• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

4.1. ANALISA UNIVARIAT

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Analisa univariat dilakukan terhadap demografi responden dan variabel penelitian. Karakteristik responden penelitian dijabarkan menurut jenis kelamin, umur responden, jenis pekerjaan, dan kebiasaan merokok.

4.1.1. Karakteristik Responden 4.1.2.1. Jenis Kelamin

Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada

Gambar 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pria Wanita

57,6

%

42,4

%

51

(2)

Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin pada gambar 4.1 diatas menunjukkan lebih dari setengah adalah responden pria sebanyak 19 orang (57,6%) dan diikuti dengan jenis kelamin wanita yaitu sebanyak 14 orang (42,4%).

4.1.2. Distribusi Variabel 4.1.2.1. Jenis Pekerjaan

Proporsi jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Kategorik Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Banyak Responden

n % Beresiko Tidak Beresiko 24 9 72,7 27,3 Total 33 100,0

Berdasarkan distribusi kategorik jenis pekerjaaan di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah adalah jenis pekerjaan beresiko sebanyak 24 orang (72,7%) diikuti dengan jenis pekerjaan tidak beresiko sebanyak 9 orang (27,3%). Jadi mayoritas responden pada jenis pekerjaan lebih banyak beresiko pada penyakit TB paru.

(3)

4.1.2.2. Kebiasaan Merokok

Proporsi kebiasaan merokok dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Kategorik Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok Banyak Responden

N % Merokok berat Merokok ringan Tidak merokok 17 2 14 51,5 6,1 42,4 Total 33 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kategorik kebiasaan merokok antara merokok berat, ringan dengan tidak merokok hampir sama hanya berselisih 5 orang yaitu merokok berat sebanyak 17 orang (51,5%), merokok ringan sebanyak 2 orang (6,1%) sedangkan tidak merokok sebanyak 14 orang (42,4%).

4.2. ANALISA BIVARIAT

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pencarian perbandingan dengan menggunakan rumus chi-square.

Sebelumnya pada saat melakukan analisa dengan statistik, terdapat sel yang tidak terpenuhi sehingga peneliti melakukan penggabungan sel sehingga bisa memenuhi syarat chi-square. Pada penelitian ini, variabel yang diuji yaitu:

(4)

4.2.1. Perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru.

Tabel 4.3 Perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru.

Jenis Pekerjaan Banyak Responden Total P Value Pria Wanita n % n % N % Beresiko Tidak Beresiko 12 7 50,0 77,8 12 2 50,0 22,2 24 9 100 100 0, 241 Jumlah 19 57,6 14 42,4 33 100

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel analisis diatas terlihat bahwa perbandingan jenis pekerjaan beresiko pada 24 orang pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru diperoleh yang sama antara pria dan wanita yaitu masing-masing (50,0%). Sedangkan jenis pekerjaan yang tidak beresiko pada penyakit TB paru sebanyak 9 orang pria dan wanita yaitu pria (77,8%) dan wanita (22,2%).

Nilai P yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berasal dari Person chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,241. Berdasarkan hasil penelitian P value sebesar 0,241, nilai P 0,241 > dari nilai α (0,05), menunjukkan H1 ditolak yaitu tidak ada

perbandingan jenis pekerjaan antara pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru.

(5)

4.2.2. Perbandingan kebiasaan merokok pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru.

Tabel 4.4 Perbandingan kebiasaan merokok pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru.

Kebiasaan Merokok Banyak Responden Total P Value Pria wanita n % n % n % Merokok berat dan ringan Tidak merokok 17 2 89,5 14,3 2 12 10,5 85,7 17 14 100 100 0, 000 Jumlah 19 57,6 14 42,4 33 100

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel analisis diatas terlihat bahwa perbandingan kebiasaan merokok pada 17 orang pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru diperoleh untuk merokok berat dan ringan hampir seluruhnya adalah responden pria sebanyak 17 orang (89,5%) dan pada wanita sebanyak 2 orang (10,5%) yang memiliki resiko kebiasaan merokok terhadap penyakit TB paru. Sedangkan sebaliknya dari 14 orang yang tidak memiliki resiko kebiasaan merokok terhadap penyakit TB paru diperoleh sebanyak 2 orang responden pria (14,3%) dan 12 orang responden wanita (85,7%).

Nilai P yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

Person chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,000.

Berdasarkan hasil penelitian P value sebesar 0,000, nilai P 0,000 < dari nilai α (0,05), menunjukkan H1diterima yaitu hasilnya terdapat

(6)

perbandingan kebiasaan merokok antara pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru.

4.3. PEMBAHASAN

4.3.1. Karakteristik Responden A. Jenis Kelamin

Hasil univariat diperoleh bahwa lebih dari setengah responden adalah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (57,6%) dan wanita sebanyak 14 orang (42,4%). Dilihat secara statistik menunjukkan bahwa lebih banyak dan hampir setengahnya adalah pria dibandingkan wanita. Hasil penelitian sejalan dengan pernyataan Profil Kesehatan Indonesia 2008, mengenai penderita TB paru menurut jenis kelamin di Indonesia tahun 2005-2008 yang mayoritas laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki mobilitas atau aktifitas yang tinggi daripada perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman tuberkulosis lebih besar, selain itu kebiasaan merokok pada laki-laki dapat menurunkan daya pertahanan tubuh sehingga lebih mudah terjangkit TB paru. Selain itu disebabkan karena adanya perbedaan pekerjaan antara pria dan wanita dimana kebanyakan pria bekerja lebih berisiko, seperti: buruh, tukang ojek, yang mempunyai resiko tertular

(7)

lebih besar karena adanya kontak pada keterpaparan debu atau dengan penderita lain di luar rumah.Selain dari jenis pekerjaan adapun kebiasaan merokok dapat menjadi salah satu penyebab sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi penderita TB paru pria relatif lebih banyak dibandingkan dengan penderita wanita, akan tetapi secara statistik ternyata tidak ada perbandingan yang bermakna, artinya jenis kelamin tidak membedakan untuk penderita TB paru.

Tingkat interaksi sosial berbeda menurut jenis kelamin pada sejumlah besar strata sosial. Di beberapa negara, wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama pada aktifitas umum. Sementara itu dinegara lainnya wanita banyak yang tinggal dirumah, sehingga resiko kontak dengan penderita TB menular baik di dalam dan di luar rumah berbeda. Di Indonesia prevalensi TB paru masih cukup tinggi danresiko untuk tertular tentu menjadi sangat luas dan tidak membedakan jenis kelamin pria maupun wanita. Perbedaan terjadi kemungkinan karena adanya perbedaan aktifitas antara kelompok pria dan wanita.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Rohani, 2007) dan (Gitawati, 2002), bahwa kasus TB paru terjadi relatif lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, tetapi tidak ada hubungan yang bermakna. Asumsi peneliti hampir seluruh

(8)

responden merokok yang mana merupakan penyebab TB paru pada pria maupun wanita.

B. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu hal yang dikerjakan untuk mendapatkan imbalan atau balas jasa. Tingkat stress dapat dikaitkan dengan pekerjaan karena orang yang bekerja cenderung memiliki beban kerja dan tanggung jawab yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja, sehingga dengan demikian tingkat stressnya pun akan jauh lebih besar. Selain itu jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang terpapar debu, partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan.

Jenis pekerjaan terbanyak responden adalah buruh (pada umumnya pengecat mobil, mebel, buruh pabrik) lebih sering terkena keterpaparan debu. Hampir seluruh responden yang bekerja sebagai buruh mengatakan mereka jarang dan hampir tidak pernah menggunakan alat pelindung diri seperti masker. Selain itu potensi tersebut terjadi mungkin karena lebih mengarah pada jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat penghasilan seseorang sehingga pekerjaan sebagai buruh untuk memenuhi intake gizi dalam meningkatkan daya tahan

(9)

tubuh terhadap serangan bibit penyakit kurang serta pengetahuan responden yang minim akan pengetahuan tentang kesehatan, khususnya penyakit TB paru.

C. Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan kebiasaan yang dapat meningkatkan resiko untuk menderita penyakit jantung koroner, kanker paru, COPD, influenza, pnemonia. Pada penelitian ini merokok terbukti berhubungan dengan kejadian TB paru. Peranan merokok terhadap kejadian TB paru dapat dijelaskan dengan menentukan kapan seseorang mulai merokok, berapa lama responden merokok, jumlah batang yang dihisap disetiap hari sangat bervariasi dan jenis rokok.

Kebiasaan merokok akan merusak mekanisme pertahanan paru yang disebut muccociliary clearance. Bulu-bulu getar dan bahan lain di paru tidak mudah membuang infeksi yang sudah masuk dan akan menyebabkan paru terinfeksi akibat asap rokok. Selain itu, asap rokok meningkatkan tahanan jalan nafas dan menyebabkan mudah bocornya pembuluh darah di paru-paru, juga akan merusak makrofag yang merupakan sel yang dapat memfagosit bakteri patogen. Asap rokok juga diketahui dapat menurunkan respon terhadap antigen sehingga kalau ada benda asing masuk ke paru tidak lekas dikenali dan dilawan. Secara biokimia asap

(10)

rokok juga meningkatkan sintesa elastase dan menurunkan produksi antiprotease sehingga merugikan tubuh kita. Kebiasaan merokok juga dihubungkan dengan peningkatan kadar bahan yang disebut imunoglobulin E yang spesifik. Kadar antibodi terhadap bahan ini ternyata bahkan dapat sampai empat sampai lima kali lebih tinggi pada perokok bila dibandingkan dengan bukan perokok. Pemeriksaan seperti gas

chromatography dan mikroskop elektron lebih menjelaskan hal

ini dengan menunjukkan adanya kerusakan paru di tingkat biomolekuler akibat rokok. (Aditama, 2009).

4.3.2. Perbandingan Jenis Pekerjaan pada Pria dan Wanita yang Menderita TB Paru

Hasil analisis Chi-Square menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita TB paru yaitu masing-masing 50%. Dengan jenis pekerjaan yang beresiko terdapat 24 orang dan jenis pekerjaan yang tidak beresiko terdapat 9 orang. Didapat data bahwa mayoritas responden bekerja sebagai buruh. Menurut (Achmadi, 2005), jenis pekerjaan buruh dengan kualitas kesehatan seseorang buruh merupakan modal awal untuk bekerja menghadapi lingkungan kerja dan beban kerja yang sangat berat. Seorang buruh yang memiliki derajat sosial ekonomi rendah akan bertempat tinggal pada pemukiman kumuh tanpa sanitasi dasar yang

(11)

memadai. Kapasitas kerja, gizi yang rendah, sanitasi lingkungan yang kurang, akibatnya akan memudahkan mengalami sakit-sakitan salah satunya TB paru. Pada observasi selama penelitian, tempat tinggal responden tampak kumuh dan kotor serta sempit. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru, hal ini mungkin terjadi karena antara pekerjaan beresiko dan tidak beresiko antara pria dan wanita sebarannya sama.

4.3.3. Perbandingan Kebiasaan Merokok pada Pria dan Wanita yang Menderita TB Paru.

Hasil analisis Chi-Square menyimpulkan bahwa terdapat perbandingan kebiasaan merokok pada pria dan wanita terhadap penyakit TB paru didapatkan data merokok pada pria 89,5% yang artinya hampir seluruh responden pria adalah perokok. Hal ini di sebabkan karena jumlah responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak merokok. Insiden TB paru lebih tinggi pada mereka yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Perokok berat mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita TB paru yaitu dengan mengkonsumsi rokok lebih dari 21 batang perhari dibandingkan dengan yang tidak merokok dan peluang untuk penyakit TB paru meningkat dengan meningkatnya jumlah rokok yang dihisap (WHO, 2002). Dari hasil analisis menunjukkan

(12)

terdapat perbandingan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru, hal ini disebabkan karena jumlah responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak merokok pada pria maupun wanita.

Asap rokok yang dikeluarkan oleh seorang perokok pada umumnya terdiri dari bahan pencemar berupa karbon monoksida dan partikulat. Dengan adanya asap rokok akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik lain (Kusnoputranto, 2000). Untuk itu bahaya merokok bagi kesehatan tetap harus disampaikan kepada masyarakat.

Penelitian (Boon, 2007) menunjukkan bahwa sekitar 20% kematian akibat tuberkulosis di India berhubungan dengan kebiasaan merokok. Penelitian (Aditama, 2009) menunjukkan antara kebiasaan merokok dengan aktif tidaknya penyakit TB paru, serta faktor resiko terjadinya TB paru pada dewasa muda, tua, dan terdapat dose-response relationship dengan jumlah rokok yang dihisap per harinya.

Gambar

Gambar 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin PriaWanita57,6%42,4% 51
Tabel 4.1 Distribusi Kategorik Jenis Pekerjaan
Tabel 4.2 Distribusi Kategorik Kebiasaan Merokok  Kebiasaan Merokok  Banyak Responden
Tabel  4.3  Perbandingan  jenis  pekerjaan  pada  pria  dan  wanita  yang menderita penyakit TB paru
+2

Referensi

Dokumen terkait

Namum sejauh ini, dalam penegakan hukum di dalam masyarakat adat Aceh, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi, sehingga proses pembangunan hukum adat di Indonesia, khususnya di

Namun hal ini tidak menghalangi pihak pesantren untuk mulai membangun tanah yang telah ditukarkansebab bersamaan dengan itu pihak Pesantren sedang mengurusinya lagi

Standar Pelayanan Pengadaan Pinjaman Dalam Negeri pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Sebagaimana telah kita lihat, bilangan kuantum utama n yang terkait dengan tingkat energi utama, muncul pada aplikasi persamaan Schrödinger pada bagian yang merupakan

Pada motif g² dan g³ merupakan pengulangan dari birama ke dua pada motif g¹ yang tidak beraturan akan tetapi terstruktur dan dalam suasana yang sama, yang mengalamin

Pada umumnya pembeli atau konsumen di pasar luar negeri sangat memperhatikan barang-barang yang mereka beli, baik itu menyangkut kualitas, harga dan waktu penyerahan

mengakses sumber-sumber dan bahan-bahan pembelajaran tersebut. Kondisi seperti ini diharapkan dapat menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan. Portal

Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara