• Tidak ada hasil yang ditemukan

IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

49

IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI

DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC

Ketut Gunawan1, Nyoman Srilaba2

1Jurusan Ekonomi Manajemen; 2Jurusan Pertanian Universitas Panji Sakti

Email: ketut.gunawan.unipas@gmail.com

ABSTRACT

The objectives of the IbM’s program are 1) resolving financial system of farmer group through liquid organic fertilizer product which can be sold to the public leter, 2) Utilization of manure waste, so as to minimize negative impacts on health and the environment, 3) Members farmer groups skilled in processing the manure waste to be useful effectively. Farmer groups are less able to process the manure waste into biogas as alternative energy sources by adopting appropriate technologies and products in the form of liquid organic fertilizer from biogas sewage sludge. Through training in the utilization of manure waste and comprehensive implementation methods, also enterpreneurship training program, so can be resolve the Bhakti Lestari and Dwi Gopala farmer group’s problems. This program is focused on improving people's knowledge about the techniques of sewage treatment of livestock manure into biogas and biogas sludge processing into liquid organic fertilizer. The training was conducted by using 1) PALS method applied through various stages: awareness phase, preparation phase, installation biogas phase, coaching & training stage, mentoring phase and the evaluation phase; 2) interviews, and 3) questionnaire method. The results obtained are IbM activities, to enhance the knowledge of farmer groups and Dwi Lestari Bhakti Gopala in utilizing processed manure waste into biogas and POC, so it is able to overcome the existing problems. Activities that have been given by Tim IbM got the enthusiasm of farmer groups.

Keyword: biogas, sewage manure, liquid organic fertilizer.

ABSTRAK

Tujuan dari pelaksanaan program IbM ini adalah 1) Mengatasi sistem keuangan anggota kelompok tani yang tidak menentu melalui produk pupuk organik cair yang nantinya dapat dijual kepada masyarakat, 2) Pemanfaatan limbah kotoran ternak, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan, 3) Anggota kelompok tani terampil dalam mengolah limbah kotoran ternak agar dapat berguna secara efektif. Kelompok tani kurang mampu dalam mengolah limbah kotoran ternaknya tersebut menjadi sumber energi alternatif biogas dengan menerapkan teknologi tepat guna, dan produk berupa pupuk organik cair dari limbah

sludge biogas. Melalui pelatihan dalam mendayagunakan limbah kotoran ternak dan metode pelaksanaan yang

komprehensif, serta dibekali pelatihan tentang kewirausahaan, sehingga dapat memperbaiki/mengatasi permasalahan yang dihadapi kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Program ini dititikberatkan pada peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai teknik pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas dan pengolahan sludge biogas menjadi pupuk organik cair (POC). Pelatihan dilakukan dengan menggunakan 1) metode PALS yang diaplikasikan melalui berbagai tahapan yaitu: tahap penyadaran, tahap persiapan, tahap instalasi biogas, pembinaan, tahap pelatihan, tahap pembinaan, tahap pendampingan, dan tahap evaluasi; 2) metode wawancara, dan 3) metode kuisioner. Hasil yang diperoleh yaitu kegiatan IbM, dapat meningkatkan pengetahuan kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang diolah menjadi biogas dan POC, sehingga mampu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Kegiatan yang telah diberikan oleh Tim IbM mendapat antusiasme dari kelompok tani.

Keyword: biogas, limbah kotoran ternak, pupuk organik cair (POC).

PENDAHULUAN

Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang digunakan

masyarakat. Namun, terbatasnya

keberadaan bahan bakar fosil berbanding terbalik dengan tingkat populasi masyarakat sebagai penggunanya. Solusi dari permasalahan tersebut dilakukan melalui konversi minyak tanah menuju gas LPG. Namun, solusi tersebut masih

mengalami beberapa kendala dimana 1) harganya yang semakin meningkat, 2) pasokan agen yang terbatas, 3) ketakutan masyarakat terhadap cara penggunaannya.

Kondisi demikian dialami masyarakat pedesaan seperti di desa Sudaji. Latar topografi yang cukup jauh dari perkotaan menyebabkan masyarakat desa Sudaji sangat sulit memperoleh bahan bakar minyak atau LPG. Solusi praktis dari

(2)

50 masyarakat adalah dengan menggunakan

kayu bakar dari hasil penebangan liar. Desa Sudaji dikenal dengan lumbung padi kabupaten Buleleng. Kondisi geografis yang terletak pada ketinggian 200-400m, dengan curah hujan yang cukup, serta dengan pengelolaan subak yang sangat baik menjadikan 68% masyarakat Desa Sudaji berprofesi sebagai petani dengan lahan garapan mencapai 490Ha (Profil Desa Sudaji, 2010). Beberapa kelompok tani bekerja sebagai petani dan peternak, seperti Kelompok Tani Bhakti Lestari dan Kelompok Tani Dwi Gopala.

Hasil kekayaan melimpah pada pertanian dan peternakan kedua kelompok tani ternak tersebut tidak terlalu

dimanfaatkan secara maksimal. Pola pikir konvensional menghadirkan beberapa permasalahan, pertama output pertanian dan peternakan yang tidak bersifat outcome, dimana ouput berupa limbah kotoran ternak hanyalah digunakan sebagai pupuk kandang. Namun, jumlah limbah kotoran ternak yang dihasilkan terlalu banyak dibandingkan volume penggunaan. Dengan demikian, limbah tersebut hanya dibiarkan menggunung dan memberikan dampak negatif berupa 1) pemandangan kumuh, 2) kesehatan tetangga sekitar akibat limbah yang mengundang penyakit, 3) pencemaran air karena kotoran yang sudah terlalu menggunung akan dibuang langsung ke sungai.

Gambar 1. Penanganan limbah peternakan: a) dibiarkan menggunung dan kumuh, b) pencemaran lingkungan dengan pembuangan di sungai

Disamping pemasalahan limbah pertanian timbul pula permasalahn lain yang dialami sebagian besar anggota kelompok tani di desa Sudaji. Sistem keuangan yang fluktuatif dari pendapatan harian dan panen menjadikan para petani sangat sulit dalam mengkontrolnya. Pendapatan harian petani diperoleh dengan hasil penjualan tanaman pagar sawah seperti kacang panjang, undis, dan terong, sedangkan pendapatan panen diperoleh saat terjadi panen padi selama 4 bulan. Situasi

akan semakin parah apabila modal pertanian tidak sesuai dengan hasil

panennya. Beban ekonomi yang

kontradiktif tersebut akan lebih membebankan khususnya para petani penggarap (penyakap) yang tidak memiliki

lahannya sendiri. Rangkuman

permasalahan oleh kedua tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala secara spesifik adalah 1) Sistem keuangan yang fluktuatif anggota kelompok tani yang diperoleh dari pendapatan harian dan panen menjadikan

(3)

51 para petani sangat sulit dalam

mengkontrolnya, 2) limbah peternakan yang membawa dampak negatif terhadap

kesehatan dan lingkungan, 3)

ketidakmampuan anggota kelompok tani

ternak dalam mengolah limbah

peternakannya agar dapat berguna secara efektif dan mengundang dampak iringan ekonomi dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Pemanfaatan teknologi tepat guna seharusnya dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan limbah peternakan tersebut. Berbagai inovasi yang dapat diaplikasikan diantaranya, biogas dan pupuk organik cair. Ketidakmampuan anggota kelompok tani ternak dalam mengolah limbah peternakannya agar dapat berguna secara efektif dan mengundang dampak iringan ekonomi dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Sejalan dengan program program

zero waste and waste to energy dari

pemerintah dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak yang ada di Kelompok Tani Bhakti Lestari dan Kelompok Tani Dwi Gopala untuk dijadikan biogas plus plus (biogas++), plus pertama yaitu pupuk organik cair dari limbah sludge, dan plus kedua yaitu penjualan pupuk organik cair yang dikemas secara menarik. Biogas merupakan sumber energi alternatif bersih dan tidak mengandung asap pekat layaknya penggunaan kayu bakar. Manfaat limbah kotoran ternak sebagai bahan utama pembuatan biogas sejalan dengan penelitian Fahri (2010) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau dengan menghasilkan gas metana sebagai pengganti bahan bakar minyak khususnya minyak tanah dan dapat digunakan untuk memasak. Disamping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung

digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian.

Keberadaan pupuk cair dari keluaran biogas akan diiringi dengan strategi pemasaran dalam berwirausaha. Pupuk cair yang dihasilkan akan dijual kepada masyarakat Desa Sudaji dan masyarakat umum, sehingga anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Kelompok Tani Dwi Gopala dapat sedikit demi sedikit mengatasi permasalahan yang dihadapi yang sejalan dengan tujuan program oleh tim IbM yaitu: 1) mengatasi sistem keuangan anggota kelompok tani melalui produk pupuk organik cair yang nantinya dapat dijual kepada masyarakat, 2) pemanfaatan limbah kotoran ternak dapat meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan 3) anggota kelompok tani terampil dalam mengolah limbah kotoran ternak agar dapat berguna secara efektif. Apabila limbah kotoran ternak termanfaatkan sebagai energi alternatif dan pupuk cair, maka permasalahan yang dialami akan mampu teratasi. Oleh karena itu sangat penting

adanya suatu program dalam

mendayagunakan masyarakat secara terpadu.

METODE

Metode yang digunakan dalam pencapaian tujuan Iptek Bagi Masyarakat (IBM) ini yaitu metode pemberdayaan

masyarakat yaitu yang dikenal dengan

Metode PALS (Participation Action Learning System), metode wawancara, dan

metode kuisioner.

Metode pertama yaitu Metode PALS merupakan salah satu metode yang masuk dalam lingkup metode PLA (Participatory

Learning Action). Tahapan-tahapan metode

(4)

52 1. Tahap Penyadaran

Tahap penyadaran ini dilakukan untuk

menggali dan menyadarkan

masyarakat mengenai pentingnya

dalam menjaga dan merawat

lingkungan, pemanfaatan limbah kotoran ternak yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk organik cair. 2. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini dilakukan dengan mengadakan penataan kandang dan mempersiapan alat dan bahan untuk pembangunan instalasi reaktor biogas. 3. Tahap Instalasi

Tahap instalasi dilakukan dengan pembangunan instalasi reaktor biogas yang akan digunakan sebagai sumber energi alternatif biogas.

4. Tahap Pelatihan

Pelatihan dilakukan terkait dengan 1) pemanfaatan dari reaktor biogas yang telah diinstalasi, 2) teknik perawatan reaktor biogas, 3) pembuatan pupuk organik cair (POC), 4) keterampilan kewirausahaan dalam pemasaran POC. 5. Tahap Pembinaan

Pembinaan dilakukan seiring dengan pelatihan yang dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan untuk membina masyarakat agar lebih terampil dalam mengolah limbah kotoran ternak. Pembinaan wirausaha juga dilakukan untuk membantu memasarkan produk POC yang dihasilkan.

6. Tahap Pendampingan

Pada proses pendampingan dilakukan pasca pelatihan dengan memonitoring keberhasilan pelatihan yang diberikan sambil memberikan saran kepada peserta pelatihan, sekaligus proses pemeliharaan reaktor biogas. Pendampingan juga dilakukan dalam

memasarkan produk dengan bekerja sama dengan koperasi di desa Sudaji untuk memasarkan produk POC. Target pasar adalah petani di desa Sudaji dan kota Singaraja, serta masyarakat secara umum.

7. Tahap Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat dan penyebaran angket terhadap hasil pelatihan.

Metode kedua yaitu metode

wawancara. Teknik wawancara dalam kegiatan IbM ini menggunakan teknik wawancara tak terstruktur. Wawancara dilakukan kepada ketua dan anggota dari masing-masing kelompok tani baik itu kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala sebagai bentuk tindak lanjut dalam mengetahui respon masyarakat sasaran terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Wawancara bersama anggota kelompok tani dilakukan di awal dan di sela-sela kegiatan.

Metode ketiga yaitu metode kuisioner. Kuisioner yang diberikan kepada masing-masing kelompok tani. Metode kuisioner dilakukan saat evaluasi proses, evaluasi kualitas produk, evaluasi keberlanjutan program, dan evaluasi kualitas SDM terlatih. Penyebaran kuisioner dilaksanakan guna memetakan respon peserta pelatihan yang dalam hal ini adalah anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam meningkatkan kinerja keberlanjutan program.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program Ipteks bagi Masyarakat ini adalah anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala mampu dalam memanfaatkan limbah peternakan menjadi suatu produk

(5)

53 unggulan dengan sentuhan teknologi tepat

guna. Kegiatan penerapan iptek dilaksanakan dari tahap penyadaran hingga evaluasi. Kegiatan penyadaran ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan yang dilakukan pada tanggal 10 April 2016 yang juga dihadiri oleh Tim IbM, Kepala Desa Sudaji, Kelian Banjar Rarangan, ketua dan anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Penyuluhan dilaksanakan di balai kelompok tani Bhakti Lestari Desa Sudaji. Materi yang disajikan adalah seputar tentang pemanfaatan limbah kotoran ternak yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk organik cair (POC). Keterlibatan peserta penyuluhan sebanyak 25 petani yang merupakan utusan dari masing-masing kelompok. Antusiasme

peserta penyuluhan tercermin dari adanya kegiatan diskusi terkait ketertarikan kepada biogas yang ternyata mampu dalam mengubah kotoran ternak menjadi bahan bakar. Petani selama ini tidak menyadari kebermanfaatan kotoran ternaknya yang kurang mendapatkan sentuhan teknologi. Baru terfikirkan bahwa terdapat teknologi dengan sistem multikultur yang mampu memanfaatkan limbah peternakannya untuk dijadikan bahan bakar dan pupuk organik cair. Petani juga menyadari bahwa kebermanfaatan pupuk organik yang diproduksi dapat dijual atau digunakan sendiri akan memberikan efek yang lebih baik dalam jangka panjang dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia.

Gambar 2. Kegiatan Penyuluhan oleh tim IbM Sebelum dilaksanakannya pelatihan

kepada anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala, tim IbM melakukan persiapan terlebih dahulu dalam memantapkan kegiatan tersebut. Persiapan dilaksanakan dengan penataan sistem aliran pembuangan kotoran ternak dan membuat lubang yang digunakan sebagai reaktor biogas. Pemantapan perencanaan instalasi biogas, persiapan tempat pelatihan pembuatan POC, pembuatan format evaluasi dalam bentuk

kuisioner, pembelian alat dan bahan. Pada tahap awal kepada masing-masing kelompok ditentukan letak bangunan reaktor biogas. Penentuan tempat juga diiringi pengurusan ijin bagi pemilik lahan karena reaktor biogas yang dibangun memerlukan tempat yang cukup luas dalam alih fungsi lahan. Tata letak bangunan biogas dilakukan berdekatan dengan kandang ternak yang dimiliki kelompok tani yaitu dibelakang kandang ternak. Pembersihan pekarangan belakang

(6)

54 kandang dilakukan dalam mempersiapkan

tempat bangunan reaktor biogas dari keberadaan tumbuhan-tumbuhan liar. Penataan saluran irigasi dari kotoran ternak, sehingga bisa langsung terhubung dengan inlet dari reaktor biogas dalam mempermudah proses pengisian. Ruang inlet diberikan pengaduk untuk mempermudah proses penghancuran kotoran ternak hingga berbentuk adonan.

Intalasi biogas dilakukan dengan membangun reaktor biogas dengan dibantu pekerja, anggota kelompok tani dan tenaga lapangan oleh mahasiswa. Biogas yang dibangung berukuran 6m3 dan berbahan beton. Reaktor beton ini terbuat dari batu-bata dan beton yang tertutup di bawah tanah. Bangunan instalasi biogas terdiri dari tiga komponen utama yaitu inlet, reaktor biogas, dan outlet/overflow. Pada bagian inlet merupakan tempat bahan baku kotoran dimasukkan dan dihubungkan menuju reaktor biogas dengan pipa inlet berdiameter 4”. Pada bagian reaktor biogas

berbentuk kubah dengan bagian atasnya merupakan penampung gas, sedangkan bagian bawahnya terdiri dari digester. Antara digester dan outlet/overflow

dihubungkan dengan manhole. Bagian

outlet kemudian ditutup dengan beton dan

dihubungkan dengan sludge-pit. Reaktor biogas yang dibangun dihubungkan dengan pipa besi 2½” dan dikonfersi menuju pipa besi ½” melalui katup utama. Pada saluran pipa dibuat waterdrain yang berguna untuk mengatur penguapan air pada pipa gas. Gas dihubungkan menuju ke dapur dan kandang ternak dalam sekala rumah tangga. Pengadaan kompor modifikasi dan lampu gas juga dilakukan untuk melengkapi instalasi biogas. Sebelum dihubungkan dengan kompor dan lampu, pipa dihubungkan dengan manometer dan keran gas untuk mengetahui tekanan gas yang ada pada pipa. Proses instalasi biogas berlangsung selama 20 hari.

Gambar 3. Intalasi bangunan reaktor biogas

Pelatihan dan pembinaan

dilaksanakan dengan narasumber oleh tim IbM dengan materi antara lain 1) pelatihan untuk mengoperasikan reaktor biogas yang

telah diinstalasi, 2) teknik perawatan reaktor biogas terkait pengisian dan pengeluaran kotoran ternak, dan 3) pembuatan pupuk organik cair (POC), dan

(7)

55 4) pelatihan pemasaran produk POC.

Pelatihan untuk pengoprasian reaktor biogas kepada anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dilaksanakan melalui demonstrasi langsung. Campuran kotoran dan air pada inlet akan mengalir melalui pipa menuju reaktor biogas. Campuran tersebut akan memproduksi gas melalui proses fermentasi dalam reaktor biogas. Gas yang diproduksi kemudian ditampung pada

bagian kubah reaktor dan dihubungkan melalui pipa gas. Fermentasi kotoran ternak berlangsung selama kurang lebih 7 hari dari pengisian pertama sebatas

manhole. Kotoran yang terfermentasi

kemudian ditampung keluar pada

outlet/overflow. Sludge yaitu ampas dari

biogas tersebut dialirkan menuju

sludge-pit. Sludge yang tertampung dapat

digunakan langsung atau diolah kembali menjadi pupuk organik cair.

Gambar 4. Pelatihan pembuatan pupuk POC

Perawatan reaktor biogas diawali dengan pembersihan pada luas bangunan reaktor biogas dari sisa pembangunan. Kubah reaktor gas kemudian ditutup dengan tanah untuk mengisolasi reaktor. Pemantauan pipa dari kebocoran agar dilakukan sesekali untuk memastikan tidak ada gas yang bocor. Perencanaan sistem drainase di sekeliling reaktor ditata dengan baik untuk menghindari air hujan mengendap pada dinding reaktor. Beberapa hal penting yang diberikan oleh tim IbM kepada anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam merawat instalasi reaktor biogas adalah 1) menjaga agar katup utama dan keran gas tidak rusak/berkarat dengan melakukan pelumasan, 2) menjaga timbunan reaktor

agar tidak terdapat akar pohon besar yang tumbuh yang merusak bangunan reaktor, 3) membersihkan lampu dan kompor biogas, 4) menguras bak penampungan sludge untuk diolah menjadi pupuk organik cair, 5) melakukan pemantauan terhadap pipa gas karet menuju kompor dan lampu biogas.

Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan memanfaatkan sludge biogas yang tertampung. Sludge disaring untuk dipisahkan dengan ampasnya kemudian dicampurkan dengan berbagai bahan organik. Campuran kemudian difermentasi sambil diaduk, hingga disaring kembali dan diperoleh sari dari pupuk organik cair. Selanjutnya dapat

(8)

56 dilakukan penggunaan dan pengemasan

untuk dipasarkan.

Pelatihan pemasaran dilakukan dengan melatih anggota kelompok dalam berwirausaha pupuk organik cair. Materi yang disampaikan seputar teknik-teknik pemasaran kepada konsumen oleh ketua tim. Teknik promosi produk dilakukan dengan menunjukkan hasil penggunaan pupuk organik cair pada beberapa sampel tumbuhan petani. Selain itu juga memberikan berbagai manfaat tentang penggunaan pupuk organik cair baik dari sisi keunggulan tumbuhan dan lingkungan dalam jangka panjang. Penetrasi pasar dilakukan dengan bekerjasama kepada koperasi di desa Sudaji dan beberapa toko pertanian. Anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala mengikuti setiap pelatihan dan pembinaan oleh tim IbM dengan baik dan antusias. Berbagai pelatihan dan pembinaan yang diberikan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi anggota kelompok tani.

Pendampingan dilakukan selama 3 bulan. Kegiatan pendampingan kepada masyarakat sasaran dilakukan dengan pendampingan pemeliharaan reaktor biogas dan pendampingan pembuatan produk POC. Pendampingan pemeliharaan reaktor biogas dilakukan dengan pemantauan api keluaran dari biogas,

pemantauan terhadap input kotoran ternak, pemantauan terhadap instalasi pipa dari reaktor biogas. Pendampingan pembuatan produk POC dilakukan dengan memantau secara langsung proses pembuatan POC dan memberikan saran-saran tambahan guna memaksimalkan produksi POC yang dihasilkan.

Evaluasi dilakukan dengan

melakukan wawancara dan penyebaran angket terhadap hasil pelatihan kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Tahap evaluasi dilakukan dengan evaluasi proses pelatihan dan pembinaan, evaluasi terhadap api keluaran biogas dan produk POC yang dihasilkan, evaluasi keberlanjutan program, evaluasi kualitas SDM masyarakat sasaran.

1) Evaluasi Proses pelatihan dan

pembinaan

Evaluasi proses dilakukan dengan melalui penyebaran kuisioner kepada peserta pelatihan. Peserta pelatihan menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat, mudah diterapkan, dan hendaknya dilakukan secara berkelanjutan. Pernyataan ini didukung oleh antusiasme peserta pelatihan yang tinggi. Hasil analisis kuisioner yang disebarkan menunjukkan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Tanggapan Peserta Pelatihan

No. Pernyataan SS S R TS STS

1 Pelatihan yang diberikan tim IbM bermanfaat dalam memecahkan permasalahan yang dialami

20 2 2 0 0

2 Materi pelatihan yang disampaikan mudah dipahami oleh peserta pelatihan

(9)

57 3 Saya tertarik dengan kegiatan

pelatihan yang telah dilaksanakan oleh tim IbM

18 4 2 0 0

4 Materi pelatihan yang diberikan akan saya aplikasikan guna mengatasi permasalahan yang dialami dalam penanganan limbah kotoran ternak

16 5 3 0 0

5 Pelaksanaan pelatihan agar

dilaksanakan secara berkelanjutan 21 3 0 0 0

Berdasarkan Tabel 2. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan mendapatkan respon yang positif dari kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Sebagaian besar responden sangat setuju tentang kegiatan guna mengatasi permasalahan yang dialami kedua kelompok tani tersebut. Berdasarkan tabel tersebut pula digambarkan grafik responden yang memberikan respon positif dari kegiatan IbM.

2) Evaluasi terhadap api biogas dan produk POC

Evaluasi terhadap api yang dihasilkan hanya dilakukan dengan memantau warna api yang dihasilkan. Semakin biru warna api makan kualitas api yang dihasilkan semakin baik. Lama waktu nyala api berkisar antara 3-4 jam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kualitas api yang dihasilkan adalah warna api sudah menunjukkan warna biru dan telah digunakan untuk memasak sehari-hari di dapur rumah anggota kelompok. Selain digunakan untuk memasak, aliran gas juga digunakan sebagai lampu penerangan di rumah anggota kelompok tani. Oleh karena itu, biogas yang diinstalasi telah berhasil dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang dimiliki petani di kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala.

20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 P1 P2 P3 P4 P5

Gambar 5. Grafik responden terhadap pelaksanaan kegiatan IbM (a) menyatakan sangat setuju, (b) menyatakan setuju, dan (c) menyatakan ragu-ragu

(10)

58 Gambar 6. a) nyala kompor biogas, b) lampu biogas

Produk POC yang dihasilkan dengan pengamatan langsung. Ciri-ciri dari pembuatan POC yang tidak jadi adalah dari bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk dan menyengat pupuk itu dinyatakan gagal. Hal ini mungkin disebabkan juga karena bahan yang digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat proses fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya mengalami kompetisi dan pada akhirnya sama-sama mengalami kematian.

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegalan dalam pembuatan pupuk cair yaitu kurang tertutupnya drum pengomposan sehingga air dan udara masih dapat masuk, drum pengomposan terkena sinar matahari langsung sehingga proses fermentasi menjadi terganggu. Dari pemantauan langsung terhadap POC yang diproduksi telah sesuai dengan produk yang diharapkan sehingga dapat digunakan dan dipasarkan pada masyarakat luas.

Gambar 8. Produk pupuk organik cair

3) Evaluasi keberlanjutan program IbM

Evaluasi keberlanjutan program IbM dilakukan dengan mengobservasi langsung

peserta pelatihan yang sedang

mengoprasikan reaktor biogas dan membuat produk POC. Tim IbM juga memberikan kuisioner kepada peserta yang hadir, dimana dari 24 peserta yang diberikan kuisioner, sebanyak 87,50% (21

(11)

59

reponden) menyatakan mendukung

terhadap keberlanjutan program. Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa menurut mereka biogas yang dinstalasi dan POC memberikan manfaat berupa 1) biogas dan POC yang diproduksi mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dari segi limbah ternak, 2) biogas yang diproduksi mampu digunakan sendiri dalam sekala rumah tangga, sedangkan POC juga dapat dijual dan digunakan sendiri karena merupakan petani bibit holtikultura, 3) POC yang dijual

berpeluang besar meningkatkan

penghasilan tambahan bagi anggota kelompok tani, 4) bahan baku mudah diperoleh. Kegiatan ini juga mendapatkan respon positif dari Kepala Desa Sudaji agar biogas lebih banyak dintalasi, sehingga dapat lebih bermanfaat bagi banyak orang, karena desa Sudaji merupakan daerah pertanian maka pupuk POC yang dihasilkan dapat dijual ataupun digunakan

langsung secara mandiri oleh

masyarakatnya. Meskipun hasil penjualan belum optimal, namun keterampilan yang dilatihkan sangat bermanfaat dalam mengatasi permasalahan yang ada.

4) Evaluasi kualitas SDM masyarakat sasaran

Evaluasi terhadap kualitas SDM dari kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dilaksanakan selama pelatihan dan pendampingan berlangsung. Tim IbM mengobservasi dengan 3 indikator penilaian yaitu: antusiasme peserta pelatihan, kemampuan peserta pelatihan, dan produk POC yang dihasilkan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 75,00% (18 peserta) memiliki antusiasme yang tinggi, 20,83% (5 peserta) memiliki antusiasme sedang, dan 4,17% (1 peserta) memiliki antusiasme yang rendah. Hasil evaluasi

kemampuan peserta diperoleh sebanyak 66,67% (16 peserta) memiliki kemampuan yang tinggi, dan 33,33% (8 peserta memiliki kemampuan yang rendah. Hasil evaluasi produk POC yang telah dihasilkan seluruhnya telah memiliki kualitas yang baik.

5.2 Pembahasan

Kagiatan IbM telah dilaksanakan kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan kepada kedua kelompok tani tersebut adalah instalasi reaktor biogas, pelatihan perawatan biogas, produksi POC, dan pelatihan wirausaha produk POC. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan mampu mengatasi permasalahan yang dialami kedua kelompok tani. Jawaban dari permasalahan yang dialami kelompok tani tersebut adalah 1) hasil penjualan POC diharapkan mampu mengatasi fluktuasi pendapatan anggota kelompok tani, 2) limbah kotoran ternak dapat dimanfaatkan

sekaligus meminimalisir dampak

negatifnya, 3) kemampuan anggota kelompok tani meningkat seiring pelatihan, pembinaan, dan pendampingan yang dilakukan tim IbM.

Biogas yang terinstalasi

dihubungkan pada kompor biogas yang

digunakan untuk memasak dan

dihubungkan pula pada lampu biogas untuk sistem penerangan. Kompor biogas yang telah dibuat secara khusus dengan melakukan modifikasi pada burner atau saluran gas kompor, sedangkan pada lampu biogas gas dialiri menyerupai lampu

strongking. Kompor dan lampu biogas

tersebut dapat digunakan secara lamgsung kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala.

(12)

60 Kebermanfaatan instalasi biogas

kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala sebagai energi terbarukan di desa Sudaji memberikan kontribusi yang positif. Penghematan biaya untuk pengadaan bahan bakar minyak dan gas dapat dilakukan karena telah menggunakan biogas. Tidak lagi juga menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar telah memberikan efek positif dari sisi pelestarian lingkungan, sehingga kehijauan desa Sudaji tetap terjaga. Disamping itu, kotoran yang biasanya dibuang di aliran sungai menjadi bermanfaat dan sistem drainase tetap terjaga pula. Biogas sangat penting bagi dunia saat ini karena merupakan sumber energi yang bebas polusi dengan biaya yang sangat rendah (Olowoyeye, 2013). Limbah peternakan yang jumlahnya selalu ada menjadikan produksi biogas dapat dilakukan setiap hari. Penggunaannya pun telah menggeser penggunaan minyak tanah, gas LPG, dan kayu bakar. Oleh karena itu, instalasi biogas sangat berguna bagi kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala.

Produk sampingan dari biogas yaitu

sludge-nya dapat dipisahkan dan diolah

menjadi Pupuk Organik Cair (POC). Sludge biogas mengandung berbagai unsur hara makro dan mikro yang sangat baik bagi tumbuhan karena telah terfermentasi pada reaktor biogas. POC yang diproduksi dapat digunakan sendiri pada lahan pertanian yang digarap. Penggunaan POC secara mandiri juga memiliki manfaat secara tidak langsung karena dapat menghemat pembelian pupuk bagi petani. Pendulangan penghasilan petani juga terdukung oleh hasil penjualan POC kepada masyarakat di lingkungan desa Sudaji. Ketika teknologi tepat guna diterapkan dengan baik maka akan mendatangkan berbagai manfaat yang

signifikan. Hal ini dikarenakan bahwa kotoran ternak memiliki solusi potensial terhadap permasalahan limbah ketika difermentasi secara anaerobik (Olowoyeye, 2013). Pola penanganan limbah masyarakat berlangsung secara multikultur sehingga seluruh potensi limbah peternakan dapat diolah.

Kebermanfaatan instalasi biogas kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala sejalan dengan penelitian yang telah dilaksanakan yaitu penelitian dari Sunaryo (2014) yang memiliki hasil penelitian berupa instalasi biogas dapat dimanfaatkan warga untuk kegiatan memasak dan tersedianya pupuk organik cair dari limbah biogas sebagai sarana pemupukan tanaman. Hasil penelitian Haryati (2006) menyatakan bahwa biogas merupakan sember renewable energy, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti yang berasal dari fosil, yang selama ini dominan digunakan, serta teknologi biogas merupakan pilihan yang tepat untuk mengubah limbah organik peternakan untuk menghasilkan energi dan pupuk sehingga diperoleh keuntungan secara sosio-ekonomi maupun dari sisi lingkungan. Hasil penelitian tersebut sangat relevan karena biogas sebagai energi alternatif memiliki manfaat yang multiarah. Biogas dapat dibuat dari berbagai kotoran ternak yang dimiliki seperti sapi, kuda, domba, kambing, babi, dan ayam. Berbagai bahan tambahan seperti limbah tanaman dapat juga ditambahkan dalam proses produksi biogas. Menurut penelitian Okareh, Adeolu, dan Shittu (2013) yang menyatakan bahwa pemanfaatan kotoran ternak (babi) dan limbah tanaman untuk produksi biogas memiliki makna ganda yang berfungsi sebagai salah satu strategi pengurangan limbah untuk memperbaiki

(13)

61 lingkungan dan residunya dapat digunakan

sebagai kondisioner (penyejuk) tanah. Penggunaan biogas tidak terbatas hanya pada produksi gas dan pupuk organik cair saja. Berbagai pemanfaatan biogas dapat juga digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Berdasarkan penelitian Arifin, Saepudin, dan Santosa (2011) menyatakan bahwa pemanfaatan biogas dapat dimanfaatan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, penerangan, dan sebagai bahan bakar pure biogas dengan genset skala 2.500 Watt, penghematan tidak hanya diperoleh melalui

pembelian gas LPG, namun juga

penghematan listrik oleh penggunaan genset yang mencapai Rp 40.896/bulan. Pemanfaatan sumber energi seperti biogas ini merupakan terobosan penting bagi perkembangan saat ini. Hal ini dikarenakan biogas bersumber dari limbah peternakan yang bersifat non-fosil yang jumlahnya dapat diperbaharui.

Program IbM yang telah

dilaksanakan ini tidak mutlak sesuai dengan rencana yang disusun. Beberapa kendala yang dialami tim IbM selama kegiatan berlangsung adalah 1) Kegiatan yang telah disusun terbentur dengan piodalan desa adat Sudaji yang melibatkan seluruh masyarakat desa selama 2 minggu yang menjadika

kegiatan IbM diundur. Sulitnya

menyadarkan masyarakat sasaran untuk mau menggunakan POC yang telah diproduksi, hal ini diakibatkan oleh kepraktisan penggunaan pupuk kimia yang dipasarkan. 3) Tempat balai kelompok yang rencananya digunakan pelatihan akhirnya tidak dapat digunakan karena adanya renovasi dari kelompok, sehingga kegiatan dialihkan di rumah ketua kelompok tani Bhakti Lestari.

SIMPULAN

Kegiatan IbM, dapat meningkatkan

pengetahuan kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang diolah menjadi biogas dan POC, sehingga mampu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Kegiatan yang telah diberikan oleh Tim IbM mendapat antusiasme dari kelompok tani. Hal tersebut dapat dilihat dari tanggapan perserta pelatihan yang menunjukkan hasil yang memuaskan.

Rekomendasi dan saran, kepada kedua kelompok tani diharapkan terus dapat mengembangkan pengolahan kotoran ternak yang dihasilkan. Pengolahan kotoran ternak tidak hanya sebatas pembuatan biogas dan POC, namun dapat diaplikasikan pada pupuk organik padat. Konsumen yang tersedia cukup banyak di desa Sudaji, maka perlu adanya inovasi lanjutan dalam mengatasi permasalahan yang dialami kedua kelompok tani tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., Saepudin, A., Santosa, A. 2011. Kajian biogas sebagai sumber pembangkit tenaga listrik di Pesantren Saung Balong Al-Barokah, Majalengka, Jawa Barat. Journal of

Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology. 2(2). 73-78.

Fahri, A. 2010. Teknologi Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak. Balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP) Riau.

Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternatif. WARTAZOA. 3(16). 160-169.

Okareh, O. T., Adeolu, A. T. Shittu, O.I. 2013. Enrichment of pig dung with

(14)

62 selected crop wastes for the

production of biogas. International

Research Journal on Microbiology.

4(4). 119.124.

Olowoyeye, J. 2013. Comparative studies on biogas production using six different animal dung. Journal of

Biology, Agriculture, and Helthcare.

3(15). 7-11.

Profil Desa Sudaji. 2010.

Sunaryo. 2014. Rancang bangun reaktor biogas untuk pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi di desa Limbangan kabupaten Banjarnegara.

Gambar

Gambar 1. Penanganan limbah peternakan: a) dibiarkan menggunung dan kumuh, b)  pencemaran lingkungan dengan pembuangan di sungai
Gambar 2. Kegiatan Penyuluhan oleh tim IbM  Sebelum  dilaksanakannya  pelatihan
Gambar 3. Intalasi bangunan reaktor biogas  Pelatihan  dan  pembinaan
Gambar 4. Pelatihan pembuatan pupuk POC
+3

Referensi

Dokumen terkait

hal demikian akan bermakna sebagai tahapan kerja ilmiah, yang merupakan proses perancangan model, disain formula cinematography untuk diuji cobakan dengan para pelaku kreatif

Maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kayawan kontrak mendapatan perlindungan hukum dalam hal mendapatkan Jaminan Kesehatan yaitu

Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan ada dalam Bab I ketentuan umum pasal 1 yang menjelaskan bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua

Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan batas ketinggian bangunan yang diizinkan pada kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) khususnya pada kawasan pendekatan

[r]

Kayu sungkai yang merupakan jenis kayu daun lebar mempunyai sel pembuluh atau pori yang tersusun tata lingkar (ring porous hardwood) sehingga menimbulkan corak seperti parabola

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat fertilitas (TFR maupun ASFR) wanita di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita di perdesaan. Tingkat