• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN. Friska Juliana Simbolon 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN. Friska Juliana Simbolon 1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

73

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

Friska Juliana Simbolon1)

1)Dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia(

Email : friskasimbolon89@gmail.com

ABSTRAK

Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Penelitian ini ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki rumah tangga miskin. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dan metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan dan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 77,5 % sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi. Secara parsial faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah: pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga, sedangkan yang memiliki pengaruh yang nyata dan negatif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah: jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima. Dan faktor-faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah : tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga / umur perkawinan.

Kata Kunci : rumah tangga miskin, pengeluaran pangan

PENDAHULUAN

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan

aktivitas sehari-hari sepanjang waktu (Rachman, 2005).

Defenisi kemiskinan dilihat dari segi pendapatan (income) adalah kurangnya pendapatan/ penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Rendahnya tingkat pendapatan dapat diidentifikasikan dari beberapa hal antara lain: ketergantungan pada ekonomi uang untuk membeli barang- barang kebutuhan pokok, ketidakpastian prospek pekerjaan,

(2)

74 ketidakmampuan mempertahankan

pekerjaan dan kurangnya akses terhadap kesempatan pekerjaan (BPS, 2009).

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengeluaran terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan/ permintaan (demand) terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda- beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan (BKP, 2010).

Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi, karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan tertentu, pertambahan pendapatan akan dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran nonpangan (Fatimah, 1995).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin

antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima.

Yang dimaksud dengan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga adalah rasio pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga. Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga menggunakan formula sebagai berikut :

PF =

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%)

PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan)

TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

(Sinaga dan Nyak Ilham, 2002).

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah ( < 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (⩾ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Rachman, 2005).

Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran rendah dan cukup mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan rendah berarti kurang dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Dan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang

(3)

75 tinggi secara ekonomi juga memiliki akses

yang tinggi secara fisik.

Rumah tangga rawan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran tinggi dan kurang mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan tinggi berarti lebih dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini mengindikasikan rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah tangga tersebut. Dengan rendahnya pendapatan yang dimiliki, rumah tangga rawan pangan dalam mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat memenuhi kecukupan energi (Purwaningsih, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan pertimbangan bahwa daerah Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu daerah miskin yang terdapat di Kota Medan, sehingga perlu dibina ketahanan pangannya. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian?

2) Bagaimana pengaruh faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah

anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian?

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian. 2) Untuk menganalisis pengaruh faktor

pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dibatasi hanya pada empat kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan yakni di Kelurahan Baru Ladang Bambu (BLB), Kelurahan Sidomulyo (SDM), Kelurahan Lau Cih (LC), dan Kelurahan Namo Gajah (NG) dengan pertimbangan bahwa rumah tangga di empat kelurahan tersebut memiliki tingkat ketahanan pangan yang rendah, dan saat ini sedang dilaksanakan Gerakan Pembinaan Ketahanan Pangan di empat kelurahan tersebut.

2. Metode Penentuan Sampel

Populasi responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang telah menerima bantuan subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin). Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

(4)

76 Non-Proportional Simple Random

Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 rumah tangga (RT) dari seluruh kelurahan terpilih, dimana untuk setiap kelurahan diwakili oleh 10 sampel rumah tangga (RT). Hal ini dapat dilakukan karena anggota populasinya bersifat homogen, maka sampel yang kecil dapat mewakili seluruh populasi (Gulo, 2002).

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada tiap rumah tangga miskin yang dijadikan sampel dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini, hasil studi pustaka baik berupa buku ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

4. Metode Analisis Data

Besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan dihitung dengan menggunakan formula :

PF =

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%)

PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan)

TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah

anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima) terhadap variabel terikat yakni pengeluaran pangan rumah tangga miskin digunakan analisis regresi linier berganda (Hasan, 2002).

Model regresi linier berganda yang digunakan adalah :

Y = a b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +

b5X5 + µ Dimana:

Y= Pengeluaran pangan Rumah Tangga Miskin (Rp/Bulan)

a= Intercept atau konstanta b1,b2..,b5= Koefisien regresi

X1= Pendapatan Rumah Tangga (Rp/Bulan)

X2= Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

(Tahun)

X3= Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

X4=Lama berumah tangga/Umur perkawinan

(Tahun)

X5= Jumlah subsidi beras raskin yang diterima (Kg)

μ= Koefisien error atau error term

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap pengeluaran pangan, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika Fhitung ⩽ Ftabel : maka terima H0 atau tolak H1

Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 atau tolak H0

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap pengeluaran pangan, digunakan uji t dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika thitung ⩽ ttabel : maka terima H0 atau

tolak H1

Jika thitung > ttabel : maka terima H1 atau

(5)

77

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pangsa atau Persentase Pengeluaran

Pangan

Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga dengan menggunakan formula sebagai berikut:

PF =

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%)

PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan)

TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Menurut Rachman, 2005 dengan menggunakan indikator ekonomi, bahwa apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (< 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu, apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (⩾ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan.

Pangsa atau persentase pengeluaran pangan rumah tangga miskin pada empat kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan disajikan pada Tabel 1.

Dari Tabel 1, dapat dilihat secara jelas bahwa dari 40 sampel rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan, diperoleh hanya sebanyak 9 rumah tangga (22,75 %) yang memiliki pangsa pengeluaran rendah (< 60%), sedangkan sebanyak 31 rumah tangga lainnya (77,5%) memiliki pangsa pengeluaran tinggi (⩾ 60%). Maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan.

Tabel 1. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin pada Empat Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan

Pangsa Kelurahan Jlh %tase No Pengeluaran BLB SDM LC NG RT sampel

1 < 60% 2 2 3 2 9 22,5 2 ⩾ 60% 8 8 7 8 31 77,5 Jumlah 10 10 10 10 40 100 2. Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengeluaran Pangan

Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Persamaan Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan No Notasi Variabel Koefisien Probabi

lity 1 X1 Pendapatan Rumah Tangga (Rp/Bulan) 0,573 0,000 2 X2 Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun) -2488,604 0,742 3 X3 Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa) 17164,789 0,032 4 X4 Lamanya Berumah Tangga / Umur Perkawinan (Tahun) 36,145 0,983 5 X5 Jumlah subsidi beras raskin yang diterima (Kg) -15497,678 0,022 6 C Konstanta 280676,592 0,019 7 R 2 (R-Square) Koefisien determinasi 0,845 - 8 Prob (F-statistic) Uji F - 0,000

(6)

78 Nilai koefisien determinasi yang

diperoleh (R- Square) adalah sebesar 0,845. Artinya, sebesar 84,5 % variasi variabel terikat (pengeluaran pangan rumah tangga miskin) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah beras raskin yang diterima), sedangkan sisanya sebesar 15,5 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Berdasarkan uji F yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi Fhitung adalah

sebesar (0,000) ⩽ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model yakni pendapatan rumah tangga (X1), tingkat

pendidikan ibu rumah tangga (X2), jumlah

anggota rumah tangga (X3), lamanya

berumah tangga/ umur perkawinan (X4)

dan jumlah subsidi beras raskin yang diterima (X5) secara serempak memiliki

pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap variabel terikat yakni pengeluaran pangan rumah tangga miskin (Y).

Pembahasan

Diperoleh hasil persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga (RT Miskin) di Kecamatan Medan Tuntungan adalah:

Y = 280676,592 + 0,573 X1 – 2488,604 X2

+ 17164,789 X3 + 36,145 X4

– 15497,678 X5 + µ

Penjelasan mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan Rumah Tangga (Rp/Bulan)

Secara parsial, terdapat pengaruh yang nyata antara variabel pendapatan rumah tangga (X1) terhadap pengeluaran pangan

rumah tangga miskin dengan tingkat signifikansi 0,000 ⩽ α = 0,05. Pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga dapat ditunjukkan dari nilai koefisien regresi sebesar 0,573.

Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 100.000,- per bulan maka akan mengakibatkan peningkatan pengeluaran pangan rumah tangga miskin sebesar Rp 57.300,- per bulannya dan sebaliknya, apabila terjadi penurunan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 100.000,- per bulan maka akan mengakibatkan penurunan pengeluaran pangan rumah tangga miskin sebesar Rp 57.300,- per bulannya.

2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

Dimana secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata/ siginifikan antara variabel tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2) terhadap pengeluaran pangan

rumah tangga miskin. Hal ini dapat dilihat

dari diperolehnya tingkat signifikansi 0,742 > α = 0,05, sehingga kenaikan

tingkat pendidikan ibu rumah tangga tidak akan berpengaruh terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin.

3) Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa) Secara parsial, variabel jumlah anggota rumah tangga (X3) berpengaruh nyata

terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin, dengan tingkat signifikansi 0,032 ⩽ α = 0,05.

Pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga relatif cukup besar, hal ini

(7)

79 ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi

sebesar 17164,789. Koefisien antara anggota rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, setiap penambahan 1 jiwa anggota rumah tangga maka pengeluaran pangan rumah tangga akan bertambah sebesar Rp 17.165,- per bulannya dan sebaliknya, setiap pengurangan 1 jiwa anggota rumah tangga maka pengeluaran pangan rumah tangga akan berkurang sebesar Rp 17.165,- per bulannya.

4) Lamanya Berumah Tangga/Umur Perkawinan (Tahun)

Secara parsial, variabel lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4)

tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,983 > α = 0,05. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H0 dan terima H1 yang menyatakan

bahwa variabel lamanya berumah tangga /umur perkawinan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin.

5) Jumlah Subsidi Beras Untuk keluarga miskin (Raskin) yang Diterima (Kg)

Secara parsial, variabel jumlah beras raskin yang diterima (X5) memiliki

pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022 ⩽ α = 0,05.

Pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar -15497,678. Koefisien antara anggota rumah tangga terhadap

pengeluaran pangan rumah tangga menunjukkan hubungan yang negatif.

Hal ini berarti jika jumlah beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima suatu rumah tangga bertambah sebanyak 5 Kg, maka pengeluaran pangan rumah tangga miskin akan berkurang sebesar Rp 15.498,- per bulannnya dan sebaliknya, jika jumlah beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima suatu rumah tangga berkurang sebanyak 5 Kg maka pengeluaran pangan rumah tangga miskin akan bertambah sebesar Rp 15.498,- per bulannya.

KESIMPULAN

1. Rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan, karena sebanyak 77,5% sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi (⩾ 60% pengeluaran total).

2. Faktor-faktor yang secara parsial memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah: pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga, sedangkan yang memiliki pengaruh nyata dan negatif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima. Dan faktor-faktor yang secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah: tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga / umur perkawinan.

(8)

80

DAFTAR PUSTAKA

Asa’ad, M. 2007. Efektivitas Pelaksanaan Raskin (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) Studi Kasus: RTM Penerima Raskin Desa Penara Kebun, Kecamatan Tanjung Morawa B, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. UISU. Medan. Badan Ketahanan Pangan Kota Medan.

2010. Analisis dan Penyusunan Pola Konsumsi dan Supply Pangan Kota Medan. Medan.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2009. Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2008 dan Analisis Data Pengangguran Semester I Tahun 2009. Provinsi Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2010. Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka. Medan.

Data Profil Kelurahan Baru Ladang Bambu. 2010. Lampiran II Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan. Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan.

Data Profil Kelurahan Lau Cih. 2010. Lampiran II Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa

dan Kelurahan. Badan

Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan.

Data Profil Kelurahan Namo Gajah. 2010. Lampiran II Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa

dan Kelurahan. Badan

Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan.

Data Profil Kelurahan Sidomulyo. 2010. Lampiran II Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa

dan Kelurahan. Badan

Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan.

Fatimah, Empat. 1995. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Konsumsi Pangan Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Tanah Sareal, Bogor). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian.

Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok- Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Bogor.

Oktavionita, H. 1989. Alokasi Tenaga Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Tani di Desa Baros Kecamatan Sukabumi, Jawa Barat. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pakpahan, A., H.P. Saliem., S.H. Suhartini dan N. Syafa’at. 1993. Penelitian tentang Ketahanan Pangan Masyarakat Berpendapatan Rendah. Monograph Series No. 14 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Purwaningsih, Y., Slamet Hartono, Masyuhri. 2010. Pola Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Tingkat Ketahanan Pangan di Propinsi Jawa Tengah. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

(9)

81 Rachman, Handewi, Mewa Ariani dan T.B.

Purwantini. 2005. Distribusi Provinsi di Indonesia Menurut Derajat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Roedjito, D., A. Khomsan, Hartoyo, Atmaja dan U. Sumarwan. 1988. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kaitannya dengan Kualitas Hidup Penduduk Desa dan Kota di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sanjur, D. 1982. Social and Cultural

Perspective in Nutrition. America Prentice. Hall, Inc.

Sicat, G.P dan Arndt, H. W. 1991. Ilmu Ekonomi Mikro Untuk Konteks Indonesia. Lembaga Penelitian,

Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta.

Sinaga dan Nyak Ilham. 2002. Penggunaan Pangsa Pengeluaran Pangan Sebagai Indikator Komposit Ketahanan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Situmorang, S. 2007. Analisis Data Penelitian: Menggunakan Program SPSS. USU Press. Medan

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sumarmi, Sri. 2010. Ketahanan dan Kerawanan Pangan. Pelangi Gizi UNAIR. Surabaya.

Supriana, Tavi. 2008. Ekonomi Makro. USU Press. Medan.

Waluyo, D.E. 2002. Teori Ekonomi Makro Edisi Revisi. UMM Press. Malang.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kuasa Pengguna Anggaran Madrasah Tsanawlyah Negeri Bola Alamat Jalan Gajah Mada Desa Bola Kecamatan Batauga Kabupdten Buton. mengumumkan Rencana Umum Pengadaan

[r]

[r]

[r]

Pekerjaan : Jasa Konsultan Perencana Kontruksi Fisik Renovasi Ruang Pelayanan Tanggal : 27

Dari hasil penelitian terhadap dokumen penawaran kualifikasi tersebut adalah, perusahan yang. bersangkutan dapat menunjukan dokumen asli dan legalisir sesuai dengan

[r]