• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Akuntansi mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi antara berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.

Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1, Paragraf 07 (SAK:2007) yaitu sebagai berikut:

Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan, terutama neraca dan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan informasi mengenai suatu perusahaan. Seperti yang disebutkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 19 (IAI:2007), bahwa

informasi posisi keuangan terutama disediakan dalam neraca, dan informasi kinerja disediakan dalam laporan laba rugi.

(2)

Wild et al (2005:16) mengatakan bahwa analisis keuangan (financial analysis) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.

Menurut Wild et al (2005:30), ada lima alat penting dalam menganalisis laporan keuangan, yaitu:

1. Analisis Laporan Keuangan komparatif

Analisis laporan keuangan komparatif dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan perubahan saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun. Informasi terpenting yang didapat dari analisis laporan keuangan komparatif adalah kecenderungan atau tren (trend).

2. Analisis laporan keuangan common size

Pengetahuan atas proporsi kelompok atau subkelompok yang membentuk suatu pos tertentu bermanfaat bagi analisis laporan keuangan. Secara khusus, dalam analisis neraca, total aktiva (atau kewajiban ditambah ekuitas) biasa dinyatakan sebagai 100 persen. Kemudian pos-pos dalam kelompok ini dinyatakan sebagai persentase terhadap total bersangkutan. Dalam analisis laporan laba rugi, penjualan sering dinyatakan sebagai 100 persen dan pos-pos laporan laba rugi yang lain dinyatakan sebagai persentase terhadap penjualan. Karena total pos-pos dalam kelompok adalh 100 persen, analisis ini disebut menghasilkan laporan keuangan berukuran sama (common-size financial statement)

3. Analisis Rasio

Analisis Rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Rasio merupakan salah satu titik awal, bulan titik akhir. Rasio yang di interpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masaing-masing komponen yang membentuk rasio.

4. Analisis Arus Kas

Analisis arus kas terutama digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dayanya. Analisis ini juga digunakan dalam peramalan arus kas dan bagian dari analisis likuiditas.

5. Alat analisis khusus

Salain alat analisis laporan keuangan umum yang memiliki berbagai kegunaan, terdapat beragam alat bertujuan khusus (special-purpose tool).

(3)

Alat khusus ini meliputi alat yang ditujukan pada laporan keuangan tetentu atau segmen laporan, atau pada industri tertentu (misalnya analisis kapasitas hunian untuk hotel, rumah sakit, atau perusahaan penerbangan).

Alat khusus ini juga meliputi beberapa jenis analisis ramalan kas, laporan variasi laba kotor, dan analisis kekuatan laba.

2. Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan.

Menurut Harahap (2006:297) ”rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Dari defenisi ini, rasio keuangan harus menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan- perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting.

Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembanding rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000:39), yaitu:

1. Cross-sectional approach

Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membamdingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan

(4)

2. Time series analysis

Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Rasio keuangan akan memberikan manfaat apabila rasio tersebut dianalisis. Menurut Kiomn, Scott, Martin, dan Petty (2005:108)

Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan: bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sawir (2005:6) menyatakan bahwa analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006:119) adalah sebagai berikut:

1. manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meingkatkan operasi perusahaan.

2. analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan

3. analis saham, yang tertarik pada efisiensi, resiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analisis dalam

(5)

menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000:40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.

1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan

2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.

3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah daudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat

4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.

Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006:298).

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit

3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain

4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score)

5. Rasio menstandarisasi size perusahaan

6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series

(6)

Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004 : 82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan

1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha 2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda,

misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi

oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil

manipulasi.

3. Jenis-jenis Rasio Keuangan a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapar dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar atau aktiva likuid. Menurut Brigham dan Houston (2006:95)

Aktiva likuid (liquid assets) adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akhirnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku, dan ”posisi likuiditas” sebuah perusahaan akan berhubungan dengan pertanyaan ini: Apakah perusahaan akan dapat melunasi utang-utangnya pada saat jatuh tempo dalam waktu satu atau beberapa tahun kemudian?

Salah satu rasio yang sering digunakan dalam menghitung tingkat likuiditas yaitu rasio lancar (current ratio). Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo

(7)

yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama gaji).

Current Ratio = Current Assets Current Liabilities

Rasio lancar merupakan ukuran paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan akan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan mulai membayar tagihan-tagihannya (utang usaha) secara lebih lambat, meminjam dari bank dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat dari aktiva lancar, rasio lancar akan turun, dan hal ini pertanda ada masalah. Namun sebaliknya, angka rasio lancar yang tinggi juga tidak bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya mengurangi kemampuan laba perusahaan.

Menurut Syamsuddin (2000 : 44) “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan perusahaan”. Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis rasio lancar menurut Simamora (2005 : 525) antara lain “(1) praktik yang berlaku dalam industri, (2) lamanya siklus operasi dalam perusahaan, dan (3) bauran aktiva lancar perusahaan”.

(8)

Current Ratio yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis current ratio perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan curent ratio tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditor harus menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu menagih piutangnya atau tidak dapat menjual persediaannya.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 54) “rasio sovabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi”.

Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut stuktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal pemegang saham.

(9)

Menurut Brigham dan Houstan (2006:101), seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage) akan memiliki tiga implikasi penting, yaitu:

1. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sakaligus membatasi investasi yang mereka berikan

2. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor

3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leveraged)

Pihak yang paling berkepentingan terhadap rasio solvabilitas perusahaan adalah kreditur dan pemegang saham. Semakin besar jumlah pendanaan yang berasal dari kreditur, semakin tinggi resiko perusahaan tidak dapat membayar seluruh kewajiban dan bunganya. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio solvabilitas, semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen

Solvabilitas perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa indikator rasio seperti debt ratio (debt to total asset ratio), debt to equity ratio, time interest earned ratio, dan fixed charge coverage ratio. Namun, penelitian ini hanya berfokus pada debt to equity ratio.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas. DER merupakan financial leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel keuangan karena secara teoritis menunjukkan resiko

(10)

suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. DER yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat DER yang rendah menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Sehingga investor cenderung memilih saham dengan DER yang rendah.

Debt to Equity Ratio = Total Debtuh

Total Equity

Hasil perhitungan rasio solvabilitas harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau rata-rata industri sejenis untuk mengetahui bagaimana perusahaan memanajemen pendanaannya. Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 54) “untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi daripada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil”.

c. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas (activity ratio) menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 212) adalah ”rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya”. Rasio-rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan proyeksinya. Jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu

(11)

tinggi, sehingga keuntungannya akan tertekan. Di lain pihak, jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang.

Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Kelebihan dana tersebut lebih baik ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio aktivitas terdiri dari inventory turnover, receivable turnover, fixed asset turnover, dan total asset turnover.

Total Asset Turnover (TATO) menggambarkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Penelitian ini menggunakan rasio ini dalam mengukur aktivitas perusahaan.

TATO = Net Sales Total Asset

d. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan perusahaan. Rasio-rasio lain dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang digunakan untuk menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi dari efek likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.

(12)

Rasio profitabilitas (profitability ratio) menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 222) adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar.

Ada banyak ukuran profitabilitas. Masing-masing pengembalian perusahaan dihubungkan terhadap penjualan, aktiva, modal atau nilai saham. Ditinjau dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan investor memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan penmegang saham.

ROE (return on equity) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang dapat diperoleh oleh pemegang saham.

Return on equity (ROE) menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 226) “menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih

(13)

perusahaan sebuah industri yang sama”. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham dan semakin baik posisi manajemen dihadapan para pemegang saham.

ROE = Earning after Tax Total Equity

4. Nilai Perusahaan

Perseroan (corporate) dikenal dengan pemisahan antara pemilik dengan pengelolanya, dalam hal ini pemegang saham dan pihak manajemen perusahaan. Aktivitas manajemen perusahaan berhubungan dengan analisa keuangan dan perencanaan, keputusan investasi, dan keputusan pembiayaan investasi yang diambil untuk mencapai tujuan pemegang saham. Pemegang saham mengharapkan pengembalian atas uang yang diinvestasikannya. Karena itu manajemen bekerja sebagai wakil dari pemegang saham, artinya mereka berusaha untuk meningkatkan nilai dari para pemegang saham. Sehingga tujuan utama manajemen adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Hal itu tentu saja dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai perusahaan, dalam hal ini, harga saham perusahaan.

Teori keagenan (agency theory) memunculkan argumentasi tentang adanya konflik antara pemegang saham dan manajer. Konflik tersebut muncul akibat adanya perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak. Pihak manajemen perusahaan yang tidak memiliki kepentingan penuh atas saham, lebih mengingini untuk memaksimalkan kekayaannya sendiri dalam dalam hal peningkatan kekayaan pribadi, waktu senggang

(14)

yang banyak, atau penghasilan tambahan. Hal itu karena mereka tidak memiliki kepentingan atau keuntungan secara langsung akan saham perusahaan. Namun di pihak lain, para pemegang saham ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal dari saham mereka. Di sinilah konflik kepentingan terjadi. Sehingga kepemilikan saham oleh manajerial dianggap penting untuk memotivasi pihak manajemen meningkatkan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan mencerminkan kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva (aktivitas investasi) dan kemampuan manajemen operasional dalam mengefisiensikan proses produksi dan distribusi perusahaan (aktivitas operasi).

Brigham dan Houston (2006:16) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan dalam bentuk perseroan terbatas akan dapat dimaksimalkan karena tiga alasan berikut ini:

1. Kewajiban terbatas mengurangi resiko yang ditanggung oleh para investor, dan, jika semua hal yang lainnya konstan, semakin rendah resiko perusahaan, maka semakin tinggi nilainya.

2. Nilai perusahaan akan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang selanjutnya akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menarik modal. Karena perseroan terbatas dapat menarik modal secara lebih mudah daripada bisnis-bisnis yang tidak terinkorporasi, maka mereka dapat dengan lebih baik mengambil keuntungan dari peluang-peluang pertumbuhan.

3. Nilai dari suatu aset juga tergantung pada likuiditasnya, yang artinya kemudahan untuk menjual aset dan mengubahnya menjadi uang tunai pada suatu ”nilai pasar yang wajar”. Karena investasi pada saham dari perseroan terbatas adalah jauh lebih likuid daripad investasi yang serupa di suatu kepemilikan perseorangan atau persekutuan, maka hal ini juga meningkatkan nilai dari suatu perseroaa terbatas.

(15)

Jadi, nilai perusahaan dapat diartikan sebagai tingkat ekspektasi nilai investasi pemegang saham (harga pasar ekuitas) ataupun ekspektasi nilai total perusahaan (harga pasar ekuitas dijumlahkan dengan nilai pasar utang), ataupun ekspektasi nilai pasar aktiva. Nilai perusahaan dapat diukur melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan ekuitas dan pendekatan aktiva. Pendekatan aktiva dinyatakan dengan jumlah nilai buku dari aktiva-aktiva perusahaan yang disebut market to book value of asset (MBR). Pendekatan ekuitas mengukur jumlah ekuitas yang beredar dikalikan dengan harga pasarnya pada setiap akhir tahun buku yang dinyatakan sebagai Market value of equity (MVE). Market Value of Equity merupakan kapitalisasi saham-saham yang beredar dengan asumsi pasar modal yang efisien sebagaimana yang dikemukakan oleh Garger yaitu,

“The best estimate of a firm’s value is based on stock price for which shares of the company are selling in a stock market. In fact, a very accurate measure is to simply find the product of the price of a share of stock and the number of shares outstanding. This value takes into account more than just the book values of a firm; it includes market, economic, and currency conditions. The stock price of a firm will fluctuate to account for new information, such as the decisions of the company’s managers”.

Semakin tinggi harga saham berarti kemakmuran pemegang saham semakin meningkat. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai perusahaan. Tindakan-tindakan manajerial akan mempengaruhi harga pasar saham perusahaan. Selain itu, harga saham juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti batasan hukum, tingkat umum aktivitas ekonomi, undang-undang pajak, tingkat suku bunga, dan kondisi bursa saham. Pada dasarnya harga saham dihitung dari nilai sekarang dividen yang akan diterima oleh pemegang saham. Jadi semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi tingkat

(16)

pengembalian kepada investor dan semakin tinggi juga nilai perusahaan yang terkait dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai nilai perusahaan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Luga (2008) meneliti pengaruh antara arus kas bersih dan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Untuk menghitung stuktur modal digunakan DER. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa arus kas memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap nilai perusahaan dibandingkan dengan DER. Sedangkan penelitian Antoniou dan Paudijal (dalam Syafruddin) menemukan bahwa DER memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap MVE dan MBR.

Yuniasih (2008) juga meneliti mengenai nilai perusahaan dengan menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel independennya dan sebagai variabel pemoderasi digunakan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility dan Good Corporate Governance. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam bentuk ROA memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan CSR terbukti sebagai variabel pemoderasi positif dalam hubungan tersebut. Syafruddin (2003) menemukan hubungan yang tidak langsung antara EAR dan DAR terhadap MVE.

Barasa pada tahun 2009 juga meneliti mengenai nilai perusahaan dan menggunakan struktur modal sebagai variabel independennya yaitu DER dan DAR. Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan di BEI. Hasilnya menunjukkan bahwa DER dan DAR tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

(17)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Luga Kristina

Silitonga (2008)

Pengaruh Arus Kas dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Terbuka di BEI

Arus kas memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap nilai perusahaan dibandingkan dengan struktur modal

2. Ni Wayan

Yuniasih (2008)

Pengaruh kinerja keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility dan Good

Corporate Gorvernance sebagai variabel pemoderasi

ROA memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan CSR terbukti sebagai variabel pemoderasi positif dalam hubungan tersebut.

3. Syafruddin Ginting (2003)

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva, Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan

Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia

EAR dan DAR memiliki pengaruh tidak langsung positif dan signifikan terhadap MVE

4 Antoniou dan

Paudijal

Dalam penelitian Syafruddin DER memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap MVE dan MBR

5. Jhojor Trinawati N. Barasa

(2009)

Pengaruh DER dan DAR Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI.

DER dan DAR tidak berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap nilai perusahaan

Sumber : Data diolah Oleh Penulis, 2010

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teori diatas dan penelitian terdahulu yang terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

(18)

H1 H2 H3 H4 H5 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Data diolah penulis, 2010

Nilai perusahaan merupakan cerminan dari harga pasar saham dan jumlah saham yang beredar dari suatu perusahaan. Nilai perusahaan tergantung dari kinerja manajemen perusahaan yang dapat dilihat dari analisis rasio keuangan perusahaan. Analisis yang digunakan antara lain analisis rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabiliatas perusahaan.

Rasio likuiditas yang dihitung melalui tingkat current ratio mencerminkan kecukupan arus kas dalam menyelesaikan utang jangka pendek. Semakin likuid perusahaan, maka tingkat kepercayaan investor akan meningkat dan ini akan

Current Ratio X1

Debt to Equity Ratio X2

Total Asset Turnover X3

ROE X4

MVE Y

(19)

memberikan kesempatan perusahaan untuk berkembang sehingga dapat meningkatkan harga dan jumlah saham perusahaan.

DER digunakan sebagai rasio solvabilitas yang menjadi salah satu ukuran yang mencerminkan faktor resiko yang dihadapi investor. Semakin tinggi tingkat DER akan mengakibatkan risiko finansial perusahaan semakin tinggi. Investor cenderung memilih saham dengan DER yang rendah.

Rasio aktivitas dalam hal ini TATO menilai keefektifan penggunaan aktiva oleh perusahaan yang dapat meningkatkan laba dan arus kas perusahaan, sehingga menarik para investor untuk menanamkan dananya dalam bentuk saham.

Profitabilitas perusahaan ditunjukkan melalui ROE. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi. Profitabilitas perusahaan akan meningkatkan daya saing perusahaan dan mendorong perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha sehingga mendorong tumbuhnya investasi baru pada perusahaan. Hal ini tentu saja akan membuat perusahaan mengeluarkan saham yang lebih banyak lagi. Investor cenderung memilih saham dengan ROE yang tinggi.

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008: 49), “ hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan diawal, maka peneliti menetapkan hipotesis akan masalah yang diteliti adalah:

H1 : Current Asset mempunyai pengaruh terhadap MVE H2 : Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap MVE H3 : Total Asset Turnover mempunyai pengaruh terhadap MVE

(20)

H4 : Return on Equity mempunyai pengaruh terhadap MVE

H5 : Current Asset, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, dan Return on Equity mempunyai pengaruh yang simultan terhadap MVE

Referensi

Dokumen terkait

Jogiyanto, (2009:8), menyatakan bahwa sistem informasi adalah suatu komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (mendapatkan kembali), memproses, menyimpan, dan

persentase 69,8% dan kepala keluarga yang tidak memberikan daun sirih ketika anggota keluarganya mengalami mata merah sebanyak 16 responden dengan persentase

Sebaran skor total penyesuaian pernikahan yang tinggi pada subjek dengan lama pernikahan dibawah 1 tahun, dapat dijelaskan dengan penelitian studi kasus yang dilakukan oleh

Kesiapan Pemerintah Desa di Kabupaten Ogan Ilir dalam implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dilihat dari

Hasil dari penelitian adalah alat ukur yang memiliki kualitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang efikasi diri dalam

Selain dari struktur sisik, jumlah rigi-rigi pada bagian belakang duri terakhir sirip dorsal ikan brek juga lebih dekat ke B.balleroides , yaitu mempunyai kisaran

Hasil penelitian menunjukkan, (1) permintaan komoditi bawang merah di Kabupaten Timor Tengah Selatan khususnya Desa Mnelalete Kecamatan Amanuban Barat

Krismanto juga menjelaskan, Maranatha yang telah memiliki iklim kewirausahaan akan mendukung MBKM dengan Program Kewirausahaan Kampus Merdeka dengan tujuan memberikan bantuan