• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN DI BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN DI BEI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA

PERUSAHAAN NON-KEUANGAN DI BEI

JILLEY GABRIELLE RICARDO SUHENDRA WIRJAWAN

Trisakti School of Management, Jl. Kyai Tapa No. 20 Jakarta 11440, Indonesia jilley10@gmail.com

Abstract: The purpose of this research is to examine empirically that growth, leverage, fixed asset

turnover, profitability, firm size, firm age, audit quality, auditor independence, and independent commissioners as independent variables towards earnings management as dependent variable. Sample in this research are non-financial companies listed in Indonesian Stock Exchange with research period from 2017 until 2019 and the sampling method used in this research is purposive sampling method. There are 199 companies meet the criteria and chosen as the samples. This research used multiple regression analysis. The results of this research shows that independent variable growth, profitability, and audit quality has an effect towards earnings management. Meanwhile, independent variable leverage, fixed asset turnover, firm size, firm age, independence auditor, and independent commissioners has no effect towards earnings management.

Keywords: Earnings Management, Growth, Leverage, Fixed Asset Turnover, Profitability, Firm Size,

Firm Age, Audit Quality, Independence Auditor, Independent Commissioners.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris bahwa pertumbuhan perusahaan, leverage, fixed asset turnover, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, kualitas audit, independensi auditor, dewan komisaris independen sebagai variabel independen berpengaruh terhadap manajemen laba sebagai variabel dependen. Sampel didalam penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian dari 2017 hingga 2019 dan metode pengambilan sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Ada 199 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dipilih sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan multiple regression analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan, variabel independen leverage, fixed asset turnover, ukuran perusahaan, umur perusahaan, independensi auditor dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata kunci: Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, Fixed Asset Turnover,

Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Kualitas Audit, Independensi Auditor, Dewan Komisaris Independen.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pada umumnya, harapan suatu perusahaan didirikan adalah bahwa perusahaan tersebut dapat bertumbuh, memperoleh laba atau keuntungan serta dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah memenuhi harapan tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan yang mengandung informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahan serta arus kas perusahaan yang merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan seperti manajemen dan investor yang berguna untuk pembuatan keputusan.

Semakin bertumbuh perusahaan pastinya akan semakin banyak pihak pihak yang turut serta dalam pengelolaan perusahaan. Dimana seringkali terjadinya perbedaan tujuan antara manajemen dan investor. Akibatnya, terciptalah pembatas antara manajemen dan investor yang memicu terjadinya konflik kepentingan (Jensen dan Meckling 1976). Manajemen seringkali melakukan manipulasi laba karena kinerja manajemen dapat diukur menggunakan informasi laba. Informasi laba digunakan investor untuk mengetahui apakah dana yang diinvestasikan digunakan secara efektif dan efisien yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian. Sehingga, tidak mengherankan bahwa laba adalah informasi yang sering dimanipulasi manajemen agar terlihat bahwa kinerja perusahaan baik.

Intervensi manajemen yang sengaja dilakukan dalam proses penentuan laba yang dilakukan untuk tujuan pribadi atau perusahaan, yang biasanya merupakan alat untuk mempercantik laporan keuangan jika manajemen memanipulasi tindakan akrual yang tidak memiliki konsekuensi terhadap arus kas yang disebut dengan manajemen laba (Subramanyam 2014, 108). Manajemen laba tentu merugikan para pengguna laporan keuangan karena laporan keuangan tidak mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa teori keagenan adalah hubungan kontrak antara pemilik (principal) dan pengelola (agent) dimana pemilik memberikan wewenang terhadap pengelola untuk melakukan beberapa layanan atas nama pemilik. Dimana tujuan principal melakukan hubungan kontrak adalah meningkatkan laba perusahaan untuk kemakmuran perusahaan tetapi pada praktiknya agent memiliki tujuan yang berbeda dengan principal yaitu mementingkan kemakmuran dirinya sendiri bukan kepentingan principal.

Manajemen Laba

Manajemen laba adalah intervensi yang sengaja dilakukan oleh manajemen dalam menentukan jumlah laba yang dilakukan untuk memenuhi tujuan pribadi atau perusahaan, dan biasanya merupakan alat untuk mempercantik laporan keuangan jika manajemen memanipulasi tindakan akrual yang tidak memiliki konsekuensi terhadap arus kas (Subramanyam 2014; 108).

Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan penilaian (judgement) terhadap laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mempercantik laporan keuangan yang memanipulasi besarnya laba perusahaan yang memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan dalam keadaan yang baik dengan tujuan untuk mempengaruhi hasil perjanjian kontrak dengan para pemegang saham (Healy dan Wahlen 1999). Manajemen laba juga dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu, mengubah metode akuntansi serta mengubah perkiraan dan kebijakan akuntansi yang menentukan angka akuntansi (Subramanyam 2014; 108).

Ada empat jenis pola-pola manajemen laba yaitu dengan mengakui biaya-biaya pada periode yang akan datang (taking a bath), menurunkan laba dari yang sesungguhnya (income minimization), menaikkan laba dari yang sesungguhnya (income maximization), dan meratakan laba setiap periodenya (income smoothing).

(3)

3 Pertumbuhan Perusahaan dan Manajemen Laba

Pertumbuhan perusahaan (growth) adalah nilai yang menunjukkan seberapa lama perusahaan telah bertumbuh dari waktu berdirinya perusahaan sampai waktu sekarang perusahaan ada (Alexander dan Hengky 2017). Pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan membuat manajer merendahkan laba perusahaan yang kemudian akan dialokasikan pada saat pertumbuhan perusahaan mengalami penurunan.dan semakin bertumbuhnya perusahaan akan membutuhkan banyak dana yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan sehingga hal ini mengarahkan manajer untuk melakukan manajemen laba untuk menarik investor atau kreditor (Nozarpour dan Norouzi 2015). H1: Terdapat pengaruh Pertumbuhan

Perusahaan terhadap Manajemen Laba.

Leverage dan Manajemen Laba

Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang mendanai operasional perusahaan. Leverage juga digunakan untuk mengukur seberapa mampu perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka panjangnya (Arifin dan Destriana 2016). Rasio leverage juga mencerminkan sumber dana operasional yang digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat. Hutang dapat digunakan untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan. Perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi cenderung akan melakukan manipulasi laba dalam bentuk manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang (Wiyadi et al. 2015).

H2: Terdapat pengaruh leverage terhadap Manajemen Laba.

Fixed Asset Turnover dan Manajemen Laba

Fixed asset turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur ke-efisiensian dari investasi modal jangka panjang, dimana rasio akan mencerminkan tingkatan penjualan dihasilkan dalam investasi yang ditanamkan pada kapasitas produksi (Warrad dan Omari 2015). Jika nilai fixed asset turnover rendah, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu mengkapitalisasi aset perusahaannya sebaik mungkin atau perusahaan tidak mampu mengubah dari hasil yang telah diinvestasikannya kedalam aset tetap menjadi uang cash atau menjadi penjualan secara cepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan rasio turnover yang lebih rendah cenderung manajemennya melakukan praktik manajemen laba untuk mempercantik laporan keuangannya sehingga dapat menarik para calon pemegang saham agar ingin menyuntikkan dananya kedalam perusahaan tersebut (Alexander dan Hengky 2017).

H3: Terdapat pengaruh Fixed Asset Turnover terhadap Manajemen Laba.

Profitabilitas dan Manajemen Laba

Profitabilitas adalah rasio yang merupakan suatu indikator yang menunjukkan kinerja perusahaan dalam memenuhi tujuannya, yaitu menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan dan semakin efisien perusahaan dalam mengelola aktiva dalam menghasilkan laba yang dapat juga meningkatkan kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba (Yuliana dan Trisnawati 2015). Hal ini dikarenakan, jika tingkat profitabilitas perusahaan tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik daripada jika tingkat profitabilitas perusahaan rendah menunjukan bahwa kinerja perusahaan yang sedang buruk (Almalita 2017).

H4: Terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba.

Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba Ukuran perusahaan adalah suatu nilai yang menunjukkan besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur menggunakan

(4)

4 beberapa cara, yaitu total aktiva, kapitalisasi pasar dan penjualan (Guna dan Herawaty 2010). Umumnya, perusahaan yang besar memiliki tingkat kestabilan yang besar pula dan memiliki banyak pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan yang akan memiliki pengaruh besar pula terhadap bagaimana perusahaan kedepannya. Perusahaan yang berukuran besar lebih menjaga prinsipnya agar tetap menyajikan laporan keuangan apa adanya (Arifin dan Destriana 2016). Sehingga untuk menjaga reputasinya di mata publik perusahaan akan menjaga prinsipnya untuk menyajikan laporan keuangan yang benar apa adanya.

H5: Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba.

Umur Perusahaan dan Manajemen Laba Umur perusahaan digunakan untuk menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu bertahan dan mampu bersaing dalam ekonomi suatu negara atau lamanya suatu perusahaan berdiri. Menurut Bassiouny (2016), sebuah perusahaan yang telah beroperasi untuk periode yang panjang akan mempunyai praktik manajemen laba yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri karena perusahaan yang lebih lama berdiri berharap untuk dihindarkan reputasi buruk dari publik atau masyarakat dan berusaha untuk mempertahankan reputasi itu dan perusahaan yang telah lama berdiri lebih berpengalaman dalam usahanya sehingga dapat meningkatkan kualitas produknya dan mengurangi biaya dari operasionalnya sehingga perusahaan yang telah lama berdiri lebih terjamin dalam menghasilkan labanya. H6: Terdapat pengaruh Umur Perusahaan

terhadap Manajemen Laba. Kualitas Audit dan Manajemen Laba

Satu hal yang menjadi indikator investor untuk melihat apakah perusahaan layak diinvestasikan adalah dari laporan keuangan yang sudah diaudit karena laporan keuangan yang sudah di audit memiliki kredibiltas yang tinggi karena sudah di periksa oleh pihak yang

independen dan terpercaya. Audit yang memiliki kualitas yang baik dapat membantu pihak eksternal untuk mendeteksi terjadinya praktik manajemen laba karena audit yang mempunyai kualitas yang baik dapat membantu mengurangi terjadinya ketidakpastian mengenai laporan keuangan keuangan yang disajikan oleh manajemen (Lidiawati dan Asyik 2016).

H7: Terdapat pengaruh Kualitas Audit terhadap

Manajemen Laba.

Independensi Auditor dan Manajemen Laba Pernyataan Standar Auditor No.04 (SA Seksi 220) mengharuskan auditor untuk independen, artinya tidak mudah terpengaruh, karena auditor melakukan pekerjaannya untuk kepentingan publik. Menurut Okolie (2014), kehadiran auditor yang independen berguna untuk mengatasi masalah antara manajemen dan para pengguna laporan keuangan lainnya seperti partner bisnis, pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, pelanggan dan lain-lain yaitu untuk menghilangkan masalah asimetris informasi yang menghilangkan ketidakyakinan mengenai kinerja perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa independensi auditor dapat mengurangi terjadinya praktik manajemen laba (Guna dan Herawaty 2010).

H8: Terdapat pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba

Dewan Komisaris Independen dan Manajemen Laba

Dewan komisaris independen adalah perwakilan dari pemilik minoritas. Yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan informasi dan mencegah tindakan manajemen yang merugikan dan melanggar. Dewan komisaris independen memiliki fungsi seperti mengawasi dan memastikan apakah strategi bisnis berjalan dengan efektif, memastikan apakah perusahaan taat dan mengikuti hukum, peraturan dan undang-undang yang berlaku serta memastikan apakah perusahaan menerapkan praktik good corporate

(5)

5 governance dengan tepat dan baik (Arifin dan Destriana 2016). Peran mengawasi dari dewan komisaris independen akan mengurangi kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba, dewan komisaris independen akan lebih efektif ketika mereka independen dan sebelumnya tidak

mempunyai kepentingan terhadap manajemen perusahaan (Susanto et al. 2017).

Ha9: Terdapat pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba.

Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN

Metode Penelitian Sampel dan Pengumpulan data

Objek dari penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dengan periode 3 tahun, yaitu pada tahun 2017 hingga 2019. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling berdasarkan kriteria pada tabel 1. Data yang digunakan didalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana data sekunder

ini merupakan laporan keuangan dari perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dala tahun 2017 sampai tahun 2019 yang berakhir pada tanggal 31 Desember dan juga laporan statistik Bursa Efek Indonesia darin tahun 2017 sampai tahun 2019. Dimana, laporan-laporan ini berbentuk softcopy yang diunduh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

Manajemen laba didalam penelitian ini diukur menggunakan discretionary accruals seperti yang telah dilakukan oleh Wimelda dan

(6)

6 Chandra (2018) dengan menerapkan metode modified Jones model (Dechow et al. 1995) yaitu sebagai berikut:

1. TACit = Nit- CFOit Keterangan:

TACit : Total Accruals pada periode t Niit : Laba bersih pada perusahaan I periode t

CFOit: Aliran kas dari aktivitas operasi pada perusahaan i periode t

2. TACit / Ait- $LW- û5(9W Ait- 33(W $LW-1) + e

Keterangan:

Ait-1 : Total aset pada perusahaan i pada periode t-1

¨REVt : Perubahan pendapatan perusahaan pada periode t

PPEt : Aset tetap kotor perusahaan pada periode t

3DUDPHWHU-parameter spesifik perusahaan e : Error 1'$LW $LW- û5(9W $LW-1 ± û5(&W $LW- 33(W $LW-1) Keterangan:

NDAit : Non-discretionary accrual pada perusahaan i pada periode t

¨RECt : Perubahan piutang perusahaan pada periode t

4. Dait = TAit-1 / Ait-1 ± NDAit Keterangan:

DAit : Discretionary accrual pada perusahaan i pada periode t

Discretionary accruals adalah pengukuran akrual laba atau beban yang tidak diatur dan menurut kebebasan kebijakan manajemen dalam pemilihan kebijakan dan metode akuntansi (Kusumaningtyas 2012).

Pertumbuhan perusahaan (growth) adalah nilai yang menunjukkan seberapa lama perusahaan

telah bertumbuh dari waktu berdirinya perusahaan sampai waktu sekarang perusahaan ada (Alexander dan Hengky 2017). Variabel pertumbuhan perusahaan diukur dengan rumus sesuai dengan penelitian Alexander dan Hengky (2017), yaitu:

Growth= Market Capitalization/ Total Equity

Dimana Market Capitalization adalah nilai saham perusahaan yang beredar dibursa efek menurut closing price saham tersebut yang dapat dilihat dari laporan statistik yang diterbitkan oleh bursa efek (Gunawan dan Hendrawaty 2018).

Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang mendanai operasional perusahaan. Leverage juga digunakan untuk mengukur seberapa mampu perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka panjangnya (Arifin dan Destriana 2016). Variabel leverage diukur dengan rumus sesuai dengan penelitian Firnanti et al. (2019), yaitu:

LEV = Total Liabilities / Total Assets Fixed asset turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur ke-efisiensian dari investasi modal jangka panjang, dimana rasio akan mencerminkan tingkatan penjualan dihasilkan dalam investasi yang ditanamkan pada kapasitas produksi (Warrad dan Omari 2015). Variabel fixed asset turnover diukur dengan rumus sesuai dengan penelitian Alexander dan Hengky (2017), yaitu:

SFA = Total Sales / Fixed Assets

Profitabilitas adalah rasio yang merupakan suatu indikator yang menunjukkan kinerja perusahaan dalam memenuhi tujuannya, yaitu menghasilkan laba. Variabel profitabilitas diukur dengan rumus sesuai dengan penelitian Firnanti et al. (2019), yaitu:

ROA = Net Income After Tax / Total Assets

Ukuran perusahaan adalah suatu nilai yang menunjukkan besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur menggunakan beberapa cara, yaitu total aktiva, kapitalisasi pasar dan penjualan (Guna dan Herawaty 2010). Variabel ukuran perusahaan diukur dengan rumus sesuai dengan penelitian Alexander dan Hengky (2017), yaitu:

FS = Ln (Total Assets)

Umur perusahaan digunakan untuk menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu bertahan dan mampu bersaing dalam

(7)

7 ekonomi suatu negara atau lamanya suatu perusahaan berdiri. Variabel umur perusahaan diukur dengan rumus sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alexander dan Hengky (2017), yaitu:

AGE = tahun penelitian ± tahun berdirinya perusahaan

Audit yang memiliki kualitas yang baik dapat membantu pihak eksternal untuk mendeteksi terjadinya praktik manajemen laba karena audit yang mempunyai kualitas yang baik dapat membantu mengurangi terjadinya ketidakpastian mengenai laporan keuangan keuangan yang disajikan oleh manajemen (Lidiawati dan Asik 2016). Variabel Kualitas Audit diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika perusahaan diaudit oleh KAP BigFour diberi angka 1 dan angka 0 untuk diaudit oleh KAP non-BigFour.

Pernyataan Standar Auditor No.04 (SA Seksi 220) mengharuskan auditor untuk independen, artinya tidak mudah terpengaruh, karena auditor melakukan pekerjaannya untuk kepentingan publik. Variabel Independensi Auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika perusahaan diaudit oleh auditor yang berbeda dalam 3 tahun diberi angka 1 dan jika diaudit oleh auditor yang sama dalam 3 tahun diberi angka 0.

Dewan komisaris independen adalah perwakilan dari pemilik minoritas. Yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan informasi dan mencegah tindakan manajemen yang merugikan dan melanggar. Variabel dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan rumus yang sesuai dengan penelitian Wimelda dan Chandra (2018):

PDKI = Independent Commissioners / Total Commissioners

HASIL PENELITIAN

Hasil statistik deskriptif dapat dilihat berdasarkan tabel 2, tabel 3, dan tabel 4.

Berdasarkan hasil uji t yang dapat dilihat pada tabel 5, persamaan regresi yang dapat

diperoleh berdasarkan pengujian hipotesis yang menggunakan model persamaan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) adalah sebagai berikut:

DA = -0,125 ± 0,003 Growth + 0,005 LEV + 0,000 SFA + 0,287 ROA + 0,004 FS + 0,00005079 AGE ± 0,024 AQ - 0,002 AudInd +

3'., 0

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan (Growth) memiliki nilai koefisien (B) sebesar -0,003 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi untuk variabel pertumbuhan perusahaan (Growth) lebih besar GDUL QLODL DOSKD . VHEHVDU VHKLQJJD dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif pertumbuhan perusahaan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti bahwa manajemen laba akan cenderung terjadi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhannya yang rendah, dan sebaliknya jika pertumbuhan perusahaan tinggi, tingkat terjadinya manajemen laba pada suatu perusahaan rendah.

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel leverage (LEV) memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,005 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,791. Nilai signifikansi untuk variabel leverage (LEV) lebih EHVDU GDUL QLODL DOSKD . VHEHVDU sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh leverage (LEV) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan yang mempunyai kebijakan utang yang tinggi melibatkan para pemegang saham untuk mengawasi kinerja atau aktivitas yang dilakukan oleh manajemen, sehingga manajemen diharapkan bertindak sesuai dengan kepentingan para pemegang saham (Amijaya et al. 2013).

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel fixed asset turnover (SFA) memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,000 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,495. Nilai untuk variabel fixed asset turnover (SFA) lebih besar dari nilai signifikansi DOSKD . VHEHVDU sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

(8)

8 fixed asset turnover (SFA) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Artinya bahwa fixed asset turnover bukan merupakan faktor termotivasinya manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel profibilitas (ROA) memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,287 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi untuk variabel profitabilitas (ROA) OHELK NHFLO GDUL QLODL DOSKD . VHEHVDU sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif profitabilitas (ROA) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Artinya bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi juga probabilitas manajemen melakukan tindakan praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (FS) mempunyai nilai koefisien (B) sebesar 0,004 dan nilai signifikansi sebesar 0,095. Nilai signifikansi untuk variabel ukuran perusahaan (FS) lebih besar daUL QLODL DOSKD . sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan (FS) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Hal ini berarti bahwa besar atau kecilnya ukuran perusahaan tidak akan mengurangi atau menambah terjadinya praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan mempunyai nilai koefisien (B) sebesar 0,00005079 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,813. Nilai signifikansi untuk variabel umur perusahaan (AGE) lebih besar dari nilai DOSKD . VHEHVDU VHKLQJJD GDSDW disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh umur perusahaan (AGE) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Hal ini berarti bahwa umur perusahaan bukan merupakan faktor terdorongnya manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel kualitas audit (AQ) mempunyai nilai koefisien (B) sebesar -0,024 dan dengan nilai signifikansi 0,002. Nilai signifikansi untuk variabel kualitas audit (AQ) OHELK NHFLO GDUL QLODL DOSKD . VHEHVDU sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif kualitas audit (AQ) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Artinya, bahwa semakin baik kualitas audit suatu perusahaan semakin kecil kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel independensi auditor (AudInd) memiliki nilai koefisien (B) sebesar -0,002 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,809. Nilai signifikansi untuk variabel independensi auditor (AudInd) lebih besar dari QLODL DOSKD . VHEHVDU VHKLQJJD GDSDW disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh independensi auditor (AudInd) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Hal ini berarti, bahwa tidak peduli berapa kali auditor yang sama telah digunakan, manajemen laba mungkin akan terjadi. Hal ini juga berhubungan dengan ketidakmampuan auditor mendeteksi manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen selama proses audit (Susanto 2013).

Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris independen (PDKI) memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,038 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,264. Nilai signifikansi untuk variabel dewan komisaris independen (PDKI) lebih EHVDU GDUL QLODL DOSKD . VHEHVDU sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh dewan komisaris independen (PDKI) terhadap praktik manajemen laba didalam suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa seberapa banyak jumlah dewan komisaris di dalam suatu perusahaan bukan merupakan faktor termotivasinya manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba di dalam suatu perusahaan.

(9)

9 PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa variabel independen pertumbuhan perushaan, profitabilitas, dan kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan, variabel independen lainnya yaitu leverage, fixed asset turnover, ukuran perusahaan, umur perusahaan, independensi audit, dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Keterbatasan didalam penelitian ini yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk peneliti selanjutnya antara lain, periode data sampel yang digunakan pada penelitian ini relatif pendek, hanya selama 3 tahun yaitu dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019, penelitian ini hanya menggunakan 9 variabel independen yaitu pertumbuhan perusahaan, leverage, fixed asset turnover, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, kualitas audit, independensi auditor, dan dewan komisaris independen, sementara masih banyak variabel-variabel independen lainnya

yang mungkin dapat mempengaruhi manajemen laba, data yang digunakan pada penelitian ini tidak berdistribusi normal, dan masih terdapat masalah asumsi klasik yaitu masalah heteroskedastisitas pada variabel leverage, fixed asset turnover, dan profitabilitas serta masalah autokolerasi.

Rekomendasi yang diajukan untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengatasi keterbatasan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut, peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah periode penelitian misalnya 4 tahun atau lebih sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik dan akurat, 2, menambahkan variabel-variabel yang penting selain di model penelitian ini yang akan memungkinkan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan free cash flow serta untuk dapat mengatasi masalah uji asumsi klasik yaitu autokolerasi, dan menambah jumlah data agar data hasil penelitian dapat terdistribusi secara normal dan juga untuk dapat mengatasi masalah asumsi klasik yaitu heteroskedastisitas.

REFERENCES

Alexander, Nico dan Hengky. 2017. Factors affecting earnings management in the Indonesian stock exchange. Journal of Finance and Banking Review, Vol. 2, No. 2: 8-14.

Almalita, Yuliani. 2017. Pengaruh Corporate Governance dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 19, No.2: 183-194.

Arifin, Lavenia dan Nicken Destriana. 2016. Pengaruh Firm Size, Corporate Governance, dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 18, No. 1: 84-93.

Bassiouny, S. W., Soliman, M.M & Ragab, A. 2016. The impact of firm characteristics on earnings management: an empirical study on the listed firms in Egypt. The Business and Management Review, Vol. 7, 2(2):91-101.

Dechow, P. M., Sloan, R. G., dan Sweeney, A. P.. 1995. Detecting earnings management. Accounting review, Vol.7 No.2:193-225.

Firnanti, Friska. dan Pirzada, Kashan., 2019. Company Characteristics, Corporate Governance, Audit Quality Impact on Earnings Management.. Acc. Fin. Review, Vol.4 No. 2: 43-49.

(10)

10

Guna, I. Welvin and Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 1: 53-68.

Gunawan. Gunawan, dan Ernie Hendrawaty. 2018. Stock Liquidity and Market Capitalization: Investment Challenges in Indonesia Capital Market. SSRG International Journal of Economics Management Studies (SSRG-IJEMS). Vol. 5 Issue 11:5-11.

Healy, Paul M., and James M. Wahlen. 1999. A review of the earnings management literature and its implications for standard setting." Accounting horizons, Vol. 13 No.4: 365-383.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2001. Pernyataan Standar Auditor No.04 (SA Seksi 220). Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia: Jakarta.

Jensen, M. C. and W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3 No. 4: 305-360.

Kusumaningtyas, Metta. 2012. Pengaruh Independensi Komite Audit Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba. Prestasi, Vol. 9 No. 1: 41-61.

Lidiawati, Novi dan Nur Fadjrih Asyik. 2016. Pengaruh Kualitas Audit, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 5 No. 5: 1-19

Nozarpour, M., & Norouzi, H.. 2015. Investigating the Effect of Capital Structure and Growth Opportunities on Earnings Management. International Journal of Management, Accounting and Economics, Vol. 2 No.6.

Okolie, A.O. 2014. Auditor tenure, auditor independence and accrual-based earnings management of quoted companies in Nigeria. European Journal of Accounting, Vol.2 No.2:1-12.

Subramanyam, K.R. 2014. Financial Statement Analysis, Eleventh Edition. Singapore: McGraw-Hill International Edition.

Susanto, Yulius Kurnia., Pradipta, Arya dan Djashan, Indra Arifin. 2017. Free Cash Flow and Earnings Management: Board of Commissioner, Board Independence and Audit Quality. Corporate Ownership and Control. Volume 14 Issue 4: 284-288.

:DUUDG / $O 2PDUL 5 7KH ,PSDFW RI 7XUQRYHU 5DWLRV RQ -RUGDQLDQ 6HUYLFHV 6HFWRUV¶ Performance. Journal of Modern Accounting and Auditing, Vol.11 No.2: 77-85.

Wimelda, Linda, dan Agustina Chandra. 2018. Opportunistic Behavior, External Monitoring Mechanisms, Corporate Governance, and Earnings Management. Acc. Fin. Review, Vol. 3 No.1: 44-52.

Wiyadi, Rina Trisnawati dan Noer Sasongko. 2015. The Effect of Information Assymetry, Firm Size, Leverage, Profitability and Employee Stock Ownership on Earnings Management with Accrual Model. International Journal of Business, Economic and Law, Vol. 8 Issue 2: 21-30.

(11)

11

Yuliana, Agustin dan Ita Trisnawati. 2015. Pengaruh Auditor dan Rasio Keuangan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17 No. 1:33-45.

(12)

12 LAMPIRAN:

(13)

Gambar

Gambar 1 Model Penelitian  METODA PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Guna mencapai sasaran pada tiap tahun, maka renstra dikelompokkan sesuai dengan visi dan misi Polkesma,yaitu: (1) Meningkatnya kualitas lulusan yang berketuhanan Yang Maha

Di samping itu, angka melek huruf telah dijadikan salah satu indicator untuk menentukan Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) oleh

Untuk mengetahui awal siswa tentang materi pelajaran, maka terlebih dahulu siswa diberikan soal. Maka dari hasil pengajaran pada pemberian tes awal yang telah diberikan

2.Amplifer berfungsi untuk meningkatkan besarnya suatu sinyal input.Semakin besar faktor penguatannya,maka sinyal input yang dihasilkan akan semakin besar. 3.Besar arus pada basis(I

Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Tentang Menulis Puisi Bebas Pada Siswa

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Nya dan infakkanlah ( dijalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah ´ DO -Hadid:7) Aturan dan batasan- EDWDVDQ

Adapun manfaat untuk mendapatkan sertifikasi ISO telah ditabulasi dan dibahas, keuntungan mendapatkan sertifikasi ISO antara lain memperoleh reputasi yang lebih baik,