaga kerahasiannya. Kuesioner ini berisikan pernyataan bahwa kesediaan menjadi subjek dalam penelitian ini tanpa suatu paksaan dari pihak manapun, dan bersedia menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya

2. Instrumen kuesioner L-MMPI

Instrumen skala L-MMPI (Lie-Minnesota Multiphasic Personality Inventory) untuk mengetahui kejujuran subjek terhadap instrumen yang yang dinilai. Pertanyaan pada L-MMPI berjumlah 15 yang harus dijawab “ya” atau “tidak”, apabila ditemukan jawaban “tidak” lebih dari 10 (sepuluh) maka responden dinyatakan gugur dan tidak dimasukkan ke dalam pengolahan data. Pertanyaan pada L-MMPI berisi tentang kebiasaan-kebiasaan yang terdapat pada hampir setiap orang (Iskandar, 2008).

3. Instrumen kuesioner tingkat kecemasan

Anxiety Analog Scale (AAS) merupakan modifikasi dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA) yaitu instrumen untuk mengukur “state” anxietas yang dialami. Modifikasi meliputi (6) enam aspek yaitu keadaan cemas, tegang, takut, kesulitan tidur, kesulitan konsentrasi dan perasaan depresi atau sedih. Dimana responden diminta untuk memberi tanda pada enam kotak bergaris 100 mm dimana dia pada aspek kecemasan yaitu diteliti. Pada skala angka (0) menunjukkan titik permulaan atau tidak gejala sama sekali, sedangkan skala 100 menunjukkan keadaan ekstrim yang luar biasa (Panambang, 2000).

Tabel 1. Derajat Kecemasan AAS modifikasi HRSA

Nilai Derajat Kecemasan

< 150 Tidak ada kecemasan

150 - 199 Kecemasan Ringan

200 - 299 Kecemasan Sedang

300 - 399 Kecemasan Berat

>400 Kecemasan Luar Biasa

Validitas AAS sudah dinilai, mendapatkan korelasi yang cukup dengan HRSA (r = 0,57 - 0,84). Ini menunjukkan bahwa AAS cukup valid dan realible (Panambang, 2000).

4. Instrumen kuesioner intensitas nyeri

Pengukuran nyeri dilakukan berdasarkan laporan pribadi pasien atau juga kesimpulan yang diambil oleh dokter berdasarkan keluhan pasien (Purba, 2010). Dalam pengukuran nyeri peneliti menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Pasien dapat memberikan nilai nyerinya dengan memberikan tingkat intensitas nyeri dalam kelompok nyeri ringan, sedang

(8)

atau berat diatas kertas skala numerik (0 berarti tidak ada nyeri dan angka 10 menyatakan nyeri yang paling hebat) (Purba, 2010). Validitas VAS mendapatkan korelasi yang cukup (r = 0,62) (Armiati, 2009).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara mendatangi responden yang ada di Poli Saraf RSUD Banyumas yang sesuai dengan kriteria inklusi.

F. Analisa Data

Analisis data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Pada penelitian ini analisis data akan dilakukan dengan teknik korelasi product moment, apabila distribusi datanya normal. Product moment merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji derajat hubungan linier antara dua variabel yang berskala interval. Seluruh data yang diperoleh akan diolah menggunakan sistem komputerisasi dengan program SPSS for Windows 16.0. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik dibedakan berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat kecemasan dan intensitas nyeri.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden penelitian ini adalah pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi

(orang) Prosentase (%) Laki-laki 77 46,7 Perempuan 88 53,3 Total 165 100,0 ( Data Primer, 2012 ) Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 165 responden terdapat 88 responden atau 53,3% (mayoritas) berjenis kelamin perempuan. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur (tahun) Frekuensi (orang) Prosentase (%) 20 – 30 3 1,8 31 – 40 29 17,6 41 – 50 92 55,8 51 – 60 31 18,8 > 60 10 6,1 Total 165 100,0 ( Data Primer, 2012 )

(9)

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 165 responden terdapat 92 responden penelitian atau 55,8% yang berusia 41-50 tahun.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas yang menjadi responden adalah 165 orang, setelah dites dengan kuesioner Anxiety Analog Scale (AAS) yang merupakan modifikasi Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA) didapatkan hasil sebagaimana terlihat di (tabel 5).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan

Kecemasan Frekuensi

(orang)

Prosentase (%)

Tidak ada kecemasan 17 10,3

Kecemasan ringan 30 18,2

Kecemasan sedang 118 71,5

Kecemasan berat 0 0,0

Kecemasan luar biasa 0 0,0

Total 165 100,0

( Data Primer, 2012 )

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 165 responden 118 responden atau 71, 5 % dengan tingkat kecemasan sedang dan kecemasan ringan sebanyak 30 responden atau 18,2 % dan tidak ada kecemasan 17 responden atau 10,3 %.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri

Berdasarkan pengukuran intensitas nyeri pada responden dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS) didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 6).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri

Kecemasan Frekuensi (orang)

Prosentase (%)

Tidak ada nyeri 0 0,0

Nyeri ringan 31 18,8

Nyeri sedang 81 49,1

Nyeri berat 53 32,1

Nyeri sangat berat 0 0,0

Total 165 100,0

( Data Primer, 2012 ) Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 165 responden paling banyak yaitu 81 responden atau 49,1 % mengalami nyeri dengan intensitas sedang.

(10)

Tabel 7. Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tk. Kecemasan

N 165

Normal Parametersa Mean 203.6364

Std. Deviation 41.33579

Most Extreme Differences Absolute .180

Positive .068

Negative -.180

Kolmogorov-Smirnov Z 2.313

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Berdasarkan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov di atas diperoleh nilai p = 0,000 artinya data berdistribusi tidak normal. Untuk selanjutya untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri digunakan uji non parametrik rank Spearman.

2. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Intensitas Nyeri pada Penderita Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) di Poli Saraf RSUD Banyumas

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditabulasikan penyebaran tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri seperti pada tabel 8.

Tabel 8. Tabulasi Silang Tingkat Kecemasan dan Intensitas Nyeri Tingkat kecemasan Intensitas Nyeri Total

Ringan Sedang Berat Tdk ada kecemasan % dlm tk. kecemasan % dlm intensitas nyeri 12 70,6% 38,7% 5 29,4% 6,2% 0 0,0% 0,0% 17 100,0% 10,3% Kecemasan ringan % dlm tk. kecemasan % dlm intensitas nyeri 19 63,3% 61,3% 11 36,7% 13,6% 0 0,0% 0,0% 30 100,0% 18,2% Kecemasan sedang % dlm tk. kecemasan % dlm intensitas nyeri 0 0,0% 0,0% 65 55,1% 80,2% 53 44,9% 100,0% 118 100,0% 71,5% TOTAL % dlm tk. kecemasan % dlm intensitas nyeri 31 18,8% 100,0% 81 49,1% 100,0% 53 32,1% 100,0% 165 100,0 100,0% ( Data Primer, 2012 )

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 165 responden terdapat 17 responden atau 10,3% dengan tidak ada kecemasan sebanyak 12 responden atau 70,6% dengan intensitas nyeri ringan dan 5 responden atau 6,2% dengan intensitas nyeri sedang.

Pada tingkat kecemasan ringan menunjukkan bahwa dari 165 responden terdapat 30 responden atau 18,2% dengan kecemasan ringan 19 responden atau 61,3% dengan intensitas nyeri ringan dan 11 responden atau 13,6% dengan intensitas nyeri sedang.

(11)

Tabel 9. Tabel Uji Korelasi Spearman

Tk. Kecemasan

Intensitas Nyeri

Spearman's rho Tk. Kecemasan Correlation Coefficient 1.000 .687**

Sig. (2-tailed) . .000

N 165 165

Intensitas Nyeri Correlation Coefficient .687** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 165 165

Pada tingkat kecemasan sedang menunjukkan bahwa dari 165 responden terdapat 118 responden atau 71,5% terdapat 65 responden atau 80,2% dengan intensitas nyeri sedang dan 53 responden atau 100% dengan intensitas nyeri berat.

Berdasarkan pengujian dengan korelasi Spearman diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,687 (p = 0,000 < 0,01) berarti secara statistik terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas dapat diterima.

Keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut dapat diketahui dengan menggunakan tabel korelasi (Sugiyono, 2005) (Tabel 10).

Tabel 10. Tabel Uji Korelasi

Koefisien korelasi Keterangan

0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa koefisien korelasi ( r ) = 0,687 berada pada range 0,60 – 0,799 berarti tingkat korelasi

variabel dalam kategori kuat. B. Pembahasan Hasil Penelitian

Subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Pada dasarnya jenis kelamin pada pasien LBP sangat berpengaruh. Pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa subjek perempuan lebih rentan terkena LBP terkait dengan siklus mensturasi dan menopause dikarenakan penurunan hormon estrogen yang akan menyebabkan kepadatan tulang berkurang (Rujito et al. 2010). Mayoritas subjek penelitian adalah petani. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa pekerjaan dengan posisi atau sikap tubuh yang tidak baik akan cepat memicu nyeri punggung bawah, pada

(12)

penelitian ini sebaggian besar responden melaporkan sering membungkuk terlalu lama ketika menanam padi di sawah. Jika sikap tubuh tidak baik, selain tulang-tulang jadi tidak lurus, otot-otot, ruas, serta ligament (jaringan pengikat sendi) pun akan tertarik lebih keras. Sikap yang tidak baik juga memicu cepat lelah, ketegangan otot, dan akhirnya rasa sakit (Silveri, 2009).

Pada penelitian ini, rerata usia subjek penelitian adalah 41-50 tahun. Terdapat 31 orang atau 18,8% yang berusia 51-60 tahun dan 92 orang atau 55,8% yang berusia 41-50 tahun. Hasil ini menguatkan terhadap penelitian sebelumnya bahwa usia dalam mengalami gangguan nyeri pada usia empat-puluhan dan lima-puluhan, yang mungkin disebabkan toleransi terhadap rasa nyeri menurun sesuai peningkatan usia ( Sylvia, 2010 ).

Tingkat kecemasan dan intensitas nyeri mempunyai korelasi yang signifikan. Terkait dengan hal ini, Soedomo et al. (1991) menjelaskan bahwa kecemasan sendiri dapat menyebabkan nyeri. Kecemasan dapat memperkeras rasa nyeri juga bila perhatian difokuskan pada sensasi-sensasi yang biasanya tidak dianggap nyeri, seperti parestesi, rasa gatal dan kadang-kadang bahkan denyutan jantung atau gerakan usus. Blendis dkk (1987) menyatakan bahwa nyeri selalu diikuti gangguan emosi seperti cemas, depresi dan iritasi. Orang yang cemas dan tegang akan membuka gerbang sehingga rangsang nyeri akan meningkat (Kaplan, Sadock, & Grebb 2010).

Hasil analisis gambaran proporsi tingkat kecemasan pada pasien nyeri punggung bawah ( Low Back Pain ) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas terhadap 165 responden menyatakan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sebanyak 118 responden atau 71,5% yang dibagi dalam tingkat kecemasan sedang dan tingkat kecemasan ringan sebanyak 30 responden atau 18,2% dan tidak ada kecemasan 17 responden atau 10,3%. Hal ini sesuai dengan penelitian Sternbach (1974) dan Weisenberg (1977) yang menyatakan betapa besarnya peranan stresor dalam meningkatkan rasa nyeri. Stresor ini bukan timbul dari rasa nyeri, tetapi karena peristiwa penting dan mengganggu lainnya yang dialami penderita. Hal tersebut nampak nyata pada penderita yang memiliki kepribadian histeri (Forhice, 1976; Priguna S, 1991).

Nyeri merupakan pemindahan energi dari kecemasan, semakin cemas seorang semakin besar pemindahan energi tersebut sehingga nyerinya semakin meningkat. Apabila nyeri semakin kronis akan menimbulkan kecemasan dan dengan demikian nyeri juga akan terasa lebih meningkat (Kaplan, Sadock, & Grebb 2010).

Hasil analisis gambaran proporsi tingkat intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah ( Low Back Pain ) di Poli Saraf RSUD Banyumas terhadap 165 responden menyatakan bahwa 81 responden atau 49,1% mengeluh nyeri sedang dan 53 responden atau 32,1% mengeluh nyeri berat dan 31 responden atau 18,8% mengeluh nyeri ringan. Nyeri sendiri termasuk salah satu stresor psikososial, yang bilamana berkepanjangan dapat menimbulkan kecemasan (Horowitz, 1988; Prawitasari, 1988). Selanjutnya kecemasan akan memperpanjang penderita rasa nyeri dan seterusnya. Para penderita cemas cenderung menilai lebih terhadap derajat bahaya dan

(13)

kemungkinan bahaya di dalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman yang datang.

Hasil analisis hubungan tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah ( Low Back Pain ) di Poli Saraf RSUD Banyumas diperoleh nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari p = 0,01 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah ( Low Back Pain ) di Poli Saraf RSUD Banyumas. Nilai koefisien rank Spearman yang positif (0, 687) menunjukkan bahwa kekuatan korelasi korelasinya kuat (0,60-0,799) dan menunjukkan arah hubungan antara tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin tinggi intensitas nyeri pasien nyeri punggung bawah.

Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain hasil penelitian ini terbatas dalam populasi yang diambil dan hubungan variabel terbatas hanya pada tingkat kecemasan, dan kurang didukung dengan variabel lainnya yang secara teoritis terkait dengan intensitas nyeri.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (Low Back Pain) yang berada di Poli Saraf RSUD Banyumas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diusulkan adalah:

1. Bagi Tim Medis RSUD Banyumas supaya melakukan pendekatan kondisi psikologis pada pasien LBP baik yang mengalami nyeri akut / kronik apabila ditemukan gangguan psikologis maka perlu dikonsultasikan pada bagian psikiatri.

2. Keluarga atau orang-orang terdekat perlu dilibatkan untuk terus mengurangi kecemasan sehingga tidak berdampak pada intensitas nyeri. 3. Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan faktor

yang berhubungan dengan intensitas nyeri sehingga hasil kajiannya lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Adam RD and Victor M., 2001. Principles of Neurology 7nd ed. Mc. Graw Hill. New York, Hal. 204-233.

Armiyati, Y., 2009. Komplikasi Intradialisis terhadap Penurunan Fungsi Ginjal pada pasien CKD pada tahap ERSD. Fakultas Ilmu Keperawatan

(14)

Universitas Indonesia. Diambil dari URL : eprints.lib.ui.ac.id./4177/9/125548- TESIS0594%20Yun%20n09k-Komplikasi %20intradialisis-Metodologi.pdf. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2011.

Aslan, L., 1996. Peranan Relaksan Otot pada Pasien Nyeri Punggung Bawah. Lab. Ilmu Penyakit Syaraf FK UGM. Yogyakarta.

Banyumas, RSUD., 2010. Laporan Tahunan 10 Besar Penyakit Syaraf RSUD Banyumas. RSUD Banyumas: Banyumas.

Bigos S, Boywer O, Brean G, et al., 1994. Acute Low Back Problems in Adults. Clicalpractice guedelines 14. AHCRP Publication No. 95-0642. Rockville, MD: Agency for Health Care Policy and Reasearch, Public Heart Service, US Departement of Health and Human Service.

Borenstien, DG., 2001. Epidemiology, Etiology, Diasnostic Evaluation, and Treatment of Low Back Pain. Curr Opin Rheumatol. Hal. 128-134.

Bhisma, M., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatf dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Blindes, LM. Hill, OW, Merskey H., 1978. Abdominal Pain and the Emitional. Pain 5 : 179-191.

Bratton, RI., 1990. Assesment and Management of Acute Low Back Pain. The American Academy of A family Psysician.

Clinonger, CR., 1986. Somatoform and Dissociative Disoreder. In: G. Winokur & P. Calyton (Ed.): The Medical Basis of Psychiatry. Saunders Company, Philadelphia. Hal. 123-149.

Daradjat, Z., 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bumi Aksara.

Deyo, RA., 1991. Non-operative Treatment of Low Back Disorders. In: Frymoyer JW (Ed.). The Adults Spine: Principles and Practice. New York, NY: Raven Press.

Direktorat Kesehatan Jiwa., 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis GangguanJiwa di Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Depkes RI. Jakarta.

Farida, Ani., 2010. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Nyeri Past Operasi padaAnak Usia Sekolah di RSUP H. Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diambil URL : http://responsitory.usu.ac.id/simple-search?query=NYERI+PADA+ANAK & submit=Lanjut. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

(15)

Forhice, WE., 1976. Behavioral Method for Chronic Pain and Ilness. CF. Morby. St. Louis, Mossouri.

Froggat, Wayne., 2003. Free form Stress-Panduan untuk Mengatasi Kecemasan. Jakarta. PT. Bhuana Ilmu Populer.

Gow P., 2003. Acute Low Back Pain. In: Rowbotham DJ and Macintyre PE (Ed.). Clinical Pain Management. Acute Pain. London, Arnold. Hal. 405-418. Guggenhein F.G. & Smith G.R., 1995. Somatoform Disorder, Dalam H.I. Kaplan

& B.J. sadock (Ed.). Comprehensive Texbook of Psychiatry. Williams & Wilkins, baltimore. Hal. 1293 – 1951.

Hasria, N., 2010. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan. Program D-VI Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diambil URL :http://responsitory.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Desember 2011.

Harsono & Suharso et.al., 1993. Nyeri Punggung Bawah. Kapita Selekta Neurologi Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 226-247. Horowitz, MJ. 1988., Stres and The Mechanism of Defence. P : 39-47. In:H.H.

Goldman (Ed.). Review of General Psychiatri, 2nd. (Ed.). A. Lange Medical Book, Pretice – Hall International, USA.

Hoogendorn, WE, Van Poppel MN, Bongers PM, Koes BW, Bouter LM., 2000. Sistematic Review of Psychosocial Factors at Work and Private Life as Risk Factors forBack Pain. Spine. Hal. 214-215.

Iskandar, Y., 2008. Test Bakat Minat Sikap dan Personaliti MMPI-DG. Cetakan 8. Dharma Graha Group: Jakarta.

Kaplan, HI, Sadock, BJ & Grebb, JA., 2010. Gangguan Kecemasan. Dalam: Sinopsis PsikiatriIlmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. EDS 7. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Keefe, JF, Gill, K.M., 1986., Behavioral Conceps in The Analysis of Chronic Pain Syndrom, Journal of Conculting and Clinical Psykology. 54: 776-783. Kesley JL, Mundt DJ, Golden AL., 1992. Epidemiology of Low Back Pain. In:

Jayson MIV (Ed.). The Lumbal Spine and Back Pain. 4th Edition. Edinburg: Chruchill Livingstone. Hal. 537-549.

Ljunggren, AE., 1991. A Schedule for Registrationof Pain In Lombago Sciatica AdiagnosticAid. Tidssknor Laege Foren 111 (29) : 3516-3618.

Ludwick-Rosenthal R and Neufeld R., 1988. Stres Management During Noxious Medical Procedures. Psychological Bull. Hal. 326 -343.

(16)

Lumbantobing., 2008. Nyeri Kepala, Nyeri Punggung Bawah, Nyeri Kuduk. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Maramis, W.F., 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 8. Surabaya : Airlangga University Press.

Meliala L. Suryamiharja A. Purba JS, Anggraini H., 2000. Penuntun Praktis Penangan Nyeri Neuropatik. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI.

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

PERDOSSI., 2000. Nyeri Punggung Bawah. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia. Jakarta.

Prawitasari, JE., 1988. Stres dan Kecemasan Pengertian, Manifestasi dan Penanggulangan. Simposium Stres dan Kecemasan. FK UGM. Yogyakarta.

Priguna, S., 1991. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. PT. Dian Rakyat, Jakarta.

Priguna, S., 2010. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. PT. Dian Rakyat, Jakarta.

Purba, JS., 2010. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Panambang, Arianto., 2000. Hubungan Stresor Psikososial dengan Kecemasan Pada Mahasiswa Sulawesi Tengah di Yogyakarta. FK UGM: Yogyakarta. (tidak dipublikasikan).

Raspe, H., 1993. Back Pain. In: Silman AJ, Gochberg, MC (Ed.). Epidemiology of Rheumatic Disease. Oxford: Oxford University.

Rusmawas RT. Anatomi dan Fisiologi Nyeri Punggung Bawah. Diajukan pada Simposium Low Back Pain. 10 Desember 1983. FKUI Jakarta.

Rujito, L., Untung, G., Hendy, P., 2010. Overweight sebagai Faktor Resiko Low Back Pain pada pasien Poli Saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.Diambil URL : http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Jurnal/mandala%20jan%202010%20p

df/OVERWEIGHT%20SEBAGAI%20FAKTOR%20RESIKO%20LOW %20BACK%20PAIN%20PADA%20PASIEN%20POLI%20SARAF%20 RSUD%20PROF.%20DR.%20MARGONO%20SOEKARJO%20PURWO KERTO.pdf. Diakses pada tanggal 17 Juli 2012.

(17)

Sidharta P., 1979. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. PT. Diana Rakyat. Jakarta.

Silveri, Christopher P. 2009. Back Pain Obesity. Connection to Back Pain and Development of Obesity. Spine Universe: 1-7 hal.

Steven J., 1968. Low Back Pain. Med Clin North Am. 52: 55-71.

Sternbach RA., 1974. Pain Patiens, Treat and Treatment. Academic Press, New York.

Stuart, G.W., Laraia, M.T., 2001. Stuart and Sundeen’s Principles and Practice of Psychiatric Nursing (7th Edition). Missouri: Mosby Year Book Inch. Supriyantini, S., 2010. Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara

Siswa Program Reguler dengan Siswa Program Akselerasi. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Psikologi. Universitas Sumatra Utara. Diambil dari URL: http//repository.usu.ac.id. Diakses 2 Maret 2011.

Sastrosasmoro, S., 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Dalam Ismail S. Edisi ke 2. Jakarta : Sagung Seto.

Soedomo, H., 1991. Pengenalan dan Penatalaksanaan NYERI. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sylvia, D.E., 2010. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Weisenberg, M., 1977. Pain and Pain Control. Psychological Bulletin 84: 1008-1044.

Wirawan., 1981. Nyeri Pinggang, Simposium Nyeri : Pengalaman dan Tata Laksana. FK UNDIP Semarang.

Wolf CJ., 2004. Pain: Moving from Symptom Control Towards Mechanism Specific Pharmacologic Management. Ann Internal Meldi. Hal. 441-451.

Gambar

Tabel 1. Derajat Kecemasan AAS modifikasi HRSA

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini dijalankan bertujuan untuk menganalisis proses adaptasi antarabudaya pelajar Melayu di Australia dan United Kingdom sewaktu melanjutkan pengajian mereka ke

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut, kemampuan menanggapi isi artikel oleh siswa kelas X SMA

Bahasa tulis yang terdapat “Representasi Semboyan Edukasi Ki Hajar Dewantara Kajian Semantik (Pendekatan behavioral) tersebut mengandung makna atau arti, apa yang

Pemberian tekanan penguasaan materi akibat perubahan dalam diri siswa setelah belajar diberikan oleh Soedijarto yang mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan

Pemuda kreatif diharapkan pula menjadi seorang duta yang dapat menggerakkan pemuda di sekelilingnya menjadi pemuda kreatif yang memiliki karya kreatif dan

Tujuan penel itian ini adalah untuk mempelajari karakteristik teknologik dari bahan cetak langsung massa granul dari granulatum laktosi yang telah dimodifikasi

Desa Srimartani merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantul yang menjadi binaan dari Universitas Gadjah Mada yang bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik.. Alkaloid terdistribusi secara luas