• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN SISA LEBIH

PEMBIAYAAN ANGGARAN TERHADAP BELANJA MODAL PADA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

Resiana Sukmawati, I Wayan Suwendra, Fridayana Yudiaatmaja

Jurusan Manajemen

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email :resianaasukmawatii@yahoo.com, ycgeda@yahoo.co.id,fyudiaatmaja@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan tentang pengaruh (1) pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal, (2) pendapatan asli daerah terhadap belanja modal (3) sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal.Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif kausal.Subjek dalam penelitian adalah pemerintah daerah Kabupaten Buleleng dan objeknya adalah pendapatan asli daerah, sisa lebih pembiayaan anggaran dan belanja modal.Jenis data adalah data kuantitatif.Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan dianalisis menggunakan analisis regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif dan signifikan pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal secara simultan dengan sumbangan pengaruh sebesar 45% (2) ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial pendapatan asli daerah terhadap belanja modal dengan sumbangan pengaruh sebesar 28% dan (3) ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal dengan sumbangan pengaruh sebesar 22,9%.

Kata Kunci: pendapatan asli daerah, sisa lebih pembiayaan anggaran, belanja modal.

ABSTRACT

This study aimedtodetermine the effect of(1) local goverment revenue and financing surplus budget to capital expenditure, (2) local goverment revenue to capital expenditure, (3) financing surplus budget to capital expenditure. This research uses a quantitative research design causal.The subjects of this study wasBuleleng Regency Government and the object of this study was local goverment revenue, financing surplus budget and capital expenditure. The data collection inthis study used documentation techniqueand it was analyzed using multiple regression analysis. The results of this study showed that (1) there was a positive dan significant influencethat simultaneously of local goverment revenue and financing surplus budget to capital expenditure with the donation effect of 45%, (2) there was a positive and significant influencethat partially oflocal goverment revenue to capital expenditure with the donation effect of 28%, and (3) there was a positive and significant that partially offinancing surplus budget to capital expenditure with the donation effect of 22,9%.

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pemerintah daerah dalam rangka menjalankan proses pemerintahan di daerah wajib menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Proses penyusunan APBD dimulai dengan kedua belah pihak yaitu antara eksekutif dan legislatif membuat kesepakatan tentang kebijakan umum APBD yang menjadi dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Dari sisi keuangan Negara, kebijakan pelaksanaan desentralisasi fiskal telah menimbulkan implikasi yang mendasar dalam peta pengelolaan fiskal..Pengoptimalan tersebut harus secara tegas dicantumkan dalam APBD sebagai salah satu media utama dalam perencanaan penerimaan dan pembiayaan pembangunan di daerah.Ini berarti pengalokasian anggaran publik harus lebih di peruntukan bagi kepentingan publik, misalnya dalam hal belanja modal.

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 2 (2011), belanja modal (capital expenditure) adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap, inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas.

Lebih lanjut menurut Syaiful (2006) Belanja Modal dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori utama yaitu Belanja Modal Tanah, Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan, dan Belanja Modal Fisik Lainnya.

Untuk dapat meningkatkan pengalokasian belanja modal, maka perlu diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap belanja modal,

seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA). Menurut Warsito (2001:128) “ Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.

Pengalokasian dana PAD ke dalam anggaran belanja modal dikarenakan dengan hal tersebut Pemda akan dapat membangun daerahnya menjadi lebih baik karena tersedianya sarana dan prasarana dari belanja modal yang dilakukan. Selain dari PAD dan transfer dari pusat, sumber lain yang dapat dimanfaatkan oleh Pemda untuk membiayai kegiatannya yaitu Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Kusnandar dan Siswantoro, 2012). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006, SiLPA merupakan sisa dana yang diperoleh dari aktualisasi penerimaan serta pengeluaran anggaran daerah selama satu periode.

Pelampauan target SiLPA yang bersumber dari pelampauan target penerimaan daerah dan efisiensi sangat diharapkan sedangkan yang bersumber dari ditiadakannya program/kegiatan pembangunan apalagi dalam jumlah yang tidak wajar sangat merugikan masyarakat. SiLPA digunakan pula untuk permasalahan krusial yang sebelumnya memang disetujui oleh pihak legislatif. SiLPA yang cenderung besar menunjukkan lemahnya eksekutif dibidang perencanaan dan pengelolaan dana. Sebagian besar SiLPA digunakan belanja langsung berupa belanja modal yang secara langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Jumlah belanja langsung dapat berupa pembangunan infrastruktur, pengadaan aset, dan sebagainya (Ardhini, 2011).

Berdasarkan observasi awal, menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, sisa lebih pembiayaan anggaran, dan belanja modal pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Buleleng selama empat tahun terakhir ini tidak stabil.

Dimana pendapatan asli daerah dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami

(3)

peningkatan sebesar 36%, sisa lebih pembiayaan anggaran mengalami peningkatan sebesar 24%, sedangkan belanja modal mengalami penurunan sebesar 53%. Pada tahun 2010 ke tahun 2011 pendapatan asli daerah mengalami peningkatan sebesar 25%, sisa lebih pembiayaan anggaran mengalami peningkatan sebesar 25%, sedangkan belanja modal mengalami peningkatan sebesar 158%. Pada tahun 2011 ke tahun 2012 dimana pendapatan asli daerah mengalami penurunan sebesar 18%, sisa lebih pembiayaan anggaran mengalami peningkatan sebesar 92%, sedangkan belanja modal mengalami penurunan sebesar 34%.

Menurut Ardhini (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan asli daerah di suatu daerah, maka belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah juga semakin meningkat.Namun kenyataannya di pemerintahan daerah Kabupaten Buleleng berbeda justru belanja modal mengalami penurunan sedangkan pendapatan asli daerah mengalami peningkatan.

Disisi lain sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) di pemerintahan daerah Kabupaten Buleleng meningkat pada tahun 2012 namum belanja modalnya menurun.Menurut Tanjung (2009) bahwa kelebihan SiLPA yang cukup besar dapat mengindikasikan bahwa pemerintah tidak tepat dalam menganggarkan anggaran belanja daerah sehingga seharusnya kelebihan penganggaran tersebut dapat digunakan untuk membiayai beberapa kegiatan belanja modal yang berguna untuk penyediaan pelayanan publik pada tahun berjalan menjadi tertunda.Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ida Metayani dan Rusmanto (2013) dimana semakin besar Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran maka semakin besar pula Belanja Modal.

Berdasarkan adanya

ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.(1) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran secara simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013.(2) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah secara parsial terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013.(3) Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran secara parsial terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013.

Manfaat dari hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu ekonomi khususnya yang berkaitan dengan manajemen keuangan dan secara praktis dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal.

Halim (2013:101) mengungkapkan bahwa pengertian Pendapatan Asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Sedangkan lebih lanjut Mardiasmo (2002),menyatakan bahwa pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Daerah.

Tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Rahman (2005:38), Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi

(4)

daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Penerimaan Pendapatan Asli Daerah antara lain.Menurut Widayat (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah antaralain adalah sebagai berikut. (1) Banyak sumber pendapatan di kabupaten/kota yang besar, tetapi digali oleh instansi yang lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan bermotor (PKB), dan pajak bumi dan bangunan (PBB).

(2) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) belum banyak memberikan keuntungan kepada Pemerintah Daerah. (3) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya. (4) Adanya kebocoran-kebocoran. (5) Biaya pungut yang masih tinggi. (6) Banyak Peraturan Daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan. (7) Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 merupakan selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Menurut Abdullah (2013), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya sesuai Permendagri No. 13 Tahun 2006. Menurut Tanjung (2009), SiLPA didefenisikan sebagai selisih antara surplus/defesit dengan pembiayaan neto.

Jika SiLPA daerah cukup besar dan diperkirakan mampu membiayai seluruh Belanja Modal maka untuk penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan publik tidak harus menunggu bantuan dana transfer dari Pemerintah Pusat. Dana Transfer

dapat dialokasikan untuk belanja operasional dan belanja tak terduga daerah.Disamping itu jumlah SiLPA suatu daerah dapat juga mengindikasikan sejauh mana Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran daerah secara efisien dan ekonomis dalam setiap anggaran belanja daerah.Menurut Tanjung (2009) bahwa kelebihan SiLPA yang cukup besar dapat mengindikasikan bahwa pemerintah tidak tepat dalam menganggarkan anggaran belanja daerah sehingga seharusnya kelebihan penganggaran tersebut dapat digunakan untuk membiayai beberapa kegiatan belanja modal yang berguna untuk penyediaan pelayanan publik pada tahun berjalan menjadi tertunda.

Halim (2004:72) menyatakan bahwa pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

Tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan Abdullah (2013), Belanja modal adalah komponen belanja langsung dalam anggaran pemerintah yang menghasilkan output berupa aset tetap. Sama pula dengan yang diungkapkan oleh Nordiawan (2006), bahwa Belanja Modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap tertentu.

Adapun jenis - jenis belanja yang dapat dikategorikan kedalam lima kategori utama kegiatan belanja modal menurut Syaiful (2006), Menurut Perdirjen Perbendaharaan belanja modal dipergunakan untuk antara lain sebagai berikut. (1) Belanja Modal Tanah.Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau pembelian atau pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai. (2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin. Belanja modal peralatan dan mesin adalah

(5)

pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai. (3) Belanja Modal Gedung dan BangunanBelanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaaan atau penambahan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai. (4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau peningkatan pembangunan atau pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.(5) Belanja Modal Fisik Lainnya.Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau peningkatan pembangunan atau pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang- barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku- buku dan jurnal ilmiah.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif kausal (hubungan sebab akibat). Desain kuantitatif kausal menurut Widayat dan Amirullah (2002 :61) dalam bukunya yang berjudul Metode Riset Akuntansi Terapan, adalah “desain yang berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan

variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu Pendapatan Asli Daerah (X1), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

(X2) dan Belanja Modal (Y). Penelitian ini

dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng, menggunakan tahun amatan selama 5 tahun yaitu dari tahun 2009-2013, dengan alasan data yang digunakan adalah data terbaru yang disajikan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu dalam bentuk angka-angka yang menunjukkan nilai dari besaran atau variabel yang mewakilinya (Sugiyono, 2007).Dalam penelitian ini data kuantitatif yang digunakan adalah data mengenai realisasi Anggaran Pendapatan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode Anggaran 2009-2013.

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data sekunder, karena informasi dikumpulkan dari data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain. Data sekunder adalah data yang telah tersedia sebelumnya, data skunder diperoleh dari pihak-pihk lain yaitu buku, artikel, serta jurnal (Sugiyono, 2008). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan target dan realisasi Anggaran Pendapatan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Belanja Modal periode anggaran 2009-2013.

Subyek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dan obyeknya adalah Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Belanja Modal.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data laporan target dan realisasi Anggaran Pendapatan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Belanja Modal tahun anggaran 2009-2013 yang bersumber dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng.

(6)

Menurut Sugiyono (2012:61), populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini yaitu laporan APBD pemerintahan daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013.

Menurut Sugiyono (2012:116) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, perlu adanya teknik sampling yang tepat seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:116-117) bahwa “Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampling jenuh.Menurut Sugiyono (2012:85) menyatakan bahwa, “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Penelitian ini menggunakan sampling jenuh, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis regresi berganda dengan bantuanStatistical Package for Social Sience (SPSS) 16.0 for Windows, maka di peroleh hasil penelitian seperti tampak pada Tabel berikut ini.

Tabel 1Hasil Uji Statistik Analisis RegresiBerganda

Parameter Koefisien p-value Alpha (α) Keputusan Simpulan Ryx1x2 0,671 0,000 0,05 Menolak Ho Ada pengaruh simultan

dari pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal R2yx1x2 0,450 0,000 0,05 Menolak Ho Menunjukkan besarnya

sumbangan pengaruh simultan dari pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal Pyx1 0,530 0,000 0,05 Menolak Ho Ada pengaruh parsial

dari pendapatan asli daerah terhadap belanja modal

P2yx1 0,280 0,000 0,05 Menolak Ho Menunjukkan besarnya

sumbangan

pengaruhsecara parsial dari pendapatan asli daerah terhadap belanja modal Pyx2 0,479 0,000 0,05 Menolak Ho Ada pengaruh sisa

lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal

P2yx2 0,229 0,000 0,05 MenolakHo Menunjukkan besarnya

sumbangan

pengaruhsecara parsial dari sisa lebih

(7)

terhadap belanja modal

Pyε 0,329 - - - Sumbangan pengaruh

variabel lain α 2,215 0,047 0,05 Signifikan Bisa memprediksi β1 0,422 0,000 0,05 Signifikan Bisa memprediksi

β2 0,327 0,000 0,05 Signifikan Bisa memprediksi

(Sumber: Hasil Output SPSS)

Gambar 1 Struktur Hubungan Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y

Adapun persamaan regresi linear berganda dapat di peroleh sebagai berikut:

Y= α + β1X1 + β2X2

Y= 2,215 + 0,422 X1 + 0,327 X2

Dari persamaan linier berganda tersebut menunjukkan bahwa, nilai konstanta sebesar 2,215 berarti, apabila pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran sama dengan nol, maka belanja modal adalah sebesar 2,215 miliyar rupiah, nilai β1 = 0,422 berarti,

apabila pendapatan asli daerah bertambah 1 rupiah maka belanja modal akan meningkat sebesar 2,637 miliyar rupiah dengan asumsi variabel lain dalam model konstan dan nilai β2 = 0,327 berarti,

apabila sisa lebih pembiayaan anggaran bertambah 1 rupiah maka belanja modal akan meningkat sebesar 2,542 miliyar rupiah dengan asumsi variabel lain dalam model konstan.

Hasil uji regresi linear berganda diperoleh pada Tabel 1 menunjukkan hasil Ryx1x2= 0,671 dengan p-value 0,000

<alpha 0,05, yang artinya ada hubungan pengaruh simultan dari pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013. Besarnya sumbangan pengaruh simultan dari pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal sebesar 0,450. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebesar 45,0% variabel belanja modal dipengaruhi oleh pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran, sedangkan sisanya 0,55 (55%) oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model.

Hasil uji regresi linear berganda pada Tabel 1 menunjukkan hasil Pyx1 =

0,530 dengan nilai p-value 0,000 <alpha 0,05, makaada hubungan pengaruh parsial pendapatan asli daerah terhadap belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013”. Besarnya sumbangan pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja modal sebesar 0,280 berarti variabel belanja modal dipengaruhi oleh pendapatan asli daerah sebesar 28,0%. Hal ini berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan dari pendapatan asli daerah terhadap belanja modal. Jika pendapatan asli daerah mengalami peningkatan maka Y X2 X1 Pyx1= 0,530 Ryx1x2= 0,671 Pyx2= 0,479 ε Pyε= 0,55

(8)

belanja modal juga akan mengalami kenaikan.

Hasil uji regresi linear berganda pada Tabel 1 menunjukkan hasil Pyx2 =

0,479 dengan nilai p-value 0,000 <alpha 0,05, makaada hubungan pengaruh parsial sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013”. Besarnya sumbangan pengaruh dari sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal yaitu sebesar 0,229, berarti variabel belanja modal dipengaruhi oleh sisa lebih pembiayaan anggaran sebesar 22,9%. Hal ini berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan dari sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal. Jika sisa lebih pembiayaan anggaran mengalami peningkatan maka belanja modal juga akan mengalami kenaikan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan Statistical Product and Servise Solutions (SPSS) 16.0 For Windows memberikan beberapa implikasi sebagai berikut.

Pendapatan asli daerah, sisa lebih pembiayaan anggaran berpengaruh secara simultan terhadap belanja modal.Dari hasil penelitian terlihat bahwa pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran memiliki pengaruh yang positif terhadap belanja modal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari Ida Mentayani (2013), Maryadi (2012), Kusnandar (2012), dengan hasil penelitian bahwa pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran berpengaruh secara simultan terhadap belanja modal.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial pendapatan asli daerah terhadap belanja modal.Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Ardhini (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan asli daerah disuatu daerah, maka belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah juga semakin meningkat.Hasil penelitian ini sesuai dan mendukung hasil penelitian empirik dari Askam Tuasikal (2008) dan Kusnandar

(2012), yang menyimpulkan bahwa secara parsial pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial dari sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal.Hasil penelitian ini mendukung teori dari Ida Metayani (2013) yang menyatakan semakin besar sisa lebih pembiayaan anggaran maka semakin besar pula belanja modal.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian empirik dari Kusnandar (2012) dan Maryadi (2012), yang menyimpulkan bahwa secara parsial sisa lebih pembiayaan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal.

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.(1) Ada pengaruh secara simultan dari pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng periode 2009-2013. (2) Ada pengaruh positif secara parsial dari pendapatan asli daerah terhadap belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng periode 2009-2013. (3) Ada pengaruh positif secara parsial dari sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng periode 2009-2013.

Selanjutnya dari kesimpulan diatas, penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut.

(1) Pemerintah Kabupaten Buleleng harus meningkatkan kemampuan keuangan daerahnya terutama dalam pengoptimalan sumber pendapatan yang telah ada di Kabupaten Buleleng, sehingga Kabupaten Buleleng mampu mandiri dalam pengelolaan keuangan daerah, khususnya belanja modal. (2) Manajemen pengeluaran pemerintah

daerah dalam bentuk belanja modal perlu lebih diprioritaskan pada

(9)

peningkatan kesejateraan rakyat. Hal ini menandakan bahwa pengeluaran pemerintah daerah, khusus untuk belanja modal harus lebih difokuskan pada sektor pembangunan yang mampu mendorong peningkatan ekonomi dan kemandirian masyarakat secara berkelanjutan.

(3) Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan memperpanjang periode pengamatan serta memperluas daerah penelitian. Disamping itu juga diharapkan untuk menguji variabel lain yang diduga kuat dapat mempengaruhi belanja modal.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Hafiz Tanjung.

2009.AkuntansiPemeriintahan Daerah.Bandung:Alfabeta

Abdul Halim. 2013. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:Salemba Empat Abdullah, Syukriy & Halim,

Abdul.2013.Studi atas belanja modal pada anggaran pemerintah

daerah dalam hubungannya

dengan belanja pemeliharaan dan

sumber pendapatan, Jurnal

Akuntansi Pemerintah, 2,17- 32. Ardhini. 2011.Pengaruh rasio keuangan

daerah terhadap belanja modal untuk pelayanan public dalam prespektif teori keagenan (studi pada kabupaten dan kota di jawa tengah).

Skripsi.Semarang:Universitas Diponegoro

Halim, Abdullah. 2004. Akuntansi Sektor

Publik Akuntansi Keuangan

Daerah, Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Ida Metayani dan Rusmanto .2013.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggran terhadap Belanja Modal Pada Kota

dan Kabupaten di Pulau

Kalimantan.STIE Nasional

Banjarmasin.

Kusnandar, Dodik Siswantoro. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah Terhadap Belanja

Modal. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi sector Publik. Andi Offset. Yogyakarta. Maryadi. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten dan Kota di

Indonesia. Universitas Maritim

Raja Ali Haji Tanjungpinang

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Bisnis

Cetakan Kedelapan .Bandung : Alfabeta.

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono.2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Syaiful.2006. Pengertian Dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang Dan Belanja Modal Dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan.Makalah Wahyu Widayat, 2000. Maksimisasi PAD

Sebagai Kekuatan Ekonomi

Daerah Jurnal Akuntasi dan

Gambar

Tabel 1Hasil Uji Statistik Analisis RegresiBerganda
Gambar  1  Struktur  Hubungan  Pengaruh    X 1  dan X 2  terhadap Y

Referensi

Dokumen terkait

36. Seorang siswa rnelakukan percobaan tentang gerak pada turnbuhan dengan perlakuan seperti pada gambar berikut.. Setelah beberapa minggu, maka

Pandita pemimpin upacara akan mengikat pergelangan tangan kiri calon mempelai pria dengan pergelangan tangan kanan calon mempelai wanita dengan pita kuning,

Setelah mempelajari dan mengerti alur dari database yang diberikan, penulis memulai untuk membuat query untuk menggabungkan beberapa table dalam database

Pengertian meningkatkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti “menaikkan derajat, taraf, dan sebagainya.” 17 Adapun meningkatkan yang dimaksudkan dalam

Machin (2014) mengemukakan tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain: 1) untuk meningkatkan kemampuan berpikirkhususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi; 2)

Masalah yang kami kaji dalam penelitian ini adalah melakukan perbaikan prototipe protesa yang dilakukan pada penelitian sebelumnya baik dari segi desain dan

setelah berlakunya undang-undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau

Homepage telah dianggap sebagai media baru dalam publikasi elektronik, informasi yang tersaji didalam homepage dapat dilihat oleh jutaan penggunaan internet di seluruh dunia.