• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini penulis membahas teori yang berhubungan dengan penelitian,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini penulis membahas teori yang berhubungan dengan penelitian,"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis membahas teori yang berhubungan dengan penelitian, yang selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis data pada bab III. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu teori yang berhubungan dengan (1) sintaksis dan (2) semantis.

Bahasa dapat digunakan sebagai dasar atau alat untuk menyelidiki kegiatan-kegiatan di luar kegiatan-kegiatan berbahasa. Bahasa dapat diselidiki artinya menjadi suatu objek penelitian ilmu pengetahuan tentang bahasa yang mempelajari soal-soal bahasa, sifat-sifatnya, dan bagaimana bahasa itu berfungsi. Penyelidikan mengenai hubungan unsur-unsur dalam bahasa dan penggunaan bahasa itu sendiri berhubungan erat dengan sintaksis.

2.1 Sintaksis

“Syntax is a component of grammar, alongside the lexicon (lexis) and inflectional morphology, which determines how words combine to form sentences” (Johnson dan Johnson, 1999: 313). Artinya, sintaksis adalah bagian dari tata bahasa, berdampingan dengan leksikon (leksis) dan morfologi infleksional, yang menentukan bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk kalimat.

Definisi lain dikemukakan oleh Verhaar (1996: 169) bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antara kata dan antar-kelompok kata (atau antar-frasa) dalam satuan dasar sintaksis itu, yaitu kalimat.

(2)

Sedangkan menurut Chaer (1994: 206), sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Hal ini sesuai dengan asal-usul kata sintaksis itu sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’, dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi secara etimologi istilah itu berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Kata (word) itu sendiri menurut Chaer (1994:219) adalah satuan terkecil dalam tataran sintaksis.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang mengatur hubungan antar kata dan menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata yang disebut kalimat.

2.1.1 Kata

Kelompok kata atau kelas kata dalam bahasa Inggris disebut word class atau part of speech. Richards dkk. (1985: 209) mengemukakan bahwa parts of speech is a traditional term to describe the different types of word which are used to form sentences. Artinya, kelas kata/tata bahasa Inggris adalah istilah tradisional untuk menggambarkan jenis kata yang berbeda yang digunakan untuk membentuk kalimat.

Kelompok kata atau kelas kata dalam bahasa Inggris disebut word class atau part of speech. Richards dkk. (1985: 209) mengemukakan bahwa parts of speech is a traditional term to describe the different types of word which are used to form sentences. Artinya, kelas kata/tata bahasa Inggris adalah istilah tradisional untuk menggambarkan jenis kata yang berbeda yang digunakan untuk membentuk kalimat.

(3)

Jenis kata dalam bahasa Inggris dikenal sebagai parts of speech yang dikelompokan menjadi delapan kelas kata yaitu nomina, verba, ajektiva, pronominal, adverbial, preposisi, konjungsi, dan interjeksi.

1. Nomina (Noun)

Menurut Allsop, noun are used to identify or put names to people, things and qualities in the world around us. (1989:9). Yang di maksud dengan nomina atau kata benda ialah kata yang digunakan untuk mengidentifikasi atau menamai seorang, sesuatu hal-hal yang ada disekeliling kita.

Williams (1992) membagi nomina menjadi empat tipe, yaitu proper, common, concrete dan abstract.

a. “A proper noun names a particular thing or person and is always capitalizied” (1992:37). Nomina nama diri merujuk kepada nama benda tertentu atau orang dan selalu diawali huruf kapital.

Contoh : Michael is a handsome boy. He went to Paris yesterday.

b. “A common noun is not capitalized because it does not refer to a specific thing or person. Common nouns name kinds or groups of things” (1992:38). Kata benda umum tidak diawali dengan huruf kapital dan tidak merujuk kepada benda atau orang tertentu.

Contoh : Jakarta is a big city. He is an explorer.

(4)

c. “A concrete noun labels something that can be perceived by one or more of the five sense”.(1992:38). Nomina kongkrit merujuk kepada sesuatu yang dapat dirasakan oleh panca indera kita.

Contoh : We can see the miniature of street through a map. He is an archeologist.

d. “An abstract noun refers to what cannot be perceived through the senses, such as ideas, qualities and concepts”.(1992:38). Nomina kongkrit merujuk kepada sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera kita, seperti ide-ide, qualitas-qualitas dan konsep-konsep.

Contoh : I love my wife. He is telling the truth. 2. Ajektiva (adjective)

Allsop menjelaskan bahwa “adjective describes the quality of noun”.(1989:68). Yang dimaksud dengan ajektiva atau kata sifat ialah kata yang menjelaskan kualitas nomina.

Contoh : The teachers are sad. This food is delicious.

The joke fell like a lead balloon.

The stolen book was found clutched by Aaron's sticky fingers. 3. Verba (Verb)

Verba menurut Allsop ialah “words which refer to actions...describes the states of things”.(1989:125). Yang dimaksud dengan verba atau kata kerja ialah kata yang mengacu pada kegiatan atau menggambarkan suatu keadaan. Menurut Carino

(5)

(1991:191), verba dalam bahasa Inggris terbagi menjadi dua, yaitu action verbs dan linking verbs.

“There are two kinds of verbs in English sentence : action verbs and linking verbs. In a sentence in which the subject does something there will be an action verbs. In a sentence in which something is said about the subject, there will be a linking verb”. (1991:191)

Contoh : Action verb : The car hit Mary. Linking verb : He is my nephew. 4. Pronomina (Pronoun)

Menurut Allsop, “pronouns are used to replace a noun already referred to, instead of repeating the noun” (1989:88). Yang dimaksud dengan pronomina atau kata ganti ialah kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda yang di acunya, sehingga tidak terjadi pengulangan.

Contoh: John decided to sleep, so that he could take a rest for a while. The dog began to bark and then it moved slowly.

5. Adverbia (Adverb)

Menurut Shertzer, adverbia ialah “words that describes verbs, adjectives, and other adverbs. They specify in what manner, when, where, and how much “(1986:5). Yang dimaksud dengan adverbia ialah kata yang yang menjelaskan verba, ajektiva atau adverbia lainnya. Menurut Waldhorm (1981), berdasarkan penggunaannya adverbia dibagi ke dalam dua tipe yaitu simple dan conjunctive.

(6)

Menurut Waldhorm, “simple adverb menjawab pertanyaan yang dimulai dengan How, when, where, why, dan how much sehingga nenurunkan beberapa adverbia seperti berikut:

a. Adverbia cara (manner): bravely, fast, happily, hard. Contoh: She sang happily.

b. Adverbia tempat (place): by, down, here, there, up. Contoh: I’ll be right down.

c. Adverbia waktu (time): now, soon, still, then, today, yet. Contoh: I’ll see you soon.

d. Adverbia tingkat (degree): fairly, hardly rather, quite, too, very. Contoh: Robbie is quite understand about the fact.

e. Adverbia kausal (couse or purpose): Contoh: Why did you come late last night?

Tipe kedua ialah adverbia konjungtif. Menurut Waldhorn, “conjunctive adverb acts like a conjunction and it acts like an adverb”. (1981:39) Adverbia konjungtif ini dapat bertindak sebagai konjungsi antara dua klausa dan juga sebagai adverbia yang menjelaskan klausa keseluruhan. Adverbia konjungtif yang umum ditemui ialah: accordingly, additionally, consequently, hence, moreover, in other words, nevertheless, therefore, yet

(7)

6. Preposisi (Preposition)

Menurut Allsop, preposisi ialah “words which show the relationship between thing, people or events” (1989:105). Yang dimaksud dengan preposisi ialah kata yang menunjukkan adanya hubungan antara sesuatu, orang, atau kejadian.

Contoh:

a. “they expresses relationship in space” (1989:105). Preposisi yang mengungkapkan hubungan tempat.

Contoh: He lived by himself in an old house on the edge of the village.

b. “They expresses relationship in time” (1989:105). Preposisi yang mengungkapkan hubungan waktu.

Contoh: He stared at the dog for a while.

c. “They expresses relationship on purpose” (1989:105). Preposisi yang mengungkapkan hubungan maksud.

Contoh: He ought to have a pet for the company.

d. “They expresses relationship on possession” (1989:105). Preposisi yang mengungkapkan hubungan kepemilikan.

Contoh: I went to sit on the other side of the room.

e. “They expresses relationship on result” (1989:105). Preposisi yang mengungkapkan hubungan akibat.

Contoh: Death from drowning. 7. Konjungsi (Conjunction)

Yang dimaksud dengan konjungsi atau kata hubung ialah kata yang digunakan untuk menggabungkan kata atau kelompok kata. Menurut Williams (1992), secara

(8)

garis besar konjungsi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu coordinating, subordinating, dan conjunctive.

a. “Coordinating conjunctions join words of equal value”. (1992:43). Konjungsi ini menghubungkan kata atau kalimat. Konjungsi tipe ini ialah: and, but, for, or, nor, yet, dan so.

Contoh : My wife and I went to the theatre.

I’m thirsty so I’m drinking a glass of water.

b. “Subordinating conjunctions join a dependent clause and an independent clouse to form the complex sentence pattern” (1992:44). Konjungsi tipe ini menghubungkan klausa atau kalimat. Konjungsi yang digunakan ialah: after, although, as, because, if, since, unless, when, while.

Contoh : I will get married after I graduated from unversity.

c. “Adverbial conjunctions (conjunctive adverbs) join two or more sentences to form a compound sentence”. (1992:44).

Konjungsi adverbial menghubungkan dua kalimat atau lebih untuk membentuk kalimat majemuk. Konjungsi yang digunakan ialah: consequently, furthermore, however, moreover, nevertheless, otherwise, therefore, thus.

Contoh : The due date for this semester trial on university will be held next month however I must graduate.

8. Interjeksi (Interjection)

Yang dimaksud dengan interjeksi atau kata seru ialah kata yang digunakan untuk menyatakan perasaan tertentu.

(9)

Menurut Williams, “an interjection is a word used to show strong emotion, such as sorrow, surprise, joy, or anger”. (1992:45). (interjeksi ialah suatu kata atau sekumpulan kata yang digunakan untuk menunjukkan perasaan atau emosi yang kuat seperti rasa duka, kaget, gembira atau marah.).

Contoh: Ouch! It’s hurt so bad.

Wow! It’s amazing you can do that thing.

Dalam membentuk kalimat, kelas kata yang tersebut di atas mempunyai fungsi dan peran masing-masing.

2.1.2 Frasa

Dalam tataran sintaksis, frasa merupakan satuan yng berada satu tingkat di atas satuan kata. A phrase is a group of words that are closely related (Schmidt, 1995: 338). Dari definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa frasa adalah sekelompok kata yang berhubungan erat.

Manser (1991: 309) juga memberikan pendapatnya bahwa frasa adalah (1) short group of words; (2) group of words without a verb that form part of a sentence. Maksudnya, frasa adalah (1) kelompok kata yang singkat; (2) kelompok kata tanpa verba yang membentuk bagian dari suatu kalimat.

Selain itu, Reid (2000: 290) menyatakan bahwa a phrase is a group of words that is missing a subject, a verb, or both. Dari pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa adalah kelompok kata yang tidak memiliki subjek, verba, atau keduanya.

(10)

Contoh:

- in the back of the bedroom - The man

- swaying gently

“Di dalam frasa tersebut hanya terdapat satu kata sebagai head word (yang diterangkan), sedangkan yang lain sebagai modifier (yang menerangkan)” (Hartono dan Pardiyono, 1996: 273).

Contoh:

- Every day : every = modifier (menerangkan day) day = head word

- Last night : last = modifier (menerangkan night) night = head word

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang non-predikatif (tidak mempunyai predikat) dan terdiri dari head word (kata inti) dan modifier (penjelas).

2.1.3 Frase Verba

Di dalam http://UsingEnglish.com/phrasalverb.htm (2007) A phrasal verb consists of a verb and a preposition or adverb that modifies or changes the meaning; 'give up' is a phrasal verb that means 'stop doing' something, which is very different from 'give'. The word or words that modify a verb in this manner can also go under the name particle. Maksudnya adalah phrasal verb terdiri atas verba dan preposisi atau adverbia yang mengubah makna. Contoh : “give up” adalah sebuah phrasal

(11)

verb yang artinya berhenti melakukan sesuatu, yang artinya sangat berbeda dengan “give” yang artinya memberi. Kata atau beberapa kata yang mengubah kata kerja, dalam hal ini dapat dilesapkan dengan nama partikel).

Phrasal verb dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: 1. Intransitive verbs

These don't take an object ( pada kalimat tidak terdapat objek ) Contoh :

They had an argument, but They've made up now. 2. Inseparable verbs

The object must come after the particle. (objek muncul setelah partikel) Contoh :

They are looking after their grandchildren. 3. Separable verbs.

With some separable verbs, the object must come between the verb and the particle. (dengan adanya verba yang dapat dipisah, objek harus berada diantara verba dan partikel).

Contoh :

The quality of their work sets them apart from their rivals.

With some separable verbs, the object can before or after the particle, though when a pronoun is used it comes before the particle: (dengan adanya beberapa verba yang dapat dipisah, objek dapat ditempatkan sebelum atau sesudah partikel, walaupun ketika diberi pronomina objek ditempatkan sebelum partikel).

(12)

Contoh : . Turn the TV off. Turn off the TV. Turn it off.

2.1.4 Klausa

Klausa merupakan kelompok kata yang membentuk unit gramatikal yang terdiri atas subjek dan predikat, “A clause is a group of words which form a grammatical unit and which contain a subject and as finite verb. A clause form a sentence or a part of a sentence and often functions as a noun adjective or adverb”

(Richards,1985:151). Jacobs berpendapat bahwa “clauses are constructions with one phrase

constituent, typically a noun phrase, that bears the subject relation and another constituen, the verb phrase, bearing the predicate relation”. (1995:49). Klausa ialah konstruksi dengan sebuah frasa kontituen lainnya yaitu frasa nomina, yang mengandung subjek dan konstituen lainnya yaitu phrasal verb, yang mengandung hubungan predikat.

Shertzer membedakan klausa menjadi dua yaitu main clause dan subordinate clause seperti yang diuraukan berikut.

1. Main clause dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Contoh : The weather is good

I enjoy walking our dog when the weather is good.

2. Subordinate clause digunakan bersama main clause untuk mengungkapkan ide tambahan dan bentuknya belum lengkap.

(13)

Contoh : I enjoy walking our dog, which we bought last week. When I have time, I like to work out at the gym.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan secara singkat bahwa klausa ialah sekumpulan kata-kata yang memiliki subjek dan predikat.

2.1.5 Kalimat

Kalimat menurut Richards (1985:311) “...the largest unit of grammatical organization within which parts of speech (eg noun, verb, adverbs) and grammatical classes (eg word, phrase, clause) are said to function”. Dengan kata lain, kalimat merupakan unit gramatikal terbesar yang mengandung kelas kata (seperti kata benda, kata kerja, keterangan) dan menggunakan kelas gramatikal (seperti kata, frasa, klausa).

Shertzer (1986:6) menyatakan bahwa “a sentence expresses a complete thought and consists of a subject and a predicate. Kalimat ialah pengungkapan pikiran yang lengkap dan terdiri dari sebuah subjek dan perdikat.

Palmer (1981:37) mengatakan bahwa kalimat adalah : essentially a grammatical unit; indeed it is the function of syntax to describe the structure of the sentence and thereby to define it. English sentences will cansist minimally of a subject noun phrase and a verb phrase as its predicate or complement.

Di dalam http://www.allwords.com/word-meaning.html (2007) menerangkan kalimat adalah : a sequence of words forming a meaningful grammatical structure that can stand alone as a complete utterance, and which in written English usually

(14)

begins with a capital letter and ends with a full stop, question mark or exclamation mark. Kalimat adalah serangkaian kata-kata yang membentuk struktur gramatikal yang mempunyai makna, yang dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap dan diawali oleh huruf besar dan diakhiri oleh titik, tanda tanya, tanda seru.

Di dalam http://eslbee/sentence.com.htm (2007), membagi kalimat ke dalam tiga jenis, yaitu simple sentence, compound sentence dan complex sentence.

1. A simple sentence, also called an independent clause, contains a subject and a verb, and it expresses a complete thought. Simple sentence yang biasa dikenal dengan klausa bebas, berisi sebuah subjek dan sebuah kata kerja, dan kalimatnya berisi pemikiran yang lengkap.

Contoh : A. Some students like to study in the mornings. S V

B. Arturo plays football every afternoon. S V

C. Alicia goes the library every day S V

2. A compound sentence contains two independent clauses joined by a coordinator. The coordinators are as follows: for, and, nor, but, or, yet, so. Except for very short sentences, coordinators are always preceded by a comma. Compound sentence mempunyai dua klausa bebas yang bergabung dengan kata hubung, kata hubung adalah sebagai berikut : for, and, nor, but, or, yet, so kecuali kalimat yang pendek, kata hubung selalu diikuti oleh koma.

Contoh: A. I tried to speak Spanish, and my friend tried to speak English. S V Coor S V

(15)

B. Alejandro played football, so Maria went shopping. S V Coor S V

C. Alejandro played football, for Maria went shopping. S V Coor S V

3. A complex sentence has an independent clause joined by one or more dependent clauses. A complex sentence always has a subordinator such as because, since, after, although, or when or a relative pronoun such as that, who, or which. Complex sentence mempunyai sebuah klausa bebas. Complex sentence mempunyai subordinator seperti : because, since, after, although, dan when atau sebuah pronomina seperti that, who, or which.

Contoh :

A. When he handed in his homework, he forgot to give the teacher the last Sub S V Sub S V

page

B. The teacher returned the homework after she noticed the error. S V Sub S V

C. The students are studying because they have a test tomorrow. S V Sub S V

D. After they finished studying, Juan and Maria went to the movies. Sub S V Sub S S V

Williams (1992) membagi kalimat berdasarkan tujuannya menjadi empat kategori yaitu declarative, interrogative, imperative, dan exlamatory.

1. “The declarative sentence makes a statement” (1992:158). Kalimat deklaratif yaitu kalimat yang menyatakan suatu fakta atau penegasan dan berhubungan dengan masa/periode.

(16)

Contoh : Roger Ascham taught Queen Elizabeth Latin and Greek. I do not approve of wars.

2. “The interrogative sentence asks a question”. (1992:158). Kalimat interogatif yaitu kalimat yang menyatakan informasi akan sesuatu hal sehingga kalimat ini membutuhkan tanda tanya akhir kalimat. Dalam bentuk lisan kalimat ini memiliki ciri-ciri intonasi tinggi diakhir kalimat. Sedangkan dalam bentuk tulisan adanya kata tanya serta to be, modalitas, atau kata bantu di awal kalimat dan question tag di akhir kalimat.

Contoh : Which book did you choose ?

Did you see the thief go through the wndow ?

3. “The imperative sentence expresses a command or a request”.(1992:158). Kalimat imperatif yaitu kalimat imperatif. Kalimat ini menerangkan suatu permintaan atau imperatif sehingga muncul dalam bentuk present tense dan direct speech. Kalimat ditunjukan kepada seseorang atau sekumpulan orang dan terkadang subjeknya tidak disebutkan.

Contoh : Shut the door!

Let’s all pray for peace

4. “The exclamatory sentence express surprise or extreme emotion”(1992:159), ialah kalimat yang mengandung ekspresi emosi yang kuat seperti surpise, relief, grief, fear, hate, delight, dll. Kalimat ini berhubungan erat dengan tanda seru dan dapat muncul dalam bentuk pertanyaan tidak langsung maupun tidak langsung. Contoh: Long live the King!

(17)

2.1.6 Kalimat Imperatif

Di dalam http://The purpose of a sentence.com.htm (2007). An imperative sentence gives a direct command to someone, this type of sentence can and either with a period or with an exclamation mark, depending on how forceful the command is. Kalimat imperatif memberikan perintah langsung pada seseorang, kalimat seperti ini dapat diakhiri oleh tanda seru atau titik, tergantung pada seberapa kuat perintahnya.

Contoh : Sit!

Read this book for tomorrow.

Sebaiknya jangan membiasakan menggunakan tanda seru pada kata "please".

Contoh : Wash the windows! Please wash the windows.

Di dalam http:/tpub.com/sentence/imperative.htm (2007). imperative sentences have no subject when they really do, the subject of imperative sentences is always you, since in these type of sentences, the person that is making the command or request is always asking you to do something. For this reason, the subject in imperative sentences is called you (understood) because, all though the subject may not be visible in the sentence, it is understood that the subject is always you. Kalimat imperatif yang tidak memiliki subjek, subjek pada kalimat imperatif adalah you. Pada kalimat imperatif, seseorang yang membuat suatu perintah selalu meminta orang yang diperintahkannya untuk melakukan sesuatu, untuk alasan seperti ini, subjek pada

(18)

kalimat imperatif adalah you, walaupun subjeknya lesap pada kalimat imperatif tetapi dapat dimengerti.

Contoh :

1. (You) get me some water. 2. (You) leave the cat alone. 3. (You) go to the store for me. 4. (You) Bring me some ice.

Frank (1972:220-221), Kalimat imperatif atau kalimat perintah (Imperative sentence), yang dipentingkan dalam kalimat ini adalah predikat saja. Bentuk sederhana kata kerja digunakan, dengan mengabaikan persona tense. Dalam bentuk tulisan , kalimat imperatif berakhir dengan titik, sedangkan dalam tuturan titi nadanya menurun. contohnya: Eat your dinner.

Jenis-jenis kalimat imperatif menurut Quirk (1999:241 ) a. Kalimat imperatif tanpa subjek

Kalimat imperatif tidak memiliki subjek dan memiliki kata kerja dalam bentuk dasar. Contohnya :

(S) V: Jump

(S) VC: Be reasonable.

(S) VOC: Consider yourself lucky. b. Kalimat imperatif dengan subjek.

(19)

Contohnya: You be Quiet! S

You mind your own Business, and leave this to ME! S

You take the BOOK. S

Kalimat Imperatif yang menggunakan subjek orang ke 3. Contohnya: Somebody open this door.

Parents with children go to the front. Nobody move.

Kalimat imperatif dengan kata “let”

Orang pertama dalam kalimat imperatif dapat dibentuk dengan mendahulukan kata kerja “let” dan diikuti oleh subjek.

Contohnya: Let us hard. [‘We must work hard.’]

Let me see now. Do I have any money on me? [‘I must consider this now.’]

c. Kalimat imperatif dalam bentuk negatif.

Kalimat imperatif dalam bentuk negatif dengan menambahkan awalan don’t atau do not.

Contohnya:

Open the door. Get some wine. You open the door. Someone open the door.

Don’t open the door Don’t get any wine Don’t you open the door Don’t anyone open the door.

(20)

d. Kalimat imperatif dalam bentuk positif.

Kalimat imperatif positif dengan menggunakan kata “Do”. Contohnya:

Do have some more tea

Do let’s go for a walk.

2.1.7 Pola Kalimat dalam Bahasa Inggris

Dalam bahasa Inggris unsur – unsur yang membentuk pola kalimat ialah Subject (S), Verb (V), Direct Object (DO), Indirect Object (IO), Linking Verb (LV), Predicate Adjective (PA), dan Predicate Nominative (PN). Williams (1992) memformulasikan lima pola kalimat dasar bahasa Inggris sebagai berikut:

1. Subject – Verb. The canary sang. S V

2. Subject – Verb – Direct Object.

“The direct object receives the action of the verb”. (1992:163). Obyek langsung pada pola kalimat ini menerima aksi yang dilakukan verba.

The pilot flew the airplane. S V DO

3. Subject – Verb – Indirect Object – Direct Object.

“The indirect object tells who or what receives the direct object. The indirect object always comes before the direct object”. (1992:163). Obyek tak langsung mengacu kepada siapa atau apa yang menerima obyek langsung dan selalu hadir sebelum obyek langsung.

(21)

Tom gave Mary a Rose. S V IO DO

4. Subject – Linking Verb – Predicate Adjective

“The predicate adjective describes or modifies the noun that is the subject of the linking verb”.(1992:164). Predikat ajektiva merupakan penjelas nomina yang merupakan subyek dari linking verb.

Cindy is beautiful S LV PA

5. Subject – Linking Verb – Predicate Nominative

“A noun following a linking verb is called a predicate nominative. The predicate nominative can identify the noun, define it or rename it”. (1992:165). Predikat merupakan nominatif merupakan nomina yang hadir setelah linking verb dan menjelaskan nomina subyek.

Don is a soldier. S LV PN

2.2 Semantik

Palmer (1981:1) mengemukakan bahwa semantics is the technical term used to refer to the study of meaning, and since meaning is part of language, semantics is a part of linguistics. Semantik adalah istilah teknis yang merujuk kepada study tentang makna, dan karena makna merupakan bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Menurut Hurford dan Heasley (1983:1) semantics is the study of meaning in language. Semantik adalah studi tentang makna dalam bahasa. Peccei (1999:2) semantics concentrates on meaning that comes from purely linguistic knowledge. Semantik menitik beratkan pada makna murni berasal dari pengetahun

(22)

linguistik. Menurut McManis (1987:185). Semantics is also concerned with the relationship between meanings. Semantics also deals with the ways meanings of words are combined to give meanings of larger linguistic expressions, such as phrases and sentence. Semantik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna karena dalam bahasa manapun, makna memegang peranan yang sangat penting. Namun yang dipelajari dalam semantik bukan hanya makna tersebut dan juga tentang kombinasi makna seperti frasa dan kalimat. Hurford (1983:11) semantics concentrates on the similarities between language rather than on the differences. Pada dasarnya semantik adalah cabang ilmu yang lebih fokus pada kesamaan dalam bahasa dan bukan pada perbadaannya.

Yule (1996:114) memberikan pengertian tentang semantik sebagai berikut : the study of meaning of words, phrases and sentences. Berdasarkan definisi tersebut, semantik dapat diartikan sebagai studi tentang makna kata, frasa, dan kalimat.

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang semantik yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna, baik makna suatu kata, frasa, ataupun kalimat yang terdapat dalam suatu bahasa.

2.2.1 Makna

Lyons (1995:136) mengatakan bahwa meanings are ideas or concepts, which can be transferred from the mind of the hearer by embodying them as it were in the forms of one language or another.

(23)

Makna memiliki pengertian yang berbeda-beda dari para ahli. Hal ini disebabkan karena bidang studi yang ditekuni mereka berbeda-beda. Ini berarti bahwa makna bersifat tidak stabil. Salah satu hakikat makna, yaitu pandangan Saussure dengan tanda linguistiknya yang dikutip oleh Chaer (1994:286). Menurutnya, setiap tanda bahasa terdiri atas dua komponen, yaitu komponen signifian atau yang mengartikan yang wujudnya berupa runtunan bunyi dan komponen signifie atau yang diartikan yang wujudnya berupa pengertian atau konsep (yang dimiliki oleh signifian). Contohnya, tanda linguistik berupa <meja> yang terdiri dari komponen signifian, yakni berupa runtutan fonem /m/, /e/, /j/, dan /a/; komponen signifienya berupa konsep atau makna sejenis perabot kantor atau rumah tangga.

Batasan makna juga diungkapkan oleh Ogden dan Richards (1972:186) yang disimpulkan oleh pateda (2001:84), yaitu dengan mengetahui makna kata, baik pembicara, pendengar, penulis maupun pembaca yang menggunakan, mendengar atau membaca lambang-lambang berdasarkan sistem bahasa tertentu, percaya tentang apa yang dibicarakan, didengar, atau dibaca.

2.2.2 Jenis-Jenis Makna

Pada umumnya makna kata pertama-tama dibedakan atas makna kata yang bersifat denotatif dan makna kata yang bersifat konotatif (keraf, 1984:27). Makna denotatif adalah makna kamus, makna yang bersifat umum, objektif, dan belum ditumpangi isi, nilai, atau rasa tertentu. Sedangkan makna konotatif adalah makna yang bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada makna lain baik makna umum/makna denotatif (Yusuf, 1994:48).

(24)

Nababan (1999:48) membagi lima jenis makna, antara lain:

1. Makna leksikal, yaitu makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang atau peristiwa dan sebagainya, atau disebut juga sebagai makna yang ada dalam kamus yang lepas konteksnya. Misalnya: kata sifat bad bisa mempunyai enam buah makna, yaitu jahat, buruk, jelek, susah, tidak enak, dan busuk. Kita tidak tahu secara pasti mana dari keenam makna itu yang menjadi padanan kata bad sebelum kata itu berada dalam suatu rangkaian kata.

2. Makna gramatikal, yaitu makna kata yang tidak lepas dari konteksnya. Disebut juga sebagai hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam suatu yang lebih besar, misalnya hubungan suatu kata dengan kata lain dalam frasa atau klausa. Misalnya: kata can bisa berarti dapat, kaleng atau mengalengkan, tergantung pada posisi kata itu dalam kalimat. Kata can dalam kalimat They can fish, berfungsi sebagai predikat dalam bentuk kata kerja, sedangkan kata can dalam kalimat He kicked the can hard, berfungsi sebagai objek kalimat dalam bentuk kata benda. 3. Makna kontektual atau situasional, yaitu hubungan antara ujaran dan situasi

dimana ujaran itu dipakai. Dengan kata lain, makna suatu kata yang dikaitkan dengan situasi penggunaan bahasa. Misalnya: ucapan Good morning!, dapat diterjemahkan menjadi keluar! Apabila ucapan itu dituturkan oleh seorang pimpinan kepada bawahannya yang selalu terlambat masuk kantor.

4. Makna tekstual, yaitu makna kata yang berkaitan dengan isi suatu teks atau wacana. Perbedaan jenis teks dapat menimbulkan perbedaan pada kata yang sama. Misalnya: dalam teks biologi, morphology berarti cabang biologi yang berhubungan dengan bentuk dan struktur tumbuh-tumbuhan dan binatang.

(25)

Sedangkan dalam teks kebahasaan, morphology berarti studi morfem suatu bahasa dan bagaimana morfem itu digabungkan untuk membentuk makna.

5. Makna kultural, yaitu makna suatu kata yang erat kaitannya dengan sosio-budaya pemakai bahasa. Misalnya kata marhusip dalam bahasa Batak Toba yang mempunyai hubungan erat dengan suatu adat perkawinan. Jika kata itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah berbisik. Akan tetapi dalam konteks suku Batak Toba, kata marhusip mengandung arti yang sangat luas dan dalam, tidak hanya sekedar berbisik, sehingga seorang penerjemah seyogyanya membiarkan kata marhusip tersebut tetap tertulis dalam bahasa Batak Toba.

Menurut pendapat Chaer (1990:59), jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain:

Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan menjadi :

1. Makna leksikal, yaitu makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera kita, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya: kata tikus yang mengacu pada binatang pengerat.

2. Makna gramatikal, yaitu makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi (imbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan). Misalnya: kata buku yang bermakna sebuah buku menjadi buku-buku yang bermakna banyak buku.

Berdasarkan ada atau tidak adanya referen (acuan) pada sebuah kata, dapat dibedakan menjadi :

(26)

1. Makna referensial, yaitu kata-kata yang mempunyai referen. Misalnya: kata meja mempunyai referen jenis perabotan.

2. Makna nonreferensial, yaitu kata-kata yang tidak mempunyai referen. Misalnya : karena, tetapi.

Berdasarkan ada atau tidak adanya nilai rasa pada sebuah kata, dapat dibedakan menjadi :

1. Makna denotatif, yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Misalnya: kata perempuan dan wanita yang mempunyai makna manusia dewasa bukan laki-laki.

2. Makna konotatif, yaitu makna yang mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif. Misalnya: kata perempuan yang mempunyai nilai rasa lebih rendah daripada kata wanita.

Berdasarkan ketepatan maknanya, dapat dibedakan menjadi :

a. Makna kata, yaitu makna yang bersifat umum, dan baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Misalnya: kata tahanan yang belum jelas maknanya, yaitu orang yang ditahan atau hasil perbuatan menahan.

b. Makna istilah, yaitu makna yang bersifat khusus atau tetap dan pasti, dan sudah jelas walaupun tanpa konteks kalimat. Misalnya: kata tahanan sebagai istilah dalam bidang hukum, berarti orang yang ditahan sehubungan dengan suatu perkara.

(27)

Berdasarkan ada atau tidak adanya hubungan makna sebuah kata dengan makna kata lain, dapat dibedakan menjadi:

1. Makna konseptual, yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya, referennya, atau bebas dari hubungan apapun, sama dengan makna referensial, leksikal, dan denotatif.

2. Makna asosiatif, yaitu makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya: kata melati berasosiasi dengan makna suci, dan sebagainya.

Berdasarkan penyimpangan maknanya, dapat dibedakan menjadi:

a. Makna idiomatikal, yaitu makna sebuah satuan bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya, yang maknanya tidak dapat diramalkan. Misalnya: frasa meja hijau berarti pengadilan dan bukan meja yang berwarna hijau.

b. Makna peribahasa, yaitu makna satuan bahasa yang menyimpang dari makna leksikal dan gramatikal, tapi maknanya masih dapat diramalkan, dan bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan. Misalnya: tong kosong nyaring bunyinya. Peribahasa ini bermakna orang yang tiada berilmu biasanya banyak cakap.

c. Makna kias, yaitu semua bentuk yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, konseptual, atau denotatif). Misalnya: puteri malam yang berarti bulan, raja siang yang berarti matahari.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan keuangan biasanya telah dimodifikasi sebaik mungkin agar memungkinkan untuk pemegang saham tetap berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga perlu mencari

Selain itu, kewenangan luas kekuasaan Pemerintah Daerah pun secara tegas dibatasi oleh Pasal 14 ayat (4) yaitu seluas empal mil laut. Berdasarkan ketentuan sebagaimana di

Karakteristik pasien post operasi di Bangsal Bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantl rata-rata rentang umur responden 36-45 tahun (dewasa akhir), pasien paling banyak

Pada tahap attention , bahasa yang digunakan adalah bahasa campuran, yaitu bahasa Sunda yang dicampur dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang sering

supranatural. O’Dea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan sarana-sarana supra- empiris untuk maksud-maksud non-empiris atau supra-empiris.. Dari segi arti ini berkembanglah

[r]

Mahasiswa dapat memahami konsep perancangan PKB, memahami tipe-tipe pengguna akhir sehingga dapat memangun aplikasi PBK yang tepat guna, serta dapat memilih tools yang tepat

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva del